• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG DIPERGUNAKAN DALAM IKLAN ROKOK DIMEDIA CETAK ANTARA TAHUN 2006-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG DIPERGUNAKAN DALAM IKLAN ROKOK DIMEDIA CETAK ANTARA TAHUN 2006-2007"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG

DIPERGUNAKAN DALAM IKLAN ROKOK DIMEDIA CETAK ANTARA TAHUN 2006-2007

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Arlis As Ary

004114026

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARATA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

“The only easy day was yesterday”

(5)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :

Ayah dan Ibu Tercinta

Terima kasih atas doa, kasih sayang dan segala kebutuhan yang telah diberikan kepada saya, semoga Allah SWT selalu

memberikan kesehatan dan perlindungan.

Adik tersayang

Terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang yang lebih kepadamu.

Teman-teman terkasih

(6)
(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama :Arlis As Ary

Nomor Mahasiswa :004114026

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG

DIPERGUNAKAN DALAM IKLAN ROKOK DI MEDIA CETAK ANTARA TAHUN 2006-2007

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikkannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 03 Juni 2009

Yang menyatakan

(8)

KATA PENGANTAR

Allhamdulilhah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT at as l impahan rahm at dan karuni aN ya, s ehingga penul is dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN

YANG DIPERGUNAKAN IKLAN ROKOK DI MEDIA CETAK ANTARA

TAH UN 2006-2007”.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar

sarjana pada Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersusunnya

skripsi ini tidak lain karena adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas

bantuan dan kemudahan material maupun spiritual kepada :

1. Bapak Drs.B.Rahmanto, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr.I.Praptomo Baryadi,M.Hum, selaku pembimbing I yang telah

berkenan dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu S.E.Peni Adji,S.S.,M.Hum selaku pembimbing II yang telah berkenan

memberikan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat

terselesaikan

4. Ayah, Ibu dan Adik tercinta yang telah memberikan doa restu dan

dorongan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat

(9)

Akhir kata, dalam penulisan skripsi ini tentu saja masih banyak

kekurangan maupun kesalahan baik dalam penulisan, bentuk, isi, serta

penyajiannya, untuk itu dimohon bantuan untuk memberikan kritik dan saran.

Yogyakarta, 7 November 2008

(10)

MAKSUD UNGKAPAN-UNGKAPAN YANG DIPERGUNAKAN DALAM

IKLAN ROKOK DI MEDIA CETAK ANTARA TAHUN 2006-2007

ARLIS AS ARY

004114026

ABSTRAK

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui maksud ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam iklan rokok di media cetak. Iklan rokok yang dianalisis pada penelitian ini antara lain adalah Sampoerna A Mild, Sampoerna Exclusive,

Sampoerna Hijau,Star Mild,Gudang Garam Merah dan Djarum Coklat.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa maksud ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam iklan rokok di media cetak selain untuk menarik minat konsumen agar mau membeli produk yang diiklankan sekaligus mendekatkan diri atau menjalin keakraban dengan konsumen, karena msing-masing produk berusaha melakukan strategi pendekatan positioning terhadap konsumennya. Dengan ungkapan-ungkapan yang akrab tersebut, perusahaan-perusahaan rokok mengharapkan konsumen merasa menyatu dengan rokok yang diiklankan yang selanjutnya konsumen dapat memilih produk yang terbaik bagi mereka.

(11)

THE MEANING OF EXPRESSIONS USING IN CIGARETTES'

ADVERTISEMENT IN THE PRESS DURING 2006 TO 2007

ARLIS AS ARY

004114026

ABSTRACT

The objective of this study is to find out the meaning of expressions using in cigarettes' advertisement in the press. The subject matters of the study are SampoernaA Mild,SampoernaExclusive,Sampoerna Hijau,Star Mild,Gudang Garam Merah and Djarum Coklat.

The result of the study shows that the meaning of expressions using in cigarettes' advertisement is not only to get the interest of the consumers but also to get into more personally or building a deeper relationship to the consumers, because each product is trying to apply the positioning approach to the consumers. By using those expression, the companies hope that the consumers unite with the cigarette that is being advertised, and moreover the consumers can choose the best product for them.

Besides, it can be concluded that the expressions using in cigarettes' advertisement in the press generally using regional dialect and mostly they use hiperbole

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN MOTTO...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ...v

KATA PENGANTAR. ...vi

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI. ...x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian. ...6

E. Tinjauan Pustaka. ...7

1. Landasan Teori ...7

a. Iklan ...7

b.Bahasa Iklan ... 12

c. Maksud Iklan ... 26

(13)

F. Kerangka Konsep... 32

G. Prosedur Penelitian ... 33

H. Sistematika Penyajian ... 35

BAB II. PEMBAHASAN A. Maksud Ungkapan-Ungkapan Yang Dipergunakan Dalam Iklan Rokok .. 36

1. Sampoerna AMild”Bukan Basa Basi” ... 36

2. Sampoerna Exclusive "Nyalakan Nyalimu"... 44

3. Star Mild "Bikin Hidup Lebih Hidup"... 48

4. Djarum Coklat 76 "Makin Akrab" ... 53

5. Gudang Garam Merah "Meriah Euy". ...59

6. Sampoerna Hijau "Asyiknya Rame-Rame' ...59

B. Pembahasan. ... 61

1. Sampoerna AMild”Bukan Basa Basi” ... 64

2. Sampoerna Exclusive "Nyalakan Nyalimu".... 65

3. Star Mild " Bikin Hidup Lebih Hidup"... 65

4. Djarum Coklat 76 "Makin Akrab" ...66

5. Gudang Garam Merah "Meriah Euy" ...66

6. Sampoerna Hijau "Asyiknya Rame-Rame"...67

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan. ... 80

B. Saran ... 81

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pekembangan iklan saat ini kreativitas bahasa iklan semakin

marak. Hal ini terlihat dari banyaknya iklan yang muncul dengan

ungkapan-ungkapan kalimat. Ungkapan-ungkapan-ungkapan kalimat yang dipergunakan oleh iklan

atau yang disebut juga bahasa iklan merupakan bagian dari bahasa yang tujuan

utamanya adalah menarik perhatian dengan kata-kata atau kalimat yang

memiliki gaya yang tidak biasa, singkat, simpel dan mudah untuk diingat.

Sejauh ini terdapat dua hal yang bisa dinilai sebagai perkembangan baru

bahasa iklan. Pertama, bahasa iklan yang muncul terlihat jauh lebih ekspresif,

hal ini misalnya tercermin dari banyaknya produk yang menggunakan tagline-tagline atau teaser-teaser iklan yang diambil dari bahasa pergaulan

sehari-hari seperti misalnya “Bukan Basa Basi” dan “Kalo Gak Ada Loe Gak Rame”.

Sebenarnya kenyataan ini bukan merupakan hal baru dalam dunia iklan sebab,

jauh sebelumnya banyak bahasa iklan yang berkarakter demikian.

Kedua, Semakin berkembangnya pemanfaatan dialek-dialek daerah

dalam iklan. Kini fenomena tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa-bahasa

daerah tertentu seperti Jawa dan Betawi yang selama ini sering digunakan

dalam iklan, tapi sudah semakin luas pada daerah-daerah lain. Bahkan dialek

(15)

15“Ada apa dengan Bahasa Iklan?” Cakram,edisi Mei 2006/231, halaman 34-35.

Gudang Garam menggunakan dialek Sunda untuk tagline iklan Gudang Garam Merah “Meriah Eui”.

Menanggapi fenomena ini pengamat bahasa Lie Charlie1 mengakui

bahwa belakangan ini bahasa iklan sudah semakin ekspresif dan mampu

mengemas pesan dengan pendalaman makna tanpa harus menampi lkan merek

secara terang-terangan. Meskipun demikian ia menyarankan agar bahasa iklan

tetap mematuhi norma-norma yang ada agar tidak terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan.

Selain dua perkembangan di atas, kecenderungan bahasa iklan rokok

saat ini adalah menggunakan bahasa iklan yang diambil dari pergaulan

sehari-hari yang komunikatif dan menggunakan jargon-jargon yang disesuaikan

dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi, seperti Plintat plintut makan ati yang memvisualisasikan tangga gedung MPR/DPR atau Susah jadi manusia yang sangat kontekstual dengan kehidupan masyarakat saat ini yang

tidak pernah kompak dan lebih sibuk beradu mulut untuk kepentingan

kelompoknya. Seri iklan lainnyakalo cinta itu buta, buat apa ada bikini?.

Iklan rokok tidak boleh menampilkan orang yang sedang merokok atau

memakai model iklan dari kalangan remaja. Iklan rokok pun tidak boleh

menyajikan kemasan rokok utuh dan harus mencantumkan peringatan yang

berisi informasi tentang resiko dan bahaya merokok secara mencolok.

