MTS MA’ARIF NU KEJOBONG
PROPOSAL
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
oleh
Nama : Puji Ratnasari
NIM : 2601412095
Program Studi : Pendidikan Bahasa Jawa Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
1.1 Latar Belakang
Bahasa Jawa merupakan salah satu muatan lokal yang dikembangkan di wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sama
seperti bahasa lainnya, dalam mempelajari bahasa Jawa terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan hal yang dianggap sulit oleh peserta
didik, baik itu saat menulis sastra maupun nonsastra. Salah satu materi menulis yang dianggap sulit bagi peserta didik adalah menulis huruf Jawa. Marliana (2013) menyatakan bahwa, menulis huruf Jawa sebagai salah satu keterampilan
yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam mengajar di sekolah.
Selama ini, peserta didik berargumen bahwa materi tentang huruf Jawa baik
itu ketrampilan membaca maupun menulis merupakan salah satu materi tersulit dalam pembelajaran bahasa Jawa. Mereka berpendapat pembelajaran yang sudah
ada cenderung membosankan karena dalam pembelajaran menulis huruf Jawa guru biasanya hanya menyuruh siswa untuk menyalin materi yang ada di buku ajar. Hal tersebut kurang membuat siswa termotifasi untuk berlatih menulis
dengan huruf Jawa.
Salah satu guru Bahasa Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong mengatakan bahwa, selama ini model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
menulis huruf Jawa masih bersifat klasih. Hal ini dikarenakan, guru masih bingung memilih model pembelajaran yang tepat.
Meskipun huruf Jawa sudah kita pelajari sejak kita berada di bangku sekolah dasar, akan tetapi kita hanya mempelajarinya saat ada pembahasan
tentang materi terebut saja. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik biasanya merupakan model pembelajaran tradisional yang kurang bisa
membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam suatu proses pembelajaran tentunya seorang pendidik memerlukan
model dan metode pembelajaran yang tepat agar lebih menarik perhatian peserta didik. Dalam memilih model pembelajaran, pendidik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya yaitu materi yang akan diaplikasikan dalam model
tersebut, kondisi kelas, serta sarana dan prasarana yang ada. Pendidik tidak bisa secara acak memilih model pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas.
Apabila model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi, maka materi tersebut pun tidak bisa tersampaikan kepada peserta didik. Model pembelajaran yang baik juga harus didukung dengan sarana prasarana yang baik
pula karena, jika tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung, materi pun tidak bisa tersampaikan secara maksimal.
Pembelajaran yang kurang menarik dan cenderung membosankan dapat mempengaruhi kondisi psikologi peserta didik saat belajar. Sebuah model
pembelajaran terkadang bisa diterapkan tidak hanya untuk satu materi, akan tetapi bisa digunakan untuk beberapa materi. Model pembelajaran yang cocok untuk
Pengajaaran menulis tidak cukup diterima mendengarkan secara lisan apa yang diterangkan oleh pendidik, tetapi perlu latihan-latihan menulis yang
berkelanjutan (Marliana : 2013). Hal ini juga berlaku untuk pembelajaran menulis huruf Jawa. Peserta didik tidak bisa hanya mendengarkan dan mengamati apa yang dijelaskan oleh pendidik, akan tetapi harus mempraktekannya langsung.
Selain itu, peserta didik memerlukan latihan berkelanjutan agar pada akhir pembelajaran bisa terbiasa menulis huruf Jawa.
Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran menulis adalah model pembelajaran cooperative round table. Model pembelajaran
ini efektif untuk pembelajaran menulis karena peserta didik diajak untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat melatih
peserta didik untuk bekerjasama dengan rekannya.
Akan tetapi, perlu dilakukan pengembangan model pembelajaran
cooperative round table sebelum diterapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan yaitu menulis huruf Jawa. Sehingga, materi tersebut dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.
Penelitian ini akan difokuskan pada masalah pengembangan model
pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian Research and Development (R&D), dengan hasil model pembelajaran
baru yang disesuaikan dengan kebutuhan di MTS Ma’arif NU Kejobong.
1.2 Identifikasi Masalah
1) Peserta didik masih kesulitan dalam mempelajarai huruf Jawa, khususnya pada keterampilan menulis.
2) Model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik kurang inovatif dan mengajak peserta didik untuk lebih kreatif.
3) Peserta didik merasa bosan dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang muncul
sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan agar pembahasan tidak terlalu luas, sehingga tidak keluar dari tema yang dibicarakan.
Penelitian ini difokuskan pada masalah model pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
Alternatif yang diberikan yaitu dengan model pembelajaran cooperative round table dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah,
antara lain:
1) Bagaimanakah desain model pembelajaran menulis huruf Jawa yang
dibutuhkan oleh pendidik dan peserta didik kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong?
2) Bagaimanakah prototipe model pembelajaran cooperative round table
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui desain model pembelajaran menulis huruf Jawa yang dibutuhkan oleh pendidik dan peserta didik.
2) Untuk mengembangkan model pembelajaran cooperative round table
pada pembelajaran menulis huruf Jawa.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara garis besar manfaat penelitian tediri atas dua hal yaitu, manfaat
secara teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai pedoman atau acuan bagi penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur
dalam melakukan penelitian yang sejenis.
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peserta didik, guru, dan peneliti. Bagi peserta didik, dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk mempelajari dan memelihara Bahasa Jawa, khususnya huruf Jawa. Selain
itu juga dapat meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menulis huruf Jawa. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan model
pembelajaran yang inovatif dan tidak membosankan bagi siswa. Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan tentang pembelajaran bahasa Jawa, khususnya huruf Jawa dan pengembangan model pembelajaran cooperative
2.1 Kajian Pustaka
Model pembelajaran yang iovatif, interaktif dan dapat memancing keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran terus dikembangkan oleh para peneliti.
