• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1Sejarah

Sebagai suatu perusahaan farmasi bertaraf global, PT Aventis Pharma

terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia

farmasi yaitu PT Rhone Poulenc dengan PT Hoechst Marion Roussel Indonesia.

PT Hoechst Marion Roussel Indonesia berasal dari Hoechst Indonesia yang berdiri

pada tahun 1956 dan merupakan pendahulu dari PT Aventis Pharma. Kemudian,

PT Hoechst Indonesia melakukan pengembangan menjadi PT Hoechst

Pharmaceutical Indonesia pada tahun 1969. Kemudian tahun 1972, dilakukan

produksi tablet Novalgin untuk pertama kalinya (Anonim, 2015).

Pada tahun 1969 Hoechst Pharmaceutical Indonesia mengakuisisi Marion

Merrel Dow, yaitu suatu perusahaan farmasi Amerika Serikat dan bersamaan

dengan itu Hoechst AG mendirikan perusahaan divisi farmasinya, yaitu Hoechst

Marrion Roussel Indonesia. Oleh karena perubahan tersebut, setahun kemudian PT

Hoechst Pharmaceutical Indonesia melakukan perubahan nama menjadi PT

Hoechst Marion Roussel Indonesia. Akhir tahun 1999, PT Hoechst Marion

Roussel Indonesia bergabung dengan PT Rhone-Poulenc Rorer, suatu perusahaan

kimia farmasi asal Perancis membentuk Aventis SA (Holding company) yang

berkedudukan di Strassbourg, Perancis. Aventis SA mempunyai anak-anak

perusahaan baru, antara lain Aventis Pharma AG yang berkedudukan di Frankfurt,

Jerman. Di Indonesia, penggabungan antara PT Hoechst Marion Roussel

Indonesia dengan PT Rhone-Poulenc Rorer diresmikan pada tahun 2001 dengan

(2)

mendapatkan sertifikat ISO 14000 dan OHSAS 18001. Pada tahun 2007 dari bulan

Januari sampai Maret 2010, PT Aventis Pharma mendapat sertifikat TGA. Setelah

bergabung dengan Sanofi Synthelabo di tahun 2004, nama perusahaan berubah

menjadi Sanofi Aventis, untuk kemudian berubah lagi menjadi Sanofi ditahun

2011. Sanofi grup di Indonesia terdiri atas dua badan hukum yaitu PT Aventis

Pharma dan PT Sanofi Indonesia (Anonim, 2015).

2.2 Visi dan Misi 2.2.1 Visi

Menjadi perusahaan terkemuka yang didorong oleh inovasi, mampu

memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam bidang ilmu kehidupan (Life

Sciences) yang tengah berkembang pesat saat ini, bertekad untuk berperan utama

dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia dan turut bersumbangsih kepada

pembangunan dunia, khususnya dengan mengatasi dan menangani berbagai

penyakit melalui teknik diagnosa, terapi vaksin dan cara pengobatan yang inovatif

(Anonim, 2015).

2.2.2 Misi

Menjadi perusahaan farmasi global yang memiliki tekad untuk memberi

arti bagi para pasien, pemilik saham, karyawan dan masyarakat luas dengan

menemukan, mengembangkan dan memasarkan produk-produk farmasi inovatif

yang akan dapat memenuhi kebutuhan medis yang belum teratasi serta menuju

pelayanan kesehatan dengan biaya lebih rendah. Perusahaan juga mempunyai

tekad untuk menjadi pemimpin dalam era di mana perubahan-perubahan terjadi

(3)

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi

PT Aventis Pharma berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pulo Mas,

