• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembelajaran Problem Solving Da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Pembelajaran Problem Solving Da"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIKA SISWA

Yayan Eryk Setiawan1

E-mail : yayaneryksetiawan@yahoo.co.id

Abstrak

Artikel ini membahas tentang pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan literasi matematika siswa. Dalam artikel ini akan dipaparkan secara singkat dan padat mengenai (1) Pembelajaran Problem Solving, (2) Karakteristik Pembelajaran Problem Solving, (3) Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving, (3) Contoh soal-soal problem solving, (4) Literasi Matematika Siswa. Selain pemaparan diatas, dalam artikel ini untuk mengetahui apakah pembelajaran problem solving dapat meningkatkan literasi matematika siswa. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan studi pustaka dari hasil-hasil penelitian maupun pendapat para ahli. Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa : Pembelajaran problem solving dapat meningkatkan literasi matematika siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Problem Solving, Literasi Matematika.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiaannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan matematika, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik.

1

(2)

Suryadi dkk (1999) dalam surveynya tentang “Current situation on mathematics

and science education in Bandung” yang disponsori oleh JICA, antara lain menemukan

bahwa pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematik yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa disemua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Akan tetapi hal tersebut dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Hal yang sama dikemukakan oleh Gagne (1970) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan atau ditingkatkan melalui pemecahan masalah. Hal ini dapat difahami bahwa pemecahan masalah (problem solving) merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu : Signal Learning, Stimulus-Response Learning, Chaining, Verbal Association, Discrimination Learning,

Concept Learning, Rule Learning and Problem Solving.

Tugas utama guru dalam pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah untuk membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu mereka memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang. Dalam hal ini guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik, dilain pihak siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Berbagai kesulitan diatas muncul antara lain karena mencari jawaban dipandang sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Karena hanya berfokus pada jawaban, anak sering kali salah dalam memilih teknik penyelesaian yang sesuai.

(3)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran problem solving dapat meningkatkan literasi matematika siswa?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini dideskripsikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pembelajaran problem solving dalam meningkatkan literasi matematika siswa.

1.4. Manfaat

Manfaat dalam penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan pembelajaran

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pembelajaran Problem Solving.

1. Pengertian Pembelajaran Problem Solving.

Pembelajaran problem solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari atau memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran (Setiawan, 2008). Menurut Abdurrahman (2003), “Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi matematika”. Problem

solving dalam matematika mempunyai arti yang lebih spesifik.

a. Problem solving sebagai tujuan.

Inti dari belajar problem solving adalah para siswa hendaknya terbiasa mengerjakan soal-soal yang tidak hanya memerlukan ingatan yang baik saja. Kemampuan problem solving disini merupakan tujuan dari pembelajaran matematika, dan dinyatakan selanjutnya bahwa justifikasi yang sesungguhnya untuk pembelajaran matematika adalah sesuatu yang sangat berguna, yang dapat diterapkan baik dalam matematika itu sendiri atupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan problem solving siswa yaitu kemampuan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki untuk memcahkan persoalan yang baru atau tidak biasa yang merupakan tujuan dalam pembelajaran matematika.

b. Problem solving adalah suatu proses.

(5)

c. Problem solving adalah suatu kemampuan dasar.

Disebut sebagai kemampuan dasar karena seorang siswa dituntut untuk dapat memahami isi dari persoalannya, jenis persoalannya, dan cara-cara mencari solusinya. Yang terpenting adalah siswa mesti belajar dan memilih segenap kebutuhan yang sesuai dengan persoalannya dan cara-cara yang diperlukan untuk mencari solusi suatu persoalan.

2. Karakteristik Pembelajaran Problem Solving.

Menurut Taplin (dalam Sumardyono, 2007: 8) dalam problem solving terdapat beberapa karakteristik, yaitu :

1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa 2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar siswa

3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkontruksi penyelesaian

4. Guru menerima jawaban ya atau tidak bukan untuk mengevaluasi.

5. Gru membimbing, melatih, dan menanyakan pertanyaan tentang wawasan dan berbagi proses pemecahan masalah.

6. Sebaiknya guru mengetahui kapan ikut campur dan kapan mundur membiarkan siswa munggunakan caranya sendiri.

7. Problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.

Pentingnya problem solving dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran. Stanic dan Kilpatrick (dalam Sumardyono, 2007) membagi peran problem solving sebagai konteks beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk pembenaran pengajaran matematika.