Model pembelajaran tersebut dalam penerapannya di dalam kelas juga harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan karena, tidak semua materi bisa disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Begitu juga pada
pembelajaran menulis huruf Jawa. Salah satu dari model pembelajaran yang dikembangkan oleh para peneliti adalah model pembelajaran round table.
Penelitian yang menjadikan model pembelajaran round table dan kompetensi menulis huruf Jawa sebagai objek kajiannya sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Sehingga, penelitian tersebut bisa dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penyusunan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara lain,
Marlina (2013), Erna (2013), dan Anisatul (2011).
Marlina (2013), melakukan penelitian dengan judul Peningkatan
Keterampilan Menulis Kata Berhuruf Jawa yang Menggunakan Sandhangan
Swara dengan Model Anom pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong Jepara.
Pada penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Anom dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis huruf Jawa. Hal tersebut dibuktikan dari adanya peningkatan pada siklus II (setelah
diterapkan model pembelajaran Anom). Hasil tes siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,4 % dari hasil siklus I. Persamaan penelitian Marlina (2013) dengan
penelitian ini adalah pada objek yang akan dikaji, yaitu huruf Jawa. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian milik Marlina (2013) merupakan penelitian
tindakan kelas, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan penelitian Research and Developmen (R&D). Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian Marliana (2013) adalah model pembelajaran Anom,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran cooperative round table.
Berbeda dengan penelitian milik Marliana (2013), penelitian milik Irna (2013) menggunakan model pembelajaran cooperative round table sebagai objek
kajiannya. Irna (2013) meneliti tentang Efektivitas Teknik Meja Bundar (Round Table) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Perbedaan antara penelitian
Irna (2013) dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada jenis penelitian dan penerapan metode yang akan diteliti. Penelitian Irna (2013) merupakan penelitian eksperimen, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
jenis penelitian R&D. Selain itu, penelitian Irma (2013) meneliti tentang penerapan round table dalam pembelajaran menulis cerita pendek, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan meneliti penerapan round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa.
Sama seperti penelitian Irna (2013), Anisatul (2011) menggunakan model pembelajaran Cooperative Round Table sebagai objek kajiannya. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada jenis penelitian dan objek pengaplikasian model. Pada penelitian milik Anisatul (2011), memilih kompetensi
pada penelitian yang akan peneliti lakukan memilih menulis huruf Jawa sebagai objek pengaplikasian model pembelajaran. Penelitian milik Anisatul (2011)
merupakan penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian ini yaitu penelitian pengembangan atau R&D.
Penelitian milik Anisatul (2011) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table pada Siswa Kelas
X A SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis deskripsi mempunyai pengaruh dan mampu meningkaatkan keterampilan menulis
deskriptif siswa.
2.2 Landasan Teori
Dalam melakukan penelitian membutuhkan teori-teori yang relefan dengan kegiatan penelitian pengembangan ini. Adapun teori-teori yang
digunakan meliputi, 1) Model Pembelajaran Kooperatif, 2) Round Table, 3) Menulis, 4) Huruf Jawa.
2.2.1. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2010:28) dalam Anisatul (2013), model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Menurut Hasan dalam Solihatin dan Raharjo (2009: 4), pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa secara individu mencari hasil yang
bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Ngalimun (2014: 161) berpendapat bahwa model pembelajara kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Model pembelajaran kooperatif meupakan sebuah pendekatan untuk
mengorganisir aktivitas-aktivitas kelas ke dalam pengalaman-pengalaman akademik dan sosial. Pendekatan ini telah terbukti berhasil dalam penerapannya,
dimana para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, memanfaatkan aktivitas-aktivitas belajar yang beragam untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu pelajaran.
Setiap anggota kelompok bertanggungjawab tidak hanya untuk mempelajari apa yang diajarkan guru, namun juga untuk membantu teman-teman dalam
kelompoknya untuk belajar. Para siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas secara kolektif. Setiap anggota suatu kelompok dinyatakan berhasil jika kelompok tersebut berhasil.
Usaha-usaha bekerjasama dalam kelompok dalam pembelajaran kooperatif
dapat menghasilkan keuntungan bagi para siswa yang terdapat dalam sebuah kelompok, dimana semua anggota kelompok dapat:
a) Memperoleh sesuatu dari usaha satu sama lain.
b) Menyadari bahwa semua anggota kelompok menjalani hal yang sama. c) Mengetahui bahwa pencapaian seseorang secara mutual disebabkan oleh
dirinya sendiri dan anggota-anggota kelompoknya.
d) Merasa bangga dan merayakan keberhasilan seorang anggota kelompok
Penelitian yang dilakukan para ahli dan praktisi pendidikan membuktikan bahwa teknik pembelajaran kooperatif membawa dampak
positif sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian akademik siswa. b) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat.
c) Menambah kepuasan siswa terhadap pengalaman belajarnya.
d) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara (oral skills)
dalam berkomunikasi.
e) Mengembangkan keterampilan sosial siswa. f) Mengangkat harga diri siswa.
g) Membantu memajukan hubungan antar ras yang positif.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31) model pembelajaran kooperatif memiliki 5 elemen dasar yang memungkinkannya
untuk membuahkan hasil yang lebih produktif dibandingkan dengan pendekatan lain yang sifatnya kompetitif dan individualistik. Kelima
elemen tersebut yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence).
Saling ketergantungan positif membuat setiap anggota kelompok merasa terhubung satu sama lain dalam proses menyelesaikan suatu tugas
atau mencapai suatu tujuan. Usaha dari setiap anggota kelompok sangat dibutuhkan demi kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok mempunyai sebuah kontribusi yang unik dalam upaya bersama
berdasarkan peranannya, kemampuannya, serta tanggung jawabnya. Saling ketergantungan positif meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Tujuan, yaitu hasil yang diharapkan dari aktivitas.
- Sumber daya, yaitu bahan dan alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas.
- Peranan, yaitu tugas yang diberikan kepada anggota kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggota memberikan kontribusi.