Jakarta Timur yang merupakan kawasan industri ringan dan berdekatan dengan

daerah pemukiman penduduk serta beberapa industry farmasi lainnya. PT Aventis

Pharma berdiri di atas tanah seluas 37.500 m2 (150mx250m) dan berupa lapangan

berumput seluas 24.000 m2. Dikawasan ini terdapat dua gedung utama yaitu Multi

Purpose Building dan Factory Building. Multi Purpose Building digunakan untuk office termasuk Industrial Quality and Compliance Departement, sedangkan factory building terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian produksi (processing and packaging) dan factory. Perluasan factory dibangun dan diperbaiki mengikuti synergi project factory upgrade (SPFU). Factory building terdiri dari dua lantai,

yaitu:

a. Grand floor yang digunakan untuk warehouse, solid processing, cream dan ointment processing, primary dan secondary packaging. Warehouse memiliki

satu incoming airlock dan satu outgoing airlock. Antara warehouse dan area

processing terdapat dua airlock untuk transfer material. Diantara warehouse

dan secondary packaging terdapat dua airlock, yaitu airlock untuk

mentransfer secondary packaging material dari warehouse ke secondary

packaging area dan untuk mentransfer finished goods dari secondary packaging area ke factory. Layout dan design di ground floor diatur

sedemikian rupa untuk menyediakan alur kerja dan urutan lalu lintas bahan

satu arah untuk menghindari resiko mixed up.

b. First floor digunakan untuk pasteur packaging dan digunakan untuk

(4)

Untuk ruang processing, sistem tata udara telah didesain menggunakan

sistem AHU. Lantai dari beton bertulang yang dicat epoksi, langit-langit anti api

dan dicat acrylic serta dinding anti api yang diplester dengan cat epoksi. Pada

sudut ruangan berlekuk untuk menghindari tempelan debu, memiliki ruang antara

dengan tekanan yang berbeda untuk menghindari kontaminasi dan mix-up,

terdapat exhauster utnuk membuang udara keluar (tidak mengalami sirkulasi).

Fasilitas bangunan lainnya yang dimiliki PT Aventis Pharma antara lain,

laboratorium pengawasan mutu, warehouse, gedung pemasok energi dan instalasi

pengolahan purified water.

2.4 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Cara Pembuatan Obat yang Baik atau dikenal dengan istilah CPOB

merupakan suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu yang bertujuan menjamin obat dibuat secara konsisten,

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaan.

Aspek-aspek dari CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan

fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri,

audit mutu dan audit & persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap

produk dan penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,

pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

(5)

izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu

yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua

departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk

mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan

manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.

Unsur dasar manajemen mutu adalah :

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,

prosedur, proses dan sumber daya

b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu

memenuhui persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. Konsep keterkaitan

mutu antara Manajemen mutu-pemastian mutu-CPOB-pengawasan mutu antara

lain :

a. Pemastian mutu

Pemastian mutu adalah suatu proses yang mencakup semua hal, baik secara

tersendiri maupun kolektif yang akan mempengaruhi mutu obat yang dihasilkan.

Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan

untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan memiliki mutu yang sesuai dengan

(6)

b. Pengawasan mutu

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan

pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang

diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan

tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi

hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini hendaklah independen

dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk

memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara

efektif dan dapat diandalkan.

c. Pengkajian produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua

obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan

produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan

untuk produk dan proses. Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap

hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah

tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan.

Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan

dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat

waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang

berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang

(7)

pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat,

sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.

d. Manajemen risiko mutu

Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan

penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini

dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif (Badan Pengawas Obat

dan Makanan, 2012).

2.4.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukkan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang sehat, terkualifikasi,

dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak

dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu

obat. Personil kunci dalam industri farmasi mencakup kepala bagian produksi,

kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian

mutu). Posisi personil kunci dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa

(8)

mutu dipimpin oleh seorang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab

satu dengan yang lain (independen).

Kepala bagian produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan

terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis

yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial,

sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara professional. Kepala

bagian pengawasan mutu dan manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah

seorang Apoteker terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki

pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial, sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara professional.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil

yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan

dan laboratorium (termasuk personil, teknik, perawatan dan petugas kebersihan),

dan personil lain yang kegiatannnya dapat berdampak pada mutu produk.

Pelatihan hendaklah diberikan secara berkesinambungan dan efektivitas

penerapannnya hendaklah dinilai secara berkala. Pelatihan ini diberikan oleh

orang yang terkualifikasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,

(9)

penumpukkan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu

obat.