Ketatnya aturan yang ada justru menguntungkan, iklan rokok memiliki

(16)

16“IklQn: BIkQn Ko1DInLLQsi XQLsQl.VLQkrQV,edisi November 2006, halaman 28-29. 3Gory Keraf, H.G. 2005.Diksi dan Gaya Bahasa.Bandung: Armico. Halaman 5.

dari maraknya iklan rokok yang muncul sekarang dengan mengedepankan

kreativitas kata dan meminimalisir aspek visual dalam iklan. Yang ditonjolkan

adalah slogan-slogan yang lebih ekspresif dan terkadang jauh dari bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar. Menurut Lie Charlie, yang menjadi juri ahli bahasa Citra Pariwara 2006, dalam penilaian dia tidak menggunakan

kerangka bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menilai iklan karena

akan menjadi terasa kaku dan membelenggu. Yang utama adalah komunikasi,

bagai mana iklan tersebut mampu menyapaaudiencenya dengan benar2.

Kalimat-kalimat yang terdapat pada iklan rokok yang ada di media

cetak maupun media elektronik, sama sekali jauh dari konsep merayu orang

untuk merokok. Iklan A Mild adalah salah satu contoh yang beratraksi dengan

kata-kata. Selain itu juga berbeda dilihat dari segi tampilan, segi versi, segi

tata bahasa, dan dari segi gaya bahasanya. Segi gaya bahasanya sangat

variatif, beragam, kreatif, dan imajinatif. Selain itu teks iklannya tampil

dengan pendekatan humor, mampu tampil dengan gaya yang lain, menarik

perhatian. Gaya bahasa ini ikut menentukan iklan itu diterima atau tidak dan

membuat iklan menarik atau tidak. Singkatnya gaya bahasa tertentu dapat

mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Dalam bukunya Tarigan

menjelaskanbahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorika dari penggunaan

kata-kata dalam berbicara atau menulis dan untuk meyakinkan khalayak.

(17)

17Dick Hartoko. 2004.Analisis Gaya Bahasa.Bandung: Angkasa. Halaman: 187.

pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa

dan kepribadian seorang penulis.

Menurut Dick Hartoko4 gaya bahasa iklan merupakan sebuah kalimat atau

kata-kata yang memberikan ciri khas pada sebuah teks iklan yang

disuguhkan kepada paraaudiencedari iklan tersebut.

Berbagai iklan yang ada di media cetak mempunyai berbagai

karakteristik yang tentunya berbeda dengan iklan yang satu dengan iklan

lainnya. Masing-masing iklan mempunyai gaya sendiri-sendiri. Gaya-gaya

dari iklan tersebut mencerminkan strategi mereka yang digunakan sebagai

suatu cara yang digunakan untuk mencari perhatian dari khalayak.

Strategi menampilkan kalimat dalam iklan dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial, karena sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa

selain ditentukan faktor linguistik juga dipengaruhi oleh faktor non

lingustik. Iklan yang tidak memperhatikan faktor-faktor di luar bahasa,

tidak akan sampai pada sasaran yang akan dituju, misalnya iklan untuk

remaja, bila disampaikan tidak sesuai dengan bahasa remaja maka akan

sulit mendapatkan perhatian dari kalangan remaja itu sendiri sehingga

tidak akan sampai pada sasaran yang akan dicapai.

Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti merasa cukup beralasan

untuk meneliti dalam bentuk studi yang lebih mendalam. Penelitian ini

dititik beratkan pada ungkapan-ungkapan kalimat atau gaya bahasa iklan

(18)

dalam mempergunakan kalimat dan gambar-gambar disertai dengan

ilustrasi atau foto sehingga memberikan sentuhan lebih pada tampilan

iklan.

Dalam pengertian ini media cetak yang digunakan sebagai media

untuk iklan dibatasi pada surat kabar dan majalah. Di luar itu yang tidak di

bahas dalam penelitian ini namun termasuk dalam bagian media cetak

termasuk di dalamnya brosur dan buletin. Beberapa merek rokok yang

menarik untuk diteliti yaitu : Sampoerna A Mild, Sampoerna Exclusive, Star Mild, Gudang Garam Merah, Gudang Garam Filter, Djarum Coklat

76, Sampoerna Hijau. Karena dilihat dari karakteristik demografis

Audience terdiri dari remaja dan para professional yang berusia antara 20 –

54 tahun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar lelakang masalah tentang ungkapan-ungkapan yang

dipergunakan oleh iklan rokok di media cetak, yang menyatakan

ungkapan-ungkapan kalimat atau gaya bahasa tersebut menyimpang dari kaidah baku

bahasa Indonesia, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

“Apa maksud ungkapan-ungkapan kalimat yang dipergunakan dalam

iklan-iklan rokok di media cetak?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali,

(19)

dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Berdasarkan latar belakang

masalah dan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari peneltian ini

adalah:

“Untuk mengungkapkan maksud ungkapan-ungkapan kal i mat yang

dipergunakan dalam iklan-iklan rokok di media cetak.”

D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

a. Memberikan masukan bagi kajian pragmatik.

b. Memberikan masukan pada bidang studi bahasa Indonesia

khususnya dalam pengetahuan periklanan untuk lebih mendorong

mahasiswa agar memiliki jiwa kreatif.

c. Memberikan sumbangan pada bidang studi Bahasa Indonesia

khususnya untuk studi periklanan untuk lebih memperbanyak

paraktek yang mengekspresikan penggunaan ungkapan- ungkapan

yang dipakai pada bahasa iklan.

2. Praktis

a. Memberikan sumbangan masukan bagi para kreator atau biro iklan

agar lebih kreatif dan mengedepankan target market dan selling oriented, sehingga penggunaan bahasa Indonesia bisa dipakai

(20)

5Allo Liliweri. 2002.Dasar-dasar Komunikasi Periklanan.Bandung: Citra Aditya Bhakti. Halaman: 20.

6Di rektorat Bina Pers dan Grafi ka. 1983.Tata karma dan tata cara Periklanan Indonesia.Jakarta: Departemen Penenrangan RI. Halaman: 45.

b. Memberikan masukan bagi para kreator dan biro iklan agar lebih

mempergunakan ungkapan-ungkapan yang lebih baik dan

memperhatikan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia.

3. Sosial

Memberikan sumbangan masukan kepada masyarakat untuk lebih peka

terhadap pemilihan produk yang diiklankan dan tidak menerima

mentah-mentah atas iklan yang dilihat atau ditontonnya.

E. Tinjauan Pustaka 1. Landasan Teori

a. Iklan

Iklan menurut Wright dalam Liliweri5 merupakan suatu kegiatan

promosi yang ada di berbagai tempat, artinya dapat dilihat, didengar,

dan ditonton dimana saja. Iklan memiliki fungsi utama menyampaikan

informasi tentang produk kepada massa (nonpersonal) ia menjadi

penyampai informasi yang sangat terstruktur, yang menggunakan

elemen-elemen verbal maupun non verbal.

Masyarakat periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai6:

“Segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan

lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat”

(21)

7Ibid,halaman: 46.

21Ratna Noviani. 2002.Jalan Tengah Memahami Iklan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman: 42-43.

“Keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan”

Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk

memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi

pemasaran, maka yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan

tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi pada

khalayak. Sebuah kegiatan periklanan harus mampu membujuk

khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan

strategi pemasaran perusahaan untuk menaikan indeks penjualan dan

keuntungan. Singkatnya, periklanan harus dapat mempengaruhi

pemilihan dan keputusan pembeli. Dengan demikian periklalan itu

merupakan proses komunikasi lanjutan yang memang perlu mereka

ketahui.

Semakain berkembangnya industri periklanan di Indonesia,

semakin banyak pula upaya untuk mengembangkan iklan dengan gaya

khas Indonesia. Gaya khas Indonesia ini dibangun melalui tiga hal8,

yaitu fisik, karakter dan gaya atau style. Penggambaran fisik yang khas

Indonesia dilakukan dengan mengacu pada fisik produk maupun

segmentasi geografis dan demografis khalayak sasaran produk.

Misalnya, dengan menyorot salah satu daerah di Indonesia, atau

(22)

9Frank Jefkins. 2006.Periklanan.Jakarta: Erlangga. Halaman: 22.

dari segmentasi psikografis, misalnya dengan mengatakan bahwa pria

dan wanita eksekutif dalam iklan mewakili karakter atau sikap manusia

Indonesia masa kini. Dan gaya atau style bisa dilihat dari gaya busana,

logat bahasa yang digunakan dan sebagainya.

Menurut David Berstein, dalam Jefkins9, seorang tokoh

periklanan menjelaskan bahwa iklan harus menerapkan prinsip-prinsip

VI PS.

a. Visibilitas

Sebuah iklan itu harus mudah dilihat atau mudah memikat

perhatian para khalayak yang menjadi audiennya.

b. Identitas

Sebuah iklan harus mencantumkan identitas dari pengiklan

yang mempunyai sebuah produk yang diiklankan baik berupa

barang atau jasa tersebut dengan jelas.

c.Promise(janji)

Sebuah iklan yang ditayangkan atau disiarkan oleh

media-media tersebut biasanya menyebutkan janji-janji yang biasanya

bersifat membujuk para konsumen agar mereka membeli atau

mengkonsumsi produk atau jasa yang diiklankan. Janji yang

ada pada sebuah iklan yang dibuat oleh pengiklan yang

ditujukan kepada konsumen juga dibuat sejelas mungkin dan

(23)

23Iklan harus “Super”, Cakram,edisi Agustua 2006, halaman: 67. d.Singlemindedness(pikiran yang terarah)

Dalam rangka mencapai tujuan periklanan itu maka kegiatan

periklanan itu harus berkonsentrasi sepenuhnya pada tujuan

utama dan tidak tergoda untuk mengemukakan hal-hal yang

sebenarnya tidak diperlukan.

Selain menerapkan prinsip-prinsip di atas dalam hal mengemas

iklan yang kreatif dan bagus harus memenuhi lima aspek10: Pertama,

iklan harus simple. Artinya sebuah iklan harus komunikatif sehingga

mempunyai kekuatan dan mampu mengajak konsumen berkomunikasi.

Bagi merek baru, aspek simpel dalam iklan biasanya bertujuan agar

konsumen bisa langsung mengerti terhadap pesan yang disampaikan.

Sementara bagi merek yang telah mapan, aspek simpelnya harus

dikemas secara hati-hati agar konsumen tidak salah tangkap.

Kedua, sel ai n simple ikl an j uga harus memili ki as pek

unexpected. Artin ya, ide ikl an harus uni k hingga tidak bis a

diprediksikan. Penempatan aspek ini dalam iklan perlu dilakukan

lantaran kehidupan kita sehari-hari yang sudah dikelilingi iklan.

Karena itu, dalam membuat iklan perlu memiliki ide-ide yang tidak

disangka-sangka agar bisa lebih diingat konsumen.

Ketiga, Persuasif yang berarti iklan harus memiliki daya bujuk.

Dalam konteks ini, daya bujuk iklan harus mempunyai pengaruh untuk

(24)

yang kuat pasti akan menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri denganbranddan tertarik untuk mencobanya.

Keempat, aspek entertaining. Dalam hal entertaining harus diartikan dalam skala yang lebih luas. Jadi bukan sekedar menghibur, tetapi juga mampu mempermainkan emosi konsumennya.

Kelima, relevan. Selain aspek-aspek yang telah disebutkan, hal lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dipertimbangkan dalam pengemasan iklan adalah aspek relevansi. Maksudnya, sekreatif apapun iklan dibuat, tetap harus memiliki korelasi dengan merek.

I klan dalam menj alankan fungsi komunikasi nya memi liki berbagai gaya, baik dalam penyajian maupun isi iklan itu sendiri. Gaya dan isi iklan tersebut selalu mengalami perubahan selaras dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi produksi. Pada awalnya, iklan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada produk dalam penyajiannya. Presentasi iklan lebih menekankan pada produk yang diiklankan itu sendiri, mulai dari segi fungsi, harga maupun kual itasnya.

(25)

25I9laD:BL9an KDQLni9asi Massal”, Ca9raQ,edisi November 2006, halaman: 28.

bahasa kadang-kadang lebih penting dibandingkan dengan aspek

visual.

Fungsi kata yakni menj elaskan apa yang ditujukan oleh gambar

tersebut. Selain itu iklan harus menonjolkan kegunaannya, keunggulan

maupun keistimewaan produk yang akan ditawarkan atau diiklankan

akan lebih baik jika iklan disertai dengan ilustrasi berupa gambar atau

foto agar memberikan sentuhan lebih pada tampilan iklan.

b. Bahasa Iklan

Kandungan iklan terdiri dari dua aspek yaitu : pertama,

tampilan visual dan kedua, bahasa. Oleh pembuat iklan, kedua aspek

tadi diolah agar iklan yang muncul menjadi ekspresif dan tepat

mengenai sasaran yang dituju. Selama ini, kecuali pada iklan radio,

para pekerja kreatif iklan tampak lebih mengekspresikan gagasannya

pada aspek visual. Apalagi hal ini kemudian didukung oleh

ketersediaan teknologi multimedia yang canggih. Akibatnya,

kreativitas tampilan visual iklan terlihat lebih menonjol dibanding

aspek bahasa yang banyak dibebani berbagai ketentuan kebahasaan

maupun etika. Padahal menurut ahli bahasa Lie Charlie11, selama tata

bahasanya baik, maka bahasa iklan tersebut bisa menjadi bahasa iklan

yang berhasil. Yang utama adalah komunikasi, bagaimana iklan

(26)

26“Naskah Iklan Beranjak Mati”, Cakram,edisi Agustus 2007, halaman: 49.

Menurut Pengarah Kreatif Rumah Iklan “Jejak” Laura Paais,

iklan yang berkualitas secara kreatif meskipun didominasi ikon visual

harusnya bukan Cuma dilihat dari sisi visualnya saja. Tetapi sebagai

satu kesatuan konsep komunikasi yang terarah dan tepat sasaran12.

Iklan yang menampilkan ikon visuallah nampaknya yang lebih

mendominasi sebagai iklan yang dianggap baik. Bahkan untuk

Indonesia yang masyarakatnya masih berbudaya verbal dan terlambat

dalam mengikuti perkembangan periklanan dunia pun ikut terkena

fenomena ini. Terbukti dalam Citra Pariwara 2002 lalu, iklan-iklan

cetak yang menang didominasi ikon-ikon visual, pada hal pesan yang

dibangun melalui tampilan visual ini hanya dimungkinkan jika produk

yang ditawarkan telah memiliki ekuitas merek yang kuat. Jika tidak,

pemikiran kognitif akan mempertanyakan manfaat yang akan

diterimanya, maka hal ini sulit untuk memberikan dampak yang kuat

seperti yang diharapkan.

Iklan sekarang didominasi oleh aspek visual, namun tak bisa

dilupakan bahwa biasanya kata-katalah yang lebih bisa diingat

khalayak. Sesuai dengan fungsi utama bahasa iklan adalah kata-kata

atau kalimat yang memiliki gaya bahasa yang tidak biasa, singkat,

simple, dan mudah untuk diingat. Dan bahasa iklan itu sendiri adalah

(27)

27Gillian Dyer. 1982.Advertising as Communication.New York: Routledge. Halman: 140-156. perhatian dan menempatkan dengan baik kearah produk atau jasa

untuk ditawarkan.

Aspek-aspek bahasa iklan terdiri dari13: Pertama, kata-kata yang

mengandung mudah diingat. Kata-kata dapat mempengaruhi sikap dan

kepercayaan orang lain. Para pembuat iklan sungguh menyadari bahwa

kata-kata dapat mempengaruhi dan menambah suatu kesempurnaan

produk yang ia hasilkan dalam rangka menarik perhatian masyarakat.

Kata-kata tidak hanya menguraikan sesuatu hal, tetapi dapat

menyampaikan perasaan, sikap dan gagasan yang ada dalam pikiran.

Sebagai contoh, iklan make-up yang memberikan corak, warna-warni,

para pembuat iklan akan memilih nama-nama menarik yang dirancang

berbeda dan menjadi ciri khas dengan yang lain.

Kedua, Merek dagang. Merek dagang dapat berarti denotatif

(sebenarnya) dan dapat pula berarti konotatif (tidak sebenarnya).

Ketika suatu merek ditujukan untuk menamai sebuah produk, ada

beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar dapat menciptakan

makna tertentu. Nama perlu ditentukan tidak hanya sebagai label atau

identitas produk saja, tetapi bagaimana agar dapat membawa image

dan menarik perhatian sehingga penjualan menjadi berhasil.

Ketiga, Nada Suara. Bagi pemasang iklan, tidak hanya cukup

dengan kata-kata untuk menarik perhatian bagi suatu produknya. Pada

(28)

14“Naskah Ikl an Beranjak Mati”, Cakram,edisi Agustus 2007. Halaman: 156. 28“Naskah Iklan Beranjak Mati”, Cakram,edisi Agustus 2007. halaman : 49.

nampak ramah atau menyenangkan. Radio dan Televisi mempunyai peranan yang layak dipertimbangkan, sebab pemasang iklan dapat menggunakan suara nyata dalam menciptakan sebuah kesan yang mendalam. Beberapa usaha iklan juga dapat merangsang para peminat produk dengan menggunakan suara secara santai dan efisien namun jelas. Beberapa suara j uga ada yang lantang, mendorong, agresif.

Keempat, Bahasa Lambang (symbol). Bahasa lambang adalah bahasa retoris yang berusaha untuk menciptakan efek penyimpangan atau memanfaatkan aturan bahasa. Kita menggunakan bahasa setiap hari, komunikasi akan sangat tumpul jika tidak digunakan. Beberapa ungkapan retoris atau lambang sudah beralih menjadi penggunaan bahasa sehari- hari dan hasi l nya cukup mengej utkan dan mengesankan.

Kelima, Kaligrafi (seni tulis tangan). Bahasa merupakan bagian

dari referensi utama di dalam berkomunikasi. Bahasa berfungsi sebagai isyarat dapat digunakan dengan cara yang sama seperti halnya tanda dalam gambar, hal itu dapat terjadi karena orang yang melihat atau membaca dapat menguraikannya dengan bahasanya sendiri. Beberapa bahasa iklan menggunakan tulisan tangan indah. Ini adalah suatu perluasan dalam memperkenalkan produk secara langsung tanpa katakata. Iklan dengan menggunakan seni kaligrafi menyatakan bahwa produk

(29)

mencoba untuk mempersatukan tanda dan mengekspresikan arti yang

transparan.

Michael Foucault14, filsuf telah menawarkan manfaat dari

kaligrafi :

“Kaligrafi membuat penggunaan huruf bersifat ganda berfungsi sebagai unsur-unsur penghubung yang dapat disusun dalam ruang dan sebagai tanda yang harus dibaca dalam menyesuaikan satu rangkaian substansi. Sebagai tanda, hurup mewenangkan kepada kita untuk membangun kata-kata, sebagaimana garis dibentuk menjadi huruf. Oleh karena itu, kaligrafi berusaha keras mencari pengganti posisi fungsional dari alphabet, untuk menunjukan dan memberi nama, menggambarkan dan berbicara, meniru dan menyampaikan ide, melihat dan membaca. Untuk memperkuat pemikiran ini suatu gambar harus diposisikan dalam bentuk yang ideal agar dapat membedakan gambar mana yang layak atau tidak untuk dibahas (didiskusikan)”

Lebih detail, Budiman Hakim15, Eksekutif Pengarah Kreatif

Macs 909 mengatakan dalam dunia periklanan, kreator iklan menjual

sebuah “brand”. Tulisan dan visual bekerja sama begitu eratnya,

melebur menjadi satu sehingga susah untuk dibedakan mana yang

disebut “copy” dan mana yang disebut “visual”. Copy ketika

dicantumkan dalam “layout” akan turut berfungsi sebagai copy, karena

ia bukan ilustrasi tapi bercerita. Budiman percaya satu kata bisa

menjelma jadi sejuta gambar dan satu gambar bisa mengandung sejuta

kata. Copy dan visual sepeti sisi mata uang logam, mereka adalah

(30)

Beberapa contoh slogan iklan tahun 1970-1980-an sampai yang terbaru sekarang seperti : “jaminan mutu”, “anda layak dapat bintang”, “Xonce-nya mana”, “Oskadon Pancen Oye”, “Kalau ada Hit buat apa beli yang mahal”, “Siapa Takut”, “kalau ada yang cepet kenapa harus boros”.

Slogan iklan seringkali menjadi frase sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, terutama kalau sudah dipakai oleh kaum muda. Naskah iklan dengan kreatifitasnya terkadang mampu menciptakan frase yang secara psikologis mampu menarik perhatian masyarakat penerima iklan sehingga menjadi akrab dan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Iklan dalam menjalankan fungsi komunikasinya memiliki berbagai gaya baik dalam penyajian maupun isi iklan itu sendiri. Gaya dan isi iklan tersebut selalu mengalami perubahan selaras dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi produksi. Pada awalnya, iklan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada produk dalam penyajiannya. Presentasi iklan lebih menekankan pada produk yang diiklankan itu sendiri, mulai dari segi fungsi, harga maupun kual itasnya.

(31)

menganggap bahwa bahasa itu tidak penting, namun kenyataanya

bahasa kadang-kadang lebih penting dibandingkan dengan aspek

visual.

Visual dan bahasa seperti sisi mata uang logam serta merupakan

bagian yang tak terpisahkan, ketika salah satu unsur dicabut sangat

mungkin ikaln itu tidak akan “bicara” dengan kuat. Karena ketika

bahasa dicantumkan dalam layout akan turut berfungsi sebagai visual. Visual juga berfungsi sebagai bahasa, karena ia bukan ilustrasi tapi

bercerita.

Lain halnya Perspektif menurut Derrida16 dengan melihat secara

khusus teks-teks yang digunakan dalam iklan misalnya, dapat

membangun kesimpulan filosofis tentang kedudukan bahasa dalam

iklan sebagai ideology atau sistem gagsan.

Bahasa di dalam iklan berdiri sebagai sesuatu yang mudah

dibaca dan didengar. Seolah-olah kata-kata tersebut memberi ide dan

visi baru yang membuat tidak puas dengan cara berpikir yang lama.

Namun kata-kata yang hadir terkesan artificial dibandingkan dengan

yang secara substansial dibutuhkan manusia. Dalam iklan-iklan di

Indonesia misalnya, slogan seperti “Bukan Basa-Basi”,Pas Susunya”,

atau “Selembut Kasih Ibu” kalau dikeluarkan dari konteksnya menjadi

(32)

32www.rokokzone.com

berulang-ulang, terutama secara visual, orang baru terpengaruh oleh kata-kata iklan tersebut dan menjadi suka atau tidak suka.

Gaya bahasa ikut menentukan iklan itu di terima atau tidak dan membuat iklan menarik atau tidak. Singkatnya gaya bahasa tertentu

dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Hal ini diperjelas oleh Keraf17 yang menjelaskan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorika dari penggunaan kata-kata dalam berbicara

atau menulis dan untuk meyakinkan khalayak. Walaupun iklan-iklan sekarang tampaknya lebih didominasi oleh ikon visual, namun tak bisa

dilupakan bahwa biasanya kata-katalah yang lebih bisa diingat khalayak. Sesuai dengan fungsi utama bahasa iklan adalah kata-kata atau kalimat yang memiliki gaya yang tidak biasa, singkat, simpel, dan

mudah untuk diingat. Dan bahasa iklan itu sendiri adalah merupkan bagian dari bahasa yang tujuan utamanya menarik perhatian dan menempatkan dengan baik kearah produk atau jasa untuk ditawarkan.

Menurut Wahyu18, wujud visual iklan masih sangat bergantung pada teks. Oleh karena itu, siapa pun tidak bisa membantah bahwa keseluruhan iklan adalah teks. Dan, teks sebagai bagian dari wacana adalah bahasa. Jadi, agar daya tarik iklan tak asal jadi, pengiklan harus memahami pemikiran strategis dan perencanaan.

Dalam pemiki ran strategis dan perencanaan, pengiklan dituntut memahami hakikat bahasa dalam kondisi internal kebahasaan (bahas

(33)

yang digunakan sehari-hari), selalu menampilkan berbagai situasi yang berpeluang “menyesatkan” pihak-pihak yang tengah berkomunikasi. Haikikat bahasa adalah soal yang evergen, yang harus di ketahui dalam tulis-menulis agar selalu waspada atau berhati-hati. Situasi yang antara satu dan lainnya saling bertalian itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

Situasi yang pertama disebut kesamaran (vagueness), yakni makna yang terkandung dalam ungkapan bahasa (kata-kata) pada dasarnya hanya mewakili realitas yang diacunya. Penjelasan verbal tentang sesuatu tidak akan sejelas dan setepat penglaman langsung. Jika menerangkan sesuatu yang berupa konsep kata-kata yang acuannya bukan benda, maka akan mengalami kesulitan. Salah satu contohnya adalah iklan yang berbunyi : “Isocool dasyat dinginnya ! “

(iklan kulkas produk Polytron) menurut catatan Wahyu : dahsyat bermakna „hebat, „mengerikan‟, „menakutkan‟. Kesulitan semacam ini (makna bahasa samar) ternyata membuktikan betapa bahasa sangat multifungsi.

(34)

shamponya? Situasi ambiguitas semacam ini, terlebih dalam memang

wajar. Untuk memenuhi efek citraan, sering kali dimunculkan dalam

iklan wujud ambiguitas.

Akibat kesamaran dan ambiguitas, terjadilah situasi yang ketiga, yakni bahasa menjadi tidak eksplisit (inexpliciteness). Karena, bahasa sering kali tak mampu mengungkapkan atau

mewujudkan gagasan secara eksak, tepat, dan menyeluruh. Contohnya,

bagaimana konsumen dapat menjelaskan maksud kalimat “Sebening

akal sehat” (iklan minyak goreng) atau “Rasanya rame” (ikaln

permen). Muncul pula situasi yang keempat, yakni situasi ketergantungan pada konteks (context-dependent). Situasi ini bisa

terjadi, karena pemakaian suatu bahasa sering berpindah-pindah maka

sesuai dengan konteks gramatik, sosial, dan situasionalnya.

Kelemahan bahasa memang berpangkal dari aspek kesamaran

dan ambiguitas. Kelemahan ini mengakibatkan bahasa sering kali tidak

eksplisit dan sangat tergantung konteksnya. Hal ini pula yang kerap

membuat iklan tampil membingungkan. Andai kebingungan tidak

begitu terasa dikarenakan kecanggihan teknik visualisasi.

Namun berkat kelemahan itu, ciri khasnya sebagai bahasa manusia (bahasa makluk beradab) malah tampak makin kokoh.

(35)

19 .Wahyu Wibowo. 2003.Sihir Iklan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman: 77. 35Wahyu Wibowo. 2003.Sihir Iklan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 85.

makhluk lain. Dari sudut hakikat, diri-ciri ini pula yang menyebabkan

bahasa memiliki energi.

Ciri-ciri itu dapat diterangkan sebagai berikut.19 Pertama,

dualitas, artinya bahasa selalu memiliki sistem bunyi dan makna.

Kedua, produktif, artinya unsur bahasa mampu menghasilkan

terus-menerus unsur-unsur baru. Ketiga, arbitrer, mana yang kita suka, artinya tidak ada aturan.Keempat, pertukaran peran, artinya adalah

dalam aktivitas berkomunikasi orang yang terlibat pasti akan

melakukan pertukaran peran. Sebagai contoh : acara talk show di TV, suasana di mall, mengirim pesan lewat SMS. Kelima, penjauhan,

Sesungguhnya, bahasa yang digunakan sehari-hari dalam konteks

waktu bisa menjauh-dekatkan dengan suatu peristiwa yang telah terjadi

(masa lalu), sedang terjadi (masa kini), dan akan terjadi (masa depan).

Sebagai contoh, iklan Dji Sam Soe yang mencantumkan kalimat

sejarah cita rasa tingi”. Kalimat ini akan membawa ke suasana yang

jauh (masa lalu Djo Sam Soe), suasana masa kini (Dji Sam Soe masih

eksis), dan suasana yang akan terjadi (Dji Sam Soe”diharapkan”lebih

eksis).

Pembuat iklan dapat mewujudkan iklan yang baik dengan 20

(36)

36Cakram,edisi Mei 2007. halaman 34-35.

penulis terhadap masalah). Dan Diksi(cara penulis dalam memilih kata-kata),Simbolisasi, imajinasi dan metefora.

Dalam perkembangannya, bahasa iklan yang muncul saat ini

terlihat jauh lebih ekpresif. Upaya ini merupakan salah satu strategi

untuk lebih mendekatkan produk kepada konsumen, banyaknya produk

yang menggunakan tagline-tagline atau teaser-teaser iklan yang diambil dari bahasa pergaulan sehari-hari. Sejauh ini, yang terbilang

sering memanfaatkan cara ini adal ah produk-produk yang

diperuntukkan kalangan remaja.

President Director JC & KJ. Johanes Uway21 mengatakan

fenomena ini buakan merupakan hal baru dalam dunia iklan. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan pakar periklanan S. William Pattis, yaitu

gaya bahwa naskah iklan didominasi dengan kata-kata yang berlebihan

sudah ada sejak abad 19, yang pada saat itu masyarakat sangat

menyukai iklan yang berlebihan karena mudah dipengaruhi emosinya

dengan kata-kata.

Dampak kreativitas iklan ini terlihat dari munculnya iklan-iklan

yang menggunakan bahasa sehari-hari segmen yang dituju oleh

pengiklan untuk kemudian diangkat menjadi bahasa iklan produk yang

akan ditawarkan pada segmen tersebut. Misalnya, iklan Clear yang

(37)

37Cakram,edisi Mei 2006, halaman 35.

remaja, serta A Mild yang mengeluarkan jargon-jargon unik seperti

Ringan sama dijinjing, berat lo yang tanggung : Kalau cinta buta buat

apa ada bikini.

Selain perkembangan di atas, pemanfaatan dialek-dialek daerah

dalam iklan pun semakin berkembang. Fenomena ini tidak hanya

terbatas pada bahasa-bahasa daerah tertentu seperti Jawa dan Betawi

yang selama ini sering digunakan dalam iklan, tapi sudah semakin luas

pada daerah-daerah lain. Bahkan dialek etnis Cina juga sering dipakai

dalam iklan. Obat batuk OBH Combi misalnya memanfaatkan logat

Cina dan iklan Deposito Merdeka Bank Bukopin yang menggunakan

dialek Padang. Sementara PT Gudang Garam menggunakan dialek

Sunda untuktaglineiklan Gudang Garam Merah, Meriah Euy.

Menanggapi fenomena ini Enin Supriyanto22 mengatakan

pemanfaatan dialek daerah dalam iklan merupakan hal yang bagus dan

cukup wajar. Sebab, selama ini sebagaian besar masyarakat Indonesia

memandang bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Penggunaan bahasa

daerah tidak akan menyempitkan segmen produk tersebut. Sebab

keefektifan sebuah iklan tidak hanya tergantung pada aspek bahasa

saja tapi juga di tentukan oleh empat faktor lain yaitu : jangkauan,

(38)

Contoh iklan Antangin yang menggunakan dialek Jawa

“Wes-ewes bablas angine”. Karena empat faktor tadi dijaga dengan baik,

iklan tersebut cukup sukses meningkatkan penjualan, tidak hanya

terjadi di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Hal ini di perkuat dengan

survey yang dilakukan SWA-Frontier. Antangin JRG PT.Deltomed ini

mengalahkan Tolak Angin serta puluhan merek obat/jamu masuk

angin lainnya. Pertumbuhan pasar Antangin tiga tahun terakhir

rata-rata 35% tiap tahun. Upaya Deltomed, antara lain, menjadikan

Antangin sebagai jamu yang diproses secara modern. Pengolahan

bahan baku dengan sistem ekstrasi modern, mesin cetak tablet, mesin

kemasan berkualitas tinggi, serta menerapkan standar manajemn mutu

ISO 9001:2000. Dari sisi harga, antangin JRG menerapkan strategi

harga medium.

Selain fenomena yang menggunakan dialek daerah, iklan yang

berasal dari media televisi audio visual juga diwarnai dengan

iklan-iklan yang didominasi unsur dialog dan terkesan mengumbar kata-kata

atau ramai kata-kata (dalam arti sebenarnya) seperti iklan So Klin yang

memperlihatkan Omas berteriak-teriak menawarkan deterjen tersebut

dan iklan cetak Daia juga terkesan ramai kata-kata juga. Selain itu juga

iklan OBH Combi yang frekuensinya diulang-ulang.

c. Maksud Iklan

Maksud ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam iklan di

(39)

23Rhenard Kasali. 1995.Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.Jakarta: Grafiti Press, halaman 9.

39S. William Pattis dalam Agustrij anto. 2001.Copywriting Seni Mengasah Kreativitas dan

Memahami Maksud Bahasa Iklan.Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman 117.

suatu media dan kemudian menimbulkan efek. Hal ini seperti menurut

Rhenald Kasali (1995: 9) “Ungkapan-ungkapan dalam iklan dimaksudkan

sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada

masyarakat lewat suatu media”.23 Jadi maksud iklan adalah menawarkan suatu

produk dengan ungkapan-ungkapan menarik sehingga masyarakat tertarik

untuk membeli produk yang ditawarkan. Dengan demikian

ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam iklan harus mampu membujuk khalayak

ramai agar berperilaku sedemikian rupa sehingga dengan strategi pemasaran

perusahaan (pengiklanan) untuk dapat meraih penj ualan dan keuntungan lebih

besar.

Maksud ungkapan-ungkapan dalam iklan sebenarnya tidak hanya

semata dipergunakan untuk membuat suatu barang atau jasa itu laku keras.

Seperti yang dikatakan oleh S. William Pattis:

“Maksud iklan lebih sering disebut sebagai usaha agar barang yang diperjualbelikan laku keras. Padahal iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan j asa kepada seseorang atau pembel i potensial, mempengaruhi dan memenangkan pendapat public untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan”.24

Agar maksud pengkomunikasian pesan produk atau jasa yang

disampaikan dalam iklan dapat sampai tepat kepada target sasarannya, maka

diperlukan strategi yang tepat dan matang untuk mendukungnya, yaitu antara

(40)

40Dendi Sudiana. 2006.Komunikasi Periklanan Cetak.Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman 29.

26Dendi Sudiana. 2006.Komunikasi Periklanan Cetak.Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman 27Dendi Sudiana. 2006.Komunikasi Periklanan Cetak.Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman

dan juga strategi kreatif termasuk di dalamnya penggunaan

ungkapan-ungkapan yang tepat dipergunakan.

Iklan dalam media cetak dapat memiliki kekuatan yang menarik

perhatian khalayak yang melihatnya. Hal tersebut terletak pada kekuatan

penyusunan komposisi tata letak yang meliputi berbagai komponen yang

mendukungnya. Komponen tersebut antara lain judul, ilustrasi, naskah dan

tanda-tanda identifikasi, ungkapan-ungkapan kalimat, yang akan disusun dan

ditempatkan pada halaman.25

Judul merupakan suatu unsur terpenting dalam persaingan untuk

menarik perhatian pembaca. Dalam pengertian umum judul mempunyai

dwifungsi:

a. Secara ringkas dan langsung menyarankan isi pesan, atau b.

Menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah

menyajikan pesan sumber.26

Maksud atau fungsi naskah adalah untuk menjelaskan produk atau

jasa yang ditawarkan, sekaligus mengarahkan secara sedemikian rupa agar

pembaca berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan harapan pemasang

iklan.27

Maksud ungkapan-ungkapan dapat mengungkapkan suatu hal

(41)

28Dendi Sudiana. 2006.Komunikasi Periklanan Cetak.Bandung: Remaja Rosdakarya, halaman 40.

tanda-tanda termasuk dalam ilustrasi. Maksud ungkapan-ungkapan yang

dipergunakan dimaksudkan untuk:

a. Menarik perhatian,

b. Merangsang minat membaca suatu keistimewaan produk,

c. Menonjolkan salah satu keistimewaan produk,

d. Menjelaskan suatu pernyataan,

e. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca diantara

rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama,

f. Menciptakan suatu suasana khas,

g. Mendramatisasi pesan,

h. Menonjolkan suatu merek atau menunjang semboyan yang ditampilkan,

i. Mendukung judul iklan.28

Penerapan warna secara ilmiah bagi tujuan komunikasi, seperti:

a. Untuk identifikasi, b. Untuk menarik perhatian,

c. Untuk menimbulkan pengaruh psikologis,

d. Untuk mengembangkan asosiasi,

e. Untuk membangun ketahanan minat,

f. Untuk menciptakan suatu suasana yang menyenangkan.

(42)

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai

akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa

yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna

terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

Teori pragmatik adalah teori kritik yang berorientasi kepada pembaca

(audience). Penekanannya bisa pada pembaca sebagai pemberi makna dan

pembaca sebagai penerima efek karya sastra. Resepsi sastra merupakan

pendekatan yang berorientasi kepada pembaca.

Pen yusunan ungkapan-ungkapan dal am ikl an cet ak harus

memperhatikan bagaimana iklan dapat menarik perhatian khalayaknya.

Kemudian selanjutnya harus mampu membuat khalayak tersebut menjadi

tertarik pada pesan yang disampaikan, setelah itu mereka dibuat agar timbul

keinginannya untuk menjadi seperti apa yang disampaikan oleh pesan iklan itu

dan juga memiliki produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut konsep dan teori pragmatik yang dimaksud di atas adalah sebagai

berikut :

1. Teori tindak tutur

Menurut pandangan teori tindak tutur di sini bahwa tentang bahasa

telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat maupun

linguistik. Pandangan-pandangan ini mencapai keunggulan filosofis

(43)

filsafat. Selanjutnya pandangan-pandangan ini telah diadopsi dan dikembangkan

secara aktif oleh para ahli bahasa, yang banyak di antaranya sedang mengalami

kecemasan yang semakin mendalam terhadap linguistik. Sehingga

diungkapkan gagasan bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan

tindakan melalui pembedaan antara uj aran konst antif dan ujaran

perform ati f. Uj aran konst ati f mendeskripsikan atau melaporkan

peristiwa-peristiwa dan keadaankeadaan di dunia. Dengan demikian, ujaran konstatif dapat

dikatakan benar atau salah. Namun demikian ujaran-ujaran performatif :

- tidak „mendeskripsikan‟atau „ melaporkan‟atau menyatakan

apapun, tidak„benar‟atau„salah‟; dan

- pengujaran kalimat merupakan, atau merupakan bagian dari, melakukan

tindakan, yang sekali lagi biasanya tidak dideskripsikan sebagai, atau

hanya‟sebagai, tindak untuk mengatakan sesuatu.

2. Teori implikatur

Penekanan pada maksud dalam komunikasi tercermin dalam penjelasannya

tentang makna yang tidak alamiah. Menurut teori ini, penutur tidak cukup hanya

bermaksud menyebabkan efek tertentu pada pendengarnya melalui penggunaan

ujarannya; malahan, efek ini hanya dapat dicapai dengan tepat apabila maksud

untuk menghasilkan efek ini diketahui oleh pendengar.

3. Teori Relevansi

Dalam pendekatan teori relevansi pada komunikasi, seluruh kerangka sepenuhnya

(44)

4. Deiksis

Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang

kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti „penunjukan‟melalui bahasa. Bentuk

linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan „penunjukan‟ disebut ungkapan

deiksis.

5. Praanggapan

Satu kategori fenomena-fenomena pragmatik lebih lanjut yang signifikan

adalah praanggapan. Praanggapan telah didefinisikan dengan berbagai

macam cara, namun secara umum adalah asumsiasumsi atau inferensi-inferensi

yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian memiliki dasar yang jelas bagi

unsur-unsur masalah yang akan diteliti, definisi konsepsional dalam penelitian

ini yakni antara lain :

1. Iklan

Iklan adalah berita pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai

agar t ert ari k kepada barang atau jas a ya ng dit awarkan atau

pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang

(45)

Rokok adalah suatu kegiatan periklanan yang mengiklankan atau

memperkenalkan produk rokok.

2. Bahasa Iklan

Bahasa iklan merupakan bagian dari bahasa yang tujuan utamanya

adalah menarik perhatian dengan kata-kata atau kalimat yang memiliki

gaya yang tidak biasa, singkat, simple, dan mudah untuk diingat.

3. Maksud

Maksud iklan adalah menawarkan suatu produk dengan

ungkapan-ungkapan menarik sehingga masyarakat tertarik untuk membeli produk

yang ditawarkan. Dengan demikian ungkapan-ungkapan yang

dipergunakan dalam iklan harus mampu membujuk khalayak ramai

agar berperilaku sedemikian rupa sehingga tertarik untuk membeli

produk yang diiklankan.

4. konteks

Teori pragmatik adalah teori kritik yang berorientasi kepada

pembaca (audience). Penekanannya bisa pada pembaca sebagai

pemberi makna dan pembaca sebagai penerima efek karya sastra.

Resepsi sastra merupakan pendekatan yang berorientasi kepada

pembaca.

Penyusunan ungkapan-ungkapan dalam iklan cetak harus

memperhatikan bagaimana iklan dapat menarik perhatian khalayaknya.

Kemudian selanjutnya harus mampu membuat khalayak tersebut

(46)

dibuat agar timbul keinginannya untuk menjadi seperti apa yang

disampaikan oleh pesan iklan itu dan juga memiliki produk atau jasa

yang ditawarkan.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan

iklan-iklan rokok di media, kemudian dianalisa maksud dari ungkapanungkapan

yang diperguanakan dalam iklan rokok tersebut, dengan periode waktu antara

tahun 2006-2007, antara lain :

1. Analisi a dat a yang di maks udkan adalah proses m en yusun,

mengkategorikan data.

2. Mencari pola atau tema, dengan maksud memahami maknanya. Menurut

Arikunto29 penelitian semacam ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif, yang dikatakannya prinsip metode deskriptif-analisis adalah

penel iti berusaha menggambarkan keadaan/status fenomena tertentu,

dalam hal ini peneliti hanya mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

keadaan sesuatu. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis tentang

pemahaman maksud ungkapan-unkapan yang dipergunakan dalam iklan

rokok.

3. Meneliti maksud ungkapan-ungkapan yang paling sering digunakan dalam

iklan rokok di media cetak dan mengapa jenis ungkapan-ungkapan sering

(47)

29Soeharsimi Arikunto. 1996.Prosedur Penelitian.Jakarta: Ri neka Ci pta, halaman

digunakan. Alur analisisnya mengacu pada ungkapan-ungkpan dalam

iklan-iklan rokok di media cetak.

4. Selanjutnya data yang terkumpul diolah, kemudian dianalisis dan

disederhanakan sehingga hasil data tersebut mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Hasil penelitian yang dilakukan melalui tahap

pengumpulan, penyusunan dan penemuan data yang nantinya dapat

dipahami maknanya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang

cermat.

H. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

hasil peneltian, tinjauan pustaka, metode atau prosedur penelitian dan

sistematika penyaj ian.

BAB II PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis atau pembahasan berdasarkan permasalahan yang

telah dirumuskan.

BAB III PENUTUP

Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang disajikan

secara terpisah. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah obyek

penelitian berdasarkan analisa atau pembahasan yang telah dilakukan,

(48)
(49)

BAB II PEMBAHASAN

A. Maksud Ungkapan-Ungkapan Yang Dipergunakan Dalam Iklan Rokok 1. Sampoerna A Mild3%ukLD QLIL DLIi”

Maksud dalam ungkapan Sampoerna A Mild “Bukan Basa Basi” adalah sebuah ajakan dalam memilih produknya untuk dipakai oleh para

konsumen, karena dalam ungkapan iklan ini tidak terlalu menggambarkan

sesuatu proses yang panj ang lebar dan lama dalam menyampaikan maksud

kepada konsumen. Kaitannya Sampoerna A Mild “Bukan Basa Basi”

dengan slogan –slogan yang dibahas dibawah ini adalah menggambarkan

suatu kondisi yang sedang terjadi atau yang lagi populer pada saat itu

untuk dipahami dalam menarik perhatian para konsumen, sehingga muncul

pembaharuan dari slogan setelah SampoernaA Mild“Bukan Basa Basi”. Perusahaan Sampoerna ini didirikan petama kali oleh Liem Seeng

Tee di Surabaya pada tahun 1913. Dji Sam Soe merupakan rokok kretek pertama kali yang di produksi oleh HM. Sampoerna. Liem Seeng Tee

adalah seorang yang berpandangan konservatif, cenderung mengutamakan

sisi produksi daripada pemasaran, terutama dititik beratkan pada

positioningnya. Dji Sam Soe merupakan rokok kretek pertama kal i yang

diproduksi ol eh HM Sampoerna. Tahun 1993, HM S ampoerna

meluncurkan Sampoerna A Mild yang mempunyai kandungan tar dan

(50)

Sampoerna A Mild sebagai rokok yang rendah tar dan nikotin nomor satu di Indonesia. Namun, baru tahun 1998 Sampoerna A Mild muncul dengan

teaser-teaser yang bernilai kreatif, trendsetter, cerdas dan tidak mudah

diterka.30

Iklan yang diluncurkan perusahaan Sampoerna, khususnya produk

A Mild yang sangat lekat dengan situasi politik di tanah air yaitu keinginan

mayoritas rakyat yang mengharapkan perubahan pada tahun 1997. Sesuai

dengan slogannya yang berbunyi “Bukan Basa-Basi”. Kata-kata “Nakal”

yang dipakainya seolah memahami proses rakyat yang tidak sempat

memperoleh kemerdekaan berpendapat sehingga bila berbicara pun harus

memakai kata-kata sindiran seperti “3liLUt 3lin]t MUQUn EUOi” dan bahasa

iklan lainnya. Nilai-nilai semangat menjunjung tinggi kejujuran menjadi

bagian dari bahasa iklan Sampoerna A Mild. Sebelumnya Sampoerna A Mildmenghadirkan konsep kampanye yang berbunyi “How low Can You*R

' yang cenderung mengungkapkan kelebihan-kelebihan pada rokok Sampoerna A Mild yang mempunyai kadar nikotin 1,1 mg. Setelah munculnya persaingan yang ketat pada rokok produk mild, maka terbentuklah slogan 2

&ther CUL &nly LI 2llo0L dimana Sampoerna A Mild

memposisikan rokokmildpertama di Indonesia.

Hingga saat ini, karakter iklan A Mild juga tetap konsisten,

(51)

30www.mainsaham.com

ekspresif dalam setiap iklan-iklan yang dikeluarkan. Misalnya, Ringan sama dijinjing, berat elo yang tanggung atau sahabat sejati selalu berbagi, emangnya pacar bisa dibagi?. Kalau dia bilang kaya, coba tanya hasil kerja keras siapa? Serta jangan tunda besok apa yang bisa dikerjakan lusa. Selain hal di atas, iklan SampoernaA Mild telah berhasil mengadopsi

insight yang baik. A Mild yang muda, energik, terbuka dan penggunaan bahasa sehari-hari yaitu elo-gue, bahasa yang berasal dari Jakarta ini ternyata digunakan juga oleh masyarakat yang berada di luar Jakarta.

Dalam sebuah iklan salah satu hal yang paling penting adalah slogan, karena slogan merupakan semboyan dari sebuah merek produk. Iklan Sampoerna A Mild walaupun keluar dengan headline-headline yang bisa dibilang kuat, tetap tidak meninggalkan slogannya. Hal ini membuktikan salah satu hal yang paling penting adalah slogan, karena

slogan merupakan semboyan dari sebuah merek produk. Iklan Sampoerna

A Mild walaupun keluar dengan headline-headline yang bisa di bi lang kuat, tetapi tidak meninggalkan slogannya. Hal ini membuktikan bahwa Sampoerna A Mild memiliki konsep iklan yang benar-benar unik dan semua iklan-iklannya tersusun atas kode-kode yang mengacu pada sesuatu yang memiliki makna yang seharusnya dapat terbaca oleh semua orang.

(52)

menggambarkan sebuah kursi yang penuh dengan kutu busuk, disertai ungkapan “kalau nggak dibersihin, kutu busuknya nggak bakalan pergi”

yang menggunakan gaya bahasa sehari-hari yaitu berkomunikasi secara informal dan santai serta menggunakan konstruksi kalimat yang longgar, tidak membutuhkan kaidah gramatik, cenderung pendek-pendek, biasanya mengandung unsur bahasa lokal.

Sepert i ikl an yang s ebelum n ya, iklan versi ”Kursi” j uga menunjukkan kekuatan kata-kata tanpa meninggalkan aspek gambar. Katakata dan gambar saling menunjang, pesan yang terkandung dalam iklan ini peka dengan situasi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang tidak menentu saat ini. Kekuatan iklan ini bukan kepada bentuk kursinya tetapi pada kata-kata dan relevansinya dengan situasi yang terjadi sekarang.

Jika diperhatikan ungkapan-ungkapan yang dipergunakan dalam iklan rokok A Mild ini lebih mengandalkan topik dan bahasa sehari-hari para perokok A Mild. Pemilihan jargon-jargon tersebut didasarkan oleh pertimbangan untuk mendekatkan diri dengan target pasar A Mild yakni remaja yang berjiwa muda yang masih ingin menunjukkan eksistensi

dirinya dan berjiwa pemberontak. Pemberontak biasanya unik dan tidak mau ikut arus. Menurut Heny Susanto Brand Manager A Mild

(53)

Mild menemukan kalimat yang sesuai dengan gaya hidup dan bahasa yang sedang popular di kalangan remaja.

Sampoerna A Mild muncul dengan teaser-teaser yang ekspresif, sederhana, menghibur dan mencoba tampil beda dengan iklan-iklan lainnya sejak tahun 1998. Walaupun masih menampilkan

aspek visual, iklan A Mild yang sering tampil di media saat itu lebih mengedepankan aspek kreativitas bahasa yang ekspresif yang mencerminkan situasi yang sedang terjadi. Kampanye iklan A Mild

yang terbaru kali ini masih seperti iklan seri terdahulu yang mengandalkan jargon-jargon yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi, yang sedikit berubah adalah penekanannya

yang kali ini lebih mengarah ke sasaran yang selama ini menjadi target

A Mild. Pemilihan jargon-jargon tersebut didasarkan oleh perimbangan untuk mendekatkan target pasarA Mildyakni remaja.

(54)

Sampoerna A Mild mendapat dukungan dari masyarakat dan wajar bila kemudian mampu mengantarkan A Mild memimpin pasar rokok

kategoriLow Tar Low Nicotine.

Tagline yang berbunyi “Kalau nggak dibersihin, kutu busuknya

nggak bakalan pergi” di mana bahwa seseorang yang akan menduduki

kursi pemerintahan hendaknya menyelesaikan masalah-masalah yang

sudah ada sejak dulu, seperti : Korupsi yang berkepanjangan yang

berada di setiap lini, aksi demo di mana-mana, peradilan yang bisa

diperjualbelikan, serta perebutan kekuasaan untuk kepentingan

kelompok tertentu. Apabila masalah tersebut dibiarkan berlarut-larut

maka akan seperti “kutu busuk” yang akan menghancurkan bangsa

Indonesia. Pesan dari iklan ini sebetulnya mengharapkan ke arah

perbaikan di segala bidang dan lapisan. Serta mengharapkan kepada

siapapun yang menduduki pemerintahan Indonesia agar menyelesaikan

masalah yang sudah ada dan memulainya dengan perubahan yang

paling mendasar.

Di dalam teks iklan tersebut menggunakan variasi bahasa dari

segi keformalan yaitu ragam santai atau ragam kausal, Martin Joss

(1967)31 dalam bukunya “thK fiL]K clocL membagi variasi atas lima

(55)

ragam resmi (Formal), gaya atau ragam usaha (Konsultatif), gaya atau ragam santai(Casual),dan gaya atau ragam akrab(Intimate).

Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk bebincang-bincang dengan keluarga atau teman akrab pada waktu istirahat, berolahraga,

berekreasi, dan sebagainya. Ragam santai ini banyak menggunakan bentuk alegro, yaitu bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan, kosa katanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah, demikian juga dengan struktur morfologi dan sintaksisnya. Yang di maksud ragam santai di sini adalah kalimat “Kalo nggak dibersihin, kutu busuknya nggak bakalan pergi”, kalimat ini digunakan dalam situasi yang tidak formal atau dalam keadaan santai dengan keluarga, teman. Apabila dalam situasi yang formal maka kalimatnya j uga harus sesuai dengan EY D yang ada.

Walaupun terkadang bahasa baku “harus” meminjam unsur leksikal dari kosakata tidak baku. Sepanjang memang diperlukan karena belum ada padanannya dalam kosa kata bahasa baku, maka hal itu tidak menjadi masalah. Unsur leksikal itu bisa saja diperuntukkan sebagai unsur pinjaman atau serapan.

(56)

pembuangan awalan-awalan termasuk tidak baku. Dalam hal tata

kalimat, bentuk “Kalau nggak dibersihin, kutu busuknya nggak

Eakalan DerLi S mengandung unsur tidak baku. Kata-kata kalo, nggak,

bakalan adalah tidak baku dalam BI (Bahasa Indonesia). Kesalahan ini

juga terjadi pada kata dibersihin mestinya dibersihkan berarti ini

kesalahan morfologis. Kesalahan semacam ini karena pengaruh bahasa

daerah, meskipun teks iklan tersebut salah namun maknanya benar.

Berhubung dengan semua hal diatas, berikut ini adalah

penyebab kesalahan berbahasa:32

1. I nterferensi

Interferensi diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan. Bahasa

Indonesia sering terpengaruh bentuk bahasa lain, sebagai

contoh : ini rokoknya dibuang saja. Kalimat ini sadar atau

tidak sering digunakan dalam berbahasa Indonesia yang

didalamnya terdapat kontruksi bahasa Jawa.

2. Kedwibahasaan

Kedwibahasaan atau bilingualisme oleh kalangan pakar linguistik dianggap lebih mengacu pada suatu kondisi

ketimbang suatu proses. Menurut Anthony F. Hartley (1982),

bilingualadalah kemampuan seseorang dalam menggunakan satu

bahasa atau lebih.

(57)

Pemerolehan bahasa muncul akibat dari pengajaran bahasa

secara formal dan informal

4. Pengajaran Bahasa (formal dan informal)

Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal dan informal

sudah berlangsung sejak Yunani. Penyebabnya bisa karena

dominasi politik, penjajahan budaya, ekonomi, militer,

penyebaran agama, demografi, bisa pula karena tekanan

ideology.

Kaitannya Sampoerna A Mild “Bukan Basa Basi” dengan slogan –slogan yang dibahas dibawah ini adalah menggambarkan suatu

kondisi yang sedang terjadi atau yang lagi populer pada saat itu untuk

dipahami dalam menarik perhatian para konsumen, sehingga muncul

pembaharuan dari slogan setelah“Bukan Basa Basi”.

2. SampoernaExclusive “Nyalakan Nyalimu”

Maksud dalam ungkapan Sampoerna Exckusive “Nyalakan Nyalimu” adalah sebuah ajakan dalam memilih produknya untuk

dipakai oleh para konsumen, karena dalam ungkapan iklan ini tidak

terlalu menggambarkan sesuatu proses yang panjang lebar dan lama

dalam menyampaikan maksud kepada konsumen. Kaitannya

Sampoerna A Mild “Nyalakan Nyalimu” dengan slogan –slogan yang dibahas dibawah ini adalah menggambarkan suatu kondisi yang sedang

(58)

menarik perhatian para konsumen, sehingga muncul pembaharuan dari

slogan setelah SampoernaExckusive“Nyalakan Nyalimu”.

PT. HM Sampoerna dalam memasarkan produk-produknya

selalu kreatif dan membuat inovasi baru. Oleh karena itu sekarang

Sampoerna kembali mengeluarkan Sampoerna Exclusive, walaupun

masih tergolong SKM (Sigaret Kretek Mesin) Full Flavor. Produk tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan seperti cita rasa yang halus

dan alami serta tidak menyebabkan iritasi tenggorokan. Kelebihan

Sampoerna Exclusive tidak hanya semata-mata ada di saos yang digunakan SKM Full Flavor tetapi tetap mengandalkan cengkeh dan

tembakau. Sampoerna Exclusive belum ada pembandingnya karena merupakan terobosan baru, walaupun produk baru, tetapi penelitian

terhadap target pasarnya sudah melalui riset bertahun-tahun.33

Sementara positioning Sampoerna Exclusive ditujukan bagi perokok yang berkepribadian suka akan tantangan, berani ambil resiko

dan suka mencoba hal-hal yang baru. Hal ini tercermin dengan tagline

“ QDNlNkNn QyNl DO” Sampoerna Exclusive di arahkan untuk mengaj ak

orang memiliki nyali besar dan mengambil resiko untuk mewujudkan

impian dan cita-citanya.

Ungkapan yang dipergunakan dalam iklan ini menggunakan

bahasa sastra yang mengekspresikan suatu peristiwa atau fakta secara

(59)

59http/prospekbiz/index.php.option. new & task:54

memunculkan kesan-kesan tertentu dalam bahasa yang digunakan. Seperti teks iklan Sampoerna Exclusive “QD l k n QL 1iDO” makna teks ini lebih mengesankan daripada7Xnjukk nWDebLL ni nUD”.

Pasar yang disasar Sampoerna Exclusive yakni kalangan perokok yang berus ia 25-30 t ahun. Sampoerna Exclusive

mengandalkan citra produknya pada rasanya yang halus dan alami.

“Saos” yang digunakan Sigaret Kretek Mesin (SKM) Full Flavour dan tetap mengandalkan cengkeh serta tembakau. Tidaklah mengherankan

bila lewat iklannya yang bertagline : “Q\ l k NDQy 1mDO dapat mempertegas positioning produk tersebut sebagai rokok untuk pribadi yang progresif dan pemberani. Selalu kreatif dan membuat inovasi baru menjadi ciri khas manajemen PT. HM Sampoerna dalam

memasarkan produk-produknya. Iklan-iklan unik yang ditampilkan di berbagai media cukup menarik di simak. HM. Sampoerna tak pernah

berhenti melakukan berbagai inovasi, walaupun daya beli dan situasi perekonomian sedang mengalami masa sulit. Karena itulah Sampoerna

mengeluarkan tagline yang mengajak untuk mempunyai keberanian yang besar dalam mewujudkan cita-cita dan mimpi, walaupun dalam

situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu.

(60)

Kata kolokial berasal dari kata colloquium (percakapan, konversasi). Jadi kolokial adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Walaupun

kolokial sering disebut bahasa kelas golongan bawah. Dalam bahasa Indonesia percakapan banyak digunakan bentuk-bentuk kolokial,

sepertinyali(keberanian). Dalam percakapan formal ungkapanungkapan seperti di atas harus dihindarkan.

3.Star Mild “ Bikin Hidup Lebih Hidup”

Maksud dalam ungkapan Star Mild “Bikin Hidup Lebih Hidup” adalah sebuah ajakan dalam memilih produknya untuk dipakai oleh para konsumen, karena dalam ungkapan iklan ini tidak terlalu menggambarkan sesuatu proses yang panj ang lebar dan lama dalam menyampaikan maksud kepada konsumen. Kaitannya Star Mild “Bikin Hidup Lebih Hidup” dengan slogan –slogan yang dibahas dibawah ini adalah menggambarkan suatu kondisi yang sedang terjadi atau yang lagi populer pada saat itu untuk dipahami dalam menarik perhatian para konsumen, sehingga muncul pembaharuan dari slogan setelah

Star Mild“Bikin Hidup Lebih Hidup”.

(61)

rokok mild dengan kadar tar dan nikotin rendah. Hadir dengan kemasan pak isi 16 batang dan di tahun 2000 hadir dengan pak isi 12 batang. Star Mild Bikin Hidup Lebih Hidup sejak awal diciptakan khusus untuk kawula muda yang berjiwa dinamis, sportif dan selalu berpikir psoitif dalam hidup.

I klan Star Mild menggunakan dua slogan, pertama, slogan yang bersifat temporal yang selalu berubah dalam setiap versi dan berfungsi mempertegas visualisasi tampilan iklan sedangkan kedua,

slogan permanen Bikin Hidup Lebih Hidup yang melekat pada merek sebagai identitas. Seperti contoh iklan versi Melly dan Anto Hoed

2001, yang berbunyi : “%VWP LI VWPVDJLrVQWI PnP DekVLInV[1LLI QVWP

kV[1PLVdVlVhDkeDutLI VnHStar MildBikin Hidup Lebih Hidup. Seri

iklan lainnya versi pria yang jatuh terbakar yang diperankan oleh Ahmad Rivai yang seorang Stuntman, yang berbunyi : “%erhPtunW

dengan semua tantangan, bikin hidup lebih hidup!.

Slogan atau tagline menurut Ndang di bagi ke dalam dua genre

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Bahasa Iklan Pada Berbagai Merek Rokok

Referensi

Dokumen terkait

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Belanja Alat Tulis Kantor Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Pengadaan Langsung 1.035.872 10 Sosialisasi Kebijakan Kependudukan, KODE RUP: 26627895 KODE RUP

Kung Fu Matematika adalah permainan yang menarik bagi anak karena pada dasarnya anak- anak menyukai bergerak, sehingga anak akan merasa lebih senang jika menjawab soal

adalah tampilan permainan berupa latihan soal berdasarkan model dan level yang dipilh pengguna, pada bagian ini pengguna akan memilih jawaban atau permainan dibagi menjadi 2

PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Universitas Pendidikan Indonesia

Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada akan berupaya memberi orientasi umum yang di perlukan sesuai kebutuhan masing-masing unit kerja dalam

Since pronounced species differences in GC metabolism and excretion were found, their measuring requires previous method validation for each species to ensure that the measured