- Sekuen, yaitu tahap-tahap atau langkah-langkah penyelesaian tugas. - Simulasi, yaitu alternatif pola pikir yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
- Tekanan dari luar, yaitu sesuatu yang membatasi waktu atau sesuatu yang digunakan sebagai pendorong untuk pencapaian.
- Lingkungan, yaitu bahwa setiap anggota kelompok berada dalam kedekatan satu sama lain.
- Identitas, yaitu semua anggota kelompok terhubung dalam satu tim. 2) Interaksi Langsung (Face-to face Interaction).
Interaksi langsung merupakan sebuah bentuk interaksi dimana setiap
anggota kelompok harus berpartisipasi dengan cara mengkomunikasikan atau mendiskusikan tujuan yang akan dicapai. Dalam interaksi ini para
anggota kelompok menjelaskan secara lisan bagaimana memecahkan masalah, saling membagikan pengetahuan, saling mengecek tingkat pemahaman, mendiskusikan konsep-konsep yang sedang dipelajari, serta
menghubungkan pembelajaran yang lalu dengan yang sekarang
3) Pertanggungjawaban Individu dan Kelompok (Individual and Group Accountability).
Pertanggung jawaban individu dan kelompok berarti bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk dapat mendemonstrasikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
- Para siswa sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, karena semakin kecil kelompoknya, akan semakin besar pertanggungjawaban
individual yang dapat diberikan siswa
- Tes individual perlu diberikan kepada setiap siswa
- Guru perlu menguji siswa secara acak dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan dengan memanggil satu atau dua orang
siswa untuk mempresentasikan pekerjaan kelompoknya kepada guru atau seluruh kelas
- Guru perlu mengobservasi setiap kelompok dan mencatat frekuensi dimana setiap anggota berkontribusi terhadap pekerjaan kelompok - Guru perlu menugaskan seorang anggota dalam setiap kelompok
sebagai pengecek (checker). Checker menanyakan kepada
anggota-anggota kelompok mengenai pokok-pokok gagasan yang menjadi jawaban kelompok
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada teman kelompoknya.
4) Keterampilan Antarpibadi dan Kelompok Kecil (Interpersonal & Small-Group Skills)
Keterampilan antarpribadi dan kelompok kecil ini adalah keterampilan
yang dibutuhkan sebelum atau dikembangkan selama proses bekerja kelompok. Keterampilan sosial yang harus diajarkan antara lain adalah: - Kepemimpinan
- Membuat keputusan - Membangun kepercayaan - Komunikasi
- Manajemen konflik
5. Proses kelompok (Group Processing)
Dalam hal ini anggota-anggota kelompok mendiskusikan sebaik apa pencapaian mereka terhadap tujuan-tujuan mereka dan memelihara
keputusan mengenai perilaku-perilaku mana yang dapat diteruskan atau yang harus diubah, serta menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan
di dalam kelompok , mana yang berguna dan mana yang tidak.
Dari teori-teori tentang pembelajaran kooperatif, peneliti akan
menggunakan teori milik Lie dan Huda sebagai dasar penelitian. 2.2.2. Teknik Pembelajaran Round Table
Round table pertama kali diperkenalkan oleh Arthur (Raja kerajaan Inggris).
Pada waktu itu, round table digunakan untuk menyelesaikan perselisihan antar petani gula. Selain itum round table juga digunakan untuk membahas masalah-masalah yang ada dalam kerajaan maupun di luar kerajaan, misalnya menentukan
strategi perang.
Seiring dengan bertambahnya waktu, round table dikembangkan oleh
Spencer Kagan menjadi salah satu model pembelajaran kooperatif. Round table merupakan teknik menulis yang meneraapkan pembelajaran dengan menunjuk
tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara bergiliran dalam kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau duduk melingkar (Mccafferty, 2006: 191).
Berikut langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik
round table.
1. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 siswa secara hetrogen.
2. Masing-masing siswa duduk sesuai dengan kelompoknya dengan posisi
membentuk lingkaran kecil mengelilingi meja.
3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai objek yang diamati dan
menyampaikan persepsi.
5. Siswa pertama menyumbangkan idenya, dilanjutkan siswa kedua dan seterusnya hingga siswa terakhir. Penyusunan ide-ide tersebut dilakukan
secara kolaborasi.
6. Ide-ide yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan setiap anggota
kelompok untuk menyusun karangan deskripsi secara individu.
7. Karangan deskripsi masing-masing anggotaa kelompok yang telah
tercipta ditukarkan dan didiskusikan dalam kelompok untuk dilakukan pengeditan.
Round table adalah teknik pembelajaran kooperatif sederhana yang dapat digunakan dengan subyek apapun. Round table paling banyak digunakan pada
awal sebuah pelajaran untuk mengadakan aktivitas pembangunan tim yang berhubungan dengan isi pelajaran.
Menurut Huda (2011: 141), dalam kegiatan Round Table, masing-masing anggota kelompok berkesampatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota yang lainnya. 2.2.3. Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung serta tidak tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kata, dan
kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4).
Menurut Lado dalam Tarigan (2008:22), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menurut Akhadiah dalam Khanifa (2011:28) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa
yang sudah disepakati pemakaiannya. Komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu (1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan.
2.2.4. Huruf Jawa
Masyarakat Indonesia saat ini lebih terbiasa menggunakan huruf Latin yang terdiri dari 26 huruf. Hal tersebut dikarenakan, huruf Latin lebih bersifat universal
dan diketahui oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Namun disamping penggunaan huruf Latin, hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk huruf masing-masing, seperti huruf Lampung, huruf Sunda, Huruf Jawa, huruf
Bali dan lain sebagainya. Penggunaan huruf daerah saat ini lebih bersifat regional atau kedaerahan dan bertujuan untuk melestarikan huruf tersebut agar tidak
hilang. Hal tersebut berbeda dengan beberapa negara lain yang menjadikan huruf mereka sebagai huruf nasional yang merupakan huruf yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di semua bagian negara tersebut. Beberapa
negara yang menjadikan huruf mereka sebagai huruf nasional adalah India, Thailand, dan negara-negara timur tengah seperti Arab Saudi, Iraq, Iran, Mesir,
dan Uni Emirat Arab.