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah

dan air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan

tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap

pencemaran tersebut.

Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikontruksi, dilengkapi dan

dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh

cuaca, banjir, rembesan dari tanah, serta masuk dan bersarang serangga, burung,

binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk

pengendalian binatang pengerat dan hama.

Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang

ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan

bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau

produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan

produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh

pelulusan akhir, pengiriman produk dan laboratorium pengawasan mutu.

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara

penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain

khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area

penyimpanan atau area produksi. Untuk memperkecil risiko akibat terjadinya

pencemaran silang, suatu sarana khusus hendaklah disediakan untuk produksi obat

(10)

tersebut seperti antibiotik tertentu (penicillin), produk sitotoksik, produk hormon

seks, serta produk biologi (yang berasal dari mikroorganisme hidup), serta produk

non obat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Tata letak ruang produksi

sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi

dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan

lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang

dipersyaratkan, mencegah kesesakan dan ketidakteraturan, serta memungkinkan

terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk

menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk, seperti

bahan awal dan bahan pengemas, produk antara dan produk jadi, produk dalam

status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang

dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan

hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara

dalam batas suhu yang ditetapkan.

Area pengawasan mutu (laboratorium) hendaklah terpisah dari area

produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah

dipisahkan satu dengan yang lain. Desain laboratorium hendaklah memperhatikan

kesesuaian bahan bangunan yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap.

Ruang istirahat dan kantin sebagai sarana pendukung hendaklah dipisah

dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti

pakaian kerja hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun

tempatnya terpisah. Letak bengkel perbaikan dan perwatan peralatan sedapat

(11)

2.4.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari batch ke batch dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan yang digunakan untuk

menimbang, mengukur, menguji dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya

secara teratur, serta dikalibrasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Perawatan juga hendaklah dilakukan menurut jadwal yang tepat agar tetap

berfungsi dengan baik.

Peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara

dan produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat

mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian diluar batas yang ditentukan.

Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan

tersebut dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam

keadaan bersih dan kering.

Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari

risikokekeliruan atau pencemaran. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan

pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak

terjadi kekeliruan dan campur baur produk.

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

(12)

Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat

dalam log book alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan

nomor setiap batch atau lot yang diolah dengan alat tersebut (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

2.4.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan segala

sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran

potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienitas

yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higienitas

hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas

prosedur memenuhi persyaratan.

Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan

pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki

area produksi. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk

keamanan personil, hendaklah personil menggunakan perlengkapan pelindung

yang bersih dan sesuai dengan tugasnya, termasuk penutup rambut. Semua

personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memperhatikan

tingkat higiene perorangan yang tinggi. Mereka hendaklah dilatih mengenai

penerapan higiene perorangan.

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Hendaklah

(13)

sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik pribadinya

di tempat yang tepat. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik

bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta

dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Setiap kali sebelum dipakai,

kebersihannnya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari

batch sebelumnya telah dihilangkan. Desinfektan dan deterjen hendaklah dipantau

terhadap pencemaran mikroba. Enceran desinfektan dan deterjen hendaklah

disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan hendaklah

disimpan untuk jangka waktu tertentu kecuali bila disterilkan. Prosedur

pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara

berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.6 Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Produksi hendaklah

dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Aspek yang perlu

diperhatikan dalam proses produksi adalah :

a. Penanganan terhadap bahan awal

Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan

memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah

bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan tersebut berisi keterangan mengenai

pasokan, nomor batch atau lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal

(14)

untuk digunakan hendaklah memenuhi spesifikasi bahan awal yang telah

ditetapkan dan berisi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Pada

saat penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi

umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya

kerusakan bahan dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok.

Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan

untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu. Label yang menunjukkan

status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh

kepala bagian pengawasan mutu.

Bahan awal yang cenderung rusak atau turun potensinya atau aktivitasnya

selama dalam penyimpanan hendaknya ditandai secara jelas, disimpan terpisah

dan secepatnya dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasok.

b. Validasi proses

Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan

hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru

diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok

untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan

menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Perubahan signifikan

dalam proses, peralatan atau bahan yang dapat mempengaruhi mutu produk dan

(15)

c. Pencegahan pencemaran silang

Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus

dihindarkan. Risiko pencemaran silang dapat timbul akibat tidak terkendalinya

debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang

diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.

Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk

yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang

dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba

hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk

yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang

diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu

yang panjang.

d. Sistem penomoran batch dan lot

Sistem yang menjabarkan penomeran batch dan lot secara rinci diperlukan

untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu

batch atau lot dapat diidentifikasi. Sistem penomoran batch dan lot yang

digunakan pada tahap pengolahan dan pengemasan hendaknya saling berkaitan.

Sistem penomoran batch atau lot ini hendaklah menjamin bahwa nomor batch atau

lot yang sama tidak dipakai secara berulang. Alokasi nomor batch dan lot

hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah

mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan ukuran batch dan lot

(16)

e. Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan atau perhitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,

produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan

memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Cara penanganan,

penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk

antara atau produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis. Hanya

bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah

diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum kadaluarsa yang boleh

diserahkan. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal

hendaknya diperiksa kebenarannya, termasuk label pelulusan dari bagian

pengawasan mutu. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbangan dan alat

ukur yang dipakai harus sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang. Sesudah

ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap batch hendaklah disimpan dalam suatu

kelompok dan diberi penandaan yang jelas.

f. Pengembalian

Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaknya didokumentasikan dengan

benar dan direkonsiliasi.

g. Pengolahan

Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa terlebih dahulu

sebelum digunakan. Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau

dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk

kegiatan pengolahan. Sebelum pengolahan dimulai, diambil langkah untuk

(17)

dokumen yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang akan dilakukan. Semua

kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur tertulis.

h. Bahan dan produk kering

Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang

terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus

hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan

peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau

metode lain yang sesuai.

1) Pencampuran dan granulasi

Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan

sistem pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup.

2) Pencetakan tablet

Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu

yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan

kecampurbauran antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam

ruang terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yang sama

atau dilengkapi dengan sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat

ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah.

3) Penyalutan

Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan hendaklah

disaring dan mempunyai mutu yang tepat. Larutan penyalut hendaklah dibuat

dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi risiko

pertumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut hendaklah

(18)

4) Pengisian kapsul keras

Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. Cangkang

kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan

dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban.

5) Penandaan tablet salut dan kapsul

Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindarkan kecampurbauran

selama proses penandaan tablet salut dan kapsul.

i. Produk cair, krim dan salep (nonsteril)

Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap

mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan

khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Penggunaan sistem tertutup

untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan; area produksi di mana produk atau

wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang

efektif dengan udara yang disaring.

j. Bahan pengemas

Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan

pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama

seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan

cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang

memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan

bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup

untuk menghindarkan kecampurbauran. Bahan pengemas hendaklah diserahkan

(19)

k. Kegiatan pengemasan

Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai

dengan pemberian label. Bila tidak, hendaklah diterapkan prosedur yang tepat

untuk memastikan agar tidak terjadi kecampurbauran atau salah pemberian label.

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi

produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang

ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.

Bila menyiapkan program untuk kegiatan pengemasan, hendaklah diberikan

perhatian khusus untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang, kecampurbauran

atau kekeliruan. Produk yang berbeda tidak boleh dikemas berdekatan kecuali ada

segregasi fisik.

l. Pengawasan selama proses

Untuk memastikan keseragaman batch dan keutuhan obat, prosedur tertulis

yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus

dilakukan selama proses dari tiap batch produk hendaklah dilaksanakan sesuai

dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk

memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin

menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses.

m. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan

Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan

disimpan terpisah di area terlarang (restricted area). Bahan atau produk tersebut

(20)

ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih dulu

disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.

n. Karantina dan penyerahan produk jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Selama menunggu

pelulusan dari bagian manajemen mutu, seluruh batch/lot yang sudah dikemas

hendaknya disimpan dalam status karantina. Setelah pelulusan, produk tersebut

dipindahkan dari daerah karantina ke gudang produk jadi.

o. Catatan pengendalian pengiriman obat

Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan

produk yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu. Penyimpangan

terhadap konsep first-in first-out atau first-expired first-out hendaklah hanya

diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan

manajemen yang bertanggung jawab

p. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan

produk jadi

Bahan atau produk hendaknya disimpan rapi dan teratur untuk mencegah

risiko tercampur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan

pemeliharaan. Hendaknya semuanya disimpan dalam kondisi yang sesuai serta

tidak langsung kontak dengan lantai (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan

Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten

(21)

komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan

keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai

kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan

mutu produk. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,

pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang

memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan

yang tidak diluluskan tidak dipakai atau produk tidak diluluskan untuk tidak

dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.

Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga

harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Aspek

pengawasan mutu mencakup ketentuan cara berlaboratorium pengawasan mutu

yang baik; pengawasan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk

jadi; dokumentasi; pengambilan sampel; dan persyaratan pengujian. Setiap

spesifikasi bahan awal, produk antara, dan produk ruahan hendaklah disetujui dan

disimpan oleh bagian pengawasan mutu, kecuali untuk produk jadi yang harus

disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu. Semua dokumentasi pengawasan

mutu yang terkait dengan catatan batch hendaklah disimpan sampai satu tahun

setelah tanggal kadaluarsa batch tersebut. Cara pengambilan sampel yang benar

adalah bagian yang penting dari sistem pemastian mutu.

Tugas pokok Bagian Pengawasan Mutu sebagai berikut:

a. menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan dan produk jadi;

(22)

c. memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,

metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;

d. memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;

e. memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

pengawasan mutu;

f. memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

g. memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di

departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

2.4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang

untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan

tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara

independen dan dirinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat

mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif. Inspeksi diri hendaknya dilakukan

secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan secara berulang. Semua saran untuk tindakan

perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah

didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman

dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Inspeksi diri dapat

(23)

yang menyeluruh dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Laporan hendaklah

dibuat setelah inspeksi diri dilaksanakan, yakni mencakup hasil hasil pengamatan

yang dilakukan selama inspeksi dan bila memungkinkan, saran untuk tindakan

perbaikan. Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi laporan inspeksi diri

dan tindakan perbaikan bila diperlukan.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.

Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannnya. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang

dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat

diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

Kepala bagian manajemen mutu bertanggungjawab bersama bagian lain

yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan

memasokkan bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang

telah ditentukan. Daftar pemasok hendaklah ditinjau ulang secara berkala. Jika

audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dan

pemenuhan standar CPOB. Semua pemasok dievaluasi secara teratur (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.9 Penangan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga

(24)

produk dapat disebabkan oleh keluhan mengenai mutu (kerusakan fisik, kimiawi

atau biologis dari produk atau kemasannya), reaksi yang merugikan (alergi,

toksisitas,reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain), dan efek

terapetik produk (produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah).

Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi

hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian

dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran. Penarikan kembali

produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa batch atau

seluruh batch produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan

apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi

yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali

produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian

pembuatan obat tersebut. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang

merugikan.

Produk kembalian adalah produk jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa

atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

Industri farmasi hendaknya menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan

dan pengujian produk kembalian serta pengembalian keputusan apakah produk

kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan serta dilakukan evaluasi.

Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan antara lain

(25)

dikembalikan ke dalam persediaan, produk kembalian yang dapat diproses ulang,

serta produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses

ulang (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehinggga

memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk,

formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus

bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah

sangat penting (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antar pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara

jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing - masing pihak. Kontrak

harus menyatakan secara jelas pelulusan setiap batch produk untuk diedarkan

yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu). Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas

(26)

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak (toll) terbagi menjadi dua, yaitu toll

in dan toll out.

Toll terjadi misalnya ketika suatu pabrik (misalnya Pabrik A) meminta

pabrik lain (misalnya pabrik B) untuk membuat suatu produk obat bagi pabrik A

berdasarkan atas perjanjian kerjasama. Pabrik A ini disebut sebagai pihak yang

melakukan toll out (Principal), sedangkan Pabrik B disebut sebagai pihak yang

menerima toll in (Maklon).

Perusahaan melakukan toll out dapat disebabkan fasilitas di perusahaan

tersebut belum memadai untuk memproduksi obat tersebut, atau bisa juga

disebabkan perusahaan tersebut telah mengalami overload dalam memproduksi

suatu obat. Sebelum memutuskan kerja sama toll, pihak principal biasanya akan

melakukan audit ke pihak maklon. Hal ini dilakukan untuk melihat kesiapan

maklon baik dari segi fasilitas maupun sumber daya dalam menerima toll in dari

principal.

Pada prosesnya, toll dapat dibagi menjadi dua, yaitu toll produksi dan

packing atau repack. Pada toll produksi, maklon melakukan produksi obat dari

mulai bahan baku sampai produk jadi bagi principal. Sedangkan pada toll packing

atau repack, maklon hanya mengemas atau mengemas ulang produk dari yang

dibuat principal. Untuk toll produksi, semua analisa mulai dari bahan baku, bahan

pengemas, In Process Control (IPC), sampai dengan finish goods dilakukan oleh

pihak maklon. Sedangkan untuk toll packing atau repack, maklon tidak melakukan

analisa, tetapi memakai hasil analisa yang terdapat dalam CoA (Certificate of

(27)

2.4.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikasi terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan

kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi.

a. Perencanaan validasi

Seluruh kegiatan validasi hendaknya direncanakan. Unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas didokumentasikan dalam Rencana

Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.

b. Dokumentasi

Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan

validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau

protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan

terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan.

Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah

didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Setelah kualifikasi selesai

dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk dapat

(28)

c. Kualifikasi

Kualifikasi mencakup kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi

operasional dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain adalah unsur pertama

dalam melakukan validasi tehadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.

Kualifikasi instalasi hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan

peralatan baru atau yang dimodifikasi. Kualifikasi operasional hendaklah

dilakukan setelah kualifikasi pemasangan selesai dilaksanakan, dikaji dan

disetujui. Kualifikasi kinerja hendaklah dilakukan setelah kualifikasi

pemasangan dan kualifikasi operasional dilaksanakan, dikaji dan disetujui.

Semua kualifikasi hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan

didokumentasikan.

d. Validasi proses

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap

bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang

digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil

yang diinginkan. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk

dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak

memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin

dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga

divalidasi (validasi retrospektif). Selain validasi proses juga terdapat validasi

pembersihan (untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan), validasi

ulang (untuk konfirmasi keabsahan dari fasilitas, sistem, peralatan dan proses)

serta validasi metode analisa (untuk menunjukkan bahwa metode analisis

Referensi

Dokumen terkait

Menggali Makna Arsitektur Vernakular : Ranah, Unsur, dan Aspek-Aspek Vernakularitas LANTING Journal of Architecture ,.. Volume 1, Nomer 2,

6) koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk memperkuat integrasi dan sinergi program lintas Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan

BIOLOGI SERANGGA PENYERBUK ( Elaeidobius kamerunicus FAUST) ( Coleoptera : Curculionidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT.. DI DAERAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa Indonesia siswa di lingkungan SMP Negeri 10 Kendari.Penelitian ini menggunakan metode

Maka dari itu penulis mencoba membuat sebuah situs penjualan handphone online dengan menggunakan PHP dan database MySQL. Untuk pembuatan aplikasi tersebut, penulis memperoleh bahan

perlu menetapkan pengangkatan mereka yang namanya tercantum dalam Diktum PERTAMA Keputusan Presiden ini, sebagai Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban,

Akan tetapi masalahnya jika kita menulis tanpa mengetahui batasan dari ukuran kertas maka yang terjadi adalah pada saat kita mencetak dokumen tersebut makan hasil cetakan tidak

Aplikasi multimedia yang dibuat penulis sama detailnya dengan buku namun lebih interaktif karena pengguna dapat dengan leluasa memilih cacing yang ingin dipelajari dengan