• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kuartet (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kuartet (1)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PSIKOLOGI EKSPERIMEN LANJUTAN PRAKTIKUM I

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU KUARTET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT KOSAKATA

BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS 3 SDN CIBEUSI,

JATINANGOR

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Eksperimen Lanjutan

Disusun oleh

Kelompok 7D

1. Hasna Thohiroh 190110150015 2. Salsha Nandhita 190110150027 3. Selvia Ernas 190110150067 4. Aziza Luthfi Mufida 190110140101

Pembimbing: Lucia Voni Pebriani, S.Psi., M.Psi.

Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Jatinangor

(2)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kuartet Terhadap Kemampuan Mengingat Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor” ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan media kartu kuartet terhadap kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor. Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat menjadi informasi bagi guru dalam menyusun pengajaran yang efektif dan efisien bagi siswa-siswinya dalam menguasai Bahasa Inggris. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu menggunakan media kartu kuartet untuk mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, khususnya kepada:

1)

Dosen pembimbing kami, yang telah membimbing peneliti dalam penelitian dan penulisan laporan penelitian dari awal hingga akhir.

2)

Pihak dari sekolah SDN Cibeusi, Jatinangor yaitu Bapak Jeje, Ibu Ida, Ibu Ila, Ibu Tita, dan Ibu Nisrina yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil data.

3)

Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran angkatan 2015, khususnya kelompok 7 eksperimen lanjutan yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan masih memiliki banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Maka dari itu, penulis membutuhkan kritik serta saran dari semua pihak. Penulis juga berharap akan ada penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan ini.

(3)
(4)

3.2 Rancangan Penelitian...18

3.5 Populasi dan Sampling...22

(5)

LAMPIRAN 1 – INFORMED CONSENT...37

LAMPIRAN 2 – INSTRUKSI...39

LAMPIRAN 3 - KARTU UNTUK KELOMPOK EKSPERIMEN...43

LAMPIRAN 4 - KARTU UNTUK KELOMPOK KONTROL...44

LAMPIRAN 4 – SOAL KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL...45

LAMPIRAN 5 – DATA SKOR EKSPERIMEN DAN KONTROL...46

LAMPIRAN 6 – DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN...49

(6)

Tabel 1 Uji Normalitas...27 Tabel 2 Uji Mann Whitney 28

DAFTAR LAMPIRAN

(7)

Instruksi 37 Kartu Kuartet 42

Alat ukur untuk Kelompok Eksperimen dan Kontrol 45

Data Skor Kelompok Eksperimen dan Kontrol...46 Dokumentasi 49

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Sejak lahir, manusia telah dianugerahi Tuhan memiliki kemampuan berbahasa. Manusia hadir ke dunia sudah melakukan kemampuan bahasanya melalui tangisan. Tangisan bayi merupakan salah satu bentuk bunyi bahasa. Melalu bahasalah manusia berkomunikasi, mengembangkan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, serta menunjukkan kebudayaannya.

Dunia manusia dipenuhi dengan simbol-simbol. Ketidakhadiran simbol membuat manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Dalam Teori Interaksionisme Simbolik yang dikemukaan oleh Herbert Mead, dua hal penting yang menandai kehidupan manusia adalah interaksi dan simbol. Simbol yang selalu dipakai oleh manusia kebanyakan adalah bahasa. “Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita.” (DeVito, 1997 : 119). Bahasa memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sosial. Kosakata bahasa sangat penting sebagai pondasi awal untuk belajar bahasa. Pemahaman mengenai kosakata sebaiknya dilakukan sejak usia dini.

(9)

bahwa kini Bahasa Inggris telah masuk di setiap aspek kehidupan masyarakat modern. Hal ini diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat.

Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa (Depdikbud, 1995:1). Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat di ajarkan di sekolah dasar bilamana dianggap perlu oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan dan di dukung dengan adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak diwajibkan dilaksanakan oleh sekolah dasar melainkan diselenggarakan untuk muatan lokal. Adapun pelaksanan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai pelajaran muatan lokal dititikberatkan pada penguasaan kosakata siswa sekolah dasar yang diajarkan pada pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menyenangkan, mengingat pelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa.

Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar merupakan muatan lokal menurut Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Kapuskurbuk) Kemendikbud yaitu Ramon Mohandas. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah, termasuk keunggulan daerah. Hasil pengamatan suatu penelitian, pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar selama ini masih bersifat konvesional. Dalam mengajar guru hanya mengandalkan metode ceramah secara klasikal. Guru kurang menggunakan media pendukung selain buku. Metode pembelajaran seperti ini kurang memenuhi prinsip pembelajaran yang efektif dan kurang memberdayakan potensi siswa. Kegiatan belajar mengajar seharusnya mampu mengoptimalkan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang ada.

(10)

masa emas untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Berbicara bahasa asing selain bahasa ibu, tidak hanya dapat membuat anak-anak lebih mudah berkomunikasi, juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak secara positif. Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak pada usia 2-7 tahun sedang berada pada tahap preoperational. Pada tahap ini, anak mulai dapat mengklasifikasikan objek yang memiliki karakteristik yang sama. Selain itu pada tahap ini anak telah mampu menggunakan simbol-simbol untuk menambah informasi mereka. Kemampuan anak pada usia sekolah dasar dalam proses kognitif, kreativitas, dan divergent thinking berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil riset teknologi brain imaging di University of California, Los Angeles, secara biologis usia sekolah dasar merupakan waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa asing.