Dari berbagai huruf daerah yang ada di Indoneisa, salah satunya adalah
hal tersebut dapat dilihat dari beberapa karakteristik kedua huruf yang hampir sama. Diataranya yaitu awal penulisan yang dimulai dari kiri ke kanan, letak huruf
yang menggantung di atas garis dan bersifat kesukukataan.
Huruf Jawa terdiri dari 20 huruf pokok atau sering disebut Dentawyanjana
yang berarti huruf gigi, hal tersebut diutarakan oleh Padmosoekotjo (1984: 2), “Dentawyanjana ateges huruf untu (denta = untu, wyanjana = huruf) lumrahe ditegesi carakan yaiku urut-urutane huruf Jawa wiwit saka ꦀ tekan ꦀ cacahe
rong puluh”. (Dentawyanjana berarti huruf gigi (denta = gigi, wyanjana = huruf)
umumnya disebut carakan yaitu berturut-turut dari ꦀ (ha) sampai ꦀ (nga)
berjumlah dua puluh). Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Parwondo dkk. (1999: 1) yang menyatakan bahwa huruf Jawa dan pasangannya memiliki jumlah keseluruhan yaitu duapuluh. Huruf dan pasangannya tersebut dari awal
sampai akhir pada umumnya diberi nama Dentawyanjana atau Carakan.
Kedua pendapat tersebut sama-sama memberi nama huruf Jawa dengan
Dentawyanjana atau Carakan, dimana Dentawyanjana atau carakan tersebut memiliki duapuluh huruf yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Huruf Jawa (Dentawyanjana atau Carakan)
Ca ꦀꦀ ...ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = camat-cimit
Ra ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = ragad rabi
Ka ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = kawak-kawak
Da ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = dalan-dalan
Ta ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = tapak tilas
Sa ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ= saben sasi
Wa ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = watuk-watuk
La ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ= lamuk lanang
Pa ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀ= panen pari
Dha ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀ= dhandhang
Ja ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = jajal-jajal
Ya ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = yakin yekti
Nya ꦀ ...ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = nyabut nyawa
Ma ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = manuk manyar
Ga ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = gagak galak
Ba ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = bal-balan
Nga ꦀ ....ꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = ngajak ngaso
Disamping Dentawyanjana atau carakan yang berjumlah dua puluh tersebut, huruf Jawa juga masih memiliki sandhangan (pengubah
bunyi), aksara swara (huruf vokal), aksara rekan (suku kata pengganti),
aksaramurda (huruf kapital), dan angka Jawa.
Sandhangan ialah tanda diakritik yang dipakai sebagai pengubah
bunyi di dalam huruf Jawa. Huruf Jawa yang tidak mendapat sandangan diucapkan sebagai gabungan antara konsonan dan vokal “a”. Berikut
adalah macam-macam huruf Sandhangan.
Tabel 2.2 Huruf Sandhangan
Nama
Huruf WujudHuruf Bunyi Huruf Pemakaian dalamkata
Wulu ..ꦀ... i ꦀꦀꦀꦀ = siti
Pepet ...ꦀ... e ꦀꦀꦀꦀꦀ = sepatu
Suku ..ꦀ... u ꦀꦀꦀꦀ = kuku
Taling ꦀ... é ꦀꦀꦀ = téla
Taling
Tarung ꦀ...ꦀ o ꦀꦀꦀꦀꦀ = mori
Layar ...ꦀ ...r ꦀꦀ ꦀ= latar
Cecak ...ꦀ... ...ng ꦀꦀꦀ = mangsa
Pangkon ...ꦀ Huruf mati ꦀꦀ = iwak
Cakra ꦀ... ...ra ꦀꦀꦀ = krasa
Keret ...ꦀ ...re ꦀꦀꦀꦀ = kremi
Pengkal ...ꦀ ...ya ꦀꦀꦀꦀ = Pyayi
Aksara swara (huruf vokal) adalah huruf yang digunakan apabila huruf vokal menjadi suku kata di awal kata. Aksara swara (huruf vokal)
dalam huruf Jawa terdapat lima macam, yaitu:
Tabel 2.3 Huruf Swara
Nama Huruf
Wuju d Huruf
Bunyi
Huruf Pemakaiandalam kata
A ꦀꦀ A ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = Alkuran
I ꦀꦀ I ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = Ibnu Majah
U ꦀꦀ U ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = Urbanisasi
E ꦀ E ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = Emanuel
Aksara rekan (huruf rekaan), adalah huruf yang dipakai untuk menuliskan konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan
seperti aslinya. Macam-macam huruf rekan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4 Huruf Rekan
Nama
Huruf WujudHuruf
Huruf Pasan gan
Pemakaian dalam kata
Kha ꦀꦀ ...ꦀꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = Khatib
Dza ꦀꦀ ...ꦀꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = dzalim
Fa/va ꦀꦀ ...ꦀꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = fungsine
Za ꦀꦀ ...ꦀꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀ = zaman
Gha ꦀꦀ ...ꦀꦀ ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = ghulam
Angka Jawa merupakan pengganti angka Latin dalam huruf Jawa, dalam penggunaannya angka Jawa memakai pinjaman dari huruf lain atau
Tabel 2.5 Angka Jawa
Angka
Latin JawaAngka AngkaLatin AngkaJawa
1 ꦀ 6 ꦀ
2 ꦀ 7 ꦀ
3 ꦀ 8 ꦀ
4 ꦀ 9 ꦀ
5 ꦀ 0 ꦀ
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan obseervasi awal yang telah dilakukan di MTS Ma’arif NU Kejobong, diketahui bahwa ada beberapa kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran huruf Jawa. Kendala tersebut diantaranya: siswa merasa kesulitan dalam mengenali huruf Jawa khususnya pasangan aksara Jawa, mereka juga masih kesulitan saat menulis tulisan beraksara murda dan aksara rekan.
