• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Model Komunikasi Pembelajaran Pada Homeschooling Komunitas Kak Seto Wilayah Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Model Komunikasi Pembelajaran Pada Homeschooling Komunitas Kak Seto Wilayah Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metodologi dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

bagaimana peneliti akan mengumpulkan serta menganalisis data yang ada.

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Riset

kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedetail mungkin melalui

pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar

populasi maupun sampling, yang lebih ditekankan disini adalah persoalan

kedalaman (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2009:56-57).

Pada penelitian deskriptif, peneliti hendak menggambarkan suatu gejala

tertentu; tidak untuk mencari atau menerangkan keterkaitan antar variabel.

Penelitian deskriptif hanya melukiskan atau menggambarkan apa adanya. Masalah

yang diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang relevan dengan keadaan

dewasa ini (Sanjaya, 2014:59-60). Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/

melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk memberikan bobot yang tinggi

terhadap metode ini, maka fakta atau data yang ditemukan harus diberi arti,

dengan tidak sekedar menyajikannya secara deskriptif. Fakta atau data yang

(2)

berarti menandakan penelitian belum selesai. Metode deskriptif bertugas untuk

melakukan representasi objek mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam

masalah penelitian (Nawawi & Martini, 1994: 73-74).

3.2. Aspek Kajian

Aspek kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman Informan terhadap Homeschooling Kak Seto.

2. Keberadaan tutor sebagai komunikator dalam proses pembelajaran yang

terdiri dari dua poin yang akan dianalisis, yakni

a) rencana pembelajaran: perencanaan belajar mengajar yang digunakan

oleh tutor dalam kelas

b) keterampilan mengajar: kemampuan tutor untuk membuka,

menyajikan, menutup pembelajaran. Hal ini juga berkaitan dengan

metode mengajar yang digunakan untuk mentransfer pesan kepada

siswa.

3. Komponen pesan dalam pembelajaran,yakni materi pembelajaran. Pesan

dianalisis dengan memerhatikan prinsip-prinsip pesan pembelajaran, yaitu:

a) motivasi, berupa penghargaan, hukuman, dan tujuan pembelajaran

b) penarik perhatian, berupa warna, efek musik, pergerakan, humor,

kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta sesuatu yang aneh

c) partisipasi aktif siswa, berupa tanya jawab, praktik dan latihan, drill,

membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta pemberian proyek

(3)

d) pengulangan, berupa pengulangan dengan metode dan media yang

sama, pengulangan dengan metode dan media yang berbeda, preview,

overview, dan penggunaan isyarat.

e) umpan balik, berupa informasi kemajuan belajar siswa, penguatan

terhadap jawaban benar, meluruskan jawaban, memberi komentar

terhadap pekerjaan siswa, dan memberi umpan balik secara

menyeluruh terhadap perfoma siswa.

f) menghindari materi yang tidak relevan dengan cara memberikan

outline materi, membuang informasi distraktor, memberikan topik

diskusi, dan memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari.

4. Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai “segala sesuatu” yang

mengantarkan pesan pembelajaran dari pemberi dan penerima pesan.

Media pembelajaran terbagi atas beberapa jenis yaitu (a) audio, (b)

visual(c) audio visual, dan (d)kinestesis.

5. Siswa sebagai peserta komunikasi. Pada komunikasi pembelajaran, siswa

memegang kesempatan baik untuk menjadi pengirim maupun penerima

pesan. Oleh karena itu, hal-hal yang akan dianalisis mengenai siswa adalah

(a) karakter siswa, (b) respon siswa terhadap bahan ajar, dan (c)

pemahaman siswa terhadap bahan ajar

6. Komunikasi Tutor dan Orang Tua

3.3. Subjek Penelitian

Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,

(4)

2007:108-109).Penelitian ini akan dilaksanakan di Homeschooling Kak Seto wilayah Kota

Medan. Peneliti memilih Kota Medan karena kota ini merupakan salah satu kota

besar di Indonesia yang cukup maju perkembangan dan perhatiannya terhadap

pendidikan. Kota Medan memiliki beberapa homeschooling komunitas lain

namun peneliti memilih HSKS Medan karena lembaga ini merupakan

homeschooling komunitas pertama di Medan.

Pada awal penelitian, peneliti hendak langsung mewawancarai kepala

sekolah namun beliau memiliki beberapa kesibukan sehingga beliau mengarahkan

peneliti untuk menggali informasi melalui seorang tutor senior yaitu Kak Farida.

Informan kunci penelitian ini adalah tutor atau pengajar HSKS. Jumlah tutor yang

masih aktif mengajar berjumlah 14 orang, tetapi hanya beberapa tutor yang

mampu memahami data-data HSKS dengan cukup baik. Peneliti bertemu dengan

informan utama yaitu Kak Farida. Setelahnya, peneliti mewawancarai tutor-tutor

lainnya yaitu Kak Rudi dan Kak Indah.

Informan tambahan lain untuk triangulasi sumber adalah siswa-siswa di

HSKS. Siswa SMP – SMA berjumlah 12 orang, dimana ketujuh dari mereka

terdapat siswa berkebutuhan khusus yaitu autis. Siswa ABK tidak dapat

diwawancarai karena kesulitan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain

maka peneliti berfokus kepada siswa non ABK yang berjumlah lima orang. Siswa

tersebut adalah Adam, Michael, Tasha, Iqbal, dan Dieva, namun hanya tiga orang

siswa sebagai informan. Adam sering tidak hadir di HSKS sehingga peneliti

kesulitan untuk menemuinya sedangkan Michael memiliki trauma dengan orang

(5)

Informan tambahan lainnya adalah orang tua dari masing-masing siswa

yang telah diwawancarai. Pada awalnya peneliti ingin mewawancarai ketiga orang

tua namun orang tua Tasha tidak dapat diwawancarai karena faktor kesibukan

pekerjaannya. Selain tutor, siswa, dan orang tua, peneliti juga mewawancarai

seorang pengamat sekaligus praktisi homeschooling komunitas yaitu Meutia

Nauly. Peneliti tidak berhasil mewawancarai kepala sekolah HSKS sehingga

peneliti menambahkan Meutia Nauly sebagai informan untuk mendapatkan

keterangan lengkap mengenai bagaimana dan apa sebenarnya homeschooling

komunitas tersebut.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman

wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif lain. Dengan demikian, keabsahan wawancara adalah

keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2008:108).

Wawancara terhadap informan dilakukan setelah menyesuaikan waktu dan

tempat dengan informan, biasanya dilakukan pada siang hari di luar jam

pelajaran. Saat wawancara, peneliti bisa melakukan face to face interview

(6)

memakai catatan tangan atau dengan alat perekam lainnya, seperti HP,

videotape dan recorder.

b. Observasi Partisipan

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung

tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang

dilakukan oleh objek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan

data yang digunakan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah

interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diriset

(Kriyantono, 2009:108).

Observasi ini apabila dilihat dari akurasi data yang diperoleh

mungkin dapat diandalkan, namun memerlukan waktu yang cukup banyak.

Terutama jika objek pengamatan muncul dalam interval waktu yang lama

serta berlangsung pada alokasi waktu yang lama pula (Bungin,

2003:116).William (1973) menyarankan bahwa metodologi penelitian

yang diperlukan untuk mengamati komunikasi manusia dari perspektif

interaksionisme simbolik adalah peneliti mengambil peran sebagai

pengamat yang berpartisipasi (participant observer) oleh si peneliti itu

sendiri (Fisher, 1990:244).

Peneliti sudah melakukan observasi secara langsung, yaitu:

• Peneliti menghadiri setiap kelas SMP-SMA yang ada di HSKS.

Peneliti akan duduk di dalam ruangan dan mengikuti jalannya

pelajaran.

• Peneliti mengikuti kegiatan project class.

(7)

• Peneliti mengamati perilaku informan saat kegiatan belajar

mengajar, bagaimana mereka berinteraksi dengan tutor maupun

siswa lainnya dan bertingkah laku selama kegiatan berlangsung.

Pada saat di lapangan peneliti harus mencatat atau merekam apa

yang ingin diketahui.

3.5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam analisis

data. Pemilihan metode sangat tergantung pada research questions (Baxter and

Chua 1998); Research Strategies Dan Theoretical Framework (Glaser and Strauss

1967). Untuk melakukan analisis, peneliti perlu menangkap, mencatat,

menginterpretasikan dan menyajikan informasi. Satu hal yang perlu diperhatikan

oleh peneliti adalah dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak dapat

dipisahkan dari pengumpulan data. Oleh karena itu, ketika data mulai terkumpul

dari wawancara dan observasi,analisis data harus segera dilakukan untuk

menentukan pengumpulan data berikutnya.

3.5.1. Data Reduction

Data reduction intinya mengurangi data yang tidak penting sehingga data

yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Dalam penelitian kualitatif,

data yang diperoleh dapat berupa simbol, statement, kejadian, dan lainnya. Oleh

karena itu timbul masalah karena data masih mentah, jumlahnya sangat banyak

(8)

secara langsung untuk analisis. Oleh karena itu, data perlu diorganisir kedalam

format yang memungkinkan untuk dianalisis.

Kegiatan ini menentukan kategori, konsep, tema dan pola (pattern) . Data

dari interview ditulis lengkap dan dikelompokkan menurut format tertentu (misal

menurut jabatan struktural, diberi warna, dll). Informan dapat ditandai dengan

inisial (misalnya Si A, Tutor A, dll). Dengan cara ini, peneliti dapat

mengidentifikasi informasi sesuai pemberi informasi dengan misalnya jabatan

informan. Transkrip hasil wawancara dianalisis dan poin-poin penting dapat

ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian.

