BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Sejak tahun 2008, stroke menjadi penyebab kematian keempat di seluruh
dunia setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit saluran nafas bagian bawah
kronik (Jauch dkk, 2013). Setiap tahun sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat
mengalami serangan stroke baru ataupun rekuren. Dari seluruh stroke, 87%
merupakan stroke iskemik, 10% stroke perdarahan intraserebral dan 3% stroke
perdarahan subarakhnoid. Diperkirakan 6.8 juta orang di Amerika Serikat
menderita stroke (Go dkk, 2013).
Di Indonesia, insiden stroke sebesar 51.6/100.000 penduduk.
Meningkatnya usia harapan hidup dengan berkembangnya modernisasi dan
globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan terjadinya penyakit
vaskular (penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer). Data di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke, baik dalam hal
kematian, kejadian, maupun kecacatan (Pokdi Perdossi, 2011).
Mortalitas oleh karena stroke hemoragik menurun secara konsisten selama
abad ke-20 pada banyak negara, namun stroke iskemik menunjukkan kenaikan
dan penurunan, mengikuti epidemi penyakit jantung koroner. Perbedaan trend ini
menunjukkan bahwa faktor resiko untuk kedua subtipe stroke ini mungkin berbeda
(Ibrahim dkk, 2006).
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko stroke yang dapat
dimodifikasi (disitasi oleh Sjahrir, 2003). Peranan kolesterol darah sebagai
khususnya kolesterol, trigliserida, high density lipoprotein cholesterol (HDL-C) dan
low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) kurang berhubungan erat dengan
stroke dibandingkan dengan penyakit jantung koroner. Namun
penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa peningkatan kadar LDL-C dan kadar
HDL-C yang rendah meningkatkan resiko stroke (Caplan, 2009). Peningkatan
kadar kolesterol total dan LDL-C serta kadar HDL-C yang rendah berhubungan
dengan pembentukan plak ateroma di arteri serebral dan meningkatkan resiko
stroke iskemik (Wiebers dkk, 2006). Peningkatan kadar trigliserida merupakan
faktor resiko untuk stroke aterosklerosis arteri besar. Sementara itu, resiko
perdarahan intraserebral (PIS) khususnya tinggi pada pasien dengan kadar
kolesterol yang rendah (Caplan, 2009).
Hubungan kadar lipid darah dengan stroke bersifat kompleks. Pada
Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT), kolesterol total diketahui
berhubungan langsung dengan mortalitas stroke iskemik dan berhubungan
terbalik dengan kematian oleh karena stroke hemoragik. Pada studi ini, kolesterol
total berhubungan dengan penurunan resiko stroke yang fatal pada pasien usia
40-49 tahun (HR 0.87; IK 95%, 0.76-1.00) setiap penurunan 1 mmol/l kolesterol
total, pada usia 50-59 tahun (HR 0.91; IK 95%,0.85-0.97) dan pada usia 60-69
tahun (HR 0.93, IK 95%, 0.89-0.97), namun tidak dijumpai penurunan resiko pada
usia yang lebih tua. Perdarahan intrakranial 3x lebih sering terjadi pada pasien
dengan kadar kolesterol serum <160 mg/dl dibandingkan dengan pasien dengan
kadar yang lebih tinggi, sedangkan kadar kolesterol yang lebih tinggi berhubungan
dengan peningkatan resiko stroke iskemik (p=0.007). Sejalan dengan ini, data dari
Asia-Pacific Cohort Collaborators yang menganalisa data dari 29 studi regional
penurunan resiko stroke hemoragik yang fatal setiap peningkatan 4.5 mg/dl
kolesterol total (disitasi oleh Goldstein, 2009).
Beberapa studi terdahulu telah meneliti peranan komponen kolesterol
seperti HDL-C dan LDL-C sebagai faktor resiko stroke akut. Peningkatan kadar
HDL-C berhubungan dengan penurunan resiko stroke iskemik pada orang usia
lanjut dan diantara ras dan suku yang berbeda. Hal ini menunjukkan hubungan
lipid dengan stroke dan mendukung HDL-C sebagai faktor resiko stroke penting
yang dapat dimodifikasi (Sacco, 2001). HDL-C telah diketahui berhubungan
terbalik dengan resiko terjadinya infark miokard (HR=0.85, IK 95%, 0.76-0.96) per
15.7 mg/dl standar deviasi dan kadar HDL-C yang tinggi berhubungan dengan
penurunan resiko stroke iskemik (Psaty, 2004). HDL-C mungkin bersifat protektif
terhadap stroke, terutama stroke non-fatal dan stroke iskemik pada orang lanjut
usia. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK), resiko stroke iskemik
berbanding terbalik dengan kadar HDL-C tertil tertinggi (RR= 0.84, IK 95%,
0.70-1.00) (Bowman, 2003)
Penelitian mengenai hubungan kadar LDL-C dengan stroke akut masih
sangat sedikit dan dengan hasil yang tidak konsisten. Pada studi berskala besar
dengan 11.000 pasien dengan penyakit jantung koroner, menunjukkan
peningkatan 14% resiko relatif terjadinya stroke iskemik atau TIA setiap kenaikan
40 mg/dl (1.03 mmol/l) LDL-C (Koren-Morag, 2002). Sebaliknya, studi kohort
berskala besar dengan 14.000 wanita dan pria usia paruh baya tidak menemukan
hubungan yang konsisten antara LDL-C dengan stroke iskemik selama follow-up
10 tahun (Shahar, 2003).
