• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF (1)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

oleh: Mu’iz Maghfur

( 04310142 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

(2)

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

oleh:

Mu’iz Maghfur ( 04310142 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

(3)

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Di ajukan kepada:

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

oleh: Mu’iz Maghfur

( 04310142 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Mu’iz Maghfur

Nim: 04310142

Telah disetujui pada tanggal, 2 Januari 2009 Oleh:

Dosen Pembimbing

Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150311702

Ketua Jurusan PAI

(5)

Lembar Pengesahan

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Dipersembahkan dan disusun oleh Muiz Maghfur (04310142)

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada tanggal 11 April 2009 dengan nilai B+

Dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 2 Mei 2009

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Ketua Sidang :________________ Triyo Supriyatno, M. Ag

Nip. 150 311 702 2. Sekretaris Sidang

Samsul Ulum, M. Ag :________________

Nip. 150 302 561 3. Pembimbing

Triyo Supriyatno, M. Ag :________________ Nip. 150 311 702

4. Penguji Utama

Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag :________________ Nip. 150 214 978

Mengesahkan:

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Basir dan Ibunda Susiati yang selama ini telah menyayangi serta membimbing dan mendidikku dengan penuh do’a, kesabaran dan kebijaksanaan, semenjak kecil sampai sekarang,

agar menjadi anak sholih yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga do’a serta amal

ibadahnya diterima Allah Swt.

” Ayahanda dan Ibunda tercinta, engkaulah pendidik pertama dan utama yang sangat berarti dalam hidupku”

Kakakku yang selalu memberikan motivasi serta arahan dalam menggapai harapan dan cita-cita luhur.

Para guru-guruku yang selalu mendo’akan dan membimbingku dari ketidak tahuan menjadi tahu

Semua sanak keluarga, terima kasih atas do’a dan nasehatnya kepadaku semoga berhasil dalam menggapai cita-cita

Sahabatku Ustadz-ustadzah dimanapun berada, saya selalu mengucapkan syukron katsiron

(7)

HALAMAN MOTTO

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia

banyak menyebut Allah.

(Q.S. al-Ahzab: 21)

1

1

(8)

Triyo Supriyatno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

HAL : Skripsi Mu’iz Maghfur Malang, 2 Januari 2009 Lamp : -

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sesudah beberapa kali bimbingan, dan setelah membaca Skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Mu’iz Maghfur

NIM : 04310142

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak di ajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

(9)

Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150 311 702

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 02 Januari 2009

Penulis

(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrakhim

Al hamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat,

taufiq, hidayah serta nikmat-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Shalawat serta salam marilah selalu kita lantunkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullahi SAW. Yang telah

mengajarkan iman, ihsan dan ilmu serta akhlaq mulia kepada ummat.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini disusun dengan

melibatkan banyak pihak , baik perorangan atau kelembagaan. Oleh karena itu

ucapan terima kasih yang sedalam- dalamnya kami sampaikan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara- saudaraku tersayang yang

telah memberikan do’a serta motivasi baik berupa muril maupun materiil.

2. Bpk Triyo Supriyatno, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang penuh

kesabaran dan keihlasan memberikan bantuan berupa ilmu, pengetahuan

dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat disusun dengan

(11)

3. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku dosen wali sekaligus ketua jurusan

Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, saran-saran dan pengarahan dalam

pembuatan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. .M. Djunaidi Ghony, selaku dekan Fakultas Tarbiyyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

5. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rector Universitas Islam

Negeri (UIN) Malang beserta setafnya.

6. Abah Drs. KH. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku kepala yayasan Masjid jami’

Quba’ Malang yang selalu menyayangi, mengasuh dan memberikan

motivasi serta ilmu, guna bekal bermasyarakat.

7. Kepada K.H. Hisyam Syafaat, K.H. Hasyim Syafaat, K.H. Ahmad

Khusyairi Syafaat. Terima kasih atas pendidikan dalam pesantren yang

telah diberikan kepadaku.

8. Para guru-guruku semua yang telah mendidikku dari ketidak tahuan

menjadi tahu, dengan penuh kesabaran.

9. Para Asatidz Masjid jami’ Quba’ yang memberikan pengajian untuk bekal

di akhirat kelak.

10.Sahabat-sahabati PMII, yang memberikan semangat juang dengan tangan

terkepal maju kedepan di dalam berorganisasi.

11.Teman-teman UKM Seni Relegius, yang sudah memberikan semangat di

(12)

12.Kepada semua pihak yang telah ikut membantu mensukseskan penulisan

skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis sampaikan kecuali “ Jaza kumullah

Ahsanal Jaza’”. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini,

banyak kekuran dan atau kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran konstruktif demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan mohon rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, semoga skripsi

ini memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Amiin Yarobbal ‘Alamiin

Malang, 2 Januari 2009

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN NOTA DINAS ... vii

HALAMAN PERNYATAAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

ABSTRAK ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Guru dalam Pendidikan ... 9

(14)

C. Tanggung Jawab Guru dalam pendidikan ... 13

D. Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan ... 13

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 24

B. Instrumen Penelitian ... 26

C. Sumber Data ... 27

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 28

E. Tehnik Analisis Data ... 29

BAB IV : HAKEKAT GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 32

B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam ... 36

C. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan Islam ... 40

BAB V : STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Standar Kompetensi ... 42

B. Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 42

1. Kompetensi Pedagogik ... 43

2. Kompetensi Kepribadian (personal-religius) ... 60

3. Kompetensi Profesional (profesional-religius) ... 80

(15)

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 106

(16)

ABSTRAK

Mu’iz Maghfur, Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri ( UIN ) Malang. Triyo Supriyatno, M.Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, Kompetensi, Guru.

Guru mempunyai fungsi dan peran serta kedudukan yang sangat penting dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk mewujudkan Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradap.

Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar (dikdaktik), tetapi juga kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan pengetahuan yang dimiliki oleh murid-muridnya.

Berpijak dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah: (1) Bagaimana hakekat guru dalam perspektif pendidikan Islam (2) Apa standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam. Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah: (1) Mendiskripsikan hahekat guru dalam perspektif pendidikan Islam; (2) Mengetahui standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.

Dalam penulisan skripsi ini murni menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka tehnik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau dokumen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa standar komptensi guru dalam perspektif pendidikan Islam sebagaimana di ungkapkan oleh Muhaimin, dalam bukunya yang berjudul ”Paradigma Pendidikan Islam”, dan Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Standar kompetensi dan sertifikasi guru” yang dikaji dari beberapa pakar intelektual muslim adalah: (1) kompetensi Kepribadian (personal-relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional

(profesional-relegius), dan; (4) kompetensi pedagogik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam meliputi: (1) kompetensi Kepribadian (personal-relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Guru mempunyai fungsi dan peran dan kedudukan yang sangat penting

dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk

mewujudkan Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia

yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,

tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan

beradap.2

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat

berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena

manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya

dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau

kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan

pribadinya. Oleh karena itu wajar kalau orang tua ketika mau memasukkan

anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah, menanyakan siapa gurunya...?.3

Sehubungan dengan uraian diatas, seorang guru dituntut untuk memiliki

kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi

atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Seperti kompetensi

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang

Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 1

3

(18)

pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang akan dibahas dalam

skripsi ini.4

Ketika kita memandang serta memahami seorang guru adalah seorang

pendidik profesional, pahlawan tanpa jasa. Karena secara implisit ia telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

yang terpikul di pundak orang tua.5Dengan mengalih asuhkan anak-anak mereka

(orang tua) untuk diserahkan kepada seorang guru untuk di didik. Guru juga

sebagai potret ambigu, tapi selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

upaya mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan guru adalah salah satu

komponen pencipta peradapan.6

Pendidik dapat dibedakan menjadi dua ketegori, yaitu: (1) Pendidik

menurut kodrat, yaitu orang tua; (2) Pendidik menurut jabatan, ialah seorang guru.

Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama,

karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (Ibunya) dengan

keadaan tidak berdaya. Sedangkan guru sebagai pendidik menurut jabatan

menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan

Negara. Tanggung jawab dari orang tua diteima guru atas dasar kepercayaan,

bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan

perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar

sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif, baik sebagai kelanjutan dari sikap dan

4

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7

5

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 39

6

(19)

sifat dari orang tua pada umumnya. Misalnya seperti kasih sayang kepada peserta

didik, tanggung jawab dan lain-lain.7

Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan sebutan ”Guru” (Gu

dan Ru), yang berarti ”digugu dan ditiru”. Dikatan digugu (dipercaya) karena

guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya guru memiliki

wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatan ditiru

(diikuti), karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala

tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik

oleh peserta didiknya.8

Selain uraian yang telah dijelaskan di awal, seorang guru juga mempunyai

tanggung jawab yang berat, yakni guru wajib mempunyai kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.9 Selain dalam dunia

pendidikan, seorang guru sebagai penerus perjuangan para nabi dan para utusan

Allah untuk memakmurkan bumi ini. Sebagaimana manusia diciptakan Allah

untuk mengemban amanat-Nya.10

7

Fuad Ihsan, Dasar-dasarKependidikan (Jakarta: Penerbit Reneka Cipta, 2005), hal. 8

8

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, ILmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 90

9

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7

10

(20)

Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat [tugas-tugas keagamaan] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. al-Ahzab: 72).11

Pengertian ”amanat” dalam ayat diatas adalah tugas atau perintah Allah.

Peran yang dimainkan manusia menurut ayat tersebut adalah tidak berbeda

dengan peran yang dimainkan khalifah. Kenyataannya manusia memang memiliki

posisi unik di dunia ini. Peran yang dimainkan tidak sama dengan peran yang

dimainkan oleh makhluk lain. Manusia selalu dalam kondisi diuji oleh Allah,

yang sesungguhnya diberi kehormatan oleh Allah.12

Setelah melihat serta mengamati dari beberapa tugas dan tanggung jawab

seorang guru, maka Islam memberikan sesuatu penghargaan (posisi) bagi mereka

pengajar kebaikan, suatu kemulyaan. Sebagaimana sabda Nabi yang diceritakan

dari Abu Umamah AL-Bahili r.a. Nabi Saw bersabda:13

ﺔ ا

،

رﻷ

او

تاﻮ ا

هأو

ﻜﺋ و

ﷲا

نإ

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malakit-Nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut dilobangnya dan ikan hiu, mengucapkan

11

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1999), hal. 680

12 Abdur Rahman Shalih Abdullah,

Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an serta implementasinya (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), Cetakan 1. Hal. 76

13

Muhammad Abdullah Ad-duweisy. Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh

(21)

do’a kepada pengajar kebaikan kepada manusia. (H.R. At-Tirmidzi dan Darimiy).14

Alangkah tinggi derajat yang digapai oleh seorang guru, hingga Allah

bershalawat padanya, begitu juga malaikat-malaikat-Nya, begitu pula penduduk

langit dan bumi. Juga guru adalah pemilik prosentase keutamaan-keutamaan

terbesar. Dia termasuk penyeru kebaikan dan memulai sunnah yang baik. Lebih

dari itu, Ibnu maajah meriwayatkan dari hadits Sahal Bin Mu’adz Bin Anas dari

bapaknya, bahwa Nabi Saw bersabda:15

ﺎ اﺮﺟأ

ﺮﺟأ

ﺎ ا

)

ﺟﺎ

إ

اور

(

Artinya: Barang siapa mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala pelakunya. (H.R. Ibnu Majah).16

Berdasarkan pada deskripsi dalam latar belakang di atas, maka peneliti

memberi judul penelitian tentang ”Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan

dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam?

2. Apakah Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam ?

14

Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2685) dan darimi (289).

15

Ibid., hal. 14

16

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan hakekat guru dalam Perspektif Pendidikan Islam

2. Mengetahui Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian kepribadian dasar guru dalam perspektif

Pendidikan Islam. Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan keilmuan tentang Standar kompetensi guru

yang integral sebagai bekal menjadi seorang pendidik.

2. Bagi Pembaca

Dapat menjadi wacana keilmuan yang senantiasa bisa dibaca, dikaji oleh

pembaca pada umumnya, terutama bagi para kaum guru (pendidik) dan

kepada para calon guru yang memiliki minat pada kajian pendidikan,

khususnya kompetensi dasar guru dalam perspektif Islam, yang

selanjutnya diharapkan dapat diterapkan.

(23)

Sebagai acuan bahan reflektif dan konstruktif dalam pengembangan

pendidikan di Indonesia, khususnya pengembangan khazanah keilmuan

Islam, yang didalamnya membahas Standar kompetensi guru dalam

perspektif Pendidikan Islam.

E. Ruang lingkup Pembahasan

Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi

ini lebih mengarah kepada standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan

Islam yang di dalamnya menyangkut empat kompetensi guru, yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian (personal-religius), kompetensi profesional

(profesional-religius), kompetensi sosial (sosial-religius). Penulis sangat perlu

menyajikan penelitian ini, sebagai bahan wawasan sekaligus ilmu bagi para calon

guru atau guru pendidikan agama Islam khususnya, untuk mengantarkan diri

pribadi guru dan peserta didik menjadi manusia pari purna (insan kamil).

F. Sistematika Pembahasan

Dalam Skripsi ini, sistematika pembahasan yang akan dibahas meliputi

sebagai berikut:

BAB I : Adapun uraian dalam bab ini menjelaskan hal-hal yang meliputi:

Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian sistematika pembahasan. Dalam bab ini sifatnya

masih global, sedangkan pembahasan lebih rinci akan dibahas pada

(24)

BAB II : Bab ini merupakan bahan rujukan penelitian yang berisi mengenai

kajian pustaka tentang (1) Hakekat guru (2) Standar Kompetensi

Guru.

BAB III : Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, yang terdiri dari:

(1) Pendekatan dan jenis penelitian; (2) Instrumen penelitian; (3)

Sumber data; (4) Tehnik pengumpulan data; (5) Tehnik analisis data.

BAB IV : Membahas tentang analisis hakekat guru dalam perspektif

pendidikan Islam, yang terdiri dari: Pengertian, tugas dan tanggung

jawab guru dalam Pendidikan Islam.

BAB V : Standar Kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam, yang

meliputi: (1) Kompetensi Pedagogik; (2) Kompetensi Kepribadian

(personal-religius); (3) Kompetensi Profesional

(profesional-religius); (4) Kompetensi Sosial (sosial-religius). Bab ini juga

merupakan pengembangan dari bab sebelumnya untuk mencari

modus vivendy (titik temu) dari rumusan masalah yang menjadi

problema penulis.

BAB VI : Dalam bab ini berisi tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dan

saran yang bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah

dilakukan serta segala hasil yang telah dicapai bisa ditingkatkan lagi

(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas tentang pengertian guru, tugas dan tanggung

jawab guru dalam pendidikan, serta membahas standar kompetensi guru dalam

pendidikan.

A. Pengertian Guru serta Kedudukannya dalam Pendidikan 1. Pengertian Guru

Disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1), Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.17

2. Kedudukan Guru dalam Pendidikan

Sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat

(1), Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.18

17

Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 2

18

(26)

B. Tugas Guru dalam pendidikan

Disebutkan dalam SISDIKNAS pasal 39 ayat (1), Tenaga kependidikan

(guru) bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,

pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada

satuan pendidikan.19

Jelas bahwa seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Sebagai

seorang guru, tentu saja pertama-tama harus bertanggung jawab kepada tugasnya

sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak-anak yang telah dipercayakan

kapadanya. Disamping itu, tidak boleh pula dilupakan tugas-tugas dan pekerjaan

lain yang memerlukan tanggung jawabnya.20

Menurut Uzer (1990) yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Hamzah mengatakan,

terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas

kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas Guru sebagai

profesi meliputi mendidik dalam meneruskan dan mengembangkan nilai hidup.

Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih

berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam

bidang kemanusiaan adalah meliputi bahwa guru disekolah harus dapat menjadi

orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya

mulai dari makhluk bermain (homoludens), sebagai mahluk remaja/berkarya

(homopither), dan sebagai makhluk berfikir/dewasa (homosapiens). Membantu

19 Undang-undang Republik Indonesia, SISDIKNAS (Bandung: Fokus Media, 2006

),hal. 21

20

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 142

(27)

peserta didik dalam mentrasformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap

dan membantu peserta didik dalam mengidentifikasi diri peserta itu sendiri. 21

Adapun tugas guru/pengajar dalam pendidikan, yaitu:22

1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran

a Tugas Manajerial

Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal

maupun eksternal.

1. Berhubungan dengan peserta didik

2. Alat perlengkapan kelas (material)

3. Tindakan-tindakan profesional

b Tugas Edukasional

Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:

1. Motivasional

2. Pendisiplinan

3. Sangsi sosial (tindakan hukuman)

c Tugas Instruksional

Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:

1. Penyampaian materi

2. Pemberian tugas-tugas pada peserta didik

3. Mengawasi dan memeriksa tugas

2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher)

21

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi aksara, 2007), hal. 20

22

(28)

Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah

menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang

baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat

menantang dan merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa

aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara khusus,

tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran seabagai berikut:23

a Menilai kemajuan program pembelajaran

b Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik

belajar sambil bekerja (learning by doing).

c Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

menggunakan alat-alat belajar.

d Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.

e Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik

f Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu

g Bertindak sebagai manusia sumber

h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari

i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada

peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi

ketergantungannya pada guru).

j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efesien untuk

mencapai hasil yang optimal.

23

(29)

C. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan

Setiap guru harus memenuhi peryaratan sebagai manusia yang

bertanggung jawab dalam bidang pendidika.Guru sebagai pendidik bertanggung

jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya,

sehingga terjadi proses konservasi nilai. Adapun tanggung jawab guru dapat

dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini:24

1. Tanggung jawab moral

2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah

3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan

4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan

D. Standar Kompetensi Guru dalam Pendidikan

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and stone

(1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...descriptive of qualitative

nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful. Kompetensi guru

merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.

Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa: kompetensi merupakan prilaku

yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi

yang diharapkan. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24

(30)

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:” Kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.”25

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen

penjelasan Pasal 10 ayat (1), Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.26

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik.27

Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.28

a. Kemampuan mengelola pembelajaran

Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu

mendapat perhatian yang serius. Freire menguraikan beberapa karakteristik

pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut:29

1. Guru mengajar, peserta didik diajar

2. Guru mengetahui segala sesuatu, peserta didik tidak tahu apa-apa.

25

Ibid., hal. 25

26 Undang-undang Guru dan Dosen

, Op.cit., hal. 7 27

Ibid., hal. 44

28

Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 75

29

(31)

3. Guru berfikir, peserta didik dipikirkan.

4. Guru bercerita, peserta didik mendengarkan

5. Guru menentukan peraturan, peserta didik diatur

6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menyetujui.

7. Guru berbuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui

perbuatan gurunya.

8. Guru memilih bahan dan pelajaran, peserta didik (tanpa diminta

pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.

9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan

jabatannya, yang ia lakukan untuk memghalangi kebebasan peserta didik.

10.Guru adalah subjek dalam proses belajar, peserta didik adalah objek

belaka.

Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga

fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

1. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta

memperkirakan cara pencapaiannya.

2. Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang

memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki

sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga

dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian,

bertujuan menjamin kinerja yang dicapai dengan rencana atau tujuan yang

(32)

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki guru. Yang sedikitnya terdapat empat hal yang

harus dipahami guru dari muridnya, yaitu, tingkat kecerdasan, kreativitas dan

perkembangan kognitif siswa.

c. Perencanaan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis

yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran.

Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi

kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program

pembelajaran.30

1. Identifikasi kebutuhan

Pada tahap ini, eloknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali,

menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang

tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan

pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan

bertujuan antara lain, untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik, agar

kegiatan belajar dirasakan sebagai sebagian dari kehidupan dan mereka

merasa memilikinya.31

2. Identifikasi Kompetensi

30

Mulyasa, Op.cit., hal. 100

31

(33)

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai

dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Gordon (1988: 109) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang

terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:32

a Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

b Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif dan afektif yang

dimiliki oleh individu.

c Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

d Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini, dan

secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

e Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak

suka).

f Minat (interest); adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu

perbuatan.

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik,

dan merupakan komponen pertama yang harus dirumuskan dalam

pembelajaran.

3. Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajan akan bermuara pada rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran

jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan

32

(34)

proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi

dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu

belajar dan daya dukung lainnya.33

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru sebagaimana

dirumuskan dalam SNP berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut

ditegaskan dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus

memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari

proses dialogis antara sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan

pemikiran kritis dan komunikatif.34

e. Pemanfaatan tehnologi pembelajaran

Abad 21 merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad

informasi, dan tehnologi. Karena pengetahuan, informasi dan tehnologi menguasai

abad ini, sehingga biasa disebut dengan era globalisasi. Penggunaan tehnologi

dalam pendidikan dan pembelajaran (e learning) dimaksudkan untuk

memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Yang dalam hal ini

guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan dan

mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang

dapat di akses oleh peserta didik.35

f. Evaluasi hasil belajar

33

Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 102

34

Ibid., hal. 103

35

(35)

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan

pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian

kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,

benchmarking, serta penilaian program.36

g. Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan

remedial, serta bimbingan dan konseling.37

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Undang-undang Guru dan dosen, dapat dilihat pengertian kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,

arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.38

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, khusunya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat

berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena

manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya

dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau

kepribadian guru sangat dibutuhkan olen peserta didik dalam proses pembentukan

36

Ibid., hal. 108

37

Ibid., hal. 111

38

(36)

pribadinya. Oleh karena itu wajar kalau orang tua ketika mau memasukkan

anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah, menanyakan siapa gurunya.39

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan

dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini

memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian

anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta

mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.40

3. Kompetensi Profesional

Dalam undang-undang guru dan dosen disebutkan, kompetensi profesional

adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.41

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.42

Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional dari berbagai sumber

yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan

disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:43

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan dengan baik , baik

filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainnya.

39

E. Mulyasa, op.cit., hal. 117

40

Ibid., hal. 117

41

Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44

42

E. Mulyasa, op.cit., hal. 135

43

(37)

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan

peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi

tanggung jawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

4. Kompetensi Sosial

Dalam undang-undang guru dan dosen Pasal 10 ayat (1), disebutkan yang

dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik,

sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.44 Sebagaimana

juga dikutip oleh (Mulyasa: 2008) dalam Standar Nasional Pendidikan di

jelaskan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud

dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagaian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar. 45

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas

dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru

dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama kaitannya

44

Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44

45

(38)

dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah, tetapi juga

pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat, juga guru diharapkan

dapat bergaul baik dengan masyarakat. 46

Di kutip oleh Ahmad Budisusilo. Dalam masyarakat umum, guru adalah

tetap merupakan satu sosok atau figur yang mampu memberi inspirasi, penggerak

dan pembimbing dalam kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ini tidak lepas

dari status guru sebagai panutan bagi siswa siswinya disekolah yang secara

mendalam melekat dalam dirinya, dan lebih luas figur itu dianggap sebagai

‘panutan’ pula bagi masyarakat umum disekitarnya. Tentu saja ini berpengaruh

pada kuatnya sorotan dan kontrol masyarakat pada segala tindak tanduk seorang

guru termasuk kepribadiannya. Kondisi ini mau tidak mau membuat guru harus

mendudukkan dirinya sebagai figur yang tidak bias seenaknya bertingkah laku

dan bermasyarakat. Perilaku dan kepribadian guru sudah terlanjur diberi label baik

dan bermoral yang patut diteladani oleh lapisan masyarakat tidak hanya didepan

para siswanya tetapi juga masyarakat umum. Seringkali seorang guru

dimasyarakat diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua RT/RW, penjabat

kepanitiaan tertentu yang bersifat kenegaraan seperti pemilu atau sejenisnya, dan

jabatan jabatan lainnya. Masyarakat percaya guru patut dan mampu melaksanakan

itu semua karena kredibilitas umum figur guru yang sudah berlabel baik47

Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa

kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,

yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

46

Ibid., hal. 173

47

(39)

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b. Menggunakan tehnologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bogdan dan Taylor,

sebagaimana dikutip oleh moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.48

Menurut Imron Arifin, penelitian kualitatif pada hakektnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.49

Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang

menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu.50 Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan

untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun

kelompok.51

48

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hal. 3

49

Imron Arifin (ed), Peneliian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Social Dan Keagamaan

(Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 22

50

Mudji Santoso, Hakekat, Peran, Dan Jenis-Jeis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke-Iv, Dalam Imron Arifin (ed), penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu social dan keagamaan (malang: Kalimasahada, 1996), hal. 13

51

Nana syodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Program pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 60.

(41)

jadi penelitian deskriptif, tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,

tetapi hanya menggambarkan ”apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau

keadaan.52

Setelah gejala, keadaan, variabel, gagasan di deskripsikan, kemudian

penulis menganalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan

atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam

skripsi ini bersifat kualitatif, dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk

menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara

kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh penulis, yaitu tentang standar

kompetensi guru dalam pendidikan Islam, yang bersumber dari undang-undang

SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang

Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1).

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah library research atau penelitian kepustakaan. Muhajir membedakan studi

pustaka menjadi dua, yaitu: Pertama, studi pustaka yang memerlukan olahan uji

kebermaknaan empiric dilapangan; Kedua, adalah kajian kepustakaan yang lebih

memerlukan olahan filosofik dan teoritik dari pada uji empiric.53

52 Suharsimin Arikunto,

Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993 ), hal. 310

53

(42)

B. Instrumen Penelitian

Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah

manusia sebagai instrumen atau alat. Moleong, mengatakan bahwa kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan

perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya, ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.54

Imron Arifin mengatakan bahwa manusia sebagai instrumen, berarti

merupakan instrumen kunci (key instrument) guna menangkap makna, interaksi

nilai, dan nilai lokal yang berbeda, dimana hal ini tidak mungkin di ungkapkan

lewat kuesioner.55 Namun demikian, instrumen penelitian kualitatif selain

manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya sebagai pendukung tugas peneliti

instrumen.56

Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai

instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data dalam

berupaya mencapai wawasan imajinatif. Pada dunia sosial, responden, peneliti

diharapkan fleksibel dan reflektif, tetapi tetap mengambil jarak. Konsekuensi dari

pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif par excellence merupakan

observasi partisipatoris ”pengamatan terlibat”.57

Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana,

pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data yang terdapat

54

Lexi J. Moleong, op.cit., hal. 121

55

Imron Arifin (ed.), Op.cit., hal. 5

56 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,

Pedoman Penulisan Skripsi

(tk: t.p, 2006), hal. 59

57

(43)

dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3),

dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1),

untuk di komparatifkan ke dalam pendidikan Islam. Dan pada akhirnya menjadi

pelapor hasil penelitian.

C. Sumber data

Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan komponen yang sangat

penting, sebab tanpa adanya sumber data, maka penelitian tidak akan berjalan.

Sumber data adalah subjek dari mana data itu bisa diperoleh. Untuk itu, dalam

penelitian ini penulis menggunakan personal document sebagai sumber data

dalam penelitian kualitatif ini. Personal document adalah dokumen pribadi, disini

adalah catatan atau karangan seseorang seara tertulis mengenai tindakan,

pengalaman dan kepercayaannya.58

1. Sumber Data Primer

Yang dimaksud dengan data primer adalah karya-karya yang ditulis sendiri

oleh tokoh yang diteliti.59Yakni undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun

2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI

No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), Mulyasa ”Standar Kompetensi dan

Sertifikasi Guru” (2008), Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan

Islam” (2008), hal.115 Muhaimin dan Abdul Mujib, ”Pemikiran Pendidikan

Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya” (Bandung:

58

Ahmad Sonhaji, Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam Penelitian kualitatif, Dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan

(Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 82

59

(44)

Trigenda Karya, 1993), hal. 173. Yang di dalamnya membahas tentang

standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.

2. Sumber Data Sekunder

Yang dimaksud dengan sumber data sekunder adalah karya-karya pemikir

yang secara intelektual tidak terjadi kontak, tetapi ada kesamaan tema-tema

pemikiran yang dikembangkannya sebagai sampel dari Hadi superno, Fazlur

Rahman, Jalaluddin rahmat dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah bahan-bahan

pustaka yang berupa karya-karya atau buku-buku para tokoh dan pemerhati

pendidikan Islam yang ada relevansinya dengan teori standar kompetensi guru

dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat

(3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10

ayat (1). Misalnya seperti: Al-Ghazali ”Ihya’ ’ulumuddin”, Abdul Mujib dan

Jusuf Mudzakkir ”Ilmu Pendidikan Islam” (2006), Mulyasa ”Standar

Kompetensi dan Sertifikasi Guru” (2008), Abdullah Nashih Ulwan ”

Tarbiyatul Aulad fi al-Islam” (Pendidikan Anak Dalam Islam) (1999), Drs.

Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan Islam” (2008), dan lain

sebagainya.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka

tehnik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah

(45)

sebagainya, yang berhubungan dengan topik dan tokoh yang diakji. Langkah ini

biasanya dikenal dengan metode dokumentasi. Suharsimi berpendapat bahwa

metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

leger, agenda dan sebagainya.60

Tehnik ini digunakan oleh penulis dalam rangka mengumpulkan data yang

berhubungan dengan arah pemikiran undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun

2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No.

14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), tentang standar kompetensi guru, untuk ditarik

dan dikolaborasikan kepada konsep standar kompetensi guru Pendidikan Islam.

Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data tersebut.

E. Tehnik Analisis Data

Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka

tehnik analisa yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi

(content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman,

mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan

seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau

dokumen.61

Mengutip Barelson, M Zainuddin mengatakan bahwa tehnik analisis isi

adalah tehnik analisis untuk mendiskripsikan data secara obyektif, sistematis, dan

60

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 206

61

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan

(46)

isi komunikasi yang tampak.62 Artinya, data kualitatif tekstual yang diperoleh

dikategorikan dengan memilih data sejenis, kemudian data tersebut dianalisa

secara kritis untuk mendapatkkan suatu informasi.

Data kualitatif tekstual yang diperoleh akan dipilah-pilah untuk kemudian

dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya

secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi yang konkrit dan memadai.

Menurut Nasution, analisa data adalah proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan.63 Dalam pembahasan atau pengolahan data dalam skripsi ini, peneliti

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Metode Induksi, yaitu penyimpulrataan; metode penalaran untuk mencapai

suatu kesimpulan mengenai semua anggota kelas yang tidak diperiksa dalam

suatu kelompok, setelah menyelidiki sebagaian saja dari mereka.64 Dalam

bahasa Indonesia Induksi diartikan dengan karangan ilmiah yang disusun

berdasarkan data empirik yang diperoleh dari lapangan.65 Metode ini

merupakan alur pembahasan yang berangkat dari realita-realita yang bersifat

khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari realita-realita

yang konkrit itu ditarik secara general yang bersifat umum.66

2. Metode Deduksi, yaitu metode penyimpulrataan; penarikan kesimpulan dari

yang berbentuk umum ke bentuk khusus, dimana kesimpulan itu dengan

62

M. Zainuddin, Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal.11-12

63

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 126

64

Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Penerbit Arkola, 1994), Hal. 252.

65

Samlawi Azhari, Imam Suyitno, Cermat Berbahasa Indonesia ( Malang: STIE kucecwara, 2000), Hal. 59

66

(47)

sendirinya muncul dari satu atau beberapa premis.67 Dalam bahasa indonesia

deduksi/deduktif diartikan dengan suatu metode ilmiah yang disusun

berdasarkan kajian teoritis (pustaka) mengenai suatu topik.68 Metode ini

merupakan akar pembahasan yang berangkat dari realitas yang bersifat umum

kepada sebuah pemaknaan yang bersifat khusus.69

3. Metode Komparasi

Menurut Barnadib, yang dimaksud dengan studi komparatif adalah

usaha-usaha untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dari data atau fakta

pendidikan tertentu.70

Metode komparatif dalam bahasa ini dilakukan dalam rangka melihat

bagaimana konsep standar kompetensi guru dalam undang-undang

SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan

undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), dan

konsep Standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.

4. Metode Diskriptif

Metode diskriptif ini digunakan untuk memecahkan serta menjawab persoalan

yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, analisa data, memuat kesimpulan

dan laporan, dengan tujuan membuat penggambaran tentang suatu keadaan

secara objektif dalam deskriptif situasi.71

67

Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, op.cit., hal. 95

68

Samlawi Azhari dan Imam Suyitno, op.cit., hal. 59.

69

Sutrisno Hadi, Op.cit., hal. 42

70 Imam Barnadib,

Pemikiran Tentang Metode Pada Pendidikan (Yogyakarta: IKIP, 1985), hal. 7

71

(48)

BAB IV

HAKEKAT GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Guru Serta Kedudukannya Dalam Pendidikan Islam

Subyek Pendidikan atau yang lazim disebut sebagai ”pendidik”,

sebagaimana dijelaskan W.J.S Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.

Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan

kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris kata pendidikan sering

kita jumpai seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang

berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah.72

Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim

dan muaddib. Kata ustadz yang berarti teacher (guru), profesor (gelar akademik),

jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair. Adapun kata mudarris

berarti teacher (guru), instructur (pelatih) dan lecture (dosen). Sedangkan kata

mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructur (pelatih), trainer (pemandu).

Selanjutnya, kata muaddib berarti educator pendidik atau teacher in Koranic

School (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur’an).73

Selanjutnya kita mengikuti petunjuk Al-Qur’an tentang seorang pendidik.

Akan di jumpai informasi, bahwa yang menjadi seorang pendidik itu secara garis

besarnya ada empat. Pertama, adalah Allah SWT. Sebagai guru, Allah

menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Karena itu merka harus memiliki etika dan pengetahuan untuk mencapai tujuan

72 Samsul Ulum, Triyo Supriyatno,

Tarbiyah Qur’aniyyah (Malang: UIN Press, 2006). Hal. 61

73

Ibid., hal. 62

(49)

tersebut. Allah mengirim para Nabi yang patuh dan tunduk kepada kehendak-Nya.

Para Nabi menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia, ajaran yang

diterima umat manusia itu dapat memberikan petunjuk mengenai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.74

Selanjutnya yang kedua, sebagai guru menurut al-Qur’an adalah Nabi

Muhammad Saw. Sejalan dengan pembinaan yang dilakukan oleh Allah SWT

terhadap Nabi Muhammad Saw; Allah juga meminta beliau agar membina

masyarakat, dengan perintah untuk berdakwah (Q.S. al-Mudatsir, 74: 1-10). Di

lanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkannya kepada manusia (Q.S.

al-Mulk, 67:2). M.Quraish Shihab, 1992:172, yang dikutip oleh Samsul Ulum dan

triyo Supriyatno mengatakan, Mensucikan dapat di identikkan dengan mendidik,

sedangkan mengajar tidak lain kecuali adalah mengisi benak anak didik dengan

pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisik dan fisik.75

Yang Ketiga adalah orang tua, al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat yang

dimiliki oleh orang tua sebagai guru, yaitu memiliki hikmah atau kesadaran

tentang kebenaran yang di peroleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada

Allah Swt, suka menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Swt,

memerintahkan anaknya agar menjalankan shmedia, puasa, sabar dalam

menghadapi penderitaan (Q.S. al-Lukman, 31: 12-19). Dan sebagai pendidik

keempat adalah orang lain, informasi al-Qur’an tentang hal ini dapat dilihat dalam

surat al-Kahfi, 18: 60-82. Dengan demikian dalam al-Qur’an ada empat yang

74

Ibid., hal. 66

75

(50)

dapat menjadi pendidik atau guru, yaitu Allah SWT, Para Nabi, kedua orang tua

dan orang lain.76

AL-Ghazali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperi,

al-mualim (guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), dan al-walid

(orang tua).77Dalam konteks Pendidikan Islam ”pendidik/ guru” menurut Abdul

Mujib dan Jusuf Mudzakkir, sering disebut dengan istilah Murabbi, Mu’allim,

Muaddib, Mudarris, dan Mursyid. Kelima istilah tersebut mempunyai tempat

tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks

Islam, disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui gelarnya,

seperti istilah ustadz dan al-syaikh.78 Pengertian masing-masing istilah tersebut,

yaitu sebagai berikut:

a. Murabbi adalah orang yang mendidik dan mempersiapkan peserta didik

agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil

kreasinya untuk tidak menimbulkan mala petaka bagi dirinya.

b. Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu

mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,

menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer

ilmu pengetahuan, internalisasi, serta implementasi (amaliah).

c. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi

serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan

berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan

76

Ibid., hal. 68

77

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Hal. 172

78

(51)

mereka, serta melatih keterampilan sesui dengan bakat, minat, dan

kemampuannya.

d. Muaddib adalah orang yang mampu manyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dalam membangun peradapan yang berkualitas dimasa

depan.

e. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang

melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan

hasil kerja, serta sikap continuous improvement.

f. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi

diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi peserta

didiknya.

Adapun pengertian pendidik menurut istilah yang lazim di gunakan di

masyrakat, telah di kemukakan oleh ahli pendidikan. Ahmad Tafsir, (1984:74)

misalnya mengatakan bahwa pendidik dalam pendidikan Islam sama dengan teori

barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak

didik.79

Istilah guru sebagaimana di jelaskan oleh Hadari Nawawi, (1989: 123)

adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau

di kelas. Secara lebih khusus lagi, Ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang

berkerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab

dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.80

79

Samsul Ulum, Triyo Supriyatno, op.cit., Hal. 62-63

80

(52)

B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam

Tugas seorang guru dijelaskan oleh S. Nasution yang dikutip oleh Samsul

Ulum dan Triyo Supriyatno dan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:

Pertama, sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan

tugasnya ini maka seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam

tentang bahan yang akan diajarkan. Tuntutan ini harus dibarengi dengan

kompetensi guru, jenjang akademik, penyediaan fasilitas, perbaikan nasib guru

dan peningkatan kesejahteraan hidup, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik. Kedua, guru sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang di

ajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dapat dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga guru tersebut menjadi model atau contoh nyata

dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut. Titik tekannya pada bidang

studi akhlak, keimanan dan kebersihan. Ketiga, selain guru sebagai model, Ia juga

sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya

atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.81

Firman Allah SWT:

….

Artinya: Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia.

(Q.S. ali- Imran: 187).82

Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

ﺔ أ

ﻮ و

اﻮ

)

يرﺎ

اور

(

Artinya: sampaikanlah dariku meski sekedar satu ayat. (H.R. Bukhary).83

81

Ibid., hal. 64-65

82

Depag RI. Op.cit., Hal. 109

83

(53)

Tugas guru dalam ayat lain firman Allah:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. ali Imran: 104).84

Ayat ini Jelas menerangkan tentang tanggung jawab setiap insan,

khusunya kepada para pengajar untuk selalu menyampaikan sesuatu yang ma'ruf

yaitu segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Dan menjauhkan diri

serta peserta didik dari yang munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita

dari pada-Nya.85

Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa, tugas pendidik

yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta

membawa hati manusia (peserta didik) untuk taqarrub ila Allah (mendekatkan

diri kepada Allah).86 Dalam pandangan Islam, secara umum guru juga bertugas

mendidik, yaitu mengupayakan seluruh potensi anak didik, yang meliputi potensi

kognitif, afektif, dan psikomotorik.87

Ada beberapa pernyataan tentang tugas pendidik/ Guru, yaitu:

a. Mengetahui karakter murid

84

Depag RI. op.cit., hal. 93

85

Ibid., hal. 93

86

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,

(Jakarta: Ciputat Pers, 2002). Hal. 44

87

(54)

b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang

yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.

c. Guru harus mengamalkan ilmunnya, jangan berbuat berlawanan dengan

ilmu yang diajarnnya.

Al-Ghazali menjelaskan tugas pendidik, yang dapat disimpulkan dengan

ilmu yang diajarkannya.88

a Mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan kawajiban

” Adapun syarat bagi seorang guru, ia layak menjadi ganti Rasulullah saw,

dialah sebenar-benarnya alim (berilmu, intelektual). Tapi tidak mesti

tiap-tiap orang yang alim itu layak menempati kedudukan sebagai pengganti

rasul Saw itu”.89

Dengan demikian, seorang guru hendaknyya menjadi wakil dan pengganti

Rasulullah Saw yang mewarisi ajaran-ajarannya dan memperjuangkan

dalam kehidupan masyarakat disegala penjuru dunia, demikian pula harus

mencerminkan ajaran-ajarannya, sesuai dengan akhlak Rasulullah.90

b Menjadi teladan bagi anak didiknya.

Imam Al-Ghazali mengatakan:

”Seorang guru itu harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang memiliki mata kepala adalah lebih banyak”.91

88

Ibid., hal. 180

89

Ibid., hal. 180

90

Ibid., hal. 180

91

Gambar

Tabel Hasil Analisis Standar Kompetensi Guru

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan metode REBA didapatkan nilai sebesar 6 yang artinya risikonya adalah sedang dan yang terakhir adalah pada metode OWAS didapatkan nilai sebesar 1 yang

Penelitian ini menjelaskan tentang “pengaruh pemanfaatan media pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar media pembelajaran”. Tujuan penelitian adalah untuk

Setelah bermain badan menjadi kotor, kita harus .... Menggosok gigi

• Suatu titik itu visible dengan pointcode jika nilai l, r, t dan b adalah nol, artinya jika salah satu nilai dari l, r, t dan b tidak sama degan nol maka dapat diketahui bahwa

Pada budidaya sayuran di lahan pekarangan, Petani di Desa Tebing Kaning memilih sembilan jenis tanaman untuk dibudidayakan. Dari kesembilan jenis tanaman sayuran tersebut,

Hasil pengamatan pergerakan penumpang yang kemudian di dokumentasikan berupa gambar foto meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1). Ketersediaan jembatan penyeberangan

Hasil analisis program Quest yang telah diteliti adalah bagian output menurut teori respon butir, yang terdiri dari: kecocokan dengan model, tingkat kesukaran butir tes,

Penerapan model role playing dengan media gambar seri adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan menemukan jati diri