Data dari observasi biasanya berupa catatan lapangan. Prosesnya tidak

berbeda jauh dengan data hasil wawancara. Catatan lapangan selama observasi

dapat diorganisir ke dalam bentuk dengan judul tertentu, misalnya: tanggal, jam,

peristiwa, partisipan, deskripsi peristiwa, dimana terjadinya, bagaimana terjadi,

apa yang dikatakan, serta opini dan perasaan peneliti. Sementara itu, data dari

analisis catatan organisasi (arsip) dapat diorganisir ke dalam format tertentu untuk

mendukung data dari observasi dan wawancara. Narasi yang telah diorganisir

dapat dikelompokkan ke dalam tema tertentu. Pengelompokan tema tersebut harus

koheren dengan tujuan penelitian dan keyakinan yang dibuat oleh peneliti sesuai

dengan fenomena penelitian.

3.5.2. Pemahaman (understanding)

Atas dasar reduksi data, peneliti dapat memulai memahami data secara

detail dan rinci. Proses ini dapat berupa “pemotongan” data hasil wawancara dan

dimasukkan ke dalam kolom khusus sesuai dengan tema yang ada. Hasil observasi

(9)

mendukung pemahaman atas data hasil wawancara. Data kemudian dicoba dicari

maknanya/diinterpretasi. Dalam melakukan interpretasi, peneliti harus berpegang

pada koherensi antara temuan wawancara, observasi dan analisis dokumen.

3.5.3. Interpretasi

Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga

interpretrasi tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut. Perlu

diingat bahwa dalam melakukan interpretasi, peneliti tidak boleh lepas dari

kejadian yang ada pada settingpenelitian. Di samping itu, peneliti harus mampu

mengkaitkan temuan penelitian dengan berbagai teori karena penelitian kualitatif

berpegang pada konsep triangulasi.

3. 6. Kredibilitas Data

Dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas sering dinamakan

sebagai kredibilitas. Creswell dan Miller (2000) menawarkan 9 prosedur untuk

meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif: triangulation, disconfirming

evidence, research reflexivity, member checking, prolonged engagement in the

field, collaboration, the audit trail, thick and rich description dan peer debriefing.

Dan peneliti memilih triangulasi sebagai peningkatan kredibilitas penelitian ini.

Triangulasi data dilakukan sejak pada langkah pengumpulan data sampai

pada saat penyimpulan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Sugiyono, 2008: 32-33). Penelitian

ini menggunakan triangulasi sumber. Peneliti dapat menggunakan berbagai

(10)

konsisten. Oleh karena itu, untuk memahami dan mencari jawaban atas

pertanyaan penelitian, peneliti dapat mengunakan lebih dari satu teori, lebih dari

satu metode (wawancaradanobservasi). Metode triangulasi yang dilakukan

melalui cara pengecekan silang (cross validation) atas data yang diperoleh.

Pengecekan silang dengan melakukan perbandingan informan, perbandingan

waktu maupun tempat. Misalnya: menggunakan informan berbeda untuk

menanyakan satu hal yang sama ataupeneliti menanyakan hal yang sama kepada

(11)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Proses Penelitian

Dalam subbab ini, peneliti akan menggambarkan seluruh proses penelitian

yang telah dilakukan, baik itu observasi maupun wawancara mendalam. Peneliti

mengawali penelitian lapangan dengan menemui kepala sekolah

HomeschoolingKak Seto (HSKS). Peneliti mendapatkan beberapa informasi

mengenai HSKS melalui data yang diberikan oleh bagian administrasi. HSKS

Medan telah berdiri sejak April 2010 dan merupakan franchise dari HSKS Pusat

di Jakarta.

HSKS memiliki tiga pilihan proses pembelajaran, yaitu komunitas, semi

komunitas dan distance learning. Homeschooling komunitas merupakan subjek

penelitian ini. Peserta komunitas dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar dan

bersosialisasi dengan teman-temannya. Kapasitas per kelas minimal dua orang

dan maksimal sepuluh orang. Jumlah siswa HSKS tidak sebanyak siswa di

sekolah umum. Jumlah siswa kelas VII SMP sampai XI SMA berjumlah 12 orang.

Jumlah ini belum termasuk siswa yang berada di kelas XII.

Jadwal pembelajaran masing-masing kelas dibedakan satu sama lain.

Sekolah Dasar (SD) belajar pada hari Senin dan Rabu, pukul 08.00 WIB sampai

12.00 WIB. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) belajar pada hari Selasa dan Kamis, pukul 08.00 WIB sampai 12.00 WIB.

(12)

pada umumnya. Tutor menerangkan apa yang ada di buku teks dan

menggalipengetahuan siswa mengenai materi yang terkait. Kadang tutor

menuliskan materi tersebut di papan tulis agar siswa-siswa dapat melihat apa yang

dimaksud oleh tutor. Tutor juga tidak lupa memastikan apakah siswa-siswa

tersebut sudah memahami materi yang disampaikan. Pada proses ini, peneliti

datang untuk mengamati proses komunikasi pembelajaran pada tingkat SMP dan

SMA.

Menurut pihak HomeschoolingKak Seto yang berada di pusat, mereka

menyesuaikan penggunaan media berdasarkan metode Contextual Teaching

Learning (CTL). Mereka dapat mengunakan media belajar yang ada di sekitar

siswa. Selain itu, dapat menggunakan infocus agar siswa dapat belajar secara

visual. Selama observasi yang dilakukan oleh peneliti, adakalanya tutor

menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan penjelasan verbal

sehingga penjelasannya bersifat auditif. Media pembelajaran ini adalah jenis

media audio, yakni berupa suara tutor. Mereka juga menuliskan kata-kata kunci

atau menunjukkan gambaran di papan tulis. Kadang mereka juga mencari

informasi melalui internet. Dalam hal ini, komunikasinya menggunakan media

visual. Tutor dan siswa juga memanfaatkan media visual lainnya, yaitu modul

atau buku teks. Modul adalah sumber bahan ajar yang utama di HSKS. Modul

tersebut ditulis dan diterbitkan oleh pihak HSKS sendiri.

Selain pembelajaran akademik, HSKS juga mengadakan berbagai macam

kegiatan, yaitu friday class atau project class setiap hari Jumat. Kegiatan ini

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan berbagai macam kegiatan.

(13)

tempe dan perlombaan sederhana pada Hari Kartini. Tutor menggunakan media

pembelajaran, seperti kacang kedelai untuk pembuatan tempe, botol air mineral

bekas untuk menanam, inai untuk body painting, dan lain-lain. Media-media yang

digunakan saat project class lebih bersifat kontekstual. Media seperti ini lebih

memudahkan siswa memahami proses atau pembuatan sesuatu.

Setelah beberapa kali mengamati kegiatan project class, peneliti

mendapati bahwa kegiatan ini adalah wadah utama untuk bersosialisasi. Semua

siswa, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, mengikuti project class pada hari

yang sama. Mereka digabung dalam suatu ruangan yang cukup luas, kemudian

tutor membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Mereka berbaur satu sama

lain dan tertawa bersama. Para siswa yang lebih tua memerhatikan atau menjaga

siswa yang lebih muda. Mereka bekerja sama dan saling menyemangati anggota

kelompoknya agar menang di perlombaan tersebut. Para siswa tampaknya telah

mengenal satu sama lain walaupun mereka berasal dari kelas-kelas yang berbeda.

Kegiatan pengembangan diri yang lain adalah outing atau kunjungan ke

luar sekolah setiap sebulan sekali. Kunjungan dilakukan ke pabrik-pabrik untuk

melihat proses pembuatan sebuah produk. Saat penelitian berlangsung, HSKS

sempat mengadakan kunjungan ke Pabrik Coca Cola. Namun, peneliti tidak

mendapatkan izin untuk mengikuti kegiatan ini karena kepala sekolah hanya

memperbolehkan tutor dan siswa pada kunjungan tersebut.

Dalam proses penelitian ini, peneliti menemui beberapa kendala. Kendala

pertama adalah ketidaksediaan kepala sekolah untuk diwawancarai secara

mendalam karena faktor kesibukan. Kepala sekolah mengarahkan peneliti untuk

(14)

merupakan informan dalam penelitian ini. Kendala kedua adalah tidak semua

siswa SMP dan SMA bisa dijadikan informan. Siswa yang tidak dapat

diwawancarai adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus. Mereka memiliki

keterbatasan dalam berkomunikasi pada orang yang baru dikenal dan beberapa

dari mereka memiliki perilaku seperti anak kecil. Oleh karena itu, peneliti

memutuskan untuk mewawancarai siswa yang benar-benar bersedia dan mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pada akhirnya, peneliti memilih

tiga siswa untuk diwawancarai. Kendala ketiga ditemui peneliti ketika mengatur

janji dengan informan yang bernama Dieva. Dia merupakan salah satu siswa di

HSKS yang sering tidak hadir. Saat peneliti ingin menjumpainya, Dieva selalu

berhalangan. Kendala lainnya adalah saat mewawancarai para orangtua siswa.

Peneliti sedikit mengalami kesulitan untuk menemui mereka karena kesibukan

mereka dalam urusan pekerjaan atau rumah tangga sehingga peneliti hanya

berhasil mewawancarai dua orangtua siswa.

Para informan tersebut diwawancarai dengan menggunakan pedoman

wawancara yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian ini. Peneliti menggunakan

alat rekam suara atau recorder dan beberapa catatan kecil. Setelah wawancara

dilakukan, peneliti membuat transkrip wawancara dari masing-masing informan

tersebut dan mereduksi datanya di bab ini.

Peneliti berasumsi bahwa komunikasi pembelajaran yang diterapkan pada

HomeschoolingKak Seto di Medan akan sesuai dengan tagline-nya yaitu “Cerdas,

Kreatif, dan Ceria”. Dalam hal ini, cerdas menggambarkan bahwa kurikulum

HSKS harus dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik, bukan hanya

(15)

problem solver. Kata kreatif berarti setiap peserta didik diberikan bekal

keterampilan yang dapat meningkatkan kemampuan psikomotoriknya dan dapat

menghasilkan ide-ide kreatif serta inovatif. Ceria merupakan hal terpenting dalam

proses pembelajaran agar anak dapat tetap semangat dan gembira untuk belajar.

Tagline ini menggambarkan bahwa komunikasi pembelajaran yang digunakan

adalah komunikasi yang menyenangkan dan melibatkan kehidupan nyata sebagai

proses pengajarannya.

4.2 Temuan Penelitian

Informan yang menjadi bagian dari penelitian ini berjumlah delapan orang.

Mereka terdiri dari tiga tutor, tiga siswa, dan dua orangtua siswa. Masing-masing

informan memiliki karakteristik berbeda. Berikut adalah penjabarannya:

4.2.1. Deskripsi Informan

Dalam penelitian ini, delapan informan telah diwawancarai dengan latar

belakang sebagai berikut:

Informan 1 adalah tutor mata pelajaran Matematika, yang bernama Kak

Farida. Perempuan kelahiran Medan, 25 Februari 1984ini, merupakan lulusan dari

Jurusan Matematika di Universitas Negeri Medan. Setelah selesai masa

perkuliahan, dia langsung melamar kerja di HSKS Medan. Kak Farida sudah

bekerja selama 4 tahun sebagai tutor di tempat ini. Awalnya, dia mengajarkan

mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia namun beberapa tahun

kemudian, Kak Farida hanya mengajarkan Matematika untuk semua tingkat kelas,

(16)

dan X SMA. Kak Farida memiliki beberapa tugas sebagai wali kelas, seperti;

pengawasan nilai-nilai siswa, pengisian rapor, dan berkomunikasi dengan orang

tua siswa.

Berikutnya peneliti mewawancarai informan 2 yaitu Kak Rudi. Peneliti

menemui pria berusia 45 tahun di ruang kelas IX SMP. Peneliti tidak sempat

mengambil gambar Kak Rudi saat observasi berlangsung. Kak Rudi merupakan

tutor pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk tingkat SMP.

Informan bersuku Batak ini memiliki kulit coklat gelap. Dia selalu mengenakan

kemeja lengan pendek berbahan katun, celana panjang dan tas ransel. Kak Rudi

sudah mengajar selama dua tahun di HSKS Medan. Sebelumnya dia mengabdikan

waktunya selama 6 tahun untuk mengajar siswa sekolah dasar di daerah

Kabupaten Batubara. Selama waktu yang cukup panjang tersebut, Kak Rudi

menantikan kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun dia

tidak berhasil mendapatkannya sehingga dia dan keluarganya memutuskan untuk

pindah ke Medan. Ketika berada di Medan, dia langsung melamar kerja ke HSKS.

Kak Rudi juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu menjadi pengajar di salah satu

SMP swasta di Kota Medan.

Informan 3 adalah Kak Indah. Peneliti menemui perempuan berkulit putih

dan bertubuh kecil ini saat di ruang tutor. Kak Indah terkesan memiliki sikap yang

cuek saat peneliti berkunjung di minggu pertama tetapi ketika wawancara dimulai,

kesan itu pun mulai hilang. Dia cukup ramah dan senang untuk bercerita. Kakak

ini adalah lulusan dari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam di Universitas Sumatera Utara. Setelah kelulusannya, dia melamar kerja ke

(17)

ke HSKS Medan dan telah mengajar selama 3 tahun di HSKS Medan. Dia

menjadi tutor pendidikan kewarganegaraan untuk semua kelas di tingkat SD dan

SMA serta tutor kimia untuk kelas X SMA. Kak Indah juga merupakan wali kelas

untuk kelas VIII dan kelas IX SMP.

Informan 4 adalah siswi kelas IX SMP bernama Safha Tasha Nabila atau

sering dipanggil dengan nama Tasha. Tasha memiliki karakter fisik sebagai

berikut; kulit sawo matang, rambut hitam panjang yang selalu digerai, tubuh

tinggi yang berisi, pipi chubby, dan hidung yang mancung. Dia sering

menggunakan kaos yang dipadu-padankan dengan cardigan dan celana jeans yang

panjang. Tasha memiliki sifat yang terbuka dengan siapa saja, ini terlihat saat dia

bercerita mengenai dirinya kepada peneliti. Dan saat kita melihatnya sekilas, kita

akan menyangka bahwa Tasha adalah mahasiswa di tingkat pertama karena

penampilan serta pembawaan dirinya yang dewasa.

Tasha merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya

saat ini duduk di kelas IV SD. Kedua orang tua Tasha adalah pekerja. Ayahnya

bekerja sebagai headmaster di sebuah pelayaran, sedangkan ibunya bekerja

sebagai sekretaris di Konsulat Turki. Kesibukan kedua orang tuanya

mengharuskan Tasha untuk bersikap mandiri. Setiap pagi, ibunya mengantarkan

Tasha dan adiknya ke sekolah. Jika ibunya sempat biasanya Tasha akan dijemput

oleh ibunya saat pulang sekolah. Setelah itu mereka makan siang bersama di

kantor ibunya. Tasha akan berada disana sampai jam pulang kantor ibunya tiba.

Dia mengisi waktunya dengan membaca buku, bermain gadget, atau berbicara

dengan karyawan disana. Tasha sebenarnya kebanyakan menghabiskan waktunya

(18)

kamar. Pada sore hari, Tasha akan les piano atau gitar bersama guru les yang

datang ke rumahnya.

Tasha sempat mengecap pendidikan saat playgroup sampai kelas 6 SD

pada salah satu sekolah internasional di Medan yaitu Kingston. Sekolah

internasional cukup memanjakannya dengan berbagai macam

kebiasaan-kebiasaan disana. Mulai dari bahan ajar yang menyenangkan sampai pada

teman-teman yang saling menghormati satu sama lain. Banyak hal positif yang

dirasakannya di sekolah tersebut, namun tidak demikian dengan orang tuanya.

Ibunya melihat satu kekurangan pada sekolah internasional. Mereka tidak

memberikan pelajaran agama bagi siswanya. Hal ini membuat beliau memutuskan

untuk menyekolahkan Tasha ke sekolah agama, yaitu Siti Hajar Islamic School.

Sekolah ini memiliki aturan dan metode belajar yang jauh berbeda dari sekolah

Tasha yang sebelumnya. Tasha harus belajar seharian penuh, mulai dari pukul

07.00 - 16.30 WIB setiap hari Senin-Jumat.

Begitu banyak hal yang harus dipelajari di sekolah bahkan guru juga

memberikan tugas untuk dikerjakan siswa di rumah. Hal ini membuat Tasha jenuh

dan lelah. Terlebih lagi banyaknya peraturan yang harus dia patuhi. Contohnya

saja tentang keharusan untuk melakukan sembahyang lima waktu. Apabila tidak

dilakukan, guru akan memberi hukuman. Begitu juga kalau tidak mengerjakan

tugas. Hal-hal seperti ini belum pernah didapatinya di sekolah internasional. Ini

membuatnya terkejut dan dia hanya dapat bertahan selama 4 bulan di sekolah

agama ini.

Ibunya Tasha pun memutuskan untuk mencari sekolah yang lebih santai

(19)

keinginan Tasha. Disini dia menemukan ketidakteraturan dan adanya teman yang

suka mengejek temannya sendiri. Tasha hanya bertahan satu bulan saja disana.

Semenjak itu, dia tidak bersekolah lagi selama 6 bulan. Dia hanya berdiam di

rumah dan konsentrasi pada pengembangan bakatnya di bidang musik. Lalu

sampai pada suatu saat orang tua Tasha melihat HSKS dan mencari informasi

mengenai lembaga ini. Tasha cukup tertinggal jauh dan dia juga tidak memiliki

rapor hasil belajar di kelas VIII SMP. Jika dia ingin masuk ke sekolah umum, dia

harus mengulang lagi dari kelas VIII SMP tetapi HSKS memperbolehkannya

untuk tetap melanjutkan ke tingkat IX SMP tanpa harus memberikan rapor kelas

VIII SMP.

Informan 5 bernama M. Iqbal Munaf atau disapa dengan nama Iqbal. Dia

merupakan siswa SMA kelas XI IPS. Siswa yang periang ini memiliki tubuh yang

gemuk, kulit sawo matang, wajah yang berjerawat, hidung yang mancung, dan

rambut lurus yang tebal. Kakinya yang sebelah kiri memiliki masalah. Dia

mengatakan bahwa ada luka di kakinya yang menyebabkan jalannya harus

terpincang-pincang tetapi Iqbal tampak enggan menjelaskan secara terperinci

kenapa kakinya bisa seperti itu. Walaupun memiliki kekurangan pada kakinya,

Iqbal berbaur dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dia selalu mengatakan bahwa

dirinya ganteng kepada teman-teman atau tutor yang sedang berbicara dengannya.

Keadaan kaki Iqbal merupakan alasan mengapa dia memilih bersekolah di

HSKS. Sebelumnya Iqbal bersekolah di SMP Al Fitiyan. Ruangan kelas SMP

berada di lantai dua dan dia masih mampu untuk menuju ke ruangannya tanpa

kesulitan tetapi saat menduduki tingkat SMA, ruang kelasnya berada di lantai 3.

(20)

sekolah lain yang memiliki ruangan di satu lantai saja pada kenaikan kelas XI

SMA. Iqbal pun didaftarkan ke HSKS Medan. Iqbal adalah sosok yang humoris.

Iqbal lebih suka bermain-main dan berbicara di kelas dibandingkan duduk diam

dan belajar. Dia sangat suka bercanda dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa

pun maka tidak heran kalau kelas yang ditempati Iqbal dicap sebagai kelas yang

paling ribut karena kehadirannya. Iqbal bukan tipe siswa yang rajin belajar namun

dia masih bisa mendapatkan nilai yang mencukupi atau rata-rata 70.

Berikutnya adalah informan 6 yang bernama Dieva, siswi kelas X SMA.

Perempuan berkacamata ini memiliki rambut hitam yang lurus dengan panjang

sebahu, kulit putih serta tubuh yang gemuk. Hampir sama dengan informan

sebelumnya, Dieva memiliki permasalahan pada kakinya. Sistem motorik pada

kaki sebelah kiri sudah lemah semenjak dia kecil. Dieva tampak tidak percaya diri

dengan keadaan tubuhnya. Dia tidak membaur dengan siswa yang lain saat jam

istirahat berlangsung. Dia lebih memilih untuk menyendiri dan sibuk memainkan

handphonenya. Dieva pun tidak berbicara banyak ketika peneliti melakukan

wawancara, sehingga peneliti agak kesulitan untuk menggali data darinya.

Sebelum Dieva masuk ke HSKS, dia sempat merasakan pendidikan di

sekolah umum yaitu SMP Pertiwi Medan. Dieva mengatakan bahwa dia harus

berhenti belajar di sekolah umum karena dia akan melakukan operasi terhadap

kakinya di Penang sehingga dia tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah umum

yang berlangsung setiap hari. HSKS dirasakan cukup tepat baginya karena

lembaga pendidikan ini hanya mengarahkan anak didiknya untuk masuk dua kali

dalam seminggu sehingga Dieva bisa memanfaatkan hari-hari yang kosong untuk

(21)

Informan 7 adalah orang tua dari Dieva, bernama Ade. Dia memiliki kulit

putih yang bersih, tubuhnya langsing dan tinggi, rambutnya lurus berwarna

kecoklatan dan sepanjang bahu. Ibu ini sangat ramah dan supel. Ibu Ade adalah

pemilik Raja Coffee, kafe yang lumayan besar di daerah Kapten Muslim, peneliti

menemuinya di tempat ini. Pekerjaan Ibu Ade sesuai dengan latar belakang

pendidikannya yaitu D3 Pariwisata, jurusan Food and Beverage. Dia

menghabiskan sebagian besar waktunya di kafe tersebut, mulai jam 9 pagi sampai

jam 10 malam. Sebelum berangkat bekerja, Ibu Ade mengantarkan Dieva ke

sekolah, lalu dia akan menjemputnya kembali saat pulang sekolah.

Ibu Ade menyekolahkan anaknya di HSKS karena dua alasan utama yaitu

kondisi fisik kaki Dieva yang lemah. Hal ini terjadi karena saat Dieva masih bayi

sempat terkena step dan itu merusak fungsi motoriknya yang di sebelah kiri.

Alasan kedua adalah gejala-gejala hipertiroid yang dialaminya. Dieva sering

mempunyai kecemasan tersendiri tentang berbagai hal, salah satunya adalah

mengenai siapa saja yang mau berteman dengannya dan menerima keadaan

fisiknya. Kecemasan ini mengaburkan konsentrasinya dalam pelajaran dan hal-hal

lainnya. Ibu Ade akhirnya memindahkan Dieva ke HSKSuntuk membuat Dieva

merasa lebih nyaman baik terhadap lingkungan maupun dirinya sendiri. Ibu Ade

merupakan tipe orang tua yang mengikuti kemauan anaknya. Dia tidak ingin

membuat anaknya merasakan paksaan atau terbebani dengan masalah di

sekitarnya.

Informan terakhir adalah orang tua dari Iqbal, yaitu Ibu Mitha. Beliau

(22)

informan ini di rumah pribadinya. Beliau memiliki wajah yang cantik dan kulit

putih. Beliau juga selalu mengenakan hijab dalam kesehariannya.

Ibu Mitha memberikan informasi yang lengkap mengenai keadaan kaki

Iqbal. Iqbal mengalami sakit pada kakinya mulai dari kelas 6 SD. Sewaktu dia

pulang dari bermain bola dengan teman-temannya, dia mengeluh kesakitan pada

kakinya. Ibunya menyuruh dia untuk beristirahat dan esok harinya dibawa ke

tempat refleksi milik seorang ustad. Namun saat itu ustad tersebut sedang takjiah

jadi ibunya membawa Iqbal ke rumah neneknya terlebih dahulu. Setelah sampai di

rumah neneknya, ternyata Iqbal buang air kecil di celana dan dia tidak

menyadarinya. Kondisi kaki Iqbal juga makin parah karena tidak bisa digerakan

maupun berjalan. Kakaknya yang saat itu sedang menempuh pendidikan spesialis

anak, berkonsultasi kepada dokter. Hasil pembicaraan mengatakan bahwa Iqbal

terkena virus dan harus diperiksa ke rumah sakit malam itu juga.

Iqbal menjalani pemeriksaan dan opname selama 5 hari. Sepulang dari

sana, ibunya tetap membawa Iqbal kepada ustad. Segala pengobatan dicoba mulai

dari refleksi, rumah sakit di Indonesia maupun di luar negeri seperti Penang serta

Singapura. Penyakit di kaki Iqbal berangsur sembuh. Awalnya dia harus

menggunakan kursi roda, kemudian tongkat dua, tongkat satu, sampai sekarang

tidak lagi memakai tongkat. Namun walau begitu, luka di kakinya tidak mau

tertutup. Dokter mengangkat tangan terhadap penyakit yang dikatakan langka

tersebut. Hingga akhirnya, ibu Iqbal hanya bisa berserah kepada Tuhan.

Iqbal sempat bersekolah di sekolah umum dengan keadaan kaki seperti itu

dengan menggunakan kursi roda ataupun tongkat, mulai dari kelas VII SMP - X

(23)

Iqbal dari kejauhan, berjaga-jaga apabila Iqbal memerlukan sesuatu. Iqbal mampu

menjalani kelas VII - IX SMP dengan kondisi kaki yang seperti itu. Namun saat

kelas X SMA, posisi kelas Iqbal berubah. Posisi kelas SMP ada di lantai dua

sedangkan SMA di lantai tiga. Ini mempersulit Iqbal saat hendak ke kamar mandi

yang hanya ada di lantai satu. Keadaan kakinya yang masih sering luka juga

menjadi persoalan saat itu, maka kakak Iqbal yang seorang psikolog menyarankan

kepada ibu mereka untuk menyekolahkan Iqbal ke HSKS Medan saja.

4.2.2. Pemahaman Informan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar di HomeschoolingKak Seto

Ketiga informan yang merupakan tutor HSKS memiliki pemahaman

yang serupa satu sama lain mengenai kegiatan belajar mengajar di HSKS Medan.

Menurut Kak Farida, HSKS merupakan tempat belajar yang menyenangkan

karena sistem belajar yang diterapkan dapat membuat tutor dan siswa memiliki

kedekatan. Siswa memanggil mereka bukan dengan sebutan Ibu atau PakGuru,

melainkan Kakak. Panggilan ini menghilangkan batasan yang terlihat kaku antara

seorang pengajar dengan siswanya.

Mungkin kalau di sekolah umum ada batasan ya. Kalau di sini mereka kan juga memanggil kita Kakak. Jadi, kita sudah seperti kakak mereka dan mereka sudah seperti adik kita. Jadi, mereka boleh cerita apa saja sama kita. Ya, homeschooling itu tempat belajarnya yang mendekatkan kita sama anak-anak. Saya senang dengan kedekatan kita sama anak-anak, jadi membuat kita betah.

Kak Farida memaparkan beberapa hal mengenai Homeschooling Kak Seto,

mulai dari model pembelajaran, materi ajar, aturan, dan berbagai macam

kegiatannya.

(24)

Kalau SMP dan SMA masuk kelas dari jam 8 sampai 12 siang, trus hari Jumat ada project class atau Friday class. Nah, di situ kita ada pelajaran tambahan, kayak olahraga, kesenian, ada menanam. Di atas tuh ada

garden buatan kita (membuat kebun sendiri di balkon HSKS), nanamnya di wadah aqua, praktik biologi, kadang masak. Setelah itu, setiap sebulan sekali ada namanya outing. Di situ kita ajak anak-anak keluar sekolah.

Menurutnya, pembelajaran HSKS dan sekolah umum tidak jauh berbeda.

Mereka belajar pada satu ruangan kelas layaknya sebuah sekolah. Perbedaannya

terletak pada materi yang dipadatkan serta kegiatan yang mereka lakukan

bersama-sama, yaitu project class dan outing.

Kak Rudi mengartikan homeschooling berdasarkan terjemahannya yaitu

sekolah rumah, yang artinya ada sebuah rumah yang di dalamnya terdapat

orang-orang tertentu dengan karakter yang berbeda-beda dan mereka semua melakukan

kegiatan belajar mengajar.

Home itu rumah. school itu sekolah. Jadi ya ibaratnya, ada sebuah

rumah dan di dalamnya dibuat suatu kegiatan seperti belajar mengajar.

Kak Rudi merasa senang saat mengajar di lembaga pendidikan ini

walaupun beberapa siswanya adalah anak-anak berkebutuhan khusus tetapi dia

tetap bersemangat untuk berinteraksi dengan mereka semua tanpa terkecuali. Dia

membandingkan siswa-siswa sekolah umum dengan siswa yang berada di HSKS.

Siswa-siswa HSKS Medan memiliki sikap yang lebih baik daripada siswa di

sekolah umum. Dia merasa lebih dihargai oleh siswa-siswa di HSKS. Siswa disini

memiliki sikap yang patuh kepada tutornya. Jika diberikan tugas akan mereka

kerjakan. Jika disuruh menghapal mengenai undang-undang maka akan mereka

hapal. Respon yang baik dari siswa membuat Kak Rudi semakin nyaman berada

(25)

Kak Indah tidak mengetahui arti homeschooling secara khusus. Dia

mengartikan homeschooling berdasarkan pengalamannya selama di

HomeschoolingKak Seto. Kak Indah memahami HSKS sebagai tempat belajar

yang berbeda dengan sekolah umum karena lembaga ini memiliki sistem belajar

yang lebih menyenangkan daripada sekolah umum. Sekolah umum menuntut

siswa-siswanya belajar setiap hari dari pagi sampai siang sedangkan HSKS tidak

pernah memaksakan siswa-siswanya untuk belajar. Mereka hanya perlu datang ke

sekolah dua kali seminggu dan satu hari yang lain bisa dimanfaatkan untuk

pengembangan diri. Siswa HSKS juga memiliki karakteristik yang berbeda satu

sama lain sehingga Kak Indah merasa nyaman berada di sekitar mereka. Tutor

merasa nyaman dan begitu pula dengan para siswanya.

Sistemnya menyenangkan untuk anak-anak. Karena kita kan fleksibel. Muridnya juga kitanya juga. Ga terlalu kayak di sekolah umum, mungkin serius bawaannya. Terus belajar belajar gada main mainnya gitu. Ada pengembangan dirinya. Saya perasaannya sih lebih nyaman aja. Lebih enak lebih menyenangkan. Terlebih anak anaknya juga lain daripada yang lain. Maksudnya ya lebih lucu, kalau pinter sih ga pinter pinter semua.

Selain itu, HSKS tidak memiliki aturan yang dapat memberatkan

siswanya. Aturan-aturan yang ada merupakan aturan yang tidak tertulis, seperti;

harus berbicara sopan kepada tutor dan teman atau tidak boleh terlambat. Aturan

yang baku hanya diperuntukan untuk tutor saja, misalnya apabila tutor terlambat

akan diberikan sanksi berupa pembayaran denda namun apabila siswa yang

terlambat tidak akan diberi hukuman. Tutor akan menanyakan terlebih dahulu

mengapa mereka terlambat dan biasanya alasan-alasan yang diberikan dapat

diterima, seperti keterlambatan mereka dikarenakan harus mengikuti jadwal orang

(26)

kedisiplinan yang dilakukan atas kesadaran diri sendiri, tidak ada unsur

pemaksaan.

Peraturannya sih sebenarnya kita tuh fleksibel ya. Paling bicaranya harus sopan gitu aja sih. Intinya kita kan kayak temen sih sama mereka. Jadi ga ada aturan yang baku sih ya. Kalau kita terlambat sih ada sanksinya, kayak ada dendanya gitu aja. Kalau mereka sih ga ada karena kita fleksibel aturannya jadi sama mereka itu ga ada hukuman.

Ketiga tutor tidak memahami makna homeschooling sepenuhnya. Mereka

mengartikan homeschooling berdasarkan pengalaman yang mereka rasakan di

HSKS Medan. Hal ini juga terjadi pada ketiga siswa. Tasha beranggapan bahwa

pembelajaran HSKS terlalu santai dan cara tutor HSKS mengajar kurang berkenan

di hatinya. Tasha sering merasa jenuh karena dia tidak memiliki banyak teman di

sekolah barunya ini. Pengajaran yang diberikan tutor hanya inti-inti dari materi

pokok, sehingga Tasha merasa itu kurang detail. Tasha juga berpendapat bahwa

tempatnya belajar saat ini tidak mempunyai aturan yang baku dan terkesan kurang

disiplin. Dia pun berusaha untuk mengatur dirinya sendiri karena dia memang

membutuhkan sekolah ini dan tidak ada pilihan lain.

Menurut Iqbal, HSKS merupakan sekolah yang menerapkan pembelajaran

seperti di tempat-tempat kursus. Siswa-siswa yang belajar bersamanya juga sangat

sedikit, teman sekelasnya hanya dua orang. Dia merasa kesepian akan keadaan

tersebut. Namun Iqbal tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan sekolahnya

disini.

Home rumah school sekolah ing kata bantu. Jadi sekolah rumah.

Hahahha. Gini kak, ini sekolah yang kayak les tapi kerjanya minta uang

(27)

Informan ini beranggapan sama dengan Tasha bahwa tidak ada aturan

baku di HSKS Medan. Misalnya siswa tidak diberikan sanksi apapun saat dia

terlambat atau tidak mengerjakan tugas. Informan menganggap bahwa HSKS

memiliki peraturan yang aneh karena mengabaikan hal seperti keterlambatan.

Hanya satu hal yang harus benar-benar dipatuhi yaitu ketepatan pembayaran uang

sekolah sebelum tanggal sepuluh. Iqbal juga menilai bahwa HSKS kurang serius

menanggapi keluhan dari orang tuanya mengenai ketiadaan guru ekonomi yang

merupakan wali kelas mereka.

Dieva memberikan tanggapan bahwa HSKS memiliki kesamaan pada cara

belajarnya dengan sekolah umum. Beberapa hal yang membuatnya berbeda adalah

jumlah siswa yang bersekolah disini tidak lebih dari empat orang dalam kelas.

Bahkan Dieva merupakan siswa tunggal di kelasnya. Hal ini membuatnya

beranggapan bahwa sekolah umum merupakan tempat yang lebih menyenangkan

untuk mencari teman. Perbedaan lainnya adalah terletak di peraturan yang

diberlakukan oleh HSKS. Dieva menyebutkan beberapa peraturan yang

diketahuinya, seperti; tidak diperbolehkan memakai rok pendek dan baju ketat

serta tidak boleh terlambat datang ke sekolah. Namun jika peraturan ini tidak

dilakukan, siswa tidak akan kena hukuman seperti sekolah pada umumnya.

Sedangkan orang tua Dieva mengartikan HSKS sebagai sekolah dengan

suasana rumah, sekolah yang memiliki kelas seperti sekolah pada umumnya.

Yah kalau menurut arti dari kata-katanya sendiri ya sekolah rumah.

Sekolah yang diciptakan biar berasa kayak rumah. Tapi sih saya

perhatikan ga jauh beda ya sama sekolah umum. Belajar di kelas.

(28)

Mata pelajaran yang disajikan pun hampir sama dengan sekolah umum

namun tidak begitu banyak. HSKS hanya menyajikan mata pelajaran yang

penting. HSKS memiliki beberapa kegiatan rutin yaitu project class dan outing.

Ibu Ade mengatakan bahwa Dieva tidak selalu mengikuti kegiatan tersebut karena

dia merasa tidak ada teman di HSKS. Dieva memang memiliki kesulitan dalam

hal bersosialisasi. Satu hal yang disayangkan oleh Ibu Ade mengenai kebijakan

HSKS terhadap kegiatan ekstrakulikuler komputer. Kegiatan tersebut tidak

diselenggarakan langsung oleh pihak HSKS melainkan oleh sebuah lembaga

kursus komputer, yaitu BINUS. Orang tua Dieva menginginkan agar sebaiknya

kegiatan itu ditambahkan pada kegiatan di sekolah saja, sehingga Dieva tidak

merasa kesulitan untuk pergi ke tempat kursus. Hal ini memang menyulitkannya

karena di tempat kursus itu ada anak-anak lain dan Dieva tidak siap untuk

bersosialisasi dengan mereka.

Lain halnya dengan orang tua Iqbal yang mengaku bahwa beliau tidak

begitu memahami mengenai HSKS maupun aturan-aturan di dalamnya.

Saya ga begitu paham ya karena sebenarnya yang milihkan sekolah ini

pun kakaknya yang psikologi. Katanya Ma disini aja tarok Iqbal. Iqbal ini

lebih sering diurusin sama kakak-kakaknya kalau urusan sekolah. Saya ga

banyak ikut campur lagi.

Beliau hanya mengetahui bahwa HSKS memiliki mata pelajaran yang

tidak begitu banyak dan memiliki kegiatan di luar pembelajaran akademik.

(29)

Project class atau outing bagi Iqbal sih itu ga ada manfaatnya. Mungkin

bagi anak anak yang lain ada. Lagian kan itu hanya jalan-jalan, lihat, ga

ada ininya manfaat untuk Iqbal sepertinya ga banyak.