(6)

3. Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus matematika dalam kegunaanya di kehidupan nyata.

4. Sebagai rekreasi, sebagai sebuah aktifitas menyenangkan.

5. Sebagai latihan, penguatan ketrampilandan konsep yang telah diajarkan secara langsung.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving.

Langkah-langkah pembelajaran problem solving dalam pembelajaran matematika, menurut Polya, dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah, yaitu :

1. Memahami masalah

Dalam hal ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang di tanyakan untuk memecahkan suatu masalah. Jika ada hal-hal yang penting hendaknya di catat di dalam buku untuk mengantisipasi jikalau suatu saat lupa. 2. Merencanakan masalah

Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa di kondisikan untuk memilki pengalaman menerapkan berbagai macam strategi atau metode pemecahan masalah. Diawali dari menentukan strategi pemecahan masalah. Strategi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah matematika cukup banyak dan bervariasi seperti diantaranya : membuat gambar atau diagram, menentukan pola, melakukan eksperimen, coba-coba, menyederhanakan masalah, dll.

3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua

Proses innti dari pemecahan masalah adalah melaksanakan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa perlu mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masing-masing langkah sudah benar.

4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh

(7)

Apakah sudah lengkap? Apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya? Kadang-kadang masih diperlukan tafsiran lebih lanjut dari jawaban yang telah di peroleh.

4. Contoh soal-soal Problem Solving

1. Temukan bilangan terkecil yang mempunyai faktor 2,4,6,8,10,12 dan 14 ! Penyelesaian :

Menentukan bilangan terkecil yang mempunyai faktor tersebut diatas sama artinya dengan mencari KPK dari semua faktor tersebut. Dengan mengidentifikasi satu persatu faktor diatas, kita memperoleh : 2 = 2, 4 = 2 x 2, 6 = 2 x 3, 8 = 23, 10 = 2 x 5, 12 = 22 x 3, 14 = 2 x 7

Kpk dari 2,4,6,8,10,12,14 = 23 x 3 x 5 x 7 = 840

Jadi bilangan terkecil yang mempunyai faktor 2,4,6,8,10,12,14 adalah 840

2. Pak Aris melaksanakan ronda setiap 6 hari sekali, sedangkan pak Agus melaksanakan ronda setiap 8 hari sekali dan dimulai tanggal 1 Januari 2014 mereka ronda bersama-sama. Jika setelah beberapa kali melaksanakan ronda bersama-sama jadwalnya berubah, maka mereka melaksanakan ronda secara bersama-sama untuk terakhir kalinya pada tanggal?

Penyelesaian :

Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42,... Kelipatan 8 = 8, 16, 24, 32, 40,48,56, ....

Kelipatan persekutuan antara 6 dan 8 adalah 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, . . .

(8)

2.2. Literasi Matematika Siswa.

Seseorang dianggap memiliki tingkat literasi matematika apabila ia mampu menganalisis, memberi alasan dan mengomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan permasalahan matematika dalam berbagai situasi yang berkaitan dengan penjumlahan, bentuk dan ruang, probabilitas, atau konsep matematika lainnya. The PISA 2003 Assessment Framework : Mathematics, Reading, Science and problem solving knowledge

and skills (OECD, 2003e) mendefinisikan literasi matematika sebagai

“... kemampuan untuk mengenal dan memahami peran matematika di dunia, untuk dijadikan sebagai landasan dalam menggunakan dan melibatkan diri dengan matematika sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, dan reflektif.” (OECD, 2003e)

Menurut Kusumah (Maryanti, 2012:16) „literasi matematis adalah kemampuan menyusun serangkaian pertanyaan (problem posing), merumuskan, memecahkan dan menafsirkan permasalahan yang didasarkan pada konteks yang ada‟. Hal tersebut

sependapat dengan yang dikemukakan oleh Isnaini (Maryanti, 2012:16) yang mendefinisikan literasi sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat mengerti fakta, konsep, prinsip, operasi, dan pemecahan masalah matematika. Menurut draft assassement

PISA 2012, PISA mendefinisikan kemampuan literasi matematis sebagai berikut.

