STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
oleh: Mu’iz Maghfur
( 04310142 )
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
oleh:
Mu’iz Maghfur ( 04310142 )
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Di ajukan kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
oleh: Mu’iz Maghfur
( 04310142 )
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
HALAMAN PERSETUJUAN
STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Mu’iz Maghfur
Nim: 04310142
Telah disetujui pada tanggal, 2 Januari 2009 Oleh:
Dosen Pembimbing
Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150311702
Ketua Jurusan PAI
Lembar Pengesahan
STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Dipersembahkan dan disusun oleh Muiz Maghfur (04310142)
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada tanggal 11 April 2009 dengan nilai B+
Dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 2 Mei 2009
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Ketua Sidang :________________ Triyo Supriyatno, M. Ag
Nip. 150 311 702 2. Sekretaris Sidang
Samsul Ulum, M. Ag :________________
Nip. 150 302 561 3. Pembimbing
Triyo Supriyatno, M. Ag :________________ Nip. 150 311 702
4. Penguji Utama
Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag :________________ Nip. 150 214 978
Mengesahkan:
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Basir dan Ibunda Susiati yang selama ini telah menyayangi serta membimbing dan mendidikku dengan penuh do’a, kesabaran dan kebijaksanaan, semenjak kecil sampai sekarang,
agar menjadi anak sholih yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga do’a serta amal
ibadahnya diterima Allah Swt.
” Ayahanda dan Ibunda tercinta, engkaulah pendidik pertama dan utama yang sangat berarti dalam hidupku”
Kakakku yang selalu memberikan motivasi serta arahan dalam menggapai harapan dan cita-cita luhur.
Para guru-guruku yang selalu mendo’akan dan membimbingku dari ketidak tahuan menjadi tahu
Semua sanak keluarga, terima kasih atas do’a dan nasehatnya kepadaku semoga berhasil dalam menggapai cita-cita
Sahabatku Ustadz-ustadzah dimanapun berada, saya selalu mengucapkan syukron katsiron
HALAMAN MOTTO
⌧
☺
⌧
⌧
⌧
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
(Q.S. al-Ahzab: 21)
1
1
Triyo Supriyatno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
HAL : Skripsi Mu’iz Maghfur Malang, 2 Januari 2009 Lamp : -
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Sesudah beberapa kali bimbingan, dan setelah membaca Skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Mu’iz Maghfur
NIM : 04310142
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak di ajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150 311 702
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 02 Januari 2009
Penulis
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrakhim
Al hamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat,
taufiq, hidayah serta nikmat-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Shalawat serta salam marilah selalu kita lantunkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullahi SAW. Yang telah
mengajarkan iman, ihsan dan ilmu serta akhlaq mulia kepada ummat.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini disusun dengan
melibatkan banyak pihak , baik perorangan atau kelembagaan. Oleh karena itu
ucapan terima kasih yang sedalam- dalamnya kami sampaikan kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara- saudaraku tersayang yang
telah memberikan do’a serta motivasi baik berupa muril maupun materiil.
2. Bpk Triyo Supriyatno, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang penuh
kesabaran dan keihlasan memberikan bantuan berupa ilmu, pengetahuan
dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat disusun dengan
3. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku dosen wali sekaligus ketua jurusan
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, saran-saran dan pengarahan dalam
pembuatan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. .M. Djunaidi Ghony, selaku dekan Fakultas Tarbiyyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
5. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rector Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang beserta setafnya.
6. Abah Drs. KH. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku kepala yayasan Masjid jami’
Quba’ Malang yang selalu menyayangi, mengasuh dan memberikan
motivasi serta ilmu, guna bekal bermasyarakat.
7. Kepada K.H. Hisyam Syafaat, K.H. Hasyim Syafaat, K.H. Ahmad
Khusyairi Syafaat. Terima kasih atas pendidikan dalam pesantren yang
telah diberikan kepadaku.
8. Para guru-guruku semua yang telah mendidikku dari ketidak tahuan
menjadi tahu, dengan penuh kesabaran.
9. Para Asatidz Masjid jami’ Quba’ yang memberikan pengajian untuk bekal
di akhirat kelak.
10.Sahabat-sahabati PMII, yang memberikan semangat juang dengan tangan
terkepal maju kedepan di dalam berorganisasi.
11.Teman-teman UKM Seni Relegius, yang sudah memberikan semangat di
12.Kepada semua pihak yang telah ikut membantu mensukseskan penulisan
skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis sampaikan kecuali “ Jaza kumullah
Ahsanal Jaza’”. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini,
banyak kekuran dan atau kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran konstruktif demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya dengan mohon rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, semoga skripsi
ini memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Amiin Yarobbal ‘Alamiin
Malang, 2 Januari 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN NOTA DINAS ... vii
HALAMAN PERNYATAAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
ABSTRAK ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Guru dalam Pendidikan ... 9
C. Tanggung Jawab Guru dalam pendidikan ... 13
D. Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan ... 13
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 24
B. Instrumen Penelitian ... 26
C. Sumber Data ... 27
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 28
E. Tehnik Analisis Data ... 29
BAB IV : HAKEKAT GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 32
B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam ... 36
C. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan Islam ... 40
BAB V : STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Standar Kompetensi ... 42
B. Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 42
1. Kompetensi Pedagogik ... 43
2. Kompetensi Kepribadian (personal-religius) ... 60
3. Kompetensi Profesional (profesional-religius) ... 80
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 106
ABSTRAK
Mu’iz Maghfur, Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri ( UIN ) Malang. Triyo Supriyatno, M.Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Islam, Kompetensi, Guru.
