• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SDP 1205743 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SDP 1205743 Chapter3"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada hakikatnya “suatu ungkapan yang hakiki berkaitan dengan dasar filosifis yang berkaitan erat dengan ontology suatu penelitian untuk menjawab pertanyaan, alangkah baikmya peneliti mencari masalah yang berkaitan dengan realitas penelitian yang biasanya dijabarkan dalam bahasan penelitian”. Darmadi (2011, hlm. 22)

Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Sukardi 2013, hlm. 3) “Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi sebuah kondisi dimana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain”. Dengan kata lain Metode penelitian adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan dipergunakan oleh peneliti dalam rangka memperoleh data yang diperlukan dan dipergunakan dengan permasalahan yang diselidiki.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam ini Subroto dkk. (2014, hlm. 5) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan tujuan untuk memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tertentu. Penelitian tindakan memfokuskan kajiannya pada masalah-masalah khusus dalam lingkungan tertentu, dapat dilakukan di organisasi masyarakat, lembaga-lembaga swasta dan pemerintahan, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga kesehatan masyarakat, dan lain-lain. Karena itu, penelitian tindakan dapat diartikan pula sebagai penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.

Adapun manfaat Penelitian Tindakan kelas menurut Subroto dkk. (2014, hlm. 7) adalah sebagai berikut:

(2)

2. Melatih guru untuk lebih kreatif di dalam mengembangkan kurikulum ditingkat sekolah dan kelas;

3. Partisipasi guru secara aktif ditambah dengan kemampuan reflektifnya dalam upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada gilirannya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru; 4. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran, sebab dengan tumbuhnya

budaya meneliti melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara berkesinambungan, berarti para guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin mandiri, percaya diri, dan semakin berani mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal baru atau melakukan inovasi yang diduga akan memberikan perbaikan dan peningkatan. Dengan demikian, pengetahuan yang dibangunnya dari pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori, yaitu teori tentang praktek.

Tujuan yang penulis buat berdasarkan pemaparan di atas mengenai penelitian tindakan kelas, bahwa tujuannya adalah memperbaiki kinerja serta kualitas pembelajaran Pendidikan Jasmani disekolah, agar lebih baik dalam menunjang pendidikan di Indonesia.

Proses PTK yang akan dilakukan yaitu dengan upaya mengembangkan nilai kerjasama dan kelincahan melalui aktivitas permainan galah asin dalam berbagai variasi dan memodifikasi baik peraturan permainan maupun jumlah pemainnya, sehingga anak dapat meningkatkan kerjasama dan kelincahan. Untuk itu peneliti berharap dengan memodifikasi peraturan dan jumlah pemain dalam permainan galah asin akan lebih meningkatkan siswa menjadi aktif. Dengan memberikan perlakuan kepada siswa melalui aktifitas permainan tradisional galah asin maka dilakukan tes dengan menggunakan Tes Right Boomerang Run, sehingga dapat diketahui perbedaan dari pemberlakuan. Adapun beberapa tindakan mulai dari tingkatan yang mudah hingga tingkatan yang sulit. Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai kerjasama dan kelincahan siswa melalui pendekatan permainan tradisional galah asin.

(3)

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukannya, dan memperbaiki kondisi tindakannya itu. Menurut Darmadi, H (2011, hml. 246) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal adanya empat langkah penting, yaitu: (1). Perencanaan (planning) (2). Aksi atau tindakan (Action) (3). Observasi (Observing) (4). Refleksi (reflecting)”, atau disingkat PAOR. Lebih jelasnya disajikan pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

PTK Model Kemmis (dalam Darmadi, 2011, hlm. 249)

B. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat yang di ajukan untuk penelitian ini adalah SD Negeri 2 Cisitu Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta yang ada di lokasi dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Respon siswa dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani masih rendah, karena banyak siswa yang kurang dalam bekerjasama dengan timnya.

b. Siswa tidak memanfaatkan fasilitas sekolah saat waktu istirahat seperti lapangan tidak digunakan untuk bermain atau bermain bola. c. Dilingkungan masyarakat siswa banyak yang tidak membantu orang

tua dan gotong royong dimasyarakat. 2. Waktu penelitian

Merencanakan ((Planning)

Melakukan Tindakan

(action) Mengamati

(Observing) Refleksi

(4)

Waktu penelitian dilakukan kurang lebih satu bulan dan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran pendidikan jasmani disekolah tempat melaksanakan penelitian dan pihak yang terkait. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik di sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Hari Tanggal Waktu Siklus Tindakan

1 Selasa 23 Agustus 2016 10.00 Siklus 1 Tindakan 1 2 Selasa 30 Agustus 2016 10.00 Siklus 1 Tindakan 2 3 Selasa 06 September 2016 10.00 Siklus 2 Tindakan 1 4 Selasa 13 September 2016 10.00 Siklus 2 Tindakan 2

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Cisitu 2 Kota Bandung dengan usia antara 11 tahun yang berjumlah 29 orang siswa, yang terdiri dari siswa perempuan 17 orang dan 12 siswa laki-laki. Alasan pemilihan subjek ini adalah bahwa berdasarkan hasil observasi awal dalam pembelajaran permainan tradisional didapatkan permasalahan siswa dalam pembelajaran penjas yaitu kerjasama dalam satu tim dan kelincahannya masih kurang, sehingga harus di kembangkan dalam pembelajaran penjas.

C. Prosedur Penelitian

(5)

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan. Tindakan 1 dan 2

Refleksi Pelaksanaan

Tindakan 1 dan 2. Perencanaan Pengamatan

Ulang

Refleksi

Gambar 3.2

Model Elliot (dalam Darmadi 2011, hlm. 250)

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus berikutnya dilakukan penelitian terhadap nilai kerjasama dan kelincahan melalui pemberian evaluasi. Siklus akan dikatakan berhasil apabila penelitian telah menapai target sesuai indicator kinerja. Langkah-langkah dalam siklus ini terdiri dari:

Siklus 1

Pada pelaksanaan setiap siklus, terdapat 2 tindakan pembelajaran/pertemuan, dimana kegiatan yang dilakukan adalah:

Siklus I Tindakan I dan II

1) Perencanaan

SIKLUS 1

(6)

Pada tahap ini peneliti dan observer menentukan suatu perencanaan tindakan dengan langkah-langkah berikut:

a. Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan pembelajaran, dan materi pokok.

b. Mempersiapkan media pembelajaran sesuai denggan materi yang akak dilakukan.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam RPP tersebut peneliti menyusun tindakan yang dilakukan dalam sebuah siklus.

d. Memilih dan menyusun serta menetapkan teknik pengumpulan data penelitian yaitu dengan menggunakan lembar observasi/tes, catatan lapangan, dan rekaman foto.

2) Pelaksanaan

Dalam proses pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai actor (guru) yang terjun langsung untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan permainan galah asin dalam mengembangkan nilai kerjasama dan kelincahan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu: a. Guru menjelaskan permainan galah asin yang terdiri dari:

 Cara bermain galah asin  Bentuk lapangan galah asin

 Berapa ukuran lapangan galah asin  Jumlah pemain

 Cara mendapatkan poin

 Peraturan permainan galah asin

b. Guru membuat rancangan permainan galah asin dengan berbagai variasi, dari tingkatan yang mudah sampai ke tingkatan yang sulit. c. Guru menjelaskan makna nilai kerjasama dan gerak kelincahan yang

akan diraih dan di capai oleh siswa.

(7)

e. Guru mengamati pelaksanaan bermain galah asin siswa dengan mengutamakan terbentuknya nilai kerjasama dan gerak kelincahan siswa, dari bentuk penyerangan dan pertahanan level 1vs2 dan 2vs2. f. Guru memperluas daerah lapangan permainan galah asin dan

mengamati skor yang dicapai dengan waktu yang dibatasi misalnya siswa mampu melewati garis pertahan dengan waktu 3 menit.

g. Guru melakukan jeda permainan apabila ada siswa yang diam atau takut untuk melewati garis dan siswa yang tidak mau membantu temannya.

h. Guru menjelaskan makna kerjasama dan gerak kelincahan dengan membahas pengaruh kerjasama terhadap kehidupan diluar kelas.

i. Guru menjelaskan tes kelincahan untuk bergerak kesegala arah dengan mudah.

j. Guru menjelaskan pelaksanaan tes apabila ada bunyi pluit siswa lari sampai ditiang atau cons maka siswa harus selalu belok kanan.

k. Guru mengevaluasi dan menjelaskan semua yang dipelajari siswa tentang bermain galah asin dan membahas makna kerjasama dalam kehidupan sehari-hari diluar sekolah atau kelas.

3) Pengamatan

Kegiatan pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan bersama dengan kegiatan pembelajaran. Untuk mempermudah pelaksanaan pengamatan, penulis dibantu oleh observer (guru mata pelajaran pendidikan jasmani atau teman sejawat) yang akan mengamati kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat. Objek yang diamati difokuskan pada bentuk nilai kerjasama dan gerak kelincahan siswa selama pembelajaran dilaksanakan.

4) Refleksi

(8)

serta dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil observasi peneliti dan observer dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat mengembangkan nilai kerjasama dan kelincahan siswa dalam mengikuti pembelajaran permainan galah asin. Hasil observasi ini dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah dalam siklus ke-2.

Siklus 2

Siklus II Tindakan I dan II

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan observer kembali menentukan suatu perencanaan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

b. Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan materi pokok.

c. Mempersiapkan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dilakukan.

d. Menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP). Dalam RPP tersebut peneliti menyusun tindakan yang dilakukan dalam sebuah siklus.

e. Memilih dan menyusun serta menetapkan teknik pengumpulan data penelitian yaitu dengan menggunakan lembar, catatan lapangan, dan rekaman foto.

2) Pelaksanaan

(9)

3) Pengamatan

Seperti pada siklus 1 kegiatan pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan bersama dengan kegiatan pembelajaran. Untuk mempermudah pelaksanaan pengamatan, penulis dibantu oleh observer (guru mata pelajaran pendidikan jasmani atau teman sejawat) yang akan mengamati kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat. Objek yang diamati masih difokuskan pada nilai kerjasama dan kelincahan selama pembelajaran dilaksanakan.

4) Refleksi

Seperti pada siklus 1, langkah selanjutnya pada siklus 2 adalah melakukan analisis dan merefleksi terhadap data yang didapat dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran di siklus 2, mengacu pada masalah yang muncul pada siklus 1 sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan di tahap perencanaan, sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah dapat memecahkan masalah yang ada pada siklus 1. Selain itu siklus 2 peneliti dan observer menilai hasil belajar siswa selama pembelajaran dilaksanakan.

E. Instumen Penelitian

(10)

1. Observasi

Observasi (proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat). Menurut Sudjana (2005, hlm. 84) “observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar”.

Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai gejala yang tampak dari perilaku individu yang diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi cek (V) pada kolom jawaban hasil observasi jika pedoman observasi yang dibuat telah disediakan jawabannya (berstruktur).

Observasi dilakukan dengan dua orang atau lebih secara terpisah terhadap satu individu yang diamati. Hasilnya dibandingkan dan dicocokkan untuk menentukan hasil akhir pengamatan dari semua pengamat. Menurut Sudjana (2005, hlm. 85) menjelaskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:

a. Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas. Lalu catat kegiatan yang dilakukannya dari awal sampai akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajar sebagai segi-segi yang akan diamati nanti.

b. Berdasarkan gambaran dari langkah (a) di atas, penilaian menentukan segi-segi dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-segi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya berdasarkan khasanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar. Rumusan tingkah laku tersebut harus jelas dan spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatnya.

(11)

jawaban serta indicator-indikator dan setiap jawaban yang disediakan sebagai pegangan bagi pengamat pada saat melakukan observasi nanti.

d. Sebelum observasi dilaksanakan, diskusi dahulu pedoman observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.

e. Bila ada hal yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observer, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.

Berhasil-tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung pada pengamatan, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu, memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati sangat diperlukan. Dari pendapat di atas jelas bahwa observasi dapat disesuaikan dengan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru bebas menentukan tugas gerak mana yang akan diberi penilaian untuk dijadikan bahan evaluasi pembelajaran yang akan dikembangkan. Guru melakukan penilaian tersebut pada saat pembelajaran berlangsung.

Berikut ini adalah beberapa pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati siswa sebagai bahan penilaian:

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Sumber: Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sudjana (2005, hlm. 86)

N0. Aspek yang diamati Hasil pengamatan Keterangan Tinggi Sedang Kurang

1 Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah

2 Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain

3 Mengerjakan tugas yang diberikan

4 Motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas 5 Toleransi dan mau menerima pendapat

siswa lain

6 Tanggung jawab sebagai anggota kelompok

(12)

mengembangkan nilai kerjasama, dalam hal ini peneliti focus dalam tiga aspek yang di amati dan harus di lakukan peserta didik. Dari beberapa pedoman observasi yaitu memberikan pendapat untuk memecahkan masalah, toleransi dan mau menerima pendapat siswa lain, dan tanggung jawab sebagai anggota kelompok, berikut ini gambarannya.

Tabel 3.3

Aspek observasi yang diambil

N0 Asper yang diamati Hasil pengamatan Keterangan

Tinggi Sedang kurang

1 Memberi pendapat untuk memecahkan masalah 2 Toleransi dan mau menerima

pendapat siswa lain

3 Tanggungjawab sebagai anggota kelompok

Kemudian peneliti mengidentifikasi yang akan di aplikasikan kedalam permainan tradisional galah asin untuk mengembangkan nilai kerjasama, dalam hal ini peneliti menambahkan indikator dan untuk memudahkan peneliti menilai peserta didik sebagai berikut:

Table 3.4

Lembar Pedoman Observasi Sumber: Sudjana (2005, hlm. 86)

Keterangan :

No LEMBAR OBSERVASI NILAI KERJASAMA Criteria Aspek yang di

Observasi

Indikator

1 2 3 4 5 1 Kerjasama A. Berinteraksi kepada teman

B. Menjalankan kesepakatan yang dibuat bersama

C. Tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan masalah

2 Kekompakan D. Mengerahkan kemampuan secara maksimal

E. Adanya saling pengertian dalam menyelesaikan masalah

F. Kompak dalam mengatur strategi 3 Menghargai

lawan

G. Tidak bermain kasar H. Tidak memaki lawan Nilai Proses (Jumlah skor siswa)

(13)

5 : Sangan Baik 4 : Baik

3 : Cukup 2 : Kurang 1: Sangat kurang

Observasi dilakukan dengan guru, dengan menggunakan lembar observasi sebagai pedomannya, yang dilakukan secara terus menerus dalam setiap siklus. Dalam hal ini penilaian hanya memberi tanda cek () dalam kolom rentangan nilai. Sugiyono (2014, hlm. 170) bahwa “Sekala nilai dibawah menggunakan kategori baik sekali, cukup baik, tidak baik, dan sangat tidak baik atau dengan angka 5, 4, 3, 2, 1”.

2. Tes Kelincahan

Kelincahan Agility adalah kemampuan seseorang untuk bergerak kesegala arah dengan mudah. Instrumen penelitian yang digunakan untuk tes kelincahan adalah right boomerang run sebagai kutipan dalam

http://danteskaze.wordpress.com/2011/01/11tes-kelincahan/ kelincahan Agility pengukurannya: shuttle run, dogging run, zigzag run, dan right boomerang run.” Menggunakan tes right boomerang run karena dilihat dari karakteristik tes dirasa paling cocok dengan karakteristik siswa sekolah dasar kelas IV, V, dan VI.

Adapun pelaksanaan tes diuraikan, sebagai berikut:

Tingkat umur : 10 tahun sampai dengan mahasiswa. Alat/perlengkapan: stopwatch, sebuah kursi, lima buah cons dan lapangan yang datar.

Pelaksanaan : siswa siap dibelakang garis start, kemudian setelah aba-aba “ya” atau bunyi pluit siswa lari dan apabila sampai ditiang atau cons maka siswa selalu belok kanan.

Penilaian : nilai ditentukan dari waktu yang dicapai sejak aba-aba mulai, sampai siswa melintas garis finis.

(14)

Gambar 3.3

Tes right boomerang run Sumber: danteskaze.wordpress.com Keterangan: siswa selalu belok kekanan apabila telah mencapai tiang/cons

FORMAT OBSERVASI TES KELINCAHAN

Tgl Observasi :

Sekolah :

Kelas :

Bentuk keterampilan :

Table 3.5

Format Tes Lari Bumerang

N0 Nama Siswa Keterampilan Waktu yang

Ditempuh

Tes

Right

Boomerang

Run

(15)

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam suatu penelitian tindakan kelas. Dimana catatan lapangan berisi tentang deskripsi hal-hal yang terjadi atau muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan. Format catatan lapangan memiliki fungsi untuk mengamati perilaku siswa ketika melaksanakan pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh para observer, yang nantinya observasi tersebut memberitahukan kepada penulis atau peneliti tantang hal-hal yang terjadi pada saat aktivitas pembejaran berlangsung.

(16)

e. Rekaman Foto

Rekaman foto digunakan untuk mengabadikan tindakan yang telah dilaksanakan. Selain itu, rekaman foto berguna untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi dikelas ataupun lapangan pada waktu aktivitas pembelajaran berlangsung, untuk menangkap suasana pembelajaran, detail peristiwa penting yang perlu didokumentasikan sebagai tanda bukti fisik. Selain itu, foto juga dapat menjadi bukti kuat bahwa telah dilakukannya peneliti, sehingga laporan yang diberikan menjadi lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi pada setiap tindakan dalam proses pembelajaran penjas. Proses pengumpulan data dibantu pula guru penjas sebagai rekan peneliti.

Data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan analisis guna memecahkan masalah penelitian digunakan atas hasil observasi selama pelaksanaan tindakan meliputi aktivitas yang ditunjukkan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan. Berdasarkan itu pula maka data peneliitian dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sumber data yang berasal dari:

a. Siswa: Melalui perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam aktivitasnya dalam melakukan kegiatan belajar penjas.

b. Guru : Catatan jurnalnya dan data peneliti dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan refleksi pada setiap kegiatan.

2. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang berfungsi untuk:

a. Untuk menentukan seberapa baik siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu

(17)

c. Untuk memperoleh suatu nilai

Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. Disamping itu, untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana letak kesalahannya, khususnya pada bagian mana tujuan pembelajaran atau indicator yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

G. Metode Analisis Data

Data diambil pada saat melaksanakan penelitian tahap pelaksanaan tindakan siklus I dan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Data yang di hasilkan dari tahap pelaksanaan tindakan tersebut kemudian diolah untuk mengetahui seberapa meningkatnya nilai kerjasama dan kelincahan yang diterapkan dalam pembelajaran permainan galah asin pada siswa kelas V SD Negeri 2 Cisitu Kota Bandung untuk kemudian dilakukan perbandingan pada saat sebelum diterapkan dan sesudah diterapkan, apakah aktivitas permainan galah asin ini dapat mengembangkan nilai kerjasama dan kelincahan siswa dalam pembelajaran permainan galah asin.

(18)

a. Mencari nilai rata-rata ( X )

�= ∑x, Keterangan : X = Nilai rata-rata X = Skor yang didapat

n = Banyaknya data ∑ = Menyatakan jumlah

Sumber : Abduljabar dan Darajat (2012, hlm. 76)

b. Mencari Simpangan Baku

Dalam penelitian ini juga akan dicari simpangan baku dari masing-masing tes. Nilai tersebut akan dibandingkan untuk kepentingan statistic. Maka dilakukan perhitungan data simpangan baku sebagai berikut:

S = ∑(�1−�)

2

n-1 Keterangan: S = Simpangan baku

� = Skor yang dicapai seseorang � = Nilai rata-rata

n = Jumlah siswa

Sumber: Sugiyono (2014)

c. Mencari varians

Varians merupakan ukuran penyebaran suatu sampel atau kelompok, untuk mencari varians ( s² ) menggunakan rumus sebagai berikut:

²=N.∑N (N−1)x2− (∑x)² Keterangan: s²= Varians yang dicari

X = Skor yang diperoleh seseorang N = Jumlah orang

Sumber: Sugiyono (2014)

d. Uji T-tes berkorelasi

(19)

statistic dengan t-tes berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

t = � 1 − � 2

12 1 +

22 2 − 2

1 1

2 2

dimana:

� 1 : rata-rata sample 1 � 2 : rata-rata sample 2

1 :simpangan baku sample 1 2 :simpangan baku sample 2 12 : varians sample 1

22 : varians sample 2

: korelasi antara data dua kelompok

Sumber: Sugiyono (2014)

e. Menghitung Tes-skor

Untuk menghitung T-skor, yaitu menggunakan rumus

= 50 + 10 ( � −t ) Keterangan: T : Tes Skor � : Nilai Rata-rata

S : Simpangan Baku

f. Menguji Kesamaa Dua Varians

Pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho di muka antara lain sebagai berikut:

� = � �� � � �� � �

Dan tolak Ho hanya jika � � ½�(� ,� ) dengan � � ½�(� ,� ) didapat daftar distribusi F dengan peluang ½ α, sedang₂an dera₁at ₂ebebasan v dan v masing-masing sesuai dengan dk pembilang

dan penyebut dalam rumus sebagai berikut: � = � � � �

� � � � � α=½.

(20)

g. Uji Kenormalan

Uji kenormalan dilakukan secara parametric dengan menggunakan penaksiran rata-rata dan simpangan baku, maka dalam bagian ini akan diperlihatkan uji kenormalan secara nonparametric. Uji yang digunakan dikenal dengan nama Uji Lilliofors.

Untuk pengujian hipotesis nol tersebut maka ditempuh prosedur berikut:

a. Pengamatan X , X , … , Xn dijadikan bilangan baku Z , Z , … , Zn dengan menggunakan rumus =�− � (� dan s masing-masing

merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zᵢ)=P(z zᵢ).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z , Z , … , Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z ), maka

�1 = banyaknya Z , Z ,…, Zn n

Sumber: Sudjana (1989)

h. Uji Kesamaan Dua Proporsi: Uji Dua Pihak

Dalam pengujian ini digunakan taraf nyata ⍺, maka kriteria pengujian adalah: Terima Ho untuk ¯ Z½(1-⍺)< Z < Z½(1-⍺) dan tolak Ho untuk harga-harga Z lainnya.

Seperti biasa, Z½(1-⍺) didapat dari daftar distribusi normal baku dengan peluang ½(1-⍺).

Hipotesis yang akan diuji adalah: � : �= �ʙ

� � ≠ �ʙ

Untuk Uji Dua Pihak harus di hitung p dan q terlebih dahulu:

= � + �

+ dan = 1− Dari rumus XII (10)

= � / − � /

(21)

Sumber: Sudjana (1989)

H. Validasi

Tahap validasi melalui empat tahapan yang terdiri dari:

1. Triangulasi yaitu: maksudnya rumusan hipotesa itu divalidasi berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda dimana masing-masin sudut pandang mengakses data yang relevan dengan situasi proses pembelajaran. Nasution (1996, hml. 115). ketiga sudut pandang tersebut adalah:

a. Peneliti adalah sebagai guru penjas yang menerapkan sekenario tindakan penelitian memperoleh informasi berkaitan dengan keseluruhan aspek yang diamati dari setiap peleksanaan sekenario tindakan pelaksanaan pembelajaran penjas (permainan galah asin) dari hasi observasi yang dilakukan mitra peneliti sebagai observer. b. Siswa (mengakses reaksi terhadap apa saja dan bagaimana proses

pembelajaran yang disajikan oleh guru penjas).

c. Mitra peneliti (Observer yang memberikan masukan introfeksi diri terhadap pembelajaran yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Lebih lanjut Nasution (1996, hlm. 114-120) mengemukakan mengenai kebenaran dan kesahihan sebagai berikut:

2. Mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan melakukan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti pada setiap akhir tindakan akhir pembelajaran tahap ini juga merupakan refleksi untuk mengetahui sudah sejauh mana kesesuaian tindakan dengan tujuan yang harus dicapai dari siklus penelitian.

3. Pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian dengan para pembimbing penelitian ini.

Gambar

Gambar 3.1 PTK Model Kemmis (dalam Darmadi, 2011, hlm. 249)
Gambar 3.2
Tabel 3.2 Pedoman Observasi
Tabel 3.3 Aspek observasi yang diambil
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan yang diperoleh oleh responden petani kelapa sawit pada usaha perkebunan rakyat di Desa Bambaira Kecamatan Bambair Kabupaten Mamuju Utara adalah sebesar

&#34;dinding api&#34; ertinya sesuatu dinding, yang bukan dinding dua pihak atau dinding luar, daripada bahan yang mempunyai ketahanan api sebagaimana dikehendaki dibawah Bahagian

Ada tiga tahapan dalam peramalan harga kurs EUR/USD pada pasar forex online yaitu pemodelan untuk mendapatkan nilai bobot ( w ) dan bias ( b ) berdasarkan data training ,

Kajian ini meneliti keberkesanan program ekonomi kerakyatan terhadap kemiskinan di Daerah Kampar wilayah Riau Indonesia, persoalan pentingnya dikaji ialah suatu

Kegiatan APBD pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, maka dengan ini kami Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Kegiatan APBD pada Badan Ketahanan

• However to really maximize efficiency and responsiveness across the supply chain, firms have to move towards the kind of virtual integration strategy Dell employs, where

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan

sanksi secara terbuka melalui forum pertemuan resmi upacara bendera, papan pengumuman, media massa; dan/atau forum lain yang dipandang perlu untuk itu atau secara