• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TEKS DALAM PEMBELAJARAN BAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN TEKS DALAM PEMBELAJARAN BAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TEKS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH

Darwin Effendi Universitas Negeri Jakarta darwinpasca2010@yahoo.com

Abstrak

Tujuan dari penulisan adalah untuk memberikan pemahaman pentingnya bahasa Indonesia dalam penerapan ilmu pengetahuan pada Kurikulum 2013 di sekolah. Bahasa Indonesia menjadi sarana untuk mengembangkan dan mengomunikasikan ilmu pengetahuan yang lain dengan pembelajaran teks dijadikan basis dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Karena, melalui teks kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan. Materi pembelajaran berupa teks lebih relevan dengan karakteristik Kurikulum 2013 yang menetapkan capaian kompetensi siswa yang mencakup tiga ranah pendidikan, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kata Kunci: bahasa Indonesia, Kurikulum 2013, Pembelajaran teks

PENDAHULUAN

(2)

mendapatkan input dari praktik pendidikan. Oleh sebab itu, ilmu pendidikan hanya berada pada tataran idealistik tanpa teruji di lapangan. Itu berarti perubahan kurikulum yang terjadi selama ini belum memberikan ruang gerak inovasi ke arah tatanan pengembangan kreativitas peserta didik dalam memenuhi tuntutan pasar global.

Dalam konteks kurikulum dan pembelajaran, suatu program pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang tinggi jika program tersebut dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Misalnya, untuk mencapai tujuan tertentu, guru memprogramkan tiga bentuk kegiatan belajar mengajar. Jika setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar, tujuan pembelajaran telah dicapai oleh seluruh siswa, dapat dikatakan bahwa program itu memiliki efektivitas yang tinggi. Sebaliknya, apabila diketahui setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, siswa belum mempu mencapai tujuan yang diharapkan, dapat dikatakan bahwa program tersebut tidak efektif. Dalam hal ini, kurikulum yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, ketercapaiannya tergantung kepada kemampuan kompetensi atau profesionalisme seorang pendidik.

Kurikulum merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam suatu proses pendidikan membutuhkan waktu yang panjang. Artinya, harus diujicobakan dahulu secara kontinu, bukan simsalabim langsung jadi. Setelah diuji coba lalu dievaluasi baru kita dapat mengetahui apakah kurikulum itu berhasil dan cocok digunakan untuk menunjang mutu pendidikan. Namun kenyataannya, sebagian besar kurikulum yang pernah ada, belum lama diterapkan, sudah ada penggantinya. Bagaimana kita tahu berhasil atau tidak, kalau waktunya terlalu singkat.

Konsep Dasar Kurikulum

(3)

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Selanjutnya, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja (https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum)

Kurikulum sebagai rencana pelajaran yang memuat sejumlah mata pelajaran dikembangkan dan berpedoman pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa sebagai warisan leluhur yang penuh dengan pesan-pesan moral untuk pedoman hidup manusia. Nilai-nilai tersebut terintegrasi dalam semua mata pelajaran (Abo, 2015:2). Dalam pengembangannya, dibutuhkan kompetensi guru. Artinya, gurulah yang sangat berperanan dalam keberhasilan sebuah kurikulum.

Kurikulum sebagai rencana program pembelajaran yang memuat nilai pengetahuan dan keterampilan harus dikembangkan sesuai prinsip belajar. Kurikulum adalah instrumen yang sangat penting dan strategis dalam menata pengalaman belajar siswa untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan guru mendesain pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik dan efektif apabila desain pembelajaran tersebut tersusun secara terstruktur dan sistematis.

(4)

kurikulum secara sungguh-sungguh mulai dari penyusunan dokumen, sosialisasi, pengembangan, dan implementasinya.

Pendidikan yang berkualitas harus didukung kurikulum yang relevan dengan kebutuhan. Kurikulum yang baik tersebut juga harus didukung dengan pemahaman guru yang komprehensif terhadap kurikulum itu. Maka, sejatinya setiap kurikulum baru yang akan dikembangkan, sebelum pelakasanaannya harus diuji coba dan disosialisasikan terlebih dahulu kepada semua guru pada semua tingkatan pendidikan. Menurut Alex (2010: 11) bahwa kurikulum yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, ketercapaiannya tergantung kepada kemampuan kompetensi atau profesionalisme seorang pendidikan dan tenaga kependidikan

Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mulai digunakan tahun ajaran 2013/2014. Sejak kemunculannya, sudah banyak permasalahan yang muncul, seperti keterlambatan pengadaan buku paket untuk guru dan siswa. Padahal, dalam kurikulum tersebut siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Jika buku paketnya saja belum dibaca, bagaimana siswa akan mengimplementasi isi yang terkandung dari buku tersebut. Juga tak kalah penting, ketidaksiapan guru karena sosialisasi yang sangat singkat. Belum seluruh guru mendapatkan pelatihan dari Kurikulum 2013 ini.

Masa pemerintahan terbaru ini, pendidikan malah menjadi ambigu. Pemerintah, dalam hal ini Kemenbubdikdasmen mengambil kebijakan mendua. Artinya, sekolah yang telah melaksanakan tiga semester masih tetap menjalankan Kurikulum 2013. Namun, yang baru mulai melaksanakannya, sekolah kembali lagi menggunakan Kurikulum 2006.

(5)

jelas terurai, bahkan cenderung dipersepsi menjadi kognitif, afektif, dan psikomotorik saja dan tidak digunakan memandu materi. Aktivitas pembelajaran lebih dominan diarahkan pada aspek pengetahuan, penilaian menggunakan tes, dan rapor cenderung hanya melaporkan bidang pengetahuan.

Selain itu, untuk bahasa tidak mampu memandu mata pelajaran yang lain, karena kompetensi terpenting dalam bahasa tidak dilatihkan secara memadai. Di samping itu, kondisi pendidikan saat ini dianggap sering meninggalkan kaidah metodologi ilmiah dan tidak kokoh berpijak pada kaidah pendidikan sehingga pemilihan berdampak pada pemilihan model yang tidak akurat. Kondisi-kondisi seperti inilah yang menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan pemerintah di dalam melakukan perubahan dan penyempurnaan Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 ini dikembangkan dengan berorientasi pada penguatan pendidikan sikap dan karakter peserta didik. Hal ini sesuai dengan program pemerintah ingin membangun manusia yang berkarakter sebagai upaya menjawab tantangan era globalisasi.

Dalam era globalisasi, masuknya budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kultur dan nilai-nilai budaya Indonesia sudah tidak terbendung lagi. Kondisi seperti inilah yang seharusnya perlu disikapi dengan arif dan bijaksana serta harus dilakukan tindakan pencegahan. Dengan pendidikan yang berbasis sikap dan karakter bangsa, budaya asing yang dapat meracuni generasi penerus bangsa dapat dibendung dan diminimalisasi.

Pembelajaran Bahasa Indonesia

(6)

budaya dan karakter bangsa lebih terarah dan terkondisikan dalam apresiasi sastra. Kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya lokal karena setiap wilayah memiliki budaya yang berbeda.

Dalam kenyataan selama ini, proses pembelajaran bahasa Indonesia kurang kontekstual yang cenderung mengarah pada teks yang terdapat pada buku sehingga kearifan lokal kurang tersentuh. Pembelajaran bahasa Indonesia hanya sekadar pemberian pengetahuan tentang budaya dan karakter yang diharapkan bukan upaya menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa kurang menyelipkan nilai-nilai budaya agar anak bangga dengan budaya yang dimiliki sendiri sehingga tidak menganggap rendah budaya, bahasa dan bangsanya sendiri.

Bahasa Indonesia di dalam Kurikulum 2013 ini digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Dari studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hapalan.

(7)

pikiran. Padahal, teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks. Melalui teks maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai.