Model pembelajaran yang sudah diterapkan oleh pendidik di MTS Ma’arif NU Kejobong masih cenderung konvensional. Hal ini terlihat dari cara pendidik
mengajar dan metode dalam RPP yang digunakan masih konvensional. Maka dari itu peneliti berkeinginan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif
tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong .
dimaksudkan agar tercipta suatu prototipe produk pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table yang nantinya dapat menjadi referensi
bagi pendidik mata pelajaran Bahasa Jawa.
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk model
pembelajaran. Model pembelajaran tersebut akan peneliti kembangkan dengan metode Research and Development agar menjadi modul yang sesuai dengan
kebutuhan. Skema alur kerangka berpikir ini dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Bagan 2.3. Alur berpikir penelitian dan pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe round table.
Analisis kebutuhan model pembelajaran kooperatif tipe round table
Perencenaan model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Menyusun silabus; b. Menyusun RPP;
c. Validasi dari ahli model dan ahli materi.
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Pelaksanaan pembelajaran; b. Oemberian pretest dan posttest;
c. Pemberian angket keatifan dan motivasi belajar siswa.
Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Analisis hasil pretest dan posttest; b. Uji hipotesis penelitian;
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau
Research and Development. Sugiyono (2010: 407) menyatakan bahwa metode
penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Borg dan Gall dalam Adnan (2009:2), educational research and development is a process used to develop and validate educational
product atau dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Produk di sini tidak terbatas pada benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran, namun juga unsur-unsur lain yang mampu membantu pelaksanaan proses pembelajaran seperti kurikulum, metode dan teknik pembelajaran, media
pembelajaran, dan lain sebagainnya.
Terdapat sepuluh tahapan yang dilalui dalam penelitian dan
pengembangan (Research and Delevopment) hingga menghasilkan produk yang dikehendaki. Kesepuluh tahapan tersebut yaitu:
1) Perumusan potensi dan masalah
Tahap perumusan masalah dan potensi ini diisi dengan kegiatan
observasi atau pengamatan pelaksanaan pembelajaran membaca huruf Jawa antara pendidik dan peserta didik di sekolah sebagai subjek penelitian. Bersumber dari pengamatan atau observasi yang dilakukan akan diperoleh
rumusan masalah yang muncul dalam pembelajaran membaca huruf Jawa. 2) Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data dilakukan kegiatan analisis kebutuhan
kepada pendidik dan peserta didik terhadap media pembelajaran membaca aksara Jawa yang nantinya bisa digunakan dalam mengatasi masalah yang muncul dalam pembelajaran. Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan studi
pustaka mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi atau kesesuaian dengan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
membaca aksara Jawa. 3) Desain Produk
Dibentuknya bagan, gambar kerja, dan uraian mengenai produk yang akan dibuat merupakan hal yang dilakukan dalam tahap desain produk ini.
Menggunakan pertimbangan kebutuhan pendidik dan peserta didik yang nantinya akan menggunakan produk tersebut, maka dapat disusun desain
sementara produk guna mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran membaca aksara Jawa. Desain produk ini masih bersifat sementara, karena belum melewati proses validasi dari ahli di bidang produk
yang disusun tersebut. 4) Validasi Desain
Pada tahap inilah dilakukan penilaian terhadap desain produk yang
pakar atau ahli di bidang produk yang dihasilkan, dalam hal ini media pembelajaan berupa Javanese pop up book (buku pop up berhuruf Jawa),
maka pakar atau ahli yang dilibatkan merupakan ahli di bidang media dan pakar atau ahli aksara Jawa. Titik akhir dari tahap ini adalah teridentifikasinya kelebihan dan kekurangan prototipe produk yang telah tersusun.
5) Perbaikan Desain
Bersumber dari hasil validasi oleh para pakar atau ahli berupa deskripsi kelebihan dan kekurangan produk, maka dilakukan perbaikan desain
guna mengurangi kelemahan yang muncul dalam desain produk sebelumnya. Hasil dari tahap inilah yang nantinya memunculkan media pembelajaran membaca huruf Jawa sesuai dengan kebutuhan pendidik dan peserta didik dan
sesuai dengan standar yang telah diberikan oleh pakar atau ahli materi dan media.
6) Uji Coba Produk
Setelah dilakukan perbaikan atau revisi terhadap produk yang dihasilkan, langkah selanjutnya dalam prosedur penelitian dan pengembangan adalah dilakukan uji coba terbatas terhadap produk. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi produk yang dihasilkan dibandingkan dengan produk sebelumnya. Untuk itu dilakukan pembandingan produk yang
digunakan sebelumnya dengan produk yang baru dihasilkan. Apabila hasil pembendingan menunjukkan bahwa produk yang baru dihasilkan memiliki kelebihan maka produk tersebut layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
Selain itu, bersumber dari uji coba terbatas inilah diketahui kelebihan dan kelemahan produk yang dihasilkan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan
Revisi produk dilakukan apabila produk yang dihasilkan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dasar yang digunakan untuk mengetahui hal
tersebut dapat dilihat pada hasil uji coba terbatas. Tujuan dari revisi produk ini adalah untuk megurangi kelemahan dan menyempurnakan produk yang dihasilkan.
8) Uji Coba Pemakaian
Apabila uji coba terbatas terhadap produk telah berhasil dilakukan dan dilakukan revisi terhadap kekurangan yang mungkin masih terdapat pada
produk dilanjutkan dengan tahap uji coba pemakaian. Uji coba ini dilakukan dengan skala yang lebih besar, seperti pada lembaga pendidikan seperti sebuah sekolah. Dalam pelaksanaannya, pengamatan terhadap kelebihan dan
kekurangan produk tetap harus dilakukan. 9) Revisi Produk
Langkah ini dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih
terdapat kelemahan dan kekurangan pada produk. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna dan sesuai dengan standar produk lain yang telah digunakan.
