• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK CAKE YANG DIBUAT DENGAN SUBTITUSI CAMPURAN TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana colla) DAN UBI JALAR KUNING (Ipomea batatus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK CAKE YANG DIBUAT DENGAN SUBTITUSI CAMPURAN TEPUNG PISANG BATU (Musa balbisiana colla) DAN UBI JALAR KUNING (Ipomea batatus L.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

___TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN___

KARAKTERISTIK

CAKE

YANG DIBUAT DENGAN SUBTITUSI CAMPURAN

TEPUNG PISANG BATU (

Musa balbisiana colla

) DAN UBI

JALAR KUNING (

Ipomea batatus

L.)

Characteristics of Cakes Made by Substitution Mixture of Balbisiana Banana

and Yellow Sweet Flour Potato

Nugroho Setya Budi*, Yhulia Praptiningsih, Maryanto

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember

Jalan Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121

*E-mail: setyab150@gmail.com

ABSTRACT

Cake is made from wheat flour, sugar, and eggs. The supply of wheat flour depends on wheat import. The wheat imports predicted to continue to increase, so it is necessary to find an alternative to reduce the use of wheat flour as a primary ingredient of cake sourced from local raw materials which low utilized. Balbisiana banana was a low class of banana which had a low optimal utilization because it was disliked by the people. Balbisiana banana had a dark lightness so it was needed to add the yellow sweet potato flour to increase the brightness of the cake. Balbisiana banana and yellow sweet potato flour could be used as wheat to substitution because had high starch content, good nutritional value and low IG value. The purpose of this research was to know the influence of the proportion of balbisiana banana and yellow sweet potato flour on the physical and organoleptic characteristics of cake, to know the proportion of balbisiana banana and yellow sweet potato flour on cake with good properties and high preference, and chemical properties of cake high preference. The results showed that the proportion of balbisiana banana and yellow sweet potato flour significantly affected on color (lightness), loaf volume, and staleness, and there were difference on preference of color, flavor and overall but not difference taste and staleness (p <0.05). Cakes with good properties and high preference were P5 (10% balbisiana banana flour: 40% yellow sweet potato flour) and P6 (50% yellow sweet potato flour). This cake had moisture content 26,21% - 27,58%, ash content 1,19% - 1,26%, fat content 20,42% - 21,23%, protein content 11,45% - 11,74%, and carbohydrate content 38,26% - 40,65%.

Keywords: balbisiana banana flour, yellow sweet potato, cake

ABSTRAK

Cake adalah kue berbahan dasar terigu, gula, dan telur. Ketersediaan terigu tergantung pada hasil impor gandum. Impor terigu diprediksi akan terus mengalami peningkatan, sehingga perlu dicari alternatif untuk mengurangi penggunaan terigu sebagai bahan dasar cake yang bersumber dari bahan baku lokal yang belum termanfaatkan secara optimal. Pisang batu termasuk pisang kelas rendah yang pemanfaatannya kurang optimal karena kurang disukai. Tepung pisang batu memiliki warna cenderung gelap sehingga perlu penambahan tepung ubi jalar kuning untuk meningkatkan kecerahan warna cake. Tepung pisang batu dan ubi jalar kuning dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu karena adanya kandungan pati yang tinggi, memiliki nilai nutrisi yang baik dan juga memiliki nilai IG yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh proporsi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning terhadap karakteristik fisik dan organoleptik cake, mengetahui proporsi dengan tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning pada cake dengan sifat-sifat yang masih baik dan disukai, serta kandungan kimia cake perlakuan yang masih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning berpengaruh nyata terhadap warna (lightness), daya kembang, dan staleness, serta terdapat perbedaan tingkat penerimaan panelis terhadap parameter warna, aroma dan keseluruhan namun tidak terdapat perbedaan tingkat penerimaan panelis terhadap parameter rasa dan tekstur (p<0,05). Cake dengan sifat-sifat yang masih baik dan disukai terdapat pada proporsi P5 (10% tepung pisang batu: 40% tepung ubi jalar kuning) dan P6 (50% tepung ubi jalar kuning). Karakteristik kimia cake yang masih baik mengandung kadar air 26,21% - 27,58%, kadar abu 1,19% - 1,26%, kadar lemak 20,42% - 21,23%, kadar protein 11,45% - 11,74%, dan kadar karbohidrat 38,26% - 40,65%.

Kata kunci: pisang batu; ubi jalar kuning; cake

How to citate: Budi NS, Y Praptiningsih, Maryanto. 2019. Karakteristik Cake Yang Dibuat Dengan Subtitusi Campuran Tepung Pisang Batu (Musa Balbisiana Colla) Dan Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatus L.). Berkala Ilmiah Pertanian .2(2): 56-60.

PENDAHULUAN

Cake adalah kue berbahan dasar tepung (umumnya terigu), gula, dantelur. Terigu berfungsi sebagai pembentuk kerangka kue, yang diperoleh dari peran pati dan protein gluten yang terdapat pada

terigu. Kandungan pati di dalam terigu 70% (Suhardjito, 2006). Terigu memiliki kandungan karbohidrat sebesar 67-70% (Matz, 1978) dan memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) tinggi yaitu 85 (McDonalds, 2011).

Ketersediaan terigu tergantung pada hasil impor gandum. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2017), impor terigu

(2)

pada bulan Juni 2017 mencapai 1.800 ton dengan nilai 545.500 US$. Hasil impor terigu diprediksi akan terus mengalami peningkatan, sehingga perlu dicari alternatif untuk mengurangi penggunaan terigu sebagai bahan dasar cake yang bersumber dari bahan baku lokal yang belum termanfaatkan secara optimal. Alternatif bahan yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu adalah tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning.

Pisang batu (Musa balbisiana Colla) termasuk pisang kelas rendah, umumnya tidak disukai karena bijinya banyak, kulitnya keras, dan tebal serta buahnya tidak dapat dimakan dalam bentuk segar. Tepung pisang batu dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu karena mengandung karbohidrat cukup tinggi yaitu sebesar 47,64%-49,8% (Musita dkk., 2009), selain itu juga memilikinilai IG yang rendah (Index Glikemik) yaitu sebesar 56, sedangkan terigu memiliki IG sebesar 85 (McDonalds, 2011). Akan tetapi tepung pisang batu memiliki warna cenderung gelap yang dapat menurunkan warna kecerahan cake, sehingga diperlukan bahan lain untuk substitusi yang dapat meningkatkan kecerahan warna cake.

Tepung ubi jalar kuning dapat membantu meningkatkan kecerahan cake karena mengandung zat pewarna alami (karotenoid) yang berwarna kuning. Selain itu tepung ubi jalar kuning juga mengandung karbohidrat cukup tinggi yaitu sebesar 95,41% (Liur, 2014) dan memiliki nilai IG yang rendah yaitu sebesar 61 (McDonalds, 2011).

BAHAN DAN METODE

Bahan. Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang batu yang diperoleh dari Madiun, ubi jalar kuning yang diperoleh dari Pasar Tanjung Jember, terigu Merk Cakra Kembar, telur, gula pasir, margarin Merk Mother’s Choice, dan ovalet. Bahan lain yang digunakan antara lain garam Cap Kapal, sitrat, Na-metabisulfit dan kapur sirih. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu aquades, H2SO4, HCl, NaOH, asam borat, indikator MM/MB, dan N Heksan.

Pembuatan tepung pisang batu. Buah pisang batu dilakukan perendaman selama 20 menit dalam 1 liter air dan ditambahkan 20 g garam. Selanjutnya dilakukan pengupasan dan direndam selama 15 menit dalam 1 liter air yang ditambahkan 1,5 g asam sitrat. Buah pisang kemudian dilakukan pemotongan ukuran 1x1 cm dan direndam selama 10 menit dalam 1 liter air yang ditambahkan Na-metabisulfit 2 g dan kapur sirih 2 g. Potongan pisang kemudian ditiriskan dan dikeringkan dengan oven suhu 50oC selama 48 jam. Selanjutnya digiling dan diayak dengan ayakan 80 mesh (Suprapto, 2006 dan Palupi, 2012).

Pembuatan tepung ubi jalar kuning. Ubi jalar kuning dilakukan pengupasan dan pemotongan dengan ketebalan 1 mm. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan oven suhu 80oC selama 24 jam. Kemudian dihaluskan dengan chopper dan diayak dengan ayakan 80 mesh (Ambasari et al., 2009).

Pembuatan cake. Telur 180%, gula 100% dan ovalet 3% dari campuran tepung dilakukan pengadukan dengan mixer selama 15 menit hingga warna adonan menjadi keputihan. Kemudian dimasukkan campuran tepung terigu, tepung ubi jalar kuning dan tepung pisang batu sesuai perlakuan serta margarin cair 100% sambil diaduk rata. Setelah itu dimasukkan dalam cetakan dan dipanggang dengan oven suhu 160oC selama 25 menit.

Komposisi subtitusi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning terhadap terigu pada pembuatan cake dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi subtitusi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning terhadap terigu pada pembuatan cake

Perlakuan

Komposisi

Terigu (%) Tepung pisang batu (%) Tepung ubi jalar kuning (%)

Kontrol 100 0 0 P1 50 50 0 P2 50 40 10 P3 50 30 20 P4 50 20 30 P5 50 10 40 P6 50 0 50

Parameter pengamatan pada penelitian ini meliputi analisis karakteristik fisik (warna, staleness, daya kembang, dan kenampakan irisan), sifat organoleptik (uji kesukaan). Perlakuan yang masih baik ditentukan berdasarkan hasil uji efektifitas dari karakteristik fisik dan organoleptik. Hal perlakuan yang masih baik dilakukan analisis kimia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Warna (lightness)

Nilai warna (lightness) cake dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai warna (lightness) cake

*Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)

Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin rendah proporsi tepung pisang batu atau semakin banyak proporsi tepung ubi jalar kuning, nilai lightness cake semakin tinggi. Hal ini dikarenakan nilai lightness

tepung pisang batu lebih rendah dibandingkan nilai lightness tepung ubi jalar kuning. Hasil pengukuran nilai lightness tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut yaitu 66,08 dan 71,83.

Nilai lightness cake dengan substitusi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning lebih rendah dibandingkan nilai lightnesscake

kontrol. Hal ini dikarenakan nilai lightness tepung terigu yang tinggi yaitu sebesar 84,15.

Daya Kembang

Nilai warna (lightness) cake dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai warna (lightness) cake

*Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)

Daya kembang cake yang di substitusi masih jauh lebih rendah dibandingkan cake kontrol yang memiliki daya kembang 78,38%. Hal ini dikarenakan tepung pisang batu dan ubi jalar kuning tidak mengandung gluten, sehingga kandungan gluten juga berkurang. Menurut Lutfika (2006), gluten berperan dalam pengembangan produk. Hal ini dikarenakan gluten pada terigu mampu memerangkap dan menahan gas yang terbentuk selama proses pengembangan adonan (Windaryati et al.,2013).

Gambar 2 menunjukkan bahwa daya kembang cake P1, P2, P3 dengan perbandingan tepung pisang batu lebih banyak menghasilkan daya kembang lebih rendah dibandingkan cake P4, P5, P6 dengan

(3)

perbandingan tepung ubi jalar kuning lebih banyak. Hal ini dikarenakan perbedaan kandungan pati berupa amilopektin yang berperan dalam pengembangan cake. Kadar amilopektin tepung ubi jalar kuning lebih tinggi dibandingkan tepung pisang batu. Menurut Oktaviana et al (2017), selain dipengaruhi oleh kadar protein, daya kembang juga dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kadar lemak. Amilopektin yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap daya kembang cake. Hal ini dikarenakan amilopektin bersifat merangsang terjadinya pemekaran (Hersoelistyorini et al., 2015).

Staleness

Staleness (tekstur) yang semakin tinggi menunjukkan cake

semakin keras. Nilai warna (lightness) cake dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai tekstur dan staleness cake

Hari Kontrol P1 Nilai kekerasan (g/mm) P2 P3 P4 P5 P6

0 18,90 9,27 b 7,53 a 16,60 d 12,87 c 8,97 ab 9,00 ab

1 21,57 10,93 a 10,27 a 18,07 c 16,03 b 11,73 a 15,03 b

2 26,53 14,70 b 11,20 a 21,47 d 18,73 c 11,53 a 15,70 b

3 24,27 14,50 b 10,67 a 20,07 c 15,93 b 10,47 a 14,73 b

*Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)

Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi tepung pisang batu yang semakin banyak atau tepung ubi jalar kuning semakin sedikit maka nilai tekstur semakin besar dan cake semakin keras. Akan tetapi, pada perlakuan P3 ( 50% tepung terigu: 30% tepung pisang batu: 20% tepung ubi jalar kuning) nilai tekstur lebih besar dibandingkan P2 dan P1 yang proporsi tepung pisang batunya lebih banyak. Hal ini dikarenakan daya kembang P3 lebih rendah sehingga nilai tekstur semakin besar. Menurut Windaryati et al. (2013), kekerasan berbanding terbalik dengan daya kembangnya. Akan tetapi, nilai kekerasan cake kontrol juga lebih tinggi dengan daya kembang yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan cake kontrol memiliki tekstur yang lebih kokoh. Menurut Subagjo (2007), gluten mampu menahan udara yang terperangkap dalam adonan sehingga tekstur cake menjadi berpori dan kokoh.

Data kekerasan cake pada semua perlakuan mengalami peningkatan pada penyimpanan hari ke 1 dan 2 namun mengalami penurunan pada penyimpanan hari ke 3. Peningkatan nilai kekerasan pada penyimpanan hari 1 dan 2 menunjukkan bahwa cake semakin keras. Pengerasan pada cake diduga karena selama penyimpanan terjadi pelepasan air dari bahan sehingga bahan menjadi semakin keras. Menurut Estiasi et al. (2016), seiring dengan bertambahnya waktu, gel yang terbentuk akan bersifat elastis dan cenderung melepas air. Kehilangan sejumlah air pada cake merupakan peristiwa retrogradasi pati (Verdagustiana, 2008). Penyimpanan pada hari ke 3 menurunkan nilai kekerasan cake pada semua perlakuan yang berarti

cake menjadi lebih lunak. Hal ini diduga adanya pengaruh kelembapan dalam ruang penyimpanan. Perubahan kelembapan ruang dapat mempengaruhi penguapan dan absorpsi air dalam kemasan.

Kenampakan Irisan

Cake dengan irisan yang baik terlihat pori-pori yang halus, merata, seragam dan kecil-kecil (Iksan, 2004). Kenampakan irisan

cake dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

Kontrol P1 P2

P3 P4 P5 P6

Gambar 3. Kenampakan irisan cake

Proporsi tepung pisang batu yang semakin banyak dan ubi jalar kuning yang semakin sedikit menghasilkan rongga udara yang semakin kecil. Hal ini diduga dipengaruhi adanya serat pada tepung pisang batu yang lebih tinggi sehingga kemampuan mengikat airnya lebih besar. Kandungan serat pada tepung pisang batu sebesar 13,71% - 15,10% (Musita et al., 2009), sedangkan serat pada tepung ubi jalar kuning sebesar 0,85% (Rahmawati et al k., 2015). Menurut Wardani dan Widjanarko (2013), serat pangan memiliki kemampuan dalam mengikat air. Semakin banyak air yang terikat menyebabkan uap air sulit terlepas sehingga rongga udara yang terbentuk akan semakin kecil. Menurut Windaryati et al. (2013), tepung dengan kemampuan mengikat air yang tinggi akan membentuk jaringan tiga dimensi yang lebih kompak sehingga uap air sulit menembus permukaan bahan saat proses pemanggangan dan mengakibatkan rongga yang terbentuk semakin kecil, namun ketika uap air dapat menembus permukaan bahan maka rongga udara yang terbentuk akan semakin besar.

Sifat Organoleptik (Kesukaan)

Hasil uji friedman menunjukkan bahwa proporsi tepung pisang batu dan ubi jalar kuning berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna, aroma dan keseluruhan namun tidak tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan rasa dan tekstur. Nilai kesukaan cake dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Warna

Kesukaan panelis terhadap warna cake hasil penelitian semakin meningkat seiring dengan penambahan tepung ubi jalar kuning yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan tepung ubi jalar kuning memiliki warna alami karotenoid yang berwarna kuning, sehingga menghasilkan cake yang semakin cerah dan disukai panelis.

Aroma

Cake perlakuan P1 dan P6 memiliki rerata rangking yang tinggi. Hal ini dikarenakan tepung pisang batu dan ubi jalar kuning memiliki aroma yang khas sehingga disukai oleh panelis, namun panelis lebih menyukai aroma cake P6. Menurut Utami (2016), ubi jalar mengandung senyawa volatil yang khas sehingga akan memberikan aroma khas ubi pada produk meskipun telah mengalami proses pengolahan.

Rasa

Kesukaan panelis terhadap rasa cake dengan formulasi tepung pisang batu lebih tinggi kurang disukai panelis. Hal ini diduga karena biji yang terkandung dalam tepung pisang batu mempengaruhi kesukaan panelis terhadap rasa. Cake dengan penambahan tepung ubi jalar lebih banyak lebih disukai panelis dibandingkan cake kontrol. Hal ini dikarenakan tepung ubi jalar kuning memiliki rasa manis dan cita rasa yang khas.

Tekstur

Cake perlakuan P1 dan P2 memiliki nilai kesukaan tekstur terendah. Penambahan tepung pisang batu yang terlalu banyak diduga menurunkan kelembutan cake karena biji yang terkandung pada tepung pisang batu mempengaruhi kelembutan cake. Menurut Indriani (2012), biji pada pisang batu sukar menyatu dalam adonan sehingga akan menghasilkan produk dengan tekstur yang bermasir.

Keseluruhan

Kesukaan keseluruhan tertinggi terdapat pada perlakuan P6 karena pada parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur panelis lebih menyukai cake perlakuan P6.

(4)

Perlakuan Terbaik

Penentuan perlakuan terbaik hasil uji fisik dan sensoris pada

cake dilakukan dengan indeks efektivitas. Perhitungan dilakukan dengan metode pembobotan, dan perlakuan dengan nilai tertinggi merupakan perlakuan terbaik. Tabel hasil uji efektivitas cake

substitusi tepung pisang batu dan ubi jalar kuning terhadap terigu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji efektivitas cake

Perlakuan Nilai efektivitas

P0 0,85 P1 0,16 P2 0,13 P3 0,19 P4 0,39 P5 0,42 P6 0,71

Tabel 3 menunjukkan bahwa dua perlakuan yang memiliki nilai efektivitas tertinggi yaitu perlakuan P5 (50% tepung terigu: 10% tepung pisang batu: 40% tepung ubi jalar kuning) dan P6 ( 50% tepung terigu: 50% tepung ubi jalar kuning: 0% tepung pisang batu). Perlakuan P5 dan P6 kemudian dilakukan uji kimia meliputi kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia cake yang masih baik dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan kimia cake yang masih baik Kandungan kimia (%) Kontrol P5 P6 Air 28,17 c 26,21 a 27,58 b Abu 0,74 a 1,26 b 1,19 b Lemak 25,48 b 20,42 a 21,23 a Protein 15,39 b 11,45 a 11,47 a Karbohidrat 30,21 a 40,65 b 38,26 c

*Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05)

Kadar air

Kadar air cake yang disubstitusikan lebih rendah dibandingkan

cake kontrol. Hal ini dikarenakan adanya kandungan gluten pada tepung terigu. Gluten memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 75% (Wieser, 2003). Menurut McCarthy et al. (2005), protein memiliki kemampuan mengikat molekul air dengan ikatan hidrogen yang kuat. Kadar air cake kontrol dan cake yang di subtitusikan telah mencapai standar mutu (SNI 01-3840-1995) yaitu maks. 40% (bb).

Kadar abu

Kadar abu cake yang disubstitusikan lebih tinggi dibandingkan

cake kontrol. Tepung pisang batu memiliki kadar abu sebesar 5,3% (Musita et al., 2009), tepung ubi jalar kuning memiliki kadar abu sebesar 4,71% (Ambarsari et al., 2009), sedangkan kadar abu tepung terigu yang digunakan untuk bahan makanan maksimal 0,60% (Sartika, 2002). Kadar abu cake kontrol dan cake yang di subtitusikan telah mencapai standar mutu (SNI 01-3840-1995) yaitu maks. 3%.

Kadar lemak

Kadar lemak cake yang disubstitusikan lebih rendah

dibandingkan cake kontrol. Hal ini dikarenakan tepung terigu memiliki kadar lemak lebih tinggi dibandingkan tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning. Kadar lemak tepung pisang batu sebesar 0,6% (Musita et al., 2009), kadar lemak tepung ubi jalar yaitu 1,10% - 1,13% (Irfansyah, 2001), sedangkan kadar lemak tepung terigu sebesar 1,5% (Sartika, 2002).

Kadar protein

Kadar protein cake yang disubstitusikan lebih rendah dibandingkan cake kontrol. Hal ini dikarenakan kadar protein tepung terigu lebih tinggi dibandingkan tepung pisang batu dan ubi jalar

kuning. Kadar protein tepung pisang batu sebesar 4,8% (Musita et al., 2009), tepung ubi jalar kuning sebesar 2,69%, sedangkan kadar protein tepung terigu cakra kembar sebesar 12-14% (Sartika, 2002).

Kadar karbohidrat

Kadar karbohidrat cake yang disubstitusikan lebih tinggi dibandingkan cake kontrol. Hal ini dikarenakan tepung pisang batu dan ubi jalar kuning memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Tepung pisang batu mengandung karbohidrat sebesar 47,64% - 49,8% (Musita

et al., 2009), tepung ubi jalar kuning mengandung karbohidrat sebesar 95,41% (Liur, 2014), sedangkan kadar karbohidrat tepung terigu cakra kembar sebesar 74% (Warapsari, 2016).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung pisang batu dan tepung ubi jalar kuning berpengaruh nyata terhadap warna (lightness), daya kembang, tekstur dan staleness (nilai tekstur), serta terdapat perbedaan kesukaan terhadap warna, aroma dan keseluruhan namun tidak terdapat perbedaan kesukaan terhadap parameter rasa dan tekstur pada taraf kepercayaan 95%. Cake dengan sifat-sifat yang masih baik dan disukai terdapat pada proporsiP5 (10% tepung pisang batu: 40% tepung ubi jalar kuning) dan P6 (50% tepung ubi jalar kuning). Cake perlakuan yang masih baik mempunyai kadar air 26,21% - 27,58%, kadar abu 1,19% - 1,26%, kadar lemak 20,42% - 21,23%, kadar protein 11,45% - 11,74%, dan kadar karbohidrat 38,26% - 40,65%.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, I., Sarjana, dan A. Choliq. 2009. Rekomendasi dalam penetapan standar mutu tepung ubi jalar. Jawa Tengah: Balai PengembanganTeknologi Pertanian.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Nilai Impor Gandum. http:// BPS.go.id/ impor/gandum, [Diakses pada 13 Desember 2017]. Estiasih, T., Harijono., E. Waziroh., dan K. Febrianto. 2016. Kimia

dan Fisik Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hersoelistyorini, W., S. D. Sri, Dan C. K. Andri. 2015. Sifat Fisiokimia DanOrganoleptik Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dengan Fermentasi Menggunakan Ekstrak Kubis. Semarang: universitas muhammadiyahsemarang.

Indriani, D. 2012. Kajian Formulasi Tepung Pisang Batu (Musa balbisiana colla) dan Tepung Terigu dalam Pembuatan Biskuit Coklat. Skripsi. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Irfansyah. 2001. Karakterisasi Fisikio-Kimia dan Fungsional Tepung Ubi Jalar Serta Pemanfaatannya Untuk Pembuatan Krupuk.

Tesis. Bogor: IPB.

Liur, I. J. 2014. Analisa Sifat Kimia Dari Tiga Jenis Tepung Ubi Jalar.

JurnalAgrinimal. 4(1): 1-44.

Lutfika, E. 2006. Evaluasi Mutu Gizi Dan Indeks Glikemik Produk Olahan Penggang Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar Klon Unggul BB00105.10. skripsi. Bogor: IPB.

Matz, S. A., and Matz, T. D. 1978. Cookie and Cracker Technology. Texas: AVI Publishing Company.

McCarthy, D. F., E, Gallagher., T. R. Gormley., T. J. Schober., and E. K. Arendt. 2005. Application of response surface methodology in the development of gluten free bread. Cereal Chemistry. 82: 609-615.

McDonalds, T. 2011. Glycemic Index List of Common Foods. Australia: Australia Ltd.

(5)

Mepba, Horsfall D; Lucy Eboh and SU Nwaojigwa. 2007. Chemical Composition, Functional and Baking Properties of Wheat-Plaintain Composite flours.African Journal of Food Agriculture Nutrition and Development (AJFAND).7(1):1-22.

Musita, N., S. Nurdjanah., A. B. Lestari dan Fiber. 2009.

Pengembangan Produk Minuman Prebiotik dengan Memanfaatkan Fruktooligosakarida terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik. Bandar Lampung: UniversitasLampung. Musita, N., S. Nurdjanah., A. B. Lestari dan Fiber. 2009.

Pengembangan Produk Minuman Prebiotik dengan Memanfaatkan Fruktooligosakarida terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Oduro, I., F. N. A. Aryee., W. O. Ellis., dan J. J. Afuakwa. 2006. The

Physicochemical Properties of Flour Sample from The Roots of 31 Varieties of Cassava. Food Control. 17: 916-922.

Oktaviana, A.S., W. Hersolistyorini, dan Nurhidajah. 2017. Kadar Protein, Daya Kembang, dan Organoleptik Cookies dengan Substitusi Tepung Mocaf dan Tepung Pisang Kepok. Jurnal Pangan dan Gizi. 2: 72-81.

Palupi, H. T. 2012. Pengaruh jenis pisang dan bahan perendam terhadap karakteristik tepung pisang. Jurnal Teknologi Pangan. 4(1): 102-120.

Rahmawati, A., Supartono, dan E. Cahyono. 2015. Kandungan Kimia dan PotensiBeberapa Jenis Tepung Ubi Jalar Pembuatan Roti. Semarang: UniversitasNegeri Semarang.

Sartika. 2002. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu, Singkong, dan Kedelai terhadap Sifat Organoleptik, Fisik, dan Kimia Roti Manis. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sartika. 2002. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu, Singkong, dan Kedelai terhadap Sifat Organoleptik, Fisik, dan Kimia Roti Manis. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Standar Nasional Indonesia (SNI).01-3840-1995. Syarat Mutu Roti Tawar. Jakarta: Dewan Standar Nasional.

Subagio, A., W. S. Windrati., dan Y. Witono. 2003. Pengaruh Penambahan Isolat protein koro pedang terhadap karakteristik cake. Jurnal teknologi danindustri pangan. 14(2): 136-143. Suhardjito, Y. B. 2006. Pastry dan Perhotelan. Yogyakarta: Andi. Utami, A. D. 2016. Kajian Substitusi Tepung Ubi Jalar (Ipomea

batatas L.) dan Penambahan Kurma (Phoenix dactilyfera L.) pada Biskuit Fungsional. Bandung: Fakultas Teknik Universitas Pasundan.

Verdagustiana. I. 2008. Aplikasi Produk Interaksi Antara Protein Koro Pedang (Canacalia ensiformis L) dan Gum Xanthan Dengan Penambahan Dextrin Pada Pembuatan Cake. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jember.

Warapsari, D. 2016. Informasi Tepung Terigu Bogasari Cakra Kembar. http://www.aurodigo.com/2016/07/informasi-tepung-terigu-bogasari-cakra-kembar.html. [Diakses pada 1 Juni 2018]. Wardani, N. A. K dan S. B. Widjanarko. 2013. Potensi jamur tiram

(Pleurotus ostreatus) dan gluten dalam pembuatan daging tiruan tinggi serat. Jurnal Teknologi Pertanian.14(3): 151-164.

Wieser H.2003. Determination of Gliadin and Gluten in Wheat Starch by means of alcohol extraction ang gel permeation

chromatography. In Stern.M.ed. Proceedings of the 17th Meeting of