Kegiatan tersebut dianggap tidak terlalu bermanfaat bagi kegiatan belajar Iqbal

karena hanya diisi kunjungan ke pabrik-pabrik. Hal ini tidak memberikan manfaat

nyata bagi Iqbal. Sebenarnya beliau ingin memindahkan Iqbal ke sekolah yang

lebih baik namun kondisi kaki Iqbal menjadi salah satu faktor kesulitannya untuk

menemukan sekolah yang sesuai.

4.2.3. Tutor sebagai Komunikator

Pada proses komunikasi pembelajaran, pengajar adalah komunikator

utama di dalam kelas. Setiap komunikator yang baik harus mempersiapkan

dirinya. Tutor membutuhkan rencana pembelajaran sebelum memasuki kelas.

Selain itu, tutor juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara

verbal maupun nonverbal.

a. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran adalah pengembangan atau penyusunan strategi

sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. Tutor perlu menentukan

seperti apa dan bagaimana mereka akan mengajar. Berikut adalah pernyataan dari

Kak Farida mengenai rencana pembelajaran yang digunakannya:

(30)

Pihak HSKS telah menyiapkan rencana pembelajaran yang disebut dengan

Acuan Pembelajaran (ACP). Acuan Pembelajaran berisi informasi mengenai

materi-materi yang akan dipelajari di kelas. Pada satu semester, tutor ditargetkan

untuk menyelesaikan empat bab. Bab satu sampai bab dua diajarkan sebelum

Ujian Tengah Semester. Bab tiga sampai bab empat sudah harus diselesaikan

sebelum Ujian Akhir Semester. Dalam satu semester tersebut, siswa akan

mengikuti ujian sebanyak dua kali. Soal ujian tersebut dibuat oleh pihak HSKS

Pusat di Jakarta. Siswa juga akan mengerjakan Lembar Kerja (LK) setiap

penyelesaian satu materi. Lembar kerja berfungsi untuk mengevaluasi apa yang

sudah dipelajari siswa bersama tutor. Soal-soal pada lembar kerja dibuat sendiri

oleh masing-masing tutor.

Tiap pertemuan pasti dikasi tugas, paling nggak dua dua nomor yang

penting biar mereka ada latihannya.

Kak Farida mengajarkan mata pelajarannya dengan metode tugas. Kak Farida

selalu memberikan latihan-latihan soal untuk menjelaskan setiap materi. Dia juga

memberikan tugas kepada siswa sebanyak 1—2 soal untuk dikerjakan di rumah.

Hal ini berguna untuk melatih siswa dalam penggunaan rumus-rumus yang telah

diajarkan.

Rencana pembelajaran yang digunakan Kak Rudi juga berasal dari Acuan

Pembelajaran. Kak Rudi biasanya mempersiapkan diri dua hari sebelum jadwal

kelasnya. Kak Rudi mempelajari bahan ajar yang akan dibawakannya melalui

modul, buku pegangan lain dan internet. Berikut adalah pernyataan dari Kak Rudi

(31)

Bahan ajarnya disiapkan oleh homeschooling atau ada buku yang dipegang oleh tutor. Kita kan sesuai dengan acuan. Kita persiapkan dulu dia sebelum mengajar. Misalnya saya mengajar hari ini (kamis), saya persiapkan itu mungkin senin dan minggu. Saya lihat di buku-buku tambahan saya apa yang penting untuk dipahami terus kalau tidak ada di buku saya lihat di internet. Misalnya ya kayak kedaulatan. Saya cari lah negara-negara yang pakai teori ini.

Seperti tutor lainnya, Kak Indah juga mempersiapkan bahan ajar

berdasarkan acuan yang terdapat di modul. Berikut adalah pernyataan dari Kak

Indah mengenai rencana pembelajaran yang digunakannya:

Biasanya di awal masuk semesteran atau di materi baru, kita baru ada persiapan untuk pelajari apa-apa aja yang mau disampein.Tapi kalau misalnya udah berjalan kayak gini ya udah ga ada lagi biasanya. Paling persiapan untuk buat LK aja. Biasanya sih kita memang lihat dari acuann ya. Kalau ga lihat dari acuan kita ga tau apa yang mau kita sampein ya. jadi kalau belajar sih harus pakai acuan tapi di SD perlu ada pengembangan misalnya dari cara ajar kita. Kalau kita biasa-biasa aja ngajarnya, kemungkinan besar pesannya ga akan nyampe. Kalau di SMP SMA sih ya karena mereka sudah remaja, sudah tidak anak kecil lagi. Terus kemampuan bahasanya juga sudah lebih bagus daripada anak SD jadi cuma dari acuan aja.Jadi kita hanya bahas apa yang tertera di acuan.

Kak Indah melakukan pengembangan terhadap acuan tersebut apabila dia

sedang mengajar siswa SD agar pesan bisa diterima dengan baik oleh siswa. Hal

ini tidak dilakukan pada tingkat SMP-SMA karena Kak indah menganggap bahwa

mereka sudah remaja dan telah memiliki kemampuan bahasa yang sudah lebih

bagus dari siswa SD sehingga Kak Indah hanya berpusat pada Acuan

Pembelajaran saat mengajar siswa kelas besar.

b. Keterampilan Berkomunikasi

Setiap tutor sebaiknya memiliki keterampilan berkomunikasi dalam

penyampaian bahan ajar. Keterampilan berkomunikasi dapat dilihat dari

bagaimana tutor tersebut membuka, mengajarkan, dan menutup suatu materi. Kak

Farida selalu membuka pelajaran dengan bercerita terlebih dahulu kepada

(32)

suasana belajar menjadi lebih nyaman. Walaupun durasi pembelajaran

HSKShanya 35 menit per les, Kak Farida tetap menyempatkan diri untuk

berinteraksi dengan siswa di awal pelajaran.

Nggak baku sih ya. Kadang masuk cerita dulu sama anak-anak gitu ya. Ya mau juga sih cerita dulu sama mereka (sambil tertawa). Kemarin kakak nonton ini ya? Enak seru ya. Kakak enak loh film ini. Ntar saya bilang udah udah kita belajar dulu, buka buku dulu, ada PR ga?

Kak Farida bertindak sebagai orang yang menyenangkan, baik sebagai pribadi

maupun saat menjalin relasi dengan siswanya.

Kak Farida juga mempunyai strategi untuk mengatasi kejenuhan siswa

dengan bercanda atau bernyanyi di kelas. Dia akan menyanyikan apa yang sedang

siswa kerjakan saat itu dan siswa pun biasanya tertawa mendengar nyanyian

tersebut. Akan tetapi, tidak semua siswa bisa diajak bercanda. Kak Farida

menyesuaikan dengan karakter mereka masing-masing. Sebagai contoh, di kelas

XI SMA ada siswa bernama Iqbal yang suka bercanda dan sengaja menanyakan

hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran untuk mengulur waktu.

Karena memang mereka anak-anak yang harus digituin. Kayak dati karakternya Patrick, anaknya memang harus ditegasin. Mungkin karena memang karakter anaknya sih makanya kita jadi lebih tegasin. Kalau yang lain kan kita ajak bercanda masih bisa belajar tapi kalau mereka diajak bercanda malah keterusan.

Kak Farida menerapkan ketegasan pada kelas tersebut karena menurutnya itu

adalah cara yang tepat untuk membuat kelas lebih kondusif. Hal ini tampaknya

berhasil dilakukan.

Jika berada di kelas Dieva, Kak Farida harus sering mengulang materi

karena Dieva merupakan siswa yang memiliki kemampuan akademis dan daya

konsentrasi yang kurang baik. Lain halnya, apabila Kak Farida ada di kelas Tasha.

(33)

tidak perlu berusaha keras dalam menjelaskan suatu materi. Dalam hal ini, Kak

Farida menunjukan dirinya sebagai seorang pembelajar dan sebagai pengendali

atas apa yang terjadi di kelas.

PR nanti mau sih disuruh buat soal sendiri jawab sendiri. Tiap pertemuan

pasti dikasi tugas paling ngga dua dua nomor yang penting biar mereka

ada latihannya. Toh satu dua juga patah mereka ngerjainnya, ntar kita

kasi banyak malah ga dikerjai.

Pada akhir pelajaran, Kak Farida akan memberikan tugas bagi siswa.

Tugas ini diberikan agar siswa aktif belajar secara individu di rumah. Dalam

proses pembelajaran, Kak Farida memang selalu menggunakan soal-soal untuk

berlatih bersama siswa, metode mengajar seperti ini disebut metode pemberian

tugas (resitasi). Metode ini adalah metode yang mengombinasikan penghafalan,

pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri. Kak

Farida tidak hanya memberikan soal yang dibuatnya, tetapi dia juga sering

menyuruh siswa untuk membuat soal mereka sendiri dan menjawabnya sendiri.

Hal ini dapat merangsang siswa untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Kak Rudi juga mempunyai pola yang hampir serupa seperti Kak Farida.

Dia melakukan percakapan interpersonal terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam

materi yang sesungguhnya.