Berdasarkan hal di atas, baik guru maupun siswa di sekolah dasar memerlukan adanya inovasi media pembelajaran. Inovasi media pembelajaran tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru perlu memberikan pengalaman pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik agar anak merasa senang dan tertarik untuk belajar Bahasa Inggris yang ucapan-ucapan dan tulisannya masih asing bagi mereka. Untuk memberikan pengalaman pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik diperlukan kreativitas guru dalam memanfaatkan dan merancang sumber-sumber pembelajaran.

(11)

Kesulitan untuk menuliskan kosakata Bahasa Inggris juga sering terjadi pada siswa kelas tiga SDN Cibeusi, Jatinangor.

Menurut fenomena di atas, penulis ingin mengetahui apakah penggunaan simbol berupa gambar yang sesuai dengan kosakata pada kartu kuartet dapat membantu siswa kelas tiga SDN Cibeusi, Jatinangor untuk mengingat kosakata Bahasa Inggris. pembelajaran yang efektif. Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada media yang dapat membantu siswa sekolah dasar untuk menambah kosakata bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris dalam bentuk kartu kuartet. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang penulis rumuskan adalah “Apakah terdapat pengaruh penggunaan media kartu kuartet terhadap kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor?”

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data empiris mengenai pengaruh penggunaan media kartu kuartet terhadap kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor.

1.3.2 Tujuan

(12)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan dan kontribusi mengenai bahasan masalah ini, yaitu cara menambah kosakata baru melalui media kartu kuartet. Dengan membantah atau membuktikan ada atau tidaknya pengaruh penggunaan media kartu kuartet terhadap peningkatan kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi bagi guru dalam menyusun pengajaran yang efektif dan efisien bagi siswa-siswinya dalam menguasai Bahasa Inggris. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu menggunakan media kartu kuartet untuk mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris.

1.5 Kerangka Berpikir Penelitian

Informasi datang dari stimulus berupa stimulus visual. Stimulus tersebut diterima oleh sistem sensori, yaitu vision. Stimulus yang datang mengakibatkan adanya atensi subjek terhadap stimulus tersebut. Atensi subjek akan terbagi dua, yaitu melihat gambar dan membaca kosakata Bahasa Inggris yang terdapat pada kartu kuartet. Menurut bottleneck theory, atensi akan membatasi informasi yang masuk ke sistem sensori yang kemudian akan di proses di dalam otak. Informasi yang telah masuk melalui sistem sensori kemudian akan disampaikan ke otak. Proses

Melihat gambar objek

Alat Indera (gambar visual)Non verbal Pemberian

Informasi Penglihatanran nAtensi Encoding

Membaca

kosakata Verbal (tulisan)

Rehearsal

(13)

pertama penyimpanan informasi yang diterima dari lingkungan melalui sistem sensori akan disimpan dalam sensory memory. Setelah itu akan masuk pada working memory, di mana informasi tersebut akan hilang dalam waktu sekitar 30 detik jika tidak ada pengulangan terhadap informasi tersebut. Pengulangan informasi tersebut biasa disebut dengan rehearsal.

Pada dasarnya terdapat tiga tahap yang terjadi dalam proses memori, yaitu encoding, storage, dan retrieval. Tahap pertama terjadilah proses yang dinamakan encoding, yaitu proses pengkodean suatu stimulus atau informasi yang kita peroleh dari lingkungan, dalam encoding ini terjadi suatu proses yang disebut dengan transduksi yakni pengubahan stimulus menjadi kode-kode tertentu. Secara umum ada dua metode encoding yang dilakukan yaitu melalui asosiasi verbal dan gambaran visual. Kedua metode tersebut dikenal dengan sebutan Dual Coding Theory (DCT). Encoding menggunakan asosiasi verbal adalah mengingat sebuah kata dengan cara memberikan makna pada kata tersebut. Sedangkan metode dengan gambaran visual adalah proses menyimpan informasi dengan cara menggambarkan secara visual hal yang terkait informasi tersebut (membayangkan hal yang terkait dengan informasi).

Menurut Fergus Craik dan Robert Lockhart dalam levels-of-processing approach (1972), informasi yang memiliki makna dan diproses lebih dalam seperti adanya proses berpikir akan lebih mudah untuk diingat kembali. Dalam pendekatan ini, terdapat dua faktor yang memudahkan untuk kembali mengingat. Yaitu distinctiveness atau perbedaan stimulus dan elaboration atau keterkaitan dengan stimulus lainnya. Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan memori kita. Pada penelitan ini, penulis menggunakan strategi mnemonics using imagery untuk mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris.

(14)

Selanjutnya tahap terakhir disebut dengan retrieval yang merupakan tahap pemanggilan kembali atau proses di mana kita menemukan kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan kembali saat informasi tersebut diperlukan. Dalam penelitian ini retrieval yang digunakan yaitu prosess recall dan recognition. Menurut Hillgard (1975) recall adalah proses mengingat kembali informasi yang sudah dipelajari sebelumnya tanpa petunjuk yang secara langsung dihadapkan organisme sementara recognition yaitu proses mengenali kembali suatu informasi yang sudah dipelajari sebelumnya melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.

1.6 Hipotesis Penelitian

Penggunaan media kartu kuartet meningkatkan kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor.

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Kartu Kuartet 2.1.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar informasi. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan sebagai manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan kepada anak didik dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media (Djamarah dan Zain, 2006:136-138). Begitu juga Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain:

1. Dapat menghindari terjadinya verbalisme, 2. Membangkitkan minat atau motivasi, 3. Menarik perhatian,

4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, 5. Mengaktifkan siswa dalam belajar, dan

(16)

2.1.2 Kartu Kuartet

Menurut KBBI, kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk berbagai keperluan; hampir sama dengan karcis. Sedangkan kuartet menurut Purwadarminta (dalam medisty 2013:2) kelompok, kumpulan dan sebagainya yang terdiri dari empat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kartu kuartet merupakan kertas tebal seperti karcis yang berkelompok “empat-empat”. Sekamelang (dalam Medisty 2013: 2) menjelaskan bahwa kartu kuartet adalah sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar yang dari kartu bergambar tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut. Biasanya tulisan judul gambar ditulis paling atas dari kartu dan tulisannya lebih diperbesar atau dipertebal. Sedangkan tulisan gambar, ditulis dua atau empat baris secara vertikal di tengah-tengah antara judul dan gambar itu biasanya ditulis dengan tinta berwarna. Ukuran dari kartu ini biasanya beragam, ada yang berukuran kecil, dan ada yang berukuran sedang. Jumlah kartu dalam kartu kuartet ada 48 lembar kartu, berarti memiliki 12 judul yang masing-masing 4 buah kartu.

Kartu kuartet dapat diartikan sebagai suatu kumpulan kertas yang berbentuk persegi panjang dikumpulkan sebanyak empat menjadi satu kesatuan. Namun kartu kuartet lebih dikenal sebagai suatu bentuk permainan kartu yang dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain, dan sangat populer dikalangan anak-anak. Gambarnya pun bermacam-macam mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk pengetahuan.

2.2 Kemampuan Mengingat

(17)

menurut Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990), ingat berarti berada dalam pikiran, tidak lupa dan timbul kembali dalam pikiran. Sedangkan mengingat adalah ingat akan sesuatu hal, memperhatikan, memikirkan dan menilik dengan pikiran. Menurut Myers (2006) ingatan adalah proses penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya baik yang berupa pengalaman masa lalu, pengetahuan maupun pemikiran. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengingat adalah kemampuan untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya. Daya ingat pada manusia terdiri dari dua jenis, yaitu working memory dan long-term memory. Ahli psikologi kognitif mengidentifikasi tiga proses yang terlibat dalam ingatan, yaitu encoding, storage, dan retrieval.

2.2.1 Encoding

Encoding adalah pemrosesan informasi dan representasi suatu informasi ke dalam memori (Einstein & McDaniel, 2004). Encoding dijelaskan sebagai proses bagaimana informasi disimpan di dalam memori. (Feldman, 2003). Menurut Fergus Craik dan Robert Lockhart dalam levels-of-processing approach (1972), informasi yang memiliki makna dan diproses lebih dalam seperti adanya proses berpikir akan lebih mudah untuk diingat kembali. Dalam pendekatan ini, terdapat dua faktor yang memudahkan untuk kembali mengingat. Yaitu distinctiveness atau perbedaan stimulus dan elaboration atau keterkaitan dengan stimulus lainnya. Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan daya ingat kita. Level of proceessing yang lebih dalam akan memudahkan dalam me-recall item-item yang ditugaskan untuk diingat (Craik dan Lockhart, 1972).

(18)

Retrieval atau mengingat kembali merupakan rangkaian dari proses menyimpan memori yang dipengaruhi oleh proses encoding. Encoding dalam informasi tersebut dapat mempengaruhi retrieval dari memori (Zeelenberg, 2005). Encoding dijelaskan sebagai proses bagaimana informasi disimpan di dalam memori adalah mengingat sebuah kata dengan cara memberikan makna dari kata tersebut atau secara umum dapat dijelaskan sebagai proses menyimpan sebuah informasi dengan memberikan makna pada informasi tersebut. Sedangkan metode dengan gambaran visual adalah proses menyimpan informasi dengan cara menggambarkan secara visual hal yang terkait informasi tersebut (membayangkan hal yang terkait dengan informasi).

Metode encoding ini banyak diteliti karena dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan memori. Paivio menjelaskan dalam tulisannya bahwa dual coding theory ini banyak digunakan untuk meningkatkan pemerolehan informasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memori terhadap gambar secara konsisten memiliki nilai lebih dibandingkan dengan memori secara verbal (Standing, 1973).

(19)

oleh Shephard menunjukkan superioritas gambar yang lebih banyak dapat dikenali dalam proses recognition.

2.2.2 Storage

Storage adalah proses untuk menyimpan data yang terkode di bagian otak. Proses ini juga sering disebut dengan retention, yaitu proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Penyimpanan informasi ini sudah termasuk pada kategorisasi informasi yang akan diingat. Sistem penyimpanan ini sangat penting dalam proses mengingat. dan akan memengaruhi jenis memori. Tidak semua informasi akan disimpan oleh sistem ini. Penyimpanan ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu lamanya waktu antara encoding hingga retrieval dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan antara encoding hingga retrieval.

2.2.3 Retrieval

(20)

kemunculan stimulus yang sama dengan yang disajikan sebelumnya, sehingga objek dapat mengenali.

2.2.4 Working Memory

Working memory atau pernah populer dengan sebutan short-term memory adalah memory jangka pendek untuk jumlah materi yang terbatas. Working memory hanya dapat menjaga sedikit dari item-item aktif dan mudah untuk diakses, sehingga manusia dapat menggunakannya untuk bermacam-macam tugas kognitif (Baddeley, 2007; Baddeley et al., 2009; Hassin, 2005; Pickering, 2006b). Menurut Atkinson dan Shiffrin, working memory ini akan lemah dan menghilang dalam waktu 30 detik jika tidak ada pengulangan.

Working memory menekankan pada jenis informasi yang berguna untuk saat itu juga, dan memilih informasi dari banyak informasi yang tersedia. (Brown, 2004; Cowan, 2005). Working memory dapat dengan cepat memeriksa pengetahuan yang dimiliki mengenai kata-kata, tata bahasa, dan konsep, sehingga dapat dengan mudah untuk memahami makna kata. Dalam desain memory Atkinson dan Shiffrin, working memory adalah gerbang untuk masuknya item-item yang diingat menuju long-term memory.

2.2.5 Mnemonics Using Imagery

(21)

Penelitian menunjukkan bahwa imagery akan efektif ketika item yang di-recall terlihat memiliki hubungan satu sama lain Carney & Levin, 2001; McKelvie et al., 1994).

Salah satu alasan mengapa strategi ini membantu adalah bahwa visualization mnemonics lebih menarik dan memotivasi untuk diingat (Herrmann et al., 2002). Dalam metode keyword, kita akan mengidentifikasi kata yang terdengar mirip dengan kosakata baru yang akan dipelajari. Kemudian kita akan membuat gambaran yang berhubungan dengan makna dari kata baru. Penelitian terhadap metode keyword ini memperlihatkan bahwa strategi ini dapat membantu siswa yang mencoba untuk belajar kosakata baru Bahasa Inggris, atau kosakata dalam bahasa asing yang lain (Carney & Levin, 2001, 2011; Hermann et al., 2002; Worthen & Hunt, 2011).

2.3 Kosakata

2.3.1 Pengertian Kosakata

Kosakata merupakan salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata diartikan sebagai perbendaharaan kata. Selain itu, Rahayu (1999: 6) menyatakan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bahasa dalam suatu lingkungan. Dowdowski (1982: 1454)) menyatakan bahwa:

1. Kosakata merupakan keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

2. Kosakata adalah keseluruhan kata yang tersedia baik kosakata aktif yang digunakan oleh pembaca dan penulis maupun kosakata pasif yang digunakan oleh pembaca dan pendengar.

(22)

mengacu pada konsep tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu dan digunakan untuk memberi dan menerima informasi.

2.3.2 Kosakata Bahasa Inggris

Vocabulary (kosakata) adalah perbendaharaan kata yang berarti semua kata yang digunakan dalam Bahasa Inggris. Vocabulary (kosakata) harus dikuasai agar mudah dalam menggunakan Bahasa Inggris, baik pembuatan kalimat maupun percakapan. Vocabulary (kosakata) adalah salah satu komponen Bahasa Inggris yang memiliki peran penting dalam memahami bacaan dan mengungkapkan semua ide dalam bentuk tulisan atau pengucapan. Vocabulary (kosakata) seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap menjadi bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.

2.4 Sekolah Dasar

(23)

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten atau kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten atau kota.

2.4.1 Tahapan Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, pada usia 2-7 anak sedang berada pada tahap preoperational stage. Pada tahapan ini anak mulai dapat merepresentasikan dunia dengan kata-kata, gambar, dan simbol-simbol lainnya serta menghubungkan informasi sensori dan aksi fisik. Anak mulai memiliki kemampuan untuk membangun dalam pikirannya apa yang harus dilakukan. Dalam tahap ini, terdapat satu keterbatasan yaitu centration. Centration adalah memusatkan perhatian pada satu karakteristik dengan mengesampingkan karakteristik lain. Selain itu, pada tahap ini anak juga mulai memliki kemampuan conservation, yaitu kesadaran anak bahwa mengubah bentuk dari sebuah objek, tidak mengubah sifat dasarnya seperti berat dan massa.

(24)

imagery. Anak mengembangkan visual memory, namun masih membuat keputusan sesuai dengan pengaruh sensori, bukan bahasa.

BAB III

(25)

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimental. Pendekatan ini merupakan suatu pengamatan objektif mengenai fenomena yang dibuat di dalam situasi kontrol yang ketat, di mana satu variabel atau lebih dimanipulasi dan variabel lainnya dibuat tetap atau konstan (Christensen, 2004). Pengolahan data hasil eksperimen menggunakan metode statistik sebagai alat bantu sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai apakah terdapat pengaruh signifikan dari suatu perlakuan (treatment) tertentu.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah between participants posttest only design. Between participants posttest only design adalah sebuah desain penelitian dimana partisipan secara acak ditugaskan menjadi dua kelompok karena ada perlakuan kontrol dan eksperimen. Kedua kelompok tersebut akan diberi test setelah treatment diberikan.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel merupakan setiap karakteristik atau fenomena yang dapat bervariasi di dalam organisme, situasi, ataupun lingkungan (Christensen, 2011: 30)

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang dapat dimanipulasi oleh peneliti (Christensen, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan media kartu kuartet yang berisi gambar dan tulisan sebanyak empat kali dalam kartu yang berbeda namun bertema sama pada kelompok eksperimen. Dan tulisan tanpa gambar dan pengulangan pada kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis variasi presence versus absence.

(26)

Kartu kuartet adalah sejenis permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar yang dari kartu bergambar tersebut tertera keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut.

3.3.1.2 Definisi Operasional

Kartu kuartet dalam penelitian ini adalah kartu yang berisi gambar dan empat buah kosakata yang berada dalam tema yang sama yang berukuran 9.3 cm x 6.3 cm. Kartu ini kemudian digunakan untuk menghafal kosakata baru dalam Bahasa Inggris. Kartu kuartet akan diberikan kepada kelompok 2 sebagai kelompok eksperimen.

3.3.2 Variabel Dependen

Dependent variable merupakan variabel yang dirancang untuk mengukur efek atau pengaruh yang muncul akibat independent variable (Christensen, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris.

3.3.2.1 Definisi Konseptual

Kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris adalah proses penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya baik yang berupa pengalaman masa lalu, pengetahuan maupun pemikiran (Myers, 2006).

3.3.2.2 Definisi Operasional

(27)

3.4 Kontrol Penelitian

Kontrol penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengurangi efek dari extraneous variable. Menurut Christensen (2007), extraneous variable adalah variabel-variabel lain selain independent variable yang dapat memengaruhi dependent variable. Variabel tersebut harus dikontrol agar penelitian dapat mencapai internal validity.

3.4.1 Variabel Terkontrol

Variabel terkontrol adalah variabel selain independent variable dan dependent variable yang dapat dikontrol oleh eksperimenter. Penelitian ini memiliki sejumlah variabel terkontrol, yaitu:

1. Alat ukur yang digunakan

Penulis mengontrol alat ukur yang digunakan dengan cara menggunakan alat ukur yang sama untuk semua subjek penelitian. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan peneliti adalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai kosakata Bahasa Inggris yang telah diberikan sebelumnya pada kartu kuartet. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berbentuk isian singkat dan menjodohkan. 2. Instruksi

Penulis menyampaikan instruksi yang sama kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. History

(28)

4. Durasi Penelitian

Peneliti memberikan waktu untuk menghafal kosakata Bahasa Inggris selama 7 menit. Kemudian memberikan waktu 7 menit dalam pengisian soal yang telah diberikan.

3.4.2 Variabel Tidak Terkontrol

Variabel tidak terkontrol adalah variabel yang tidak diketahui dan tidak dapat dikendalikan oleh eksperimenter, baik kapan dan pada kartu kuartet yang diberikan sulit.

3. Minat Partisipan

(29)

3.5 Populasi dan Sampling 3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor yang berjumlah 107 anak.

3.5.2 Teknik Sampling (chance) yang sama pada anggota populasi yang memenuhi kriteria untuk menjadi kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Keuntungan dari teknik sampling ini adalah prosedur yang mudah dan sederhana, sedangkan kekurangan dari teknik sampling ini adalah dibutuhkannya daftar seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria.

3.5.3 Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang dibutuhkan dengan margin of error dan confidence interval sebesar 90% dari populasi.

n=N 1+N e2

n: jumlah sampel N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Dengan menggunakan rumus Slovin:

n = 107 / ( 1 + Ne² ) = 107 / (1 + 107 x 0,1²) = 51,69 » 52.

(30)

3.6 Alat Ukur

3.6.1 Alat Ukur Utama

1. Pertanyaan berupa isian singkat dan menjodohkan 2. Kartu kuartet

Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah data rasio.

3.7.2 Hipotesis Statistik

H0: Rata-rata skor kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris kelompok eksperimen tidak lebih tinggi dari kelompok kontrol H1: Rata-rata skor kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris

kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol

3.7.3 Uji Statistik

(31)

3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Tahap Persiapan

1. Peneliti menentukan masalah yang akan diteliti.

2. Peneliti mencari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

3. Peneliti menentukan subjek yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik penelitian.

4. Peneliti menentukan desain penelitian yang digunakan. 5. Peneliti menyiapkan media penelitian yang digunakan. 6. Peneliti menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.

7. Peneliti memilih partisipan penelitian dari populasi dengan menggunakan metode random sampling.

8. Peneliti melakukan tryout penggunan kartu kuartet sebagai media dalam mengingat kosakata baru dengan tujuan mengetahui rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengingat kosakata baru dalam Bahasa Inggris.

9. Peneliti menentukan waktu dan tempat pengambilan data.

10. Peneliti menghubungi subjek terkait waktu dan tempat pengambilan data serta pemberian informed consent kepada partisipan yang bersedia.

11. Peneliti menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

3.8.2.1 Pengambilan Data Kelompok Kontrol

1. Partisipan masuk ke dalam ruangan penelitian, kemudian duduk di kursi yang telah disediakan.

2. Instruktur memberikan arahan kepada partisipan. 3. Intruktur menyiapkan media, alat ukur dan stopwatch. 4. Instruktur memberikan tiga kartu tanpa gambar berisi

empat kosakata Bahasa Inggris dan artinya dalam Bahasa Indonesia pada masing-masing kartu.

5. Partisipan dipersilakan untuk memulai menghafal kosakata yang terdapat dalam kartu (diberi batasan waktu 7 menit, namum tidak diberitahukan kepada partisipan).

(32)

7. Partisipan diminta untuk mengisi lembar pertanyaan.

8. Partisipan mengumpulkan lembar pertanyaan setelah selesai mengisi lembar pertanyaan.

9. Peneliti memberikan reward kepada partisipan.

10. Setelah penelitian selesai, partisipan dipersilakan meninggalkan ruang penelitian.

3.8.2.2 Pengambilan Data Kelompok Eksperimen

1. Partisipan masuk ke dalam ruangan penelitian, kemudian duduk di kursi yang telah disediakan.

2. Instruktur memberikan arahan kepada partisipan. 3. Intruktur menyiapkan media, alat ukur dan stopwatch. 4. Instruktur memberikan dua belas kartu kuartet berisi

empat kosakata Bahasa Inggris dan artinya dalam Bahasa Indonesia pada masing-masing kartu.

5. Partisipan dipersilakan untuk memulai menghafal kosakata yang terdapat dalam kartu (diberi batasan waktu 7 menit, namum tidak diberitahukan kepada partisipan). 6. Setelah partisipan selesai menghafal kosakata, partisipan

diberi lembar pertanyaan.

7. Partisipan diminta untuk mengisi lembar pertanyaan. 8. Partisipan mengumpulkan lembar pertanyaan setelah

selesai mengisi lembar pertanyaan.

9. Peneliti memberikan reward kepada partisipan.

10. Setelah penelitian selesai, partisipan dipersilakan meninggalkan ruang penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

(33)

4.1.1 Data yang Diperoleh

Pengolahan statistik dimulai dengan melakukan pengujian normalitas data.

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Total_Eksperimen .161 30 .046 .905 30 .011

Total_Kontrol .158 30 .053 .932 30 .056

a. Lilliefors Significance Correction

4.1.2.1 Data Kelompok Eksperimen a. Hipotesis

H0 :Data skor total kelompok eksperimen berdistribusi normal. H1 :Data skor total kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. b. Statistik Uji

KS Total Eksperimen = 0,161; p-value = 0,046 SW = 0,905; p-value = 0,011

c. Kriteria uji

Jika p-value (sig) < 0,10 maka H0 ditolak.

Karena p-value dengan metode KS 0,046 < 0,10 maka H0 ditolak. Sedangkan p-value dengan metode SW 0,011 < 0,10 maka H0 ditolak. d. Kesimpulan

(34)

4.1.2.2 Data Kelompok Kontrol a. Hipotesis

H0 : Data skor total kelompok kontrol berdistribusi normal H1 : Data skor total kelompok kontrol tidak berdistribusi normal b. Statistik Uji

KS = 0,158; p-value = 0,053 SW = 0,932; p-value = 0,056 c. Kriteria uji

Jika p-value (sig) < 0,10 maka H0 ditolak.

Karena p-value dengan metode KS 0,046 < 0,10 maka H0 ditolak. Sedangkan p-value dengan metode SW 0,011 < 0,10 maka H0 ditolak. d. Kesimpulan

Dengan taraf nyata α=10%, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, dengan demikian data skor total kelompok kontrol tidak berdistribusi normal

4.1.3 Uji Mann Whitney

Tabel 2 Uji Mann-Whitney

Test Statisticsa

Skor_Total

Mann-Whitney U 305.000

Wilcoxon W 770.000

(35)

Asymp. Sig. (2-tailed) .031

b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.

a. Hipotesis

H0 : Rata-rata skor mengingat kosakata Bahasa Inggris pada kelompok eksperimen tidak lebih tinggi dari kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada kelompok kontrol

H1 : Rata-rata skor mengingat kosakata Bahasa Inggris kelompok eksperimen lebih tinggi dari kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada kelompok kontrol

b. Statistik Uji

Mann Whitney = 305.000; z = -2,151; p-value = 0,016 c. Kriteria uji

Jika p-value (sig) < 0,10 maka H0 ditolak.

Karena p-value dengan metode Mann Whitney 0,016 < 0,10 maka H0 ditolak.

(36)

Dengan taraf nyata α=10%, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, dengan demikian kesimpulan yang didapatkan yaitu rata-rata skor mengingat kosakata Bahasa Inggris kelompok eksperimen lebih tinggi dari kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada kelompok kontrol.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS 22 dengan uji Mann Whitney, didapatkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil uji Mann Whitney, secara statistik didapatkan nilai p-value 0.0016 < 0.1 maka H0 ditolak dimana

artinya rata-rata skor mengingat kosakata Bahasa Inggris kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol. Dimana kelompok kontrol memiliki rata-rata skor sebesar 7.13 dan kelompok eksperimen memiliki rata-rata skor sebesar 9.73.

Berdasarkan data tersebut dan juga hasil pengolahan statistika dengan uji Mann Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dimana kelompok eksperimen memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sehingga diperoleh hasil bahwa penggunaan media kartu kuartet meningkatkan kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor. Hal ini menunjukan bahwa pemberian stimulus visual berupa gambar objek yang akan dihafal dalam kartu kuartet mempunyai pengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengingat kosakata Bahasa Inggris.

(37)

kata tersebut sedangkan metode dengan gambaran visual adalah proses penyimpanan informasi dengan cara menggambarkan secara visual terkait informasi tersebut. Teori ini mengatakan bahwa asosiasi verbal dan gambaran visual memudahkan manusia dalam mengingat kata. Hal ini ditunjukkan melalui pemberian gambar dan kata pada kartu kuartet kelompok eksperimen yang menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol.

Pemrosesan stimulus verbal dan nonverbal dengan cara mengasosiasikan keduanya merupakan salah satu cara yang termasuk dalam elaborasi. Elaborasi kedua stimulus ini menyebabkan pemrosesan stimulus dengan lebih dalam, sehingga hal ini dapat memudahkan siswa pada kelompok eksperimen dalam mengingat kembali apa yang sebelumnya ditugaskan untuk diingat.

(38)

kosakata Bahasa Inggris yang mengharuskan partisipan untuk menjodohkannya dengan arti kata Bahasa Indonesia yang telah penulis sediakan di sebelah kanannya. Berdasarkan data yang penulis dapat 42 partisipan mengatakan soal tipe pertama (A) lebih sulit dikarenakan mereka harus menuliskan kosakata bahasa inggris dengan tepat. Sedangkan sebanyak 43 partisipan mengatakan soal tipe kedua (B) lebih mudah dikarenakan siswa hanya diminta untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan metode eksperimental yang telah peneliti laksanakan diperoleh bahwa terdapat perbedaan skor kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada data kelompok kontrol dengan skor kemampuan mengingat kosakata Bahasa Inggris pada kelompok eksperimental dengan partisipan penelitian yaitu siswa kelas 3 SDN Cibeusi, Jatinangor.

5.2 Saran

(40)

bagian ini peneliti memberikan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Saran terbagi atas dua hal, yaitu saran metodologis dan saran praktis.

5.2.1 Saran Metodologis

Dalam penelitian ini, terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal metode maupun penyajian informasi. Oleh karena itu, kekurangan-kekurangan tersebut perlu diperhatikan sebagai upaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya.

Pertama, sebaiknya waktu pengambilan data dilaksanakan sebelum waktu istirahat yaitu sekitar pukul 07.00-09.30 WIB karena pada waktu tersebut siswa kelas 3 masih fokus belajar, sehingga hasilnya optimal. Kedua, jumlah sampel diperbanyak agar hasil penelitian semakin reliable. Ketiga, pada saat debrief, gunakan pemilihan kata yang tepat agar jawaban partisipan tergali sempurna.

5.2.2 Saran Praktis

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Christensen, Larry. (2007). Experimental Methodology 10th edition.

Pearson Education, Inc : USA.

Myers, David G. (2009). Psychology in Modules 9th edition. Duffield:

Worth Publishing

Matlin, Margaret W. (2013). Cognition 8th Edition: Hoboken, NJ: Wiley & Sons, Inc.

Nolen-Hoeksema, S., Fredrickson, B., Loftus, G., Wagenaar, W. et al. (2009). Atkinson & Hilgard’s Introduction to Psychology, 15th Edition. Cengage Learning: UK

Ratih Astipuri, Efektifitas Brain Gym Meningkatkan Vocabulary Pada

Anak (September 19, 2011).

http://eprints.ums.ac.id/9306/1/F100060070.pdf

Santrock, John W. (2011). Child Development 13th edition. New York:

(42)

Sekolahdasar.net. (2012, 2 November). Anak Usia SD Adalah Masa Emas Belajar Bahasa. Diperoleh 17 Maret 2017, dari http://www.sekolahdasar.net/2012/11/anak-usia-sd-adalah-masa-emas-belajar.html#ixzz2eq2S5zVF

(43)

LAMPIRAN 1

(44)

LAMPIRAN 2

INSTRUKSI

(45)

Selamat pagi adik-adik. Perkenalkan nama kakak, kak _______ dan ini kak ________. Sebelum dimulai, sekarang adik-adik membawa alat tulis masing-masing ya, boleh pensil atau pulpen. setelah itu duduk sendiri- sendiri ya. (Menunggu)

“Selanjutnya kakak akan menjelaskan hari ini kita akan ngapain, kakak-kakak hari ini ingin mengajak adik-adik semua untuk belajar menghafal kosakata bahasa inggris. Cara belajar menghafal kosakata bahasa inggris kali ini yaitu menggunakan kartu kwartet.

“Adik-adik tahu bentuk kartu kwartet?” (dibagiiin satu-satu yang transportasi, dan ditunjukan)

“Bisa dilihat ya, di contoh yang dibagikan. Di dalam kartu kwartet, terdapat tema yang ditulis di bagian atas (ditunjuk), gambar (ditunjuk) dan 4 kotak yang bertuliskan kosakata (ditunjuk). Perbedaan warna pada kartu menunjukkan perbedaan tema, jadi satu tema memiliki warna kartu yang sama, misal tema transportasi warnanya kartunya biru, maka biru semua, dan tema lain berwarna lain”

“Pada kartu kwartet yang kita pergunakan sekarang, kosakata dituliskan dalam bentuk seperti ini: kata yang atas adalah bahasa inggris dan yang bawah adalah terjemahan bahasa indonesianya. Gambar yang ada pada kartu, kosakatanya adalah yang berwarna lebih gelap”

“Misalnya, apa tema kartu ini? Apa kosakata bahasa inggris/indonesianya? gambar apakah pada kartu pertama? Apa kosakata bahasa inggrisnya? Apa kosakata bahasa indonesianya? (sambil menunjuk pada kartu )

(perhatikan wajah-wajah mereka)

“Semuanya sudah mengerti? kalau ada yang belum dimengerti boleh ditanyain” (tunggu 10 detik)

(46)

“Selanjutnya kakak-kakak akan mengambil kartu contoh dan membagikan kartu yang perlu adik-adik hafalkan. Cara memegang kartunya adalah dengan ditumpuk semua kartunya seperti ini (ditunjukkan) lalu digenggam dengan kedua tangan, jika telah dibaca maka kartu dipindahkan ke bagian belakang tumpukan kartu. Jadi setelah menghafal ini kakak akan memberikan soal, maka adik adik menghafal yang serius ya”

(perhatiin muka-mukanya paham ngga, selain instruktur juga merhatiin)

“Semuanya sudah paham?” (dijawab: sudah)

“Kalau begitu, adik-adik, kita akan mulai menghafal bersama-sama dan selesai bersama-sama ya, berapa lama waktu untuk menghafalnya tidak kaka beri tahu, jadi gunakan waktu untuk menghafal sebaik mungkin ya, jangan berisik dan menganggu temannya ya”

“Jadi, tugas kalian adalah? (menunggu siswa menjawab) Nah iya, menghafal kosakata dan tema. Baik, kita mulai sekarang!)

(Observasi)

“Waktu habis, silakan kartunya ditutup dan diletakkan diatas meja, (kakak-kakak ambil dan bagikan soal) kakak-kakak akan mengambilnya dan membagikan soal untuk dikerjakan”

“Semuanya sudah mendapat soal? Jika sudah selesai boleh mengacungkan tangan, ya.”

Silakan dikerjakan

(observasi)

(47)

Selamat pagi adik-adik. Perkenalkan nama kakak, kak _______ dan ini kak ________. Sebelum dimulai, sekarang adik-adik membawa alat tulis masing-masing ya, boleh pensil atau pulpen. setelah itu duduk sendiri- sendiri ya. (Menunggu)

“Selanjutnya kakak akan menjelaskan hari ini kita akan ngapain, kakak-kakak hari ini ingin mengajak adik-adik semua untuk belajar menghafal kosakata bahasa inggris. Cara belajar menghafal kosakata bahasa inggris kali ini yaitu menggunakan kartu” (dibagikan contoh kartunya)

“Bisa dilihat ya, di contoh yang dibagikan. Di dalam kartu ini, terdapat tema yang ditulis di bagian atas (ditunjuk), 4 kotak yang bertuliskan kosa kata (ditunjuk). Perbedaan warna pada kartu menunjukkan perbedaan tema, misal transportasi warnanya kartunya biru, tema lain berwarna lain. Pada kartu yang kita pergunakan sekarang, kosa kata dituliskan dalam bentuk seperti ini: kata yang atas adalah bahasa inggris dan yang bawah adalah terjemahan bahasa indonesianya.”

“Misalnya, apa tema kartu ini?, Apa kosakata bahasa inggris/indonesianya? apa kosakata bahasa inggrisnya kereta? Apa kosakata bahasa indonesianya?

(perhatikan wajah-wajah mereka)

“Semuanya sudah mengerti? kalau ada yang belum dimengerti boleh ditanyain” (tunggu 10 detik)

“Semuanya sudah mengerti?” (dijawab: sudah)

“Selanjutnya kakak-kakak akan mengambil kartu contoh dan membagikan kartu yang perlu adik-adik hafalkan. Cara memegang kartunya adalah dengan ditumpuk semua kartunya seperti ini (ditunjukkan) lalu digenggam dengan kedua tangan, jika telah dibaca maka kartu dipindahkan ke bagian belakang tumpukan kartu. Jadi setelah menghafal ini kakak akan memberikan soal, maka adik adik menghafal yang serius ya”

(48)

“Semuanya sudah paham?” (dijawab: sudah)

“Kalau begitu, adik-adik, kita akan mulai menghafal bersama-sama dan selesai bersama-sama ya, berapa lama waktu untuk menghafalnya tidak kaka beri tahu, jadi gunakan waktu untuk menghafal sebaik mungkin ya, jangan berisik dan menganggu temannya ya”

“Jadi, tugas kalian adalah? (menunggu siswa menjawab) Nah iya, menghafal kosakata dan tema. Baik, kita mulai sekarang!)

(Observasi)

“Waktu habis, silakan kartunya ditutup dan diletakkan diatas meja, (kakak-kakak ambil dan bagikan soal) kakak-kakak akan mengambilnya dan membagikan soal untuk dikerjakan”

“Semuanya sudah mendapat soal? Jika sudah selesai boleh mengacungkan tangan, ya.”

Silakan dikerjakan

(49)

LAMPIRAN 3

(50)
(51)
(52)

LAMPIRAN 4

(53)

LAMPIRAN 5

(54)

LAMPIRAN 5 – DATA SKOR EKSPERIMEN DAN KONTROL

Total skor masing-masing individu dari setiap kelompok didapatkan dari seluruh jumlah soal yang dijawab benar pada lembar soal (alat ukur).

(55)

20 1 9

21 7 3

22 7 9

23 11 11

24 12 8

25 10 11

26 10 0

27 13 6

28 8 9

29 9 9

30 13 2

(56)
(57)
(58)

Gambar

Tabel 1 Uji Normalitas
Tabel 2 Uji Mann-Whitney

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Hasil penelitian adalah: (1) Adat istiadat terdiri atas tradisi wasiat, amanat, pantangan, dan akibat; (2) Dinamika masyarakat terdiri atas perubahan teknologi, mata

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari penilaian pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penalaahan usulan program pada sub bab ini menguraikan kajian usulan program dan kegiatan dari masyarakat yang merupakan kegiatan jaring aspirasi masyarakat terkait kebutuhan

Dalam proses penyusunannya, Rencana Kerja (Renja) Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2020, juga mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang

73 3 Pola tanam pembenihan kerapu cantang di BPBAP Situbondo 74 4 Pola tanam kegiatan pembesaran kerapu cantang di KJA BPBAP Situbondo 76 5 Kandungan nutrisi pakan ikan

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Profsionalisme,