10) Pembuatan Produk Masal
Apabila produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan dan standar serta telah dinyatakan efektif dan efisien untuk mengatasi
permasalahan yang ada maka produk tersebut bisa diterapkan pada subjek-subjek lain secara luas. Mengingat produk yang dihasilkan adalah produk pendidikan, maka produk tersebut dapat diterapkan di semua lembaga
pendidikan.
Kesepuluh tahapan dalam penelitian ini merupakan tahapan yang dilalui
dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 409-427). Mengingat betapa kompleks penelitian dan pengembangan ini, maka tahapan yang dilalui disederhanakan
menjadi tujuh tahap saja, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) Uji coba produk, dan 7) Revisi Produk. Penyederhanaan tahapan penelitian ini dilakukan juga karena
waktu yang diperlukan akan sangat lama apabila semua tahapan (10 tahapan) dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan teori yang dikemukakan Sugiyono.
Selain itu dengan dibatasi/disederhanakannya tahapan pengembangan model ini, diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengembangkan kembali produk yang telah dihasilkan melalui tiga tahapan
yang belum dilaksanakan.
Uji coba produk akan menggunakan pre-experimental design dengan jenis
pre-test and post-test one group. Uji coba produk akan dilakukan pada skala terbatas yaitu kelas VII A, kemudian dilakukan evaluasi. Adapun desain pre-test and post-pre-test one group yaitu:
O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2 = nilai posttest( setelah diberi diklat)
X= model pembelajaran kooperatif tipe round table
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2- O1)
Desain penelitian yang nantinya akan dilakukan dapat dilihat pada bagan berikut.
Bagan 3.1 Tahap Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
3.2 Subjek Penelitian
Penelitian dan pengembangan Model pembelajaran Cooperative Round
Table sebagai model pembelajaran kompetensi menulis huruf Jawa siswa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong ini menjadikan pendidik, peserta didik, dan
ahli sebagai subjek penelitiannya. Pendidik dan peserta didik akan dijadikan sebagai sumber informasi dalam menentukan kebutuhan prototipe model pembelajaran yang akan disusun. Sedangkan ahli akan terdiri dari orang-orang
yang merupakan ahli materi aksara Jawa serta ahli model serta strategi pembelajaran.
3.2.1 Pendidik
Peran pendidik dalam penelitian ini adalah sebagai sumber data/ informasi mengenai kebutuhan model dalam pembelajaran menulis huruf Jawa. Pendidik
yang dilibatkan dalam analisis kebutuhan adalah pendidik mata pelajaran bahasa Jawa kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong.
3.2.2 Peserta didik
Selain pendidik, penelitian ini juga menjadikan peserta didik sebagai subjek penelitiannya. Peserta didik di sini memiliki peran sebagai sumber data
mengenai kebutuhan mereka akan media pembelajaran menulis huruf Jawa yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kegemaran mereka.
Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian merupakan peserta didik yang berasal dari siswa kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong. Sebagai sampel penelitian, hanya satu kelas yang menjadi subjek penelitian. Kelas tersebut dipilih
berdasarkan keheterogenan nilai peserta didik di kelas tersebut. Sebelum melakukan penelitan, dilakukan observasi berkaitan dengan nilai peserta didik.
3.2.3 Ahli
Pada tahapan uji validasi, peneliti melibatkan dua orang yang ahli pada bidangnya masing-masing. Ahli pertama merupakan Dosen Jurusan Bahasa dan
khususnya aksara Jawa. Dosen ini bertugas untuk menguji konten materi yang ada dalam prototipe yang telah disusun. Mulai dari kesesuaian materi dengan
kurikulum yang berlaku, jenis huruf (font), tata bahasa, tingkat keterbacaan huruf yang digunakan serta unsur lainnya. Sedangkan ahli kedua merupakan dosen atau guru yang ahli dalam bidang model dan strategi pembelajaran. Ahli kedua ini akan
memberikan penilaian mengenai bentuk rencana proses pembelajaran (RPP) dan silabus pengaplikasian model pembelajaran cooperative round table dalam
menulis huruf Jawa.
Penilaian yang dilakukan menggunakan angket uji validasi yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan aturan angket validasi yang berlaku.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Terdapat empat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu teknik observasi, terknik wawancara, teknik kuesioner atau angket, dan teknik dokumentasi. Lebih jelas mengenai teknik pengumpulan data yang dilakukan akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
3.3.1 Teknik Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengamati kondisi
pembelajaran yang berlangsung di sekolah yang menjadi subjek penelitian. Kegiatan ini dilakukan guna mengetahui kondisi riil atau nyata yang terjadi dalam pembelajaran menulis huruf Jawa di kelas, seperti penggunaan metode
Hasil dari kegiatan observasi merupakan hal-hal yang menjadi dasar pokok perlunya dilakukan pengembangan model pembelajaran, khususnya
cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa.
3.3.2. Teknik Wawancara
Tenkik wawancara merupakan proses pemerolehan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan kepada narasumber atau subjek penelitian guna memperdalam informasi awal. Teknik ini digunakan pada subjek yang jumlahnya
sedikit, dalam hal ini adalah pendidik bahasa Jawa yang terlibat dalam pembelajaran menulis huruf Jawa di sekolah yang menjadi subjek penelitian. Pelaksanaan wawancara bisa dilakukan dengan langsung (face to face interview)
atau juga bisa dilakukan melalui media lain (indirect interview) (Sugiyono, 2010: 195). Sedangkan penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung baik
terstruktur maupun tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur dilakukan guna mengumpulkan data yang sudah diketahui pasti tentang informasi yang akan diperoleh dan kemungkinan jawaban
yang akan diberikan oleh subjek penelitian. Sedangkan wawancara tidak terstruktur dilakukan guna mengetahui informasi yang belum diketahui
3.3.3 Angket
Teknik pengumpulan data dengan angket merupakan teknik pengumpulan
data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden atau dapat pula berupa pernyataan yang harus dibenarkan atau disalahkan oleh responden yang menjadi subjek penelitian. Teknik penggunaan
angket merupakan cara yang efektif untuk mengetahui informasi yang diperlukan apabila peneliti telah mengatahui secara pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang diharapkan dari responden/ subjek penelitian.
Penelitian ini nantinya akan menggunakan dua macam angket, yaitu angket kebutuhan dan angket uji ahli. Angket kebutuhan sendiri masih dibagi
dalam dua jenis angket kebutuhan, yaitu angket kebutuhan peserta didik dan angket kebutuhan pendidik. Namun pada intinya berisi pokok yang sama, yaitu
mengenai tingkat kebutuhan tentang jenis, bentuk, kesesuaian materi, bahasa dan lain-lain yang akan diterapkan dalam penyusunan prototipe model pembelajaran menulis huruf Jawa sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik serta
pendidik dalam mengaplikasikannya.
Sedangkan angket uji ahli digunakan untuk memberikan penilaian
mengenai prototipe yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan hasil angket kebutuhan pendidik dan peserta didik. Ahli yang dilibatkan dalam pemvalidasian prototipe model pembelajaran menulis huruf Jawa nantinya
3.3.4 Teknik Dokumentasi
Teknik ini merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan guna
memperkuat penelitian yang dilakukan. Data berupa alokasi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah, silabus Pembelajaran membaca aksara Jawa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) membaca aksara Jawa, dan gambar proses
pembelajaran membaca aksara Jawa diperoleh dengan teknik dokumentasi. Hasil dari pengambilan data dengan teknik ini merupakan bukti nyata yang mampu
memperkuat bahwa penelitian dan pengembangan model pembelajaran
cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa benar-benar perlu dilakukan.
3.4 Instrumen Penelitian
Berdasarkan konsentrasi penelitian yang akan mengembangankan model
pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong , maka dibutuhkan tiga macam data, yaitu data kondisi pembelajaran menulis huruf Jawa yang telah berlangsung, data
kebutuhan (pendidik dan peserta didik) akan model pembelajaran menulis huruf Jawa, dan data mengenai penilaian ahli terhadap prototipe model pembelajaran
menulis huruf Jawa yang dikembangkan.
Dilihat dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dapat diidentifikasi instrumen yang diperlukan dalam penelitian mengenai
angket kebutuhan (angket kebutuhan pendidik dan angket kebutuhan peserta didik), dan angket uji validasi ahli (angket uji validasi ahli materi
dan angket uji validasi ahli media).
Gambaran umum mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan model pembelajaran cooperative round
table adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian
No Jenis Data Teknik Pengambilan
pembelajaran sedang berlangsung. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi adalah hal-hal yang digambarkan dalam tabel kisi-kisi pedoman observasi berikut
ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi
No Aspek Pengamatan Keterangan
1 Sarana dan prasarana sebagai fasilitas pendukung proses pembelajaran di sekolah.
2 Teknik pendidik menyampaikan materi saat proses pembelajaran.
3 Model pembelajaran yang diterapkan pendidik dalam proses pembelajaran.
4 Sikap siswa ketika pendidik menyampaikan materi pembelajaran 5 Teknik evaluasi yang digunakan pendidik
3.4.2 Pedoman Wawancara
Proses pengumpulan data dengan metode wawancara dilakukan dengan
menjadikan pendidik mata pelajaran bahasa Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong sebagai subjek penelitian (responden).
Gambaran mengenai pedoman wawancara guna memperoleh data penelitian dari pendidik disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No Pedoman Pertanyaan Jawaban
1 Alokasi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah 2 Kompetensi dasar (KD) yang telah diajarkan pada
siswa kelas VII
4 Model pembelajaran yang telah digunakan 5 Media dan sumber pembelajaran yang telah
digunakan
6 Ketertarikan peserta didik akan model pembelajaran yang diterapkan
7 Kendala penggunaan model pembelajaran tersebut
8
Upaya yang telah dilakukan pendidik, sekolah dan dinas terkait untuk mengembangkan model
pembelajaran menulis huruf Jawa
9
Timbal balik atau respon pendidik mengenai akan dikembangkannya model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
10 Harapan pendidik mengenai model pembelajaran yang akan dikembangkan
3.4.2 Angket Kebutuhan
Angket yang digunakan dalam pemerolehan data mengenai kebutuhan model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis
huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong dibagi menjadi dua macam, yaitu angket kebutuhan pendidik dan angket kebutuhan peserta didik.
3.4.2.1 Angket Kebutuhan Pendidik
Angket kebutuhan pendidik diberikan kepada pendidik yang telah ditentukan sebelumnya sebagai responden atau sumber data mengenai
dibutuhkannya pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table
dalam pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam pembuatan prototipe
ini. Rancangan mengenai angket kebutuhan pendidik akan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong dapat dilihat pada tabel kisi-kisi di bawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket kebutuhan Pendidik
N
o Aspek Indikator
No Soal
1 Pembelajaran bahasa Jawa yang telah berlangsung
Alokasi waktu pembelajaran Bahasa
Jawa 1
Bahasa pengantar yang digunakan 2 Kesulitan peserta didik dalam
menguasai KD menulis huruf Jawa 3 Efektifitas pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU pembelajaran kooperatif tipe round table
12,13
Kebutuhan akan model pembelajaran kooperatif tipe round table 14
3.4.2.2 Angket Kebutuhan Peserta didik
Selain menggunakan data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada pendidik dan uji kebutuhan pendidik dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis hurufJawa,
juga digunakan data hasil dari uji kebutuhan peserta didik akan dibutuhkannya model tersebut dalam pembelajaran. Proses pengambilan data terhadap peserta
didik tersebut juga akan dipertimbangkan dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table menggunakan instrumen berupa angket kebutuhan peserta didik.