(34)

Selama proses observasi, Kak Rudi selalu mengajar dengan suara yang

penuh semangat dan terdengar ceria. Ini salah satu cara yang dilakukannya agar

siswa bisa bersemangat tidak merasa bosan. Kak Rudi sering memberikan

contoh-contoh yang menyentuh dunia sekitar siswa. Ini adalah cara yang baik untuk

memperkenal siswa kepada suatu konsep baru. Hal ini juga membuat siswa lebih

mudah berinteraksi dengan Kak Rudi. Mereka bisa menceritakan banyak hal

kepada Kak Rudi. Tapi Kak Rudi juga selalu berhati-hati karena pembicaraan bisa

berkembang dan malah lari dari tujuan pembelajaran di awal. Kak Rudi juga

selalu menyisihkan waktunya selama lima menit untuk bercanda atau sekedar

bercerita kepada siswa. Kak Rudi bisa membuat pelajaran dengan cara yang santai

karena dia mengajarkan sesuatu yang bersifat sosial, yang pelajarannya bisa

didapat dari interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Kak Rudi menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar

mengajarnya. Metode ini menyampaikan pesan melalui cara bertutur kata dan ini

dapat menciptakan komunikasi yang hanya satu arah jika tutor tidak melibatkan

keaktifan siswa. Tutor yang memakai metode ini harus menjaga perhatian siswa

agar tetap terarah dengan materi pembelajaran yang sedang disampaikan karena

ceramah dapat menyajikan materi secara luas. Sebenarnya, metode ini biasanya

diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak untuk membuat suasana

yang lebih kondusif.

Berikut adalah penjabaran Kak Indah bagaimana cara dia mengajar di

kelas:

(35)

jawabnya juga… Saya perbanyak latihan-latihan di sekolah aja. Jadi saya tuh jarang kasih tugas ama anak-anak.

Kak Indah menggunakan dua metode dalam pembelajaran. Metode pertama

adalah metode tanya jawab; cara mengajar yang memunculkan komunikasi yang

bersifat dua arah karena pada saat yang sama terjadi dialog antara tutor dan siswa.

Tutor bertanya dan siswa menjawab atau siswa bertanya tutor menjawab. Metode

ini memperlihatkan bahwa adanya hubungan timbal balik secara langsung.

Metode kedua adalah metode tugas/resitasi; metode ini sebenarnya tidak hanya

dihubungkan dengan pekerjaan rumah. Latihan-latihan yang diberikan Kak Indah

juga merupakan upaya untuk merangsang siswa belajar aktif di kelas. Kak Indah

mempersiapkan rancangan tugas berupa lembar kerja yang sesuai dengan bahan

ajar yang sedang dibahas bersama-sama.

Ketiga tutor mendapatkan tanggapan yang berbeda-beda dari siswa

mengenai keterampilan mengajar mereka. Berikut adalah tanggapan Tasha

mengenai tutor-tutor yang ada di HSKS:

Tutor disini seru-seru bisa dijadiin temen curhat, mungkin karena

tutornya masih muda muda juga kali ya.

Pada pernyataan Tasha tersebut dapat dinilai bahwa tutor-tutor HSKS

mempengaruhi persepsi kedekatan antara tutor dan siswa dengan cara membahas

hal-hal yang lucu atau bahkan hal pribadi dengan siswa. Tutor menunjukan bahwa

mereka adalah orang yang terbuka dan hal ini membuat siswa menjadi nyaman

untuk membangun komunikasi terus menerus dengan tutornya. Tasha juga

memaparkan secara khusus mengenai beberapa tutor yang juga menjadi informan

(36)

Kak rudi kebanyakan basa basinya kalau lagi ngajar. Terus kalau sudah pelajarannya pasti bosen karena agak menarik-narik gitu dia cara ngomongnya. Kakak itu juga ga pernah kasih tugas. Kalo pun kasih tugas cuma cari arti dari kata-kata. Misalnya kata demokrasi. Atau tentang ayat ayat gitu.

Metode ceramah yang digunakan Kak Rudi ternyata kurang efektif bila

diterapkan terhadap Tasha. Kak Rudi tidak memelihara fokusnya sendiri saat

mengajar sehingga ini terkesan hanya materi yang basa basi bagi Tasha. Selain itu

harus diketahui bahwa salah satu cara untuk menggunakan metode ceramah

adalah melakukannya dengan tempo yang cukup atau tidak tergesa-gesa, serta

dengan intonasi dan gaya tutur yang variatif atau tidak monoton. Gaya bicara Kak

Rudi yang seperti ditarik-tarik rupanya merupakan cara yang monoton bagi Tasha

dan itu membuatnya bosan.

Penampilan sih biasa-biasa aja agak berantakan sedikit. Cara ngajarnya enak seru dan cepet dimengerti terus kalo kita belum bisa diajarin sampai bisa jadi gak dibiarin aja gitu, suka becanda banget setiap dia masuk pasti ketawa-ketawa. Becanda ngejodoh-jodohin Kak Indah entah sama siapa saja, terus bahas soal nikah haha. Tandain ya itu, kalau Tasha ketawa keras kali pas belajar berarti dia tu yang masuk ahhaha. Ya paling suka sama dia lah. Kakak itu sering.. kasih tugas kayak soal gitu la.Kita sering bahas soal-soal.

Kak Farida tampaknya memang memahami karakter Tasha yang mudah

jenuh. Dia mengelola pesan pembelajarannya dengan memperbanyak humor.

Humor adalah salah satu alat penarik perhatian siswa dan Kak Farida berhasil

mengendalikan rasa jenuh Tasha di dalam kelas. Kehangatan dan keantusiasan

tutor terhadap siswanya memudahkan terciptanya iklim kelas yang

menyenangkan. Siswa pun akan semakin termotivasi untuk belajar.

Berikut adalah tanggapan Iqbal mengenai tutor-tutor yang ada di HSKS:

Sebenarnya sih mereka semua nyenengin sih. Apalagi guru disini ga suka

(37)

Iqbal juga memaparkan secara khusus mengenai beberapa tutor yang juga menjadi

informan dalam penelitian ini:

Kak Farida itu paling seram. Dia sih kalau nerangkan sih kayak guru

menerangkan biasa. Ngomong kasi soal tulis tulis di papan tulis. Tapi

gimana ya. Ntah lah ga sreg aja rasanya.

Menurut Iqbal, Kak Farida menggunakan cara mengajar yang sama

dengan guru-guru di sekolah umum. Dia menggunakan metode ceramah untuk

menjelaskan materi dengan menuliskannya di papan tulis sebagai media visual.

Karakter Iqbal yang supel membuatnya tidak nyaman jika berada di lingkungan

belajar yang terlalu kondusif dan terlebih lagi Iqbal memang tidak menyukai

pesan pembelajaran yang dibawakan Kak Farida yaitu matematika.

Kalau yang paling cuek tuh kak indah.Kak indah itu enak ngajarnya. Dari cara semua orang ngajar, dia lah cara ngajarnya yang bagus menurutku. Dia ga lama-lama di satu halaman gitu. Dia jelasin yang penting-penting aja terus dia ga da nyatat lanjut terus ke topik berikutnya. Dan paham juga ama kakak itu. Udah gitu dia ga pernah kasih tugas. Paling kalau soal-soal LK dan itu pun dibahas bersama.

Kak Indah juga menggunakan metode ceramah di dalam kelas Pendidikan

Kewarganegaraan. Dia memiliki pengendalian pesan pembelajaran yang baik bagi

Iqbal sehingga Iqbal lebih mudah memahami bahan ajar tersebut.

Berikut adalah tanggapan Dieva mengenai tutor-tutor yang ada di HSKS:

Tutor disini baik baik. Mereka enak diajak cerita kok.

Dieva juga memaparkan secara khusus mengenai beberapa tutor yang juga

menjadi informan dalam penelitian ini:

(38)

trend sekarang, kayak film atau apa.Kak Farida juga baik. Sama sih kak banyak kasih soal gitu. Nanti kita bahas soal sama-sama Dieva.

Kak Indah dan Kak Farida memiliki kesamaan dalam pemilihan metode mengajar

yaitu metode tugas. Siswa diberikan tugas untuk melatih kemampuan berpikir

serta melibatkan mereka dalam kegiatan belajar.

Tanggapan orang tua mengenai tutor HSKS juga ditanyakan oleh peneliti.

Ibu Ade sering menanyakan pengalaman yang didapat anaknya saat bersekolah.

Salah satu hal yang pernah Dieva ceritakan adalah mengenai tutornya yang

menyenangkan.

Enak dia bilang. Mungkin karena masih muda-muda ya jadi dia merasa

nyaman sih. Dia bilang lebih enak. Karena mungkin kan gini, kalau di

sekolah umum kan bisa dibilang pelajarannya, muter-muter ya ribet ya.

Ibu Ade menarik kesimpulan bahwa itu karena tutor HSKS masih berusia

muda sehingga menyenangkan untuk diajak berbicara. Dan Ibu Ade juga

mengatakan bahwa cara tutor membawakan materi tidak seperti guru-guru di

sekolah umum. Pelajaran yang seharusnya dapat dibuat menjadi sederhana,

terlihat sulit di sekolah umum, tidak seperti HSKS. Ini menjadi kenyamanan

tersendiri buat Dieva. Sebenarnya Ibu Ade masih memiliki perasaan ragu terhadap

HSKS. Ada hal yang membingungkan baginya mengenai masalah kekurangan

tutor yang tidak kunjung selesai. Ada tutor yang sudah resign sejak lama tetapi

belum ada penggantinya sampai saat ini. Akibatnya Dieva sering tidak belajar di

sekolah. Ibu Ade takut anaknya akan ketinggalan pelajaran jika hal ini terus

(39)

Jadi walaupun gurunya ga full, dapat paling ngga ada guru pengganti.

Jangan sampai anak anak itu pelajarannya kosong.

Sedangkan orang tua Iqbal tidak mengetahui bagaimana proses

pembelajaran yang dilakukan oleh tutor sebagai komunikator utama di dalam

kelas. Beliau hanya mengetahui bahwa pada semester pertama kegiatan belajar

Iqbal berlangsung dengan baik. Beliau dapat berkomunikasi dengan tutor yang

menjadi wali kelas Iqbal saat itu. Namun pada awal semester kedua, tutor tersebut

pindah kerja dan Iqbal pun tidak memiliki wali kelas lagi sehingga beliau tidak

mengetahui kemajuan belajar Iqbal.

Saya selalu turun pas antar jemput dan saya ngobrol sama tutornya, wali kelasnya dulu tapi wali kelasnya udah pindah. Sekarang udah ga ada wali kelas. Nah belakangan ini kan banyak gurunya yang udah pindah atau gimana. Jadi saya agak sulit juga untuk komunikasi untuk mengetahui kondisi belajarnya.

Kekosongan tenaga pengajar ini telah disampaikan kakak kedua Iqbal kepada

pihak HSKS Pusat. Namun ternyata mereka juga baru mengetahui masalah

tersebut dan akan mengonfirmasinya kepada HSKS Medan. Sampai saat ini,

keluarga Iqbal belum mendapatkan respon kembali atas keluhan mereka.

Rencananya saat pembagian rapor, informan akan mendatangi kepala sekolah

HSKS dan menanyakan kelanjutan wali kelas Iqbal dan juga kemajuan belajarnya.

4.2.4. Pesan dalam Pembelajaran

Pesan merupakan komponen penting dalam proses komunikasi

pembelajaran. Apa yang dikomunikasikan adalah komponen penting dalam

pencapaian tujuan komunikasi dan pesan utama adalah materi pelajaran.

(40)

Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, PKn. Kalau SMA, dia setelah kelas XII dia ada penjurusan, IPA atau IPS. Nah, kebetulan di sini cuman ada yang ambil kelas IPS. Tapi kalau kelas X, dia ada sepuluh mata pelajaran.

Dari pernyataan Kak Farida di atas, dapat diketahui bahwa materi yang dimiliki

HSKS tidak sebanyak sekolah pada umumnya. Materi tersebut hanya mata

pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional. Tingkat SD dan SMP mempelajari

enam mata pelajaran, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS. Kelas X SMA mempelajari sepuluh

mata pelajaran, sedangkan kelas XI dan XII mempelajari delapan mata pelajaran.

Mata pelajaran yang dibawakan oleh Kak Farida adalah Matematika. Matematika

adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan angka-angka. Oleh karena itu,

Kak Farida sebisa mungkin membawakan pelajarannya menjadi mata pelajaran

yang menyenangkan.

Kak Indah memberikan tanggapan yang sama dengan Kak Farida

mengenai materi ajar di HSKS:

Materinya disini sedikit, ga padat-padat banget sih tapi bisa mengikuti

materi yang kayak di sekolah umum karena di luar juga ya ini juga yang

diajarkan gitu. Jadi disini tuh ga over ga lebih tapi tetap sama dengan

materi sekolah umum.

Kak Indah mengajarkan dua mata pelajaran yaitu Pendidikan Kewarganegaraan

untuk siswa SD dan SMA serta Kimia untuk kelas X SMA.

Tasha menyukai pelajaran matematika karena mata pelajaran itu

mengujinya dalam penyelesaian masalah. Mata pelajaran yang kurang dia suka

(41)

internasional, dia tidak pernah mempelajari itu. Berikut adalah tanggapan Tasha

mengenai bahan ajar HSKS:

Nah kalau disini kan lebih santai, cuma untuk UN saja dipelajari. Malah

kadang menurut aku terlalu santai sih karena sedikit sekali yang

dipelajari. Dan akhirnya aku terlalu banyak waktu luang.

Berikut adalah tanggapan Iqbal mengenai bahan ajar HSKS:

Kalo pelajarannya kan kak, sama kata kawan aku. Aku kan masih suka ngumpul ama kawanku yang di Al Fitiyan jadi suka banding-bandingin pelajaran. Ya mungkin agak lebih cepat orang itu karena kan mereka tiap hari belajarnya, dah gitu lebih lengkap mereka. Kalau disini kan kita belajar yang penting-pentingnya aja. Tapi materi kami ama sekolah umum itu hampir sama kok.Aku ga suka matematika. Pelajaran paling ribet. Kebanyakan angka-angkanya. Aku sukanya Bahasa Indonesia ama Kak Ani atau apa ajalah yang penting ga hitungan.

Persepsi awal Iqbal mengenai matematika sudah tidak baik. Dia tidak menyukai

pelajaran berhitung tesebut. Saat kenaikan kelas nanti, Ibu Iqbal berencana

memasukan Iqbal ke bimbingan belajar agar bisa masuk ke perguruan tinggi.

Berikut pernyataan dari orang tuanya Iqbal:

Sepertinya homeschooling ini hanya mengharapkan pelajaran yang wajib

wajib aja untuk dipelajari dan kemudian diujikan nanti. Saya ga bisa

berharap banyak.

Untuk saat ini, Iqbal hanya diberikan les Bahasa Inggris di YPPIA. Iqbal memang

menyukai pelajaran bahasa dari SD dan orang tuanya memfasilitasinya dengan

memberikan kursus.

Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan tutor dalam

(42)

a. Motivasi

Motivasi adalah satu penggerak dari dalam hati siswa untuk melakukan

atau mencapai tujuan belajarnya. Setiap siswa yang hadir dalam pembelajaran

telah berbekal motif atau dorongan untuk belajar. Oleh karena itu, tutor perlu

memelihara, mendorong, dan membangkitkan motivasi tersebut dengan tepat dan

baik. Berikut ini adalah motivasi yang diberikan oleh Kak Farida kepada anak

didiknya.

Kadang waktu kita ngobrol, mereka mau bercanda sama kita ‘kenapa sih kak kita belajar ini, kan nanti juga ga berguna’ Terus saya jawab, ‘Kamu hidup butuh matematika loh. Dari kamu bangun liat jam. Itu ada matematikanya. Kamu makan itung kalori kamu minum itung itu, bensin kamu. Semua butuh matematika.’

Ini adalah motivasi yang merujuk pada tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran memang perlu diberitahukan kepada siswa agar mereka bisa menilai

apakah mereka sudah berada di jalur yang benar untuk mencapai tujuannya atau

belum. Kadang siswa sering kesulitan memahami tujuan tugas atau kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengingatkan tujuan belajar

kepada siswa.

Berikut ini adalah motivasi yang diberikan oleh Kak Rudi kepada anak

didiknya:

(43)

Kak Rudi memberikan motivasi yang berbentuk pujian dan merujuk pada

tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran memang perlu diberitahukan kepada

siswa agar mereka bisa menilai apakah mereka sudah berada di jalur yang benar

untuk mencapai tujuannya. Dan pujian merupakan motivasi yang baik tetap pujian

ini tidak boleh diberikan secara berlebihan.

Berikut ini adalah motivasi yang diberikan oleh Kak Indah kepada anak

didiknya:

Di kelas walaupun mereka ga lagi ngerjain LK tapi kalau mereka berperilaku baik, kita puji, kasih tos. Dan mereka senang sih digituin. Memang sih yang paling penting di kelas kalau lagi belajar mengajar ya reward. Memang sih kita ga kasih hadiah atau materi tapi lebih ke pujian. Lebih ke kasih sayang sih. Tapi kalau di SMP SMA, reward itu ga terlalu jalan ya karena mereka sudah ngerti, yah dipuji segala macam toh nanti melakukan yang nakal lagi. Jadi kalau sama mereka kita lebih ke tegas sih ya. bukan melulu pujian. Ketegasannya itu lebih kayak begini ya, kita balikan ke diri mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan itu salah atau ngga? Jadi lebih ke nasehat. Merekakan sudah dewasa yah sadar sendiri lah. Sadarnya ga perlu lagi dimarah-marahi. Ya cukup dibilang sekali aja, kalau memang dia ga mau baik ya udah itu tergantung dia nya. Kembalikan ke dia aja apa yang harus dia lakukan atau ngga. Nah tapi biasanya kalau kita kasih ketegasan gitu mereka ngerti kok dan bakalan diam.Tapi kita lihat anaknya juga sih kak. Kayak misalnya fitsal dan maulana kan masi butuh pujian. Bagi orang-orang yang masih butuh kita kasih.

Kak Indah memberikan motivasi berupa pujian dan nasehat. Pujian

merupakan bentuk peneguhan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi

yang baik. Apabila siswa berhasil dalam kegiatan belajar, tutor memang perlu

memberikan pujian bagi siswa. Positifnya pujian tersebut dapat meningkatkan

prestasinya jika pujian yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kak

Indah memberikan motivasi berupa pujian hanya kepada siswa SD dan

siswa-siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa yang sudah beranjak remaja tidak sering

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

The results showed that not only the peak amplitude but also the time course of synaptic potentials were dependent on the membrane potential level at which the synaptic activity

Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

[r]

menyelesaikan seluruh hasil temuan pemeriksaan dengan tindak lanjut ke seluruh SKPD di Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Selatan. 10 SEKRETARIAT DAERAH -

“We sincerely apologize to Moonlight, La La Land, Warren Beatty, Faye Dunaway, and Oscar viewers for the error that was made during the award announcement for Best Picture,”

Fadli Pratama, 2009, Laboratorium Kontruksi Mesin, Universitas Negeri Padang, Padang. Firdaus.m, 2011, Perancangan Pembuatan Alat Penarikan Kawat