Guru mempunyai fungsi dan peran serta kedudukan yang sangat penting dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk mewujudkan Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradap.
Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar (dikdaktik), tetapi juga kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan pengetahuan yang dimiliki oleh murid-muridnya.
Berpijak dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah: (1) Bagaimana hakekat guru dalam perspektif pendidikan Islam (2) Apa standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam. Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah: (1) Mendiskripsikan hahekat guru dalam perspektif pendidikan Islam; (2) Mengetahui standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.
Dalam penulisan skripsi ini murni menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka tehnik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau dokumen.
Hasil analisis menunjukkan bahwa standar komptensi guru dalam perspektif pendidikan Islam sebagaimana di ungkapkan oleh Muhaimin, dalam bukunya yang berjudul ”Paradigma Pendidikan Islam”, dan Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Standar kompetensi dan sertifikasi guru” yang dikaji dari beberapa pakar intelektual muslim adalah: (1) kompetensi Kepribadian (personal-relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional
(profesional-relegius), dan; (4) kompetensi pedagogik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam meliputi: (1) kompetensi Kepribadian (personal-relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Guru mempunyai fungsi dan peran dan kedudukan yang sangat penting
dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk
mewujudkan Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia
yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradap.2
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya
dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau
kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan
pribadinya. Oleh karena itu wajar kalau orang tua ketika mau memasukkan
anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah, menanyakan siapa gurunya...?.3
Sehubungan dengan uraian diatas, seorang guru dituntut untuk memiliki
kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi
atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Seperti kompetensi
2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang
Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 1
3
pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang akan dibahas dalam
skripsi ini.4
Ketika kita memandang serta memahami seorang guru adalah seorang
pendidik profesional, pahlawan tanpa jasa. Karena secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak orang tua.5Dengan mengalih asuhkan anak-anak mereka
(orang tua) untuk diserahkan kepada seorang guru untuk di didik. Guru juga
sebagai potret ambigu, tapi selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan guru adalah salah satu
komponen pencipta peradapan.6
Pendidik dapat dibedakan menjadi dua ketegori, yaitu: (1) Pendidik
menurut kodrat, yaitu orang tua; (2) Pendidik menurut jabatan, ialah seorang guru.
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama,
karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (Ibunya) dengan
keadaan tidak berdaya. Sedangkan guru sebagai pendidik menurut jabatan
menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan
Negara. Tanggung jawab dari orang tua diteima guru atas dasar kepercayaan,
bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar
sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif, baik sebagai kelanjutan dari sikap dan
4
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7
5
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 39
6
sifat dari orang tua pada umumnya. Misalnya seperti kasih sayang kepada peserta
didik, tanggung jawab dan lain-lain.7
Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan sebutan ”Guru” (Gu
dan Ru), yang berarti ”digugu dan ditiru”. Dikatan digugu (dipercaya) karena
guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya guru memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatan ditiru
(diikuti), karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala
tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik
oleh peserta didiknya.8
Selain uraian yang telah dijelaskan di awal, seorang guru juga mempunyai
tanggung jawab yang berat, yakni guru wajib mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.9 Selain dalam dunia
pendidikan, seorang guru sebagai penerus perjuangan para nabi dan para utusan
Allah untuk memakmurkan bumi ini. Sebagaimana manusia diciptakan Allah
untuk mengemban amanat-Nya.10
☺
⌧
⌧
7
Fuad Ihsan, Dasar-dasarKependidikan (Jakarta: Penerbit Reneka Cipta, 2005), hal. 8
8
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, ILmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 90
9
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7
10
⌧
Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat [tugas-tugas keagamaan] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. al-Ahzab: 72).11
Pengertian ”amanat” dalam ayat diatas adalah tugas atau perintah Allah.