Agar lebih jelas mengenai gambaran angket kebutuhan peserta didik akan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam
pembelajaran menulis huruf Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong , disajikan kisi-kisi sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Peserta Didik
N
o Aspek Indikator No Soal
1 Bahasa komunikasi peserta didik
Bahasa yang digunakan sehari-hari 1 Ragam bahasa yang digunakan 2 Kemampuan mengunakan bahasa
Jawa 3
2 Keberadaan bahan bacaan beraksara Jawa
Intensitas ditemuinya bahan bacaan
Minat dan hambatan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
menulis aksara Jawa pembelajaran kooperatif tipe round
table 12
pembelajaran kooperatif tipe round table
15
3.4.3 Angket Penilaian Ahli
Angket penilaian ahli digunakan dalam menilai hasil jadi prototipe model
pembelajaran kooperatif tipe round table yang telah disusun berdasarkan kebutuhan pendidik dan peserta didik. Hasil penilaian inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai tolak ukur atau indikator apakah perlu adanya perbaikan dan
penyempurnaan pada model yang dikembangkan atau tidak. Selain itu, melalui angket penilaian ahli ini pula dapat diputuskan apakah model yang dikembangkan
layak digunakan dalam pembelajaran menulis huruf Jawa untuk siswa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
Angket penilaian ahli terdiri dari dua macam angket, yaitu angket
sintakmatik model yang dikembangkan. Agar lebih jelas, maka kedua jenis angket penilaian ahli dijelaskan seperti di bawah ini.
3.4.3.1 Angket Penilaian Ahli Materi
Angket ini berisikan dua aspek yang dinilai secara langsung oleh ahli
materi mengenai aksara Jawa. Kedua aspek tersebut yaitu aspek konten atau isi materi yang akan disampaikan selama proses pembelajaran dan aspek kebahasaan
yang digunakan dalam menyusun materi dalam prototipe sintakmatik model. Gambaran umum mengenai angket penilaian ahli materi dapat dilihat dalam tabel 3.6 tentang kisi-kisi angket penilaian ahli materi berikut.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Materi
No Aspek Indikator Nomor
Soal
1
Konten atau isi materi
Kesesuain dengan kurikulum dan kelayakan isi 1,2
Tingkat kesukaran materi 3
2 Kebahasaan
Kesesuaian bahasa 4
Kualitas diksi yang digunakan dalam materi 5
3.4.3.2 Angket Penilaian Ahli Model dan Strategi Pembelajaran
Terdapat dua aspek dalam angket penilaian ahli model dan strategi
Dua aspek tersebut yaitu aspek indikator dan sintakmatik model pembelajaran. Gambaran umum mengenai angket penilaian ahli model dan strategi pembelajaran
dapat dilihat dalam tabel 3.6 tentang kisi-kisi angket penilaian ahli model dan strategi pembelajaran di berikut ini.
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Model dan Strategi Pembelajaran
No Aspek Indikator No
Soal
1 Indikator Kesesuaian indikator yang ingin dicapai dengan kompetensi dasar. 1,2
2 Sintakmatik model pembelajaran
Keefektifan penerapan model pembelajaran 3,4
Pengalokasian waktu 5
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bodgan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248) mengemukakan
pendapatnya mengenai analisis data kualitatif, mereka menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Teknik analisis data ini merupakan teknik analisis data yang dilakukan dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa
pribadi peneliti. Pengambilan kesimpulan harus berdasarkan data yang diperoleh dari proses penelitian yang telah dilakukan.
Terdapat beberapa proses yang harus dilalui dalam teknik analisis data kualitatif. Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2009:248), terdapat sedikitnya tiga proses dalam melakukan analisis data kualitatif yaitu, 1)
mencatat dan menghasilkan catatan lapangan, 2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar
dan membuat indeksnya, 3) berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
3.5.1 Analisis Data Kebutuhan
Analisis yang dilakukan pada data hasil uji kebutuhan mengarah pada
proses menyeleksi, mengklasifikasikan, memfokuskan, dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Hasil dari analisis data kebutuhan yang diisi oleh pendidik dan peserta didik mengenai kebutuhan mereka mengenai
model pembelajaran menulis huruf Jawa difokuskan dan diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategorinya. Hasil pengklasifikasian tersebut menjadi dasar
dalam penyusunan prototipe model pembelajaran kooperatif tipe round table
dalam pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
3.5.2 Analisis Data Uji Ahli
Data berupa masukan atau saran dari tim penguji prototipe digunakan sebagai dasar dalam melakukan revisi atau perbaikan terhadap prototipe model. Hal
tersebut bertujuan agar prototipe model pembelajaran yang dikembangkan menjadi lebih sempurna dan mengurangi tingkat kelemahannya hingga siap digunakan dalam proses pembelajaran.
3.5.3 Analisis Hasil Uji Coba Produk
Kegiatan analisis hasil uji coba produk dalam tahap ini untuk mengetahui
keberhasilan dari model yang telah dikembangkan. Selain itu, hal ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kekurangan dari model pembelajaran tersebut, sehingga bisa dijadikan bahan perbaikan sebelum model tersebut dipublikasikan
Kooperatif Tipe Cooperative Intebrated Reading and Composition. Jurnal. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Diunduh pada 22 Maret 2015.
Kurniati, Tati, Wahyudi, dan Ngatman. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Jawa Pada Siswa Kelas V SD Negeri Entak. Jurnal. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Diunduh pada 22 Maret 2015.
Chandra Ratnasari, Sekar, Amir, dan Azis Mahfuddin. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa. Diunduh pada 22 Maret 2015.
Dyah Cahyani, Marlina. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Kata Berhuruf Jawa yang Menggunakan Sandhangan Swara dengan Model Anom pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong Jepara. Skripsi. Semarang: Bahasa dan Sastra Jaawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.