• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gunung Berapi

Di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia, terdapat salah

satu gunung berapi yang dikenal dengan Gunung Sinabung. Koordinat puncak

Gunung Sinabung adalah 03 derajat 10 menit LU dan 98 derajat 23 menit BT dengan

puncak tertinggi dari gunung ini adalah 2.460 meter dari permukaan laut yang menjadi

puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah meletus sejak 1600

(Global Volcanism Program, 2008).

Pada tanggal 27 Agustus 2010, aktivitas Gunung Sinabung mulai terjadi dan

mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada dini hari sekitar pukul 00.15 WIB tanggal

29 Agustus 2010, Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Abu gunung ini cenderung

mengalir dari arah barat daya menuju timur laut (Ebo, 2010). Kemudian, pada

September 2013, Gunung Sibanung meletus. Letusannya melepaskan awan panas dan

abu vulkanik yang menjangkau kawasan Sibolangit dan Berastagi. Guguran lava pijar

dan semburan awan panas masih terus dihasilkan sampai Januari 2014 dan hingga kini

rentetan gempa, letusan, dan luncuran awan panas masih terjadi secara terus-menerus

(Suryani, 2014). Sampai saat ini, letusan Gunung Sinabung masih terjadi sehingga

statusnya masih dinyatakan awas.

Komponen utama erupsi gunung berapi adalah magma yang berbentuk padat,

lithic material atau memadat menjadi partikel besar yang dikenal sebagai ash (abu)

atau tephra. Erupsi gunung juga mengandung gas, dengan air (H2O), nitrogen (N2) dan

karbon dioksida (CO2). Gas ini telah menjadi sumber utama atmosfer planet dan

(2)

komponen utama atmosfer adalah N2 (78%) dan O2 (21%) yang merupakan sumber

emisi vulkanik (Robock, A., 2002).

Beberapa metode untuk mensurvei dan memprediksi aktivitas gunung api telah

digunakan saat ini, dan beberapa metode tersebut berhasil untuk beberapa gunung api.

Tetapi, mereka tidak dapat diprediksi secara sempurna kecuali metode tersebut dapat

menentukan posisi magma, waktu, sifat dasar, jarak dan durasi erupsi, dan lain-lain.

Untuk tujuan dalm hal mensurvei dan memprediksi aktivitas gunung api, fenomena

sifat dasar harus dipelajari secara keseluruhan dan detail. Hal ini penting untuk

mengetahui apakah parameter aktivitas vulkanik harus diobservasi secara kontinius.

Akan tetapi, banyak penomena yang belum dipelajari secara sempurna, khusunya dari

segi aspek kimia.

Mayoritas gunung berapi terjadi disepanjang garis tepi piring destruktif di

“daerah tumbukan” dimana satu piring fase berada di bawah yang lainnya. Pergeseran

dan tekanan menyebabkan batuan meleleh dan membentuk magma yang dipaksa naik

ke atas permukaan bumi dimana gunung api bererupsi sebagai lelehan batu (lava) atau

sebagai partikel abu atau cinder (abu api) (Collins, 2010).

Sejumlah skema dapat digunakan untuk mengklasifikasi erupsi gunung berapi.

Mereka pada umumnya diklasifikasikan pada dasar periode aktivitas mereka, jenis

aktifitas dan jenis tanah pembentuknya.

1. Periode aktifitas.

Aktif jika erupsi telah terjadi dalam waktu bersejarah, sebaliknya tidak aktif,

tidur, atau padam.

2. Jenis aktifitas.

Sebagian besar didasarkan pada kekerasan erupsi dan derajat eksploitasi. Nama

yang digunakan diturunkan dari lokasi gunung berapi yang menunjukkan jenis

(3)

3. Sifat topografis gunung

Sistem yang paling sederhana untuk klasifikasi berdasarkan periode aktivitas –

seperti aktif, diam, atau tidur. Gunung berapi dapat tetap tidak aktif untuk ratusan

atau ribuan tahun sebelum fase erupsi lainnya diselesaikan (Coates, 1981).

2.2. Air

Air adalah senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi ini, sebagian besar

permukaan bumi tertutup oleh air sehingga sangat berpengaruh terhadap iklim. Air

yang tersebar di alam tidak ada yang berbentuk murni, akan tetapi tidak semua air di

alam sudah terpolusi. Sebagai Contoh, perairan di daerah pegunungan dan hutan yang

bebas dari polusi, masih mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2, dan N2,

serta bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari

atmosfer.

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air

dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Polutan air dapat

dikelompokkan atas sembilan golongan berdasarkan sifat-sifatnya sebagai berikut:

- padatan

- bahan buangan yang membutuhkan oksigen (Oxigen Demanding Wastes)

- mikroorganisme

- komponen organik sintetik

- nutrient tanaman

- minyak

- senyawa anorganik dan mineral

- bahan radioaktif

- panas

Pengelompokan di atas bukan merupakan pengelompokan baku, karena suatu jenis

polutan mungkin dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok (Agusnar, H.

(4)

Komposisi dasar air alam tergantung pada pengikatan dan pelepasan solut

melalui pereaksi kimia dan proses fisika. Untuk kebanyakan bagian, solut mengalami

lingkaran geologikal dimana material memasuki larutan sebagai produk reaksi udara

dengan batu, vulkanisasi, dan lain-lain, dialirkan ke perairan dimana mereka

mengalami reaksi lebih lanjut, disimpan di dalam sendimen, dan akhirnya dibentuk

menjadi batuan baru, yang mengulangi siklus di atas. Lebih singkatnya, proses ini

memiliki jangka waktu yang sangat panjang. Material volatil yang masuk ke dalam

atmosfer untuk bagian dari siklus tersebut, dan beberapa elemen merupakan bagian

dari biokimia, seperti geomaterial, pemprosesan. Perpindahan secara fisika pada

material yang sangat kecil mengendap di dalam air dan sebagai debu dan hemburan air

laut di dalam air juga mempunyai bagian di dalam proses ini ((Bailey, R.A. 1978).

Air merupakan sumber kehidupan untuk makhluk hidup karena penting untuk

proses kehidupan. Air dikenal sebagai sumber alam yang paling berlimpah, dan

berikut merupakan pembagian kualitas air:

− Air merupakan satu-satunya material yang memiliki tiga sifat fisika di permukaan bumi; yaitu gas, cair, dan padat.

Air bersifat renewable karena siklus hidrologinya.

− Dalam bentuk asli air berwarna bening, tidak berasa, dan transparan. Semua sifat memiliki keuntungan yang besar, seperti pertumbuhan tanaman. Contoh,

ketransparanan air membiarkan cahaya berpenetrasi di dalam sungai dan laut

sehingga penting dalam sumber makanan hewan dan tumbuhan.

− Air mempunyai viskositas yang sangat rendah. Mobilitasnya membiarkannya untuk mudah berpindah.

− Air merupakan salah satu dari sedikit senyawa yang mengembang ketika membeku.

− Air mempunyai kapasitas panas yang sangat tinggi dari semua zat alam kecuali ammonia.

− Air mempunyai tegangan permukaan yang tidak umum sehingga tidak hanya membiarkan zat untuk mendorong dirinya sendiri, tetapi juga mendukung objek

dengan densitas yang lebih tinggi dan membasahi material lainnya.

(5)

Sifat unik yang dimiliki air menjadikan zat ini merupakan pelarut yang sangat

sempurna untuk berbagai material, sehingga air adalah dasar medium transportasi

untuk nutrient dan hasil limbah dalam proses kehidupan. (Manahan, E.S, 1984).

Ion di dalam air, baik ion ringan maupun ion berat, jarang sekali berbentuk

atom tersendiri, tetapi biasanya terikat oleh senyawa lain sehingga berbentuk molekul.

Ikatan itu dapat berupa garam organik, seperti senyawa metal, etil, fenil maupun

garam anorganik berupa oksida, klorida, sulfide, karbonat, dihidroksida, dan

sebagainya. Bentuk ion dari garam tersebut biasanya banyak ditemukan dalam air

kemudian bersenyawa atau diserap dan tertimbum dalam tanaman dan hewan air. Ion

kemudian bersenyawa dalam bahan kimia jaringan dan membentuk senyawa organik.

Ion ringan atau elemen makro tertentu, yang biasanya esensial dan bersenyawa dengan

protein jaringan makhluk hidup, berguna untuk proses pertumbuhan. Sedangkan ion

berat yang nonesensial juga dapat bersenyawa dengan protein jaringan dan tertimbun

serta berikat dengan protein, sehingga senyawa disebut metalotionein yang dapat

menyebabkan toksik (Darmono, 1995).

2.3. Ion

Ion berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik, dan anorganik.

Ion merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai

alat-alat yang berperanan penting dalam sejarah perdaban manusia. Ion mula-mula diambil

dari pertambangan di bawah tanah (kerak bumi). Secara alami siklus perputaran ion

adalah, dari kerak bumi kemudian ke lapisan tanah, kemudian ke makhluk hidup

(tanaman, hewan, dan manusia), ke dalam air, mengendap dan akhirnya kembali ke

makro dan ion mikro, dimana ion makro ditemukan lebih dari 1.000 mg/kg dan ion

(6)

Tabel 2.1. Ion-ion Makro dan Mikro yang Ditemukan dalam Kerak Bumi

(Darmono, 1995)

Kelompok Ion Simbol Jumlah (mg/kg)

Makro Aluminium Al 81.300

Besi Fe 3+ 50.000

Kalsium Ca 36.300

Kalium K 25.900

Magnesium Mg 20.900

Mangan Mn 1.000

Mikro Barium Ba 425

Nikel Ni 75

Seng Zn 70

Tembaga Cu 55

Plumbum Pb 12,5

Uranium, U 2,7

Timah putih Sn 2

Kadmium Cd 2+ 0,2

Merkuri Hg 0,08

Perak Ag 0,07

Emas Au 0,004

*Ion ringan

(7)

2.4. Besi (Fe 3+)

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat

di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang

ada di dalam air dapat bersifat:

− Terlarut sebagai Fe 2+ (Fero) atau Fe 3+ (Feri)

− Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter <1 μm) atau lebih besar, seperti

Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya

− Tergabung dengan alat zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat)

Pada air permukaan jarang ditemukan kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi

di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini

dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur (Alerts, G. 1984).

2.5. Kadmium (Cd 2+)

Kadmium banyak digunakan di dalam industri metalurgi, pelapisan ion, pigmen,

baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, tekstil, dan

plastic (EckenFender, 1989). Di dalam air, Cd 2+ terdapat dalam jumlah yang sangat

sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar Cd 2+ dalam kerak bumi sekitar

0,2 mg/kg (Moore, 1991).

Kadar Cd2+ pada perairan tawar alami sekitar 0,0001 – 0.01 mg/liter,

sedangkan pada perairan laut sekitar 0,0001 mg/liter (McNeely et al., 1979). Menurut

WHO, kadar Cd2+ maksimum pada air diperuntukkan bagi air minum adalah 0,005

mg/liter (Moore, 1991). Pada perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan pertanian

dan perternakan, kadar Cd2+ sebaiknya tidak melebihi 0,005 mg/liter. Untuk

melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki kadar

Cd2+ sekitar 0,0002 mg/liter (Moore, 1991).

Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat

(8)

dan mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa. Toksisitas kadmium dipengaruhi

oleh pH dan kesadahan. Selain itu, keberadaan zinc dan timbal dan meningkatkan

toksisitas kadmium. (Effendi, 2003).

2.6. Kobal (Co2+)

Kobal termasuk unsur renik yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan reproduksi

tumbuhan dan hewan. Bersama-sama dengan ion yang lain, misalnya tembaga, zinc,

besi, dan magnesium, kobal dibutuhkan oleh enzim sebagai koenzim yang berfungsi

untuk mengikat molekul substrat (Effendi, H. 2003). Perairan tawar alami biasanya

memiliki kadar kobal < 0,001 mg/liter, perairan di daerah pertambangan dan industri

memiliki kadar kobal antara 0,001 – 0,01 mg/liter (Moore, 1991); sedangkan perairan

laut memiliki kadar kobal sangat rendah, yakni sekitar 0,0005 mg/liter . Pada perairan

yang diperuntukkan bagi kepentingan pertanian, kadar kobal sebaiknya tidak melebihi

0,05 mg/liter (Effendi, H. 2003).

Kobal merupakan salah satu elemen penting untuk tubuh manusia. Kekurangan

elemen esensial ini dapat menstimulasi beberapa penyakit sedangkan kobal berbahaya

dan menganggu kesehatan jika kelebihan. Co2+ dari golongan ion esensial

membutuhkan beberapa aktivitas metabolisme di dalam organisme. Efek toksologi

jumlah besar Co2+ menstimulasi vasodilasi, kemarahan dan cardiomyophaty di dalam

manusia dan hewan.

2.7. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah

garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan

atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun

(9)

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) berprinsip pada absorpsi

cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Spektrum atomik untuk masing-masing unsur

terdiri atas garis-garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat

berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa

pita-pita lebar atau garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan

proses atomisasinya (Khopkar, 2007)

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar

berikut ini ;

A C D

Gambar 2.1 Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

(Rohman, 2007).

Berikut penjelasan dari sistem peralatan Sepktrofotometri Serapan Atom :

A. Sumber sinar

Sumber sinar yang biasa dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini

terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.

Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari ion atau dilapisi

dengan ion tertentu. Tabung ion ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon)

dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan

intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. (Rohman, 2007)

B. Tempat Sampel

Dalam analisis spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis

Read Out Sumber Sinar Nyala

Monokromator

Detektor

(10)

Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel

menjadi uap atom – atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala

(flameless) (Rohman, 2007).

C. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang

yang di gunakan dalam analisis. Dalam monokromator juga terdapat suatu alat

yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang

disebut dengan chopper ( Rohman, 2007)

D. Detektor

Dalam spektrofotometer serapan atom detektor berfungsi mengubah intensitas

radiasi yang datang menjadi arus listrik. Ada dua cara yang dapat digunakan

dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi

resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon

terhadap radiasi resonansi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor

yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Rohman, 2007).

E. Sistem Pencatat ( Read-Out)

Sistem pencatat yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom berfungsi

untuk mengubah sinyal yang diterima menjadi sinyal digital, yaitu dalam

satuan absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari

suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi

(Rohman, 2007).

Pada spektroskopi pembangkit sinyal adalah hasil antaraksi energi radiasi

elektromagnet dengan elektron dalam atom/molekul analit yang menyebabkan transisi

elektron valensi atom /molekul dari tingkat energi elektron dasarnya ke tingkat energi

elektron tertentu yang lebih tinggi atau meningkatkan energi vibrasi-rotasi ikatan antar

atom dalam molekul (Satiadarma, K. 2004).

Teknik spektrofotometri serapan atom memiliki bentuk umum dengan

spektroskopi lainnya di dalam instrument yang terdiri dari sumber, sel, monokromator

dan detektor. Ada dua jenis instrument di dalam SSA yaitu; single-beam dan

(11)

- Instrumen SSA Single-Beam

Jenis instrument SSA yang sedikit rumit adalah single-beam. Bagian optik dari

jenis instrument single-beam terdiri atas: lampu katoda cekung, lampu dan nyala

api, monokromator, dan detektor.

Instrumen SSA single-beam dikalibrasi dengan mengisi blank dan mengatur

elektronik untuk membaca absorbansi 0. Kalibrasi lebih lanjut dilakukan dengan

mengisi larutan standart. Data hasil absorbansi diplot dengan konsentasi untuk

memperoleh kurva standar .

- Instrumen SSA Double-Beam

Instrumen SSA double-beam dikenalkan karena ketidakstabilan yang disebabkan

oleh pengapungan sumber intensitas dan elektronik. Instrumen double-beam lebih

stabil. Hal ini disebabkan karena adanya komponen baru yaitu sektor mirror yang

memberi kemungkinan garis edar refensi optic.

Instrumen double-beam harus dikalibrasi sebelum digunakan untuk mengukur

konsentrasi analit. Metode kalibrasi adalah sama dengan intrumen single-beam.

Sampel dianalisis dengan prosedur yang sama. Instrumen double-beam cenderung

lebih stabil, sehingga mereka cenderung membutuhkan kalibrasi yang lebih

sedikit. Instrumen double-beam secara frekuensi lebih sensitive dan lebih tepat

penggunaanya. Tetapi instrumen ini mudah menyimpang dari hukum Beer, karena

deviasi ini terjadi pada nilai absorbansi yang tinggi dan nilai di dalam kurva

Gambar

Gambar 2.1 Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Macromedia Flash MX 2004 bermanfaat untuk pembuatan website, karena dengan program ini dapat mempermudah dalam mendesain halaman pada sebuah web, dan menyediakan fasilitas

[r]

[r]

Pembuatan website tentang adat dan budaya Jawa Timur dengan menggunakan Microsoft Frontpage XP merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi mengenai letak geografis,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Pada responden pertama, saat menghadapi masalah dalam berkendara yang dilakukan adalah yang pertama menerapkan safety, dimana responden selalu berkendara dengan

Pelajar diharapkan untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan kombinasi penggunaan bahasa pengantar yang digunakan selama proses pengajaran