Pembelajaran teks membawa anak sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Adalah kenyataan, masalah kehidupan sehari-hari tak terlepas dari kehadiran teks. Untuk membuat minuman atau masakan, perlu digunakan teks arahan/ prosedur. Untuk melaporkan hasil observasi terhadap lingkungan sekitar, teks laporan perlu diterapkan. Untuk mencari kompromi antarpihak bermasalah, teks negosiasi perlu dibuat. Untuk mengkritik pihak lain pun, teks anekdot perlu dihasilkan. Selain teks sastra nonnaratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap jenis teks, baik genre sastra maupun nonsastra, yaitu genre faktual (teks laporan dan prosedural) dan genre tanggapan (teks transaksional dan ekspositori).

Materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013 penuh struktur teks. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks memang baik. Namun, di lapangan peserta didik menjadi jenuh karena setiap kali harus berhadapan dengan teks, teks, dan teks. Di samping itu, materi sastra yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan karakter dan budi pekerti peserta didik banyak dihilangkan.

PEMBAHASAN

(8)

sejatinya untuk perbaikan ke arah lebih baik dan maju hingga setara dengan negara lain yang sudah maju pendidikannya.

Kurikulum 2013 diorientasikan untuk mengembangkan pendidikan yang lebih harmonis, bermutu, dan bermartabat. Tujuan akhirnya adalah lahirnya generasi emas anak bangsa yang inovatif, produktif, kreatif, dan afektif (Abidin, 2015:10). Untuk mewujudkan hal tersebut, guru sebagai pelaksana perubahan kurikulum di lapangan harus adaptif dan kritis terhadap perubahan. Guru harus memahami dan menerapkan kurikulum terbaru dalam setiap proses pembelajaran.

Aspek humanisme pembelajaran dan diferensiasi pembelajaran diusung dalam Kurikulum 2013. Artinya, peserta didik terlibat langsung di dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. Di samping itu, keberagaman minat, motivasi, kecerdasan, dan bakat dijadikan landasan pijak proses pembelajaran Diharapkan dari pembelajaran berdiferensiasi ini, siswa menyadari pentingnya belajar, cara belajar, dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar.

Dari aspek penilaian, kurikulum terbaru sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran. Orientasi penilaian sebagai dasar pengembangan pembelajaran dan sebagai alat untuk mengetahui kelemahan siswa sebagai dasar untuk menyempurnakan pembelajaran. Tujuan penilaian bergeser dari alat untuk mengukur apa yang sudah siswa ketahui menjadi alat untuk mengukur apa yang belum siswa ketahui. Maka dari itu, penilaian sebagai sumber inspirasi perbaikan pembelajaran dan merencanakan pembelajaran yang lebih komprehensif.

(9)

pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Ada yang menarik dari perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013, khususnya dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia. Perubahan tersebut yakni paradigma baru penetapan satuan kebahasaan menjadi basis materi pembelajaran. Satuan bahasa yang menjadi basis pembelajarannya adalah teks. Proses pembelajaran dirancang berpusat pada peserta didik (student centered active learning), tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered learning). Selain itu, sifat pembelajaran yang kontekstual. Artinya, guru tidak hanya beracuan pada buku teks saja, tetapi juga harus mampu mengaitkan materi yang disampaikannya secara kontekstual. Jadi, pembelajaran bahasa dengan mempertimbangkan konteks situasi pemakaian bahasa itu sendiri.

Teks dijadikan basis dalam pembelajaran Kurikulum 2013 dikarenakan melalui teks kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan. Lalu, materi pembelajaran berupa teks lebih relevan dengan karakteristik Kurikulum 2013 yang menetapkan capaian kompetensi siswa yang mencakupi ketiga ranah pendidikan, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Mahsun, 2014:97). Hal ini seiring dengan Lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Kosasih, 2014:11).

(10)

sebagai bahasa nasional, maka ia mempersatukan berbagai etnis yang berbeda bahasa serta kedudukannya sebagai bahasa resmi yang dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

Bahasa ilmu pengetahuan Indonesia haruslah tumbuh dan berkembang atas dasar karakter bangsa Indonesia yang tercermin dalam perilaku berbahasa Indonesia. Penanaman nilai perilaku itu sulit berhasil tanpa pendidikan dasar yang berjati diri dan berkarakter kuat. Untuk itu, penguatan bahasa Indonesia terutama di sekolah dasar dapat menjadi harapan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang kekal. Martabat bahasa Indonesia rusak ketika tidak digunakan untuk kepentingan ilmu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sekarang sudah bertekad untuk membenahi kembali karakter bangsa yang mulai rusak di sekolah (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1367).

Di dalam bahasa, ada dua unsur pembentuknya, yakni makna (pikiran/konsep/gagasan) dan bentuk (bunyi untuk bahasa lisan dan huruf untuk bahasa tulis). Kedua unsur tersebut harus hadir secara simultan jika kita akan membentuk bahasa. Apabila hanya satu unsur yang ada, maka bahasa tidak dapat kita hasilkan. Namun, di antara kedua unsur pembentuk tersebut, komponen makna (pikiran) menjadi unsur utama pembentuk bahasa. Oleh sebab itu, bahasa menjadi sarana pembentukan pikiran manusia. Kemampuan berpikir itulah yang semestinya dibentuk agar peserta didik dapat memecahkan soal-soal atau masalah yang membutuhkan pemikiran.

(11)

Pembelajaran bahasa Indonesia selama ini hanya berpaku pada teks secara sempit. Artinya, teks yang diajarkan teks yang berstruktur tunggal yang tidak keluar dari materi teks tersebut. Seharusnya konsep teks yang diajarkan dalam pembelajaran pada Kurikulum 2013 berstruktur heterogen. Pembelajaran teks tersebut harus dapat dikembangkan dengan kemampuan berpikir peserta didik. Dengan satu topik tertentu, peserta didik diajarkan untuk mengembangkannya dari berbagai sudut pandang suatu persoalan sesuai dengan konteksnya.

Melalui penguasaan bahasa Indonesia, peserta didik dapat mempelajari ilmu pengetahuan lain. Bahasa Indoensia menjadi sarana untuk mengembangkan dan mengomunikasikan ilmu pengetahuan yang lain. Maka dari itu, bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Materi pembelajaran bahasa Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengalihkan satu topik ke topik yang lain dalam substansi mata pelajaran yan berbeda. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki hubungan dengan pembelajaran tematik terpadu.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan penggunaan pembelajaran teks adalah menjadikan peserta didik dapat memahami dan mampu menggunakan teks sesuai dengan tujuan sosial teks-teks yang dipelajari. Dalam implementasinya, pembelajaran teks haruslah dilaksanakan dengan tahapan yang kompleks. Karena teks merupakan satuan bahasa terkecil dengan struktur berpikir (makna) yang lengkap. Pembelajaran teks harus memandang teks bukan terikat dengan materi dalam buku yang menaunginya, melainkan memainkan teks tersebut berorientasi ke dunia luar yang menyelimuti teks tersebut.

(12)

kebahasaan yang menjadi penanda keberadaan teks tersebut. Dalam hal ini, tampak sebagai permodelan. Kemudian, menciptakan kemampuan siswa untuk menghasilkan sendiri teks yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya, guru haruslah menciptakan prakondisi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam konteks pengalaman bersama yang sesuai dengan tujuan sosial teks. Selain itu, para pendidik dapat membangun konteks melalui kegiatan mereviu hal-hal yang telah dipelajari.

Di dalam pembelajaran teks yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai peserta langsung dibawa ke pembahasan teks model tanpa menciptakan kondisi perantara. Dengan demikian, pada tahap permodelan ada dua kegiatan yang dilakukan, yakni membangun konteks dan percontohan teks ideal, seperti mengenalkan nilai, tujuan sosial, struktur, ciri-ciri kebahasaan yang menjadi penanda teks yang diajarkan. Wujud dari kegiatan tahap ini dapat berupa peserta didik membaca teks, tanya jawab tentang kandungan makna teks, parafrase, dan diskusi kelompok.

Selanjutnya, kegiatan bekerja sama membangun teks dapat berupa kegiatan melengkapi dialog, meringkas teks, membangun teks secara berkelompok. Kemudian terakhir membangun teks secara mandiri dapat berupa pengumpulan data atau fakta, lalu dianalisis dan disajikan. Wujud akhirnya berupa pembelajaran berbasis proyek melalui pendekatan saintifik.

Melalui pembelajaran teks dapat juga bermanfaat untuk meningkatkan minat baca peserta didik. Kemampuan berpikir kritis peserta didik membutuhkan banyak bahan bacaan. Artinya, kegiatan tersebut membangkitkan minat baca sehingga menjadi kebiasaan peserta didik untuk selalu membaca.

(13)

kedaerahan sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih kreatif. Karena dengan memilih materi (teks-teks) yang bersentuhan dengan kearifan lokal, siswa lebih mudah memahami esensi pembelajaran. Dalam pembelajarannya, sebaiknya siswa diberikan contoh konkret tokoh yang menjunjung tinggi budaya dan karakter bangsa sehingga siswa mampu meneladaninya dan dapat ditanamkan nilai-nilai budaya dan karakter serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikannya sebagai model utama.

Pembelajaran bahasa menyelipkan nilai-nilai budaya dan karakter dalam teks-teks yang digunakan sebagai bahan pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diselenggarakan secara berkelompok agar siswa mampu bekerja sama, toleransi, dan bertanggung jawab meskipun metode individu tetap dilaksanakan dalam tes agar melatih kejujuran dan percaya diri. Pembelajaran teks dapat juga mengonversikan teks-teks sastra menjadi teks deskripsi, laporan atau teks-teks lainnya. Pengonversian teks dapat juga dilakukan di dalam teks yang bergenre sama. Nantinya diharapkan peserta didik dapat memperkaya wawasan akan nilai-nilai kemanusiaan universal yang terdapat dalam teks tersebut. Dengan demikian, pembelajaran berbasis teks dapat juga menunjang pembelajaran yang menekankan kompetensi sikap atau pembentukan moral anak bangsa.

SIMPULAN

Kurikulum 2013 ini dikembangkan dengan berorientasi pada penguatan pendidikan sikap dan karakter peserta didik. Hal ini sesuai dengan program pemerintah yang ingin membangun manusia berkarakter sebagai upaya menjawab tantangan era globalisasi.

(14)

maju dan konkret dalam memaksimalkan penggunaan bahasa Indonesia.

Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran teks dapat disinergikan dengan konteks kedaerahan sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih kreatif. Karena dengan memilih materi (teks-teks) yang bersentuhan dengan kearifan lokal, siswa lebih mudah memahami esensi pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2015. Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad Ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama.

Abo, La. 2015. Kurikulum Baru dan Revolusi Mental Peserta Didik: Cara Praktis Mengembangkan Kurikulum Berorientasi Pendidikan Sikap dan Karakter Peserta Didik. Bandung: Mujahid Press.

Alex, 2010. Isu-isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. eds. Emzir dan Sam M. Chan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Depok: Rajagrafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum (online) diakses 21 Februari 2016.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Alat penghubung geser tersebut menghasilkan interaksi yang diperlukan untuk aksi komposit antara balok baja profil dan pelat beton, yang sebelumnya hanya menghasilkan lekatan

Pada lokasi habitat mangrove yang luas lebih kecil, hal ini tentu tidak dapat dilakukan oleh citra Landsat, dan memungkinkan dilakukan pemetaan lebih baik

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada

Sehubungan kegiatan evaluasi dan klarifikasi Pembuktian dokumen Kualifikasi Pengadaan Perencanaan Teknis Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Tahun Anggaran

Penelitian Samuel Mairuhu dan Jantje (2014) tentang analisis penerapan metode penyusutan aset tetap dan implikasinnya terhadap laba perusahaan pada Perum Bulog Divre Sulut

Berikut ini adalah DFD Level 1: Data pegawai Data login Info login Data login Info login 1 Login 3 Pengolahan Data Master 4 Pengolahan Data Persediaan Bahan Baku 5 Perencanaan

Forum Online SLiMS perlu melakukan promosi untuk mengenalkan Aplikasi SLiMS kepada perpustakaan dan lebih memudahkan pengguna dalam melakukan penelusuran informasi.

[r]