Studi kohort lain yang melibatkan 22.973 wanita usia >45 tahun
peningkatan resiko stroke iskemik, dengan hazard ratio 2.27 (1.43-3.60; p<0.001)
untuk kolesterol total; 1.74 (1.14-2.66; p=0.003) untuk LDL-C; 0.78 (0.52-1.17;
p=0.27) untuk HDL-C, dan 2.45 (1.54-3.91; p<0.001) untuk non-HDL-C (Kurth,
2009)
Untuk stroke hemoragik perdarahan intraserebral (PIS), kadar LDL-C yang
rendah diketahui merupakan faktor resiko untuk terjadinya PIS, disamping faktor
lain yaitu usia, etnik Afrika-Amerika, tekanan darah tinggi dan kadar trigliserida
yang rendah (Sturgeon, 2007). Kadar LDL-C yang rendah juga secara
independen dapat memprediksi perkembangan hematoma (hematoma growth),
perburukan neurologis awal dan mortalitas dalam 3 bulan setelah PIS akut
(Rodriguez-Luna, 2009). Pasien PIS dengan kadar LDL-C >140 mg/dl memiliki
separuh resiko kematian (adjusted) oleh karena perdarahan intraparenkimal
dibandingkan dengan pasien dengan kadar LDL-C <80 mg/dl. Hal ini
menunjukkan kadar LDL-C yang rendah meningkatkan resiko kematian oleh
karena perdarahan intraparenkimal (Noda, 2009).
Memperhatikan penelitian-penelitian diatas tampaknya ada kontradiksi
dalam peranan LDL-C dalam kejadian stroke akut. Pada satu sisi, kadar LDL-C
yang tinggi akan meningkatkan terjadinya plak aterosklerosis yang akan
meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik. Sementara itu kadar LDL-C yang
rendah juga akan meningkatkan resiko terjadinya stroke hemoragik dan
berhubungan dengan perburukan neurologis awal dan kematian oleh karena
stroke hemoragik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan proposal
penelitian mengenai hubungan antara kadar LDL-C dengan kejadian dan
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
dirumuskanlah masalah sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara kadar low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) dengan kejadian dan keparahan stroke akut?
I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kadar LDL-C dengan kejadian dan keparahan
stroke akut.
I.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui korelasi kadar LDL-C dengan kejadian stroke iskemik
dan stroke hemoragik akut.
I.3.2.2. Untuk mengetahui korelasi kadar LDL-C dengan keparahan stroke akut :
a. Korelasi kadar LDL-C dengan skor NIHSS.
b. Korelasi kadar LDL-C dengan skor Skala Koma Glasgow.
c. Korelasi kadar LDL-C dengan volume lesi.
d. Korelasi kadar LDL-C dengan lamanya pasien dirawat inap.
1.3.2.3. Untuk mengetahui hubungan kadar LDL-C dengan keluaran dalam 30
hari.
1.3.2.4. Untuk mengetahui perbedaan keparahan stroke berdasarkan sisi
hemiparesis.
1.3.2.5. Untuk mengetahui perbedaan keparahan stroke berdasarkan luas lesinya.
I.3.2.6. Untuk mengetahui distribusi karakteristik demografik dan klinis subyek
I.4. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) dengan kejadian dan keparahan stroke akut.
I.5. Manfaat Penelitian
I.5.1. Manfaat untuk Penelitian
Dengan mengetahui hubungan kadar LDL-C dengan kejadian dan
keparahan stroke akut, dapat menjadi acuan dalam penatalaksanaan
pasien stroke akut dan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya
mengenai penanganan dan manajemen dislipidemia pada stroke akut.
I.5.2. Manfaat untuk Pendidikan
Dengan mengetahui hubungan kadar LDL-C dengan kejadian dan
keparahan stroke akut, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah khasanah pengetahuan bagi klinisi dalam pemahaman dan
penanganan kasus-kasus stroke akut maupun kronis.
I.5.3. Manfaat untuk masyarakat
Dengan mengetahui hubungan kadar LDL-C dengan kejadian dan
keparahan stroke akut, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada klinisi untuk pemberian edukasi dan informasi pada pasien dan
keluarga mengenai kaitan antara kadar lipid darah dengan penyakit stroke