Peran yang dimainkan manusia menurut ayat tersebut adalah tidak berbeda
dengan peran yang dimainkan khalifah. Kenyataannya manusia memang memiliki
posisi unik di dunia ini. Peran yang dimainkan tidak sama dengan peran yang
dimainkan oleh makhluk lain. Manusia selalu dalam kondisi diuji oleh Allah,
yang sesungguhnya diberi kehormatan oleh Allah.12
Setelah melihat serta mengamati dari beberapa tugas dan tanggung jawab
seorang guru, maka Islam memberikan sesuatu penghargaan (posisi) bagi mereka
pengajar kebaikan, suatu kemulyaan. Sebagaimana sabda Nabi yang diceritakan
dari Abu Umamah AL-Bahili r.a. Nabi Saw bersabda:13
ﻰ
ﺔ ا
ﻰ
،
رﻷ
او
تاﻮ ا
هأو
ﻜﺋ و
ﷲا
نإ
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malakit-Nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut dilobangnya dan ikan hiu, mengucapkan
11
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1999), hal. 680
12 Abdur Rahman Shalih Abdullah,
Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an serta implementasinya (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), Cetakan 1. Hal. 76
13
Muhammad Abdullah Ad-duweisy. Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh
do’a kepada pengajar kebaikan kepada manusia. (H.R. At-Tirmidzi dan Darimiy).14
Alangkah tinggi derajat yang digapai oleh seorang guru, hingga Allah
bershalawat padanya, begitu juga malaikat-malaikat-Nya, begitu pula penduduk
langit dan bumi. Juga guru adalah pemilik prosentase keutamaan-keutamaan
terbesar. Dia termasuk penyeru kebaikan dan memulai sunnah yang baik. Lebih
dari itu, Ibnu maajah meriwayatkan dari hadits Sahal Bin Mu’adz Bin Anas dari
bapaknya, bahwa Nabi Saw bersabda:15
ﺎ اﺮﺟأ
ﺮﺟأ
ﺎ ا
)
ﺟﺎ
إ
اور
(
Artinya: Barang siapa mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala pelakunya. (H.R. Ibnu Majah).16
Berdasarkan pada deskripsi dalam latar belakang di atas, maka peneliti
memberi judul penelitian tentang ”Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam?
2. Apakah Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam ?
14
Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2685) dan darimi (289).
15
Ibid., hal. 14
16
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan hakekat guru dalam Perspektif Pendidikan Islam
2. Mengetahui Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian kepribadian dasar guru dalam perspektif
Pendidikan Islam. Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan keilmuan tentang Standar kompetensi guru
yang integral sebagai bekal menjadi seorang pendidik.
2. Bagi Pembaca
Dapat menjadi wacana keilmuan yang senantiasa bisa dibaca, dikaji oleh
pembaca pada umumnya, terutama bagi para kaum guru (pendidik) dan
kepada para calon guru yang memiliki minat pada kajian pendidikan,
khususnya kompetensi dasar guru dalam perspektif Islam, yang
selanjutnya diharapkan dapat diterapkan.
Sebagai acuan bahan reflektif dan konstruktif dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia, khususnya pengembangan khazanah keilmuan
Islam, yang didalamnya membahas Standar kompetensi guru dalam
perspektif Pendidikan Islam.
E. Ruang lingkup Pembahasan
Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi
ini lebih mengarah kepada standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan
Islam yang di dalamnya menyangkut empat kompetensi guru, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian (personal-religius), kompetensi profesional
(profesional-religius), kompetensi sosial (sosial-religius). Penulis sangat perlu
menyajikan penelitian ini, sebagai bahan wawasan sekaligus ilmu bagi para calon
guru atau guru pendidikan agama Islam khususnya, untuk mengantarkan diri
pribadi guru dan peserta didik menjadi manusia pari purna (insan kamil).
F. Sistematika Pembahasan
Dalam Skripsi ini, sistematika pembahasan yang akan dibahas meliputi
sebagai berikut:
BAB I : Adapun uraian dalam bab ini menjelaskan hal-hal yang meliputi:
Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian sistematika pembahasan. Dalam bab ini sifatnya
masih global, sedangkan pembahasan lebih rinci akan dibahas pada
BAB II : Bab ini merupakan bahan rujukan penelitian yang berisi mengenai
kajian pustaka tentang (1) Hakekat guru (2) Standar Kompetensi
Guru.
BAB III : Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, yang terdiri dari:
(1) Pendekatan dan jenis penelitian; (2) Instrumen penelitian; (3)
Sumber data; (4) Tehnik pengumpulan data; (5) Tehnik analisis data.
BAB IV : Membahas tentang analisis hakekat guru dalam perspektif
pendidikan Islam, yang terdiri dari: Pengertian, tugas dan tanggung
jawab guru dalam Pendidikan Islam.
BAB V : Standar Kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam, yang
meliputi: (1) Kompetensi Pedagogik; (2) Kompetensi Kepribadian
(personal-religius); (3) Kompetensi Profesional
(profesional-religius); (4) Kompetensi Sosial (sosial-religius). Bab ini juga
merupakan pengembangan dari bab sebelumnya untuk mencari
modus vivendy (titik temu) dari rumusan masalah yang menjadi
problema penulis.
BAB VI : Dalam bab ini berisi tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dan
saran yang bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah
dilakukan serta segala hasil yang telah dicapai bisa ditingkatkan lagi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas tentang pengertian guru, tugas dan tanggung
jawab guru dalam pendidikan, serta membahas standar kompetensi guru dalam
pendidikan.
A. Pengertian Guru serta Kedudukannya dalam Pendidikan 1. Pengertian Guru
Disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1), Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.17
2. Kedudukan Guru dalam Pendidikan
Sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat
(1), Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.18
17
Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 2
18
B. Tugas Guru dalam pendidikan
Disebutkan dalam SISDIKNAS pasal 39 ayat (1), Tenaga kependidikan
(guru) bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan.19
Jelas bahwa seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Sebagai
seorang guru, tentu saja pertama-tama harus bertanggung jawab kepada tugasnya
sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak-anak yang telah dipercayakan
kapadanya. Disamping itu, tidak boleh pula dilupakan tugas-tugas dan pekerjaan
lain yang memerlukan tanggung jawabnya.20
Menurut Uzer (1990) yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Hamzah mengatakan,
terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas Guru sebagai
profesi meliputi mendidik dalam meneruskan dan mengembangkan nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam
bidang kemanusiaan adalah meliputi bahwa guru disekolah harus dapat menjadi
orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya
mulai dari makhluk bermain (homoludens), sebagai mahluk remaja/berkarya
(homopither), dan sebagai makhluk berfikir/dewasa (homosapiens). Membantu
19 Undang-undang Republik Indonesia, SISDIKNAS (Bandung: Fokus Media, 2006
),hal. 21
20
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 142
peserta didik dalam mentrasformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap
dan membantu peserta didik dalam mengidentifikasi diri peserta itu sendiri. 21
Adapun tugas guru/pengajar dalam pendidikan, yaitu:22
1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran
a Tugas Manajerial
Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal
maupun eksternal.
1. Berhubungan dengan peserta didik
2. Alat perlengkapan kelas (material)
3. Tindakan-tindakan profesional
b Tugas Edukasional
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:
1. Motivasional
2. Pendisiplinan
3. Sangsi sosial (tindakan hukuman)
c Tugas Instruksional
Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:
1. Penyampaian materi
2. Pemberian tugas-tugas pada peserta didik
3. Mengawasi dan memeriksa tugas
2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher)
21
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi aksara, 2007), hal. 20
22
Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat
menantang dan merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa
aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara khusus,
tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran seabagai berikut:23
a Menilai kemajuan program pembelajaran
b Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik
belajar sambil bekerja (learning by doing).
c Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan alat-alat belajar.
d Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.
e Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik
f Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu
g Bertindak sebagai manusia sumber
h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari
i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada
peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi
ketergantungannya pada guru).
j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efesien untuk
mencapai hasil yang optimal.
23
C. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan
Setiap guru harus memenuhi peryaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidika.Guru sebagai pendidik bertanggung
jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya,
sehingga terjadi proses konservasi nilai. Adapun tanggung jawab guru dapat
dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini:24
1. Tanggung jawab moral
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan
4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
D. Standar Kompetensi Guru dalam Pendidikan
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and stone
(1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...descriptive of qualitative
nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful. Kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa: kompetensi merupakan prilaku
yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:” Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.”25
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen
penjelasan Pasal 10 ayat (1), Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.26
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik.27
Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.28
a. Kemampuan mengelola pembelajaran
Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu
mendapat perhatian yang serius. Freire menguraikan beberapa karakteristik
pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut:29
1. Guru mengajar, peserta didik diajar
2. Guru mengetahui segala sesuatu, peserta didik tidak tahu apa-apa.
25
Ibid., hal. 25
26 Undang-undang Guru dan Dosen
, Op.cit., hal. 7 27
Ibid., hal. 44
28
Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 75
29
3. Guru berfikir, peserta didik dipikirkan.
4. Guru bercerita, peserta didik mendengarkan
5. Guru menentukan peraturan, peserta didik diatur
6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menyetujui.
7. Guru berbuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui
perbuatan gurunya.
8. Guru memilih bahan dan pelajaran, peserta didik (tanpa diminta
pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.
9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan
jabatannya, yang ia lakukan untuk memghalangi kebebasan peserta didik.
10.Guru adalah subjek dalam proses belajar, peserta didik adalah objek
belaka.
Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga
fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
1. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta
memperkirakan cara pencapaiannya.
2. Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang
memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki
sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga
dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai dengan rencana atau tujuan yang
b. Pemahaman terhadap peserta didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki guru. Yang sedikitnya terdapat empat hal yang
harus dipahami guru dari muridnya, yaitu, tingkat kecerdasan, kreativitas dan
perkembangan kognitif siswa.
c. Perencanaan pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis
yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran.
Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program
pembelajaran.30
1. Identifikasi kebutuhan
Pada tahap ini, eloknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali,
menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang
tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan
bertujuan antara lain, untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik, agar
kegiatan belajar dirasakan sebagai sebagian dari kehidupan dan mereka
merasa memilikinya.31
2. Identifikasi Kompetensi
30
Mulyasa, Op.cit., hal. 100
31
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Gordon (1988: 109) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang
terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:32
a Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
b Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu.
c Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini, dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
e Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak
suka).
f Minat (interest); adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu
perbuatan.
Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik,
dan merupakan komponen pertama yang harus dirumuskan dalam
pembelajaran.
3. Penyusunan program pembelajaran
Penyusunan program pembelajan akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran
jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan
32
proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi
dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu
belajar dan daya dukung lainnya.33
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru sebagaimana
dirumuskan dalam SNP berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut
ditegaskan dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari
proses dialogis antara sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan
pemikiran kritis dan komunikatif.34
e. Pemanfaatan tehnologi pembelajaran
Abad 21 merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad
informasi, dan tehnologi. Karena pengetahuan, informasi dan tehnologi menguasai
abad ini, sehingga biasa disebut dengan era globalisasi. Penggunaan tehnologi
dalam pendidikan dan pembelajaran (e learning) dimaksudkan untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Yang dalam hal ini
guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan dan
mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang
dapat di akses oleh peserta didik.35
f. Evaluasi hasil belajar
33
Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 102
34
Ibid., hal. 103
35
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian
kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
benchmarking, serta penilaian program.36
g. Pengembangan peserta didik
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan
remedial, serta bimbingan dan konseling.37
2. Kompetensi Kepribadian
Dalam Undang-undang Guru dan dosen, dapat dilihat pengertian kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.38
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khusunya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya
dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau
kepribadian guru sangat dibutuhkan olen peserta didik dalam proses pembentukan
36
Ibid., hal. 108
37
Ibid., hal. 111
38
pribadinya. Oleh karena itu wajar kalau orang tua ketika mau memasukkan
anak-anaknya ke salah satu lembaga sekolah, menanyakan siapa gurunya.39
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.40
3. Kompetensi Profesional
Dalam undang-undang guru dan dosen disebutkan, kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.41
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.42
Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional dari berbagai sumber
yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan
disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:43
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan dengan baik , baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainnya.
39
E. Mulyasa, op.cit., hal. 117
40
Ibid., hal. 117
41
Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44
42
E. Mulyasa, op.cit., hal. 135
43
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
4. Kompetensi Sosial
Dalam undang-undang guru dan dosen Pasal 10 ayat (1), disebutkan yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.44 Sebagaimana
juga dikutip oleh (Mulyasa: 2008) dalam Standar Nasional Pendidikan di
jelaskan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagaian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. 45
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas
dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru
dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama kaitannya
44
Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44
45
dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah, tetapi juga
pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat, juga guru diharapkan
dapat bergaul baik dengan masyarakat. 46
Di kutip oleh Ahmad Budisusilo. Dalam masyarakat umum, guru adalah
tetap merupakan satu sosok atau figur yang mampu memberi inspirasi, penggerak
dan pembimbing dalam kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ini tidak lepas
dari status guru sebagai panutan bagi siswa siswinya disekolah yang secara
mendalam melekat dalam dirinya, dan lebih luas figur itu dianggap sebagai
‘panutan’ pula bagi masyarakat umum disekitarnya. Tentu saja ini berpengaruh
pada kuatnya sorotan dan kontrol masyarakat pada segala tindak tanduk seorang
guru termasuk kepribadiannya. Kondisi ini mau tidak mau membuat guru harus
mendudukkan dirinya sebagai figur yang tidak bias seenaknya bertingkah laku
dan bermasyarakat. Perilaku dan kepribadian guru sudah terlanjur diberi label baik
dan bermoral yang patut diteladani oleh lapisan masyarakat tidak hanya didepan
para siswanya tetapi juga masyarakat umum. Seringkali seorang guru
dimasyarakat diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua RT/RW, penjabat
kepanitiaan tertentu yang bersifat kenegaraan seperti pemilu atau sejenisnya, dan
jabatan jabatan lainnya. Masyarakat percaya guru patut dan mampu melaksanakan
itu semua karena kredibilitas umum figur guru yang sudah berlabel baik47
Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa
kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,
yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
46
Ibid., hal. 173
47
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
b. Menggunakan tehnologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bogdan dan Taylor,
sebagaimana dikutip oleh moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.48
Menurut Imron Arifin, penelitian kualitatif pada hakektnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.49
Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu.50 Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan
untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun
kelompok.51
48
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hal. 3
49
Imron Arifin (ed), Peneliian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Social Dan Keagamaan
(Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 22
50
Mudji Santoso, Hakekat, Peran, Dan Jenis-Jeis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke-Iv, Dalam Imron Arifin (ed), penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu social dan keagamaan (malang: Kalimasahada, 1996), hal. 13
51
Nana syodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Program pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 60.
jadi penelitian deskriptif, tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan ”apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau
keadaan.52
Setelah gejala, keadaan, variabel, gagasan di deskripsikan, kemudian
penulis menganalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan
atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam
skripsi ini bersifat kualitatif, dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk
menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara
kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh penulis, yaitu tentang standar
kompetensi guru dalam pendidikan Islam, yang bersumber dari undang-undang
SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang
Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1).
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah library research atau penelitian kepustakaan. Muhajir membedakan studi
pustaka menjadi dua, yaitu: Pertama, studi pustaka yang memerlukan olahan uji
kebermaknaan empiric dilapangan; Kedua, adalah kajian kepustakaan yang lebih
memerlukan olahan filosofik dan teoritik dari pada uji empiric.53
52 Suharsimin Arikunto,
Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993 ), hal. 310
53
B. Instrumen Penelitian
Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah
manusia sebagai instrumen atau alat. Moleong, mengatakan bahwa kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan
pada akhirnya, ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.54
Imron Arifin mengatakan bahwa manusia sebagai instrumen, berarti
merupakan instrumen kunci (key instrument) guna menangkap makna, interaksi
nilai, dan nilai lokal yang berbeda, dimana hal ini tidak mungkin di ungkapkan
lewat kuesioner.55 Namun demikian, instrumen penelitian kualitatif selain
manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya sebagai pendukung tugas peneliti
instrumen.56
Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai
instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data dalam
berupaya mencapai wawasan imajinatif. Pada dunia sosial, responden, peneliti
diharapkan fleksibel dan reflektif, tetapi tetap mengambil jarak. Konsekuensi dari
pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif par excellence merupakan
observasi partisipatoris ”pengamatan terlibat”.57
Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana,
pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data yang terdapat
54
Lexi J. Moleong, op.cit., hal. 121
55
Imron Arifin (ed.), Op.cit., hal. 5
56 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
Pedoman Penulisan Skripsi
(tk: t.p, 2006), hal. 59
57
dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3),
dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1),
untuk di komparatifkan ke dalam pendidikan Islam. Dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitian.
C. Sumber data
Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan komponen yang sangat
penting, sebab tanpa adanya sumber data, maka penelitian tidak akan berjalan.
Sumber data adalah subjek dari mana data itu bisa diperoleh. Untuk itu, dalam
penelitian ini penulis menggunakan personal document sebagai sumber data
dalam penelitian kualitatif ini. Personal document adalah dokumen pribadi, disini
adalah catatan atau karangan seseorang seara tertulis mengenai tindakan,
pengalaman dan kepercayaannya.58
1. Sumber Data Primer
Yang dimaksud dengan data primer adalah karya-karya yang ditulis sendiri
oleh tokoh yang diteliti.59Yakni undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun
2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI
No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), Mulyasa ”Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru” (2008), Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan
Islam” (2008), hal.115 Muhaimin dan Abdul Mujib, ”Pemikiran Pendidikan
Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya” (Bandung:
58
Ahmad Sonhaji, Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam Penelitian kualitatif, Dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan
(Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 82
59
Trigenda Karya, 1993), hal. 173. Yang di dalamnya membahas tentang
standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.
2. Sumber Data Sekunder
Yang dimaksud dengan sumber data sekunder adalah karya-karya pemikir
yang secara intelektual tidak terjadi kontak, tetapi ada kesamaan tema-tema
pemikiran yang dikembangkannya sebagai sampel dari Hadi superno, Fazlur
Rahman, Jalaluddin rahmat dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah bahan-bahan
pustaka yang berupa karya-karya atau buku-buku para tokoh dan pemerhati
pendidikan Islam yang ada relevansinya dengan teori standar kompetensi guru
dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat
(3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10
ayat (1). Misalnya seperti: Al-Ghazali ”Ihya’ ’ulumuddin”, Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakkir ”Ilmu Pendidikan Islam” (2006), Mulyasa ”Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru” (2008), Abdullah Nashih Ulwan ”
Tarbiyatul Aulad fi al-Islam” (Pendidikan Anak Dalam Islam) (1999), Drs.
Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan Islam” (2008), dan lain
sebagainya.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka
tehnik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah
sebagainya, yang berhubungan dengan topik dan tokoh yang diakji. Langkah ini
biasanya dikenal dengan metode dokumentasi. Suharsimi berpendapat bahwa
metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
leger, agenda dan sebagainya.60
Tehnik ini digunakan oleh penulis dalam rangka mengumpulkan data yang
berhubungan dengan arah pemikiran undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun
2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No.
14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), tentang standar kompetensi guru, untuk ditarik
dan dikolaborasikan kepada konsep standar kompetensi guru Pendidikan Islam.
Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data tersebut.
E. Tehnik Analisis Data
Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka
tehnik analisa yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman,
mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau
dokumen.61
Mengutip Barelson, M Zainuddin mengatakan bahwa tehnik analisis isi
adalah tehnik analisis untuk mendiskripsikan data secara obyektif, sistematis, dan
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 206
61
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan
isi komunikasi yang tampak.62 Artinya, data kualitatif tekstual yang diperoleh
dikategorikan dengan memilih data sejenis, kemudian data tersebut dianalisa
secara kritis untuk mendapatkkan suatu informasi.
Data kualitatif tekstual yang diperoleh akan dipilah-pilah untuk kemudian
dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya
secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi yang konkrit dan memadai.
Menurut Nasution, analisa data adalah proses menyusun data agar dapat
ditafsirkan.63 Dalam pembahasan atau pengolahan data dalam skripsi ini, peneliti
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Metode Induksi, yaitu penyimpulrataan; metode penalaran untuk mencapai
suatu kesimpulan mengenai semua anggota kelas yang tidak diperiksa dalam
suatu kelompok, setelah menyelidiki sebagaian saja dari mereka.64 Dalam
bahasa Indonesia Induksi diartikan dengan karangan ilmiah yang disusun
berdasarkan data empirik yang diperoleh dari lapangan.65 Metode ini
merupakan alur pembahasan yang berangkat dari realita-realita yang bersifat
khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari realita-realita
yang konkrit itu ditarik secara general yang bersifat umum.66
2. Metode Deduksi, yaitu metode penyimpulrataan; penarikan kesimpulan dari
yang berbentuk umum ke bentuk khusus, dimana kesimpulan itu dengan
62
M. Zainuddin, Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal.11-12
63
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 126
64
Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Penerbit Arkola, 1994), Hal. 252.
65
Samlawi Azhari, Imam Suyitno, Cermat Berbahasa Indonesia ( Malang: STIE kucecwara, 2000), Hal. 59
66
sendirinya muncul dari satu atau beberapa premis.67 Dalam bahasa indonesia
deduksi/deduktif diartikan dengan suatu metode ilmiah yang disusun
berdasarkan kajian teoritis (pustaka) mengenai suatu topik.68 Metode ini
merupakan akar pembahasan yang berangkat dari realitas yang bersifat umum
kepada sebuah pemaknaan yang bersifat khusus.69
3. Metode Komparasi
Menurut Barnadib, yang dimaksud dengan studi komparatif adalah
usaha-usaha untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dari data atau fakta
pendidikan tertentu.70
Metode komparatif dalam bahasa ini dilakukan dalam rangka melihat
bagaimana konsep standar kompetensi guru dalam undang-undang
SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan
undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), dan
konsep Standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.
4. Metode Diskriptif
Metode diskriptif ini digunakan untuk memecahkan serta menjawab persoalan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, analisa data, memuat kesimpulan
dan laporan, dengan tujuan membuat penggambaran tentang suatu keadaan
secara objektif dalam deskriptif situasi.71
67
Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, op.cit., hal. 95
68
Samlawi Azhari dan Imam Suyitno, op.cit., hal. 59.
69
Sutrisno Hadi, Op.cit., hal. 42
70 Imam Barnadib,
Pemikiran Tentang Metode Pada Pendidikan (Yogyakarta: IKIP, 1985), hal. 7
71
BAB IV
HAKEKAT GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Guru Serta Kedudukannya Dalam Pendidikan Islam
Subyek Pendidikan atau yang lazim disebut sebagai ”pendidik”,
sebagaimana dijelaskan W.J.S Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.
Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris kata pendidikan sering
kita jumpai seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang
berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah.72
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim
dan muaddib. Kata ustadz yang berarti teacher (guru), profesor (gelar akademik),
jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair. Adapun kata mudarris
berarti teacher (guru), instructur (pelatih) dan lecture (dosen). Sedangkan kata
mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructur (pelatih), trainer (pemandu).
Selanjutnya, kata muaddib berarti educator pendidik atau teacher in Koranic
School (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur’an).73
Selanjutnya kita mengikuti petunjuk Al-Qur’an tentang seorang pendidik.
Akan di jumpai informasi, bahwa yang menjadi seorang pendidik itu secara garis
besarnya ada empat. Pertama, adalah Allah SWT. Sebagai guru, Allah
menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan akhirat.
Karena itu merka harus memiliki etika dan pengetahuan untuk mencapai tujuan
72 Samsul Ulum, Triyo Supriyatno,
Tarbiyah Qur’aniyyah (Malang: UIN Press, 2006). Hal. 61
73
Ibid., hal. 62
tersebut. Allah mengirim para Nabi yang patuh dan tunduk kepada kehendak-Nya.
Para Nabi menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia, ajaran yang
diterima umat manusia itu dapat memberikan petunjuk mengenai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.74
Selanjutnya yang kedua, sebagai guru menurut al-Qur’an adalah Nabi
Muhammad Saw. Sejalan dengan pembinaan yang dilakukan oleh Allah SWT
terhadap Nabi Muhammad Saw; Allah juga meminta beliau agar membina
masyarakat, dengan perintah untuk berdakwah (Q.S. al-Mudatsir, 74: 1-10). Di
lanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkannya kepada manusia (Q.S.
al-Mulk, 67:2). M.Quraish Shihab, 1992:172, yang dikutip oleh Samsul Ulum dan
triyo Supriyatno mengatakan, Mensucikan dapat di identikkan dengan mendidik,
sedangkan mengajar tidak lain kecuali adalah mengisi benak anak didik dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisik dan fisik.75
Yang Ketiga adalah orang tua, al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat yang
dimiliki oleh orang tua sebagai guru, yaitu memiliki hikmah atau kesadaran
tentang kebenaran yang di peroleh melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada
Allah Swt, suka menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Swt,
memerintahkan anaknya agar menjalankan shmedia, puasa, sabar dalam
menghadapi penderitaan (Q.S. al-Lukman, 31: 12-19). Dan sebagai pendidik
keempat adalah orang lain, informasi al-Qur’an tentang hal ini dapat dilihat dalam
surat al-Kahfi, 18: 60-82. Dengan demikian dalam al-Qur’an ada empat yang
74
Ibid., hal. 66
75
dapat menjadi pendidik atau guru, yaitu Allah SWT, Para Nabi, kedua orang tua
dan orang lain.76
AL-Ghazali mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai kata seperi,
al-mualim (guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), dan al-walid
(orang tua).77Dalam konteks Pendidikan Islam ”pendidik/ guru” menurut Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, sering disebut dengan istilah Murabbi, Mu’allim,
Muaddib, Mudarris, dan Mursyid. Kelima istilah tersebut mempunyai tempat
tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks
Islam, disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui gelarnya,
seperti istilah ustadz dan al-syaikh.78 Pengertian masing-masing istilah tersebut,
yaitu sebagai berikut:
a. Murabbi adalah orang yang mendidik dan mempersiapkan peserta didik
agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan mala petaka bagi dirinya.
b. Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi, serta implementasi (amaliah).
c. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan
berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan
76
Ibid., hal. 68
77
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Hal. 172
78
mereka, serta melatih keterampilan sesui dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
d. Muaddib adalah orang yang mampu manyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradapan yang berkualitas dimasa
depan.
e. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang
melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan
hasil kerja, serta sikap continuous improvement.
f. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi peserta
didiknya.
Adapun pengertian pendidik menurut istilah yang lazim di gunakan di
masyrakat, telah di kemukakan oleh ahli pendidikan. Ahmad Tafsir, (1984:74)
misalnya mengatakan bahwa pendidik dalam pendidikan Islam sama dengan teori
barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik.79
Istilah guru sebagaimana di jelaskan oleh Hadari Nawawi, (1989: 123)
adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau
di kelas. Secara lebih khusus lagi, Ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang
berkerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab
dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.80
79
Samsul Ulum, Triyo Supriyatno, op.cit., Hal. 62-63
80
B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam
Tugas seorang guru dijelaskan oleh S. Nasution yang dikutip oleh Samsul
Ulum dan Triyo Supriyatno dan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
Pertama, sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan
tugasnya ini maka seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang bahan yang akan diajarkan. Tuntutan ini harus dibarengi dengan
kompetensi guru, jenjang akademik, penyediaan fasilitas, perbaikan nasib guru
dan peningkatan kesejahteraan hidup, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Kedua, guru sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang di
ajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga guru tersebut menjadi model atau contoh nyata
dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut. Titik tekannya pada bidang
studi akhlak, keimanan dan kebersihan. Ketiga, selain guru sebagai model, Ia juga
sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya
atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.81
Firman Allah SWT:
….
Artinya: Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia.
(Q.S. ali- Imran: 187).82
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ﺔ أ
ﻮ و
اﻮ
)
يرﺎ
اور
(
Artinya: sampaikanlah dariku meski sekedar satu ayat. (H.R. Bukhary).83
81
Ibid., hal. 64-65
82
Depag RI. Op.cit., Hal. 109
83
Tugas guru dalam ayat lain firman Allah:
☺
☺
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. ali Imran: 104).84
Ayat ini Jelas menerangkan tentang tanggung jawab setiap insan,
khusunya kepada para pengajar untuk selalu menyampaikan sesuatu yang ma'ruf
yaitu segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Dan menjauhkan diri
serta peserta didik dari yang munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita
dari pada-Nya.85
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa, tugas pendidik
yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta
membawa hati manusia (peserta didik) untuk taqarrub ila Allah (mendekatkan
diri kepada Allah).86 Dalam pandangan Islam, secara umum guru juga bertugas
mendidik, yaitu mengupayakan seluruh potensi anak didik, yang meliputi potensi
kognitif, afektif, dan psikomotorik.87
Ada beberapa pernyataan tentang tugas pendidik/ Guru, yaitu:
a. Mengetahui karakter murid
84
Depag RI. op.cit., hal. 93
85
Ibid., hal. 93
86
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002). Hal. 44
87
b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang
yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
c. Guru harus mengamalkan ilmunnya, jangan berbuat berlawanan dengan
ilmu yang diajarnnya.
Al-Ghazali menjelaskan tugas pendidik, yang dapat disimpulkan dengan
ilmu yang diajarkannya.88
a Mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan kawajiban
” Adapun syarat bagi seorang guru, ia layak menjadi ganti Rasulullah saw,
dialah sebenar-benarnya alim (berilmu, intelektual). Tapi tidak mesti
tiap-tiap orang yang alim itu layak menempati kedudukan sebagai pengganti
rasul Saw itu”.89
Dengan demikian, seorang guru hendaknyya menjadi wakil dan pengganti
Rasulullah Saw yang mewarisi ajaran-ajarannya dan memperjuangkan
dalam kehidupan masyarakat disegala penjuru dunia, demikian pula harus
mencerminkan ajaran-ajarannya, sesuai dengan akhlak Rasulullah.90
b Menjadi teladan bagi anak didiknya.
Imam Al-Ghazali mengatakan:
”Seorang guru itu harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang memiliki mata kepala adalah lebih banyak”.91
88
Ibid., hal. 180
89
Ibid., hal. 180
90
Ibid., hal. 180
91