Mathematical literacy is an individual’s capa city to formulate, employ, and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, and tools to describe, explain, and predict phenomena. It assists individuals to recognise the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens.

(9)

2.3. Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan Literasi Matematika Siswa. Kita tahu bahwa literasi matematis dapat membantu individu untuk mengenal peran matematika di dunia nyata dan sebagai dasar pertimbangan dan penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep matematika sangatlah penting, tetapi lebih penting lagi adalah kemampuan untuk mengaktifkan literasi matematika itu untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran problem solving disajikan sebagian besar dalam konteks situasi dunia nyata sehingga dapat dirasakan manfaat matematika itu untuk memecahkan permasalahan kehidupan keseharian. Tujuan pembelajaran problem solving

adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematikanya untuk menangani masalah-masalah keseharian.

Menurut Yuwono (dalam Hobri 2009:183) pada pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving) diharapkan siswa mulai melakukan pematematikaan horizontal (bergerak dari dunia nyata kedunia simbol). Sehingga urutan masalah didesain agar menggiring siswa pada diperolehnya suatu konsep atau logaritma yang baru bagi siswa yang merupakan literasi matematika siswa.

Salah satu literasi matematika adalah siswa memperoleh kemampuan pemecahan masalah. Untuk memperoleh kemampuan pemecahan masalah seseorang memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan dengan anak yang latihannya lebih sedikit.

(10)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa karena siswa yang lebih banyak memiliki pengalaman dalam menyelesaikan masalah memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki sedikit pengalaman menyelesaikan masalah. Seseorang dianggap memiliki tingkat literasi matematika apabila ia mampu menganalisis, memberi alasan dan mengomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan permasalahan matematika dalam berbagai situasi yang berkaitan dengan penjumlahan, bentuk dan ruang, probabilitas, atau konsep matematika lainnya.

3.2. Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Hobri. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Bahan bacaan Untuk Guru. Jember : Center for Society Studies.

Setiawan, Yayan E. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Aljabar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsa w Pada Siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Lumajang. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Lumajang. Lumajang : Skripsi, Tidak diterbitkan.

Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Buhari. 2011. Memahami Literasi Matematika Sebuah Pemelajaran dari PISA. (Online) dialamat https://bustangbuhari.wordpress.com/2011/11/22/memahami-literasi-matematika-a-lesson-from-pisa/ (Diakses 24 Desember 2014)

Tyowati, Anis. 2011. Pengembangan Model belajar Matematika. (online) dialamat http://ynistywti.wordpress.com/pengembangan-model-belajar-matematika/ (diakses 24 Desember 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan responden bahwa pestisida yang digunakan harus sesuai dengan organisme sasaran (100%), pestisida jenis insektisida berbeda dengan fungisida (86,7%), tempat

Proses belajar seperti inilah yang diharapkan dapat dikembangkan melalui penerapan strategi math talk di kelas sehinga peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis?. Seseorang

Kaitannya Star Mild “Bikin Hidup Lebih Hidup” dengan slogan –slogan yang dibahas dibawah ini adalah menggambarkan suatu kondisi yang sedang terjadi atau yang lagi populer pada saat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode AHP dalam penyeleksian mahasiswa berprestasi sehingga dapat mempermudah unsur pimpinan dalam menentukan siapa

memberikan proses kegiatan pelayanan kepada masyarakat berlangsung mengalami ketidak sesuaian, diantaranya staf yang berwenang untuk mengurus keperluan masyarakat

(3) Kendala penerapan metode make a match dengan media kartu kata bergambar dalam peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris tentang kosakata siswa kelas V SDN

[r]

Pengertian syariah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pasal 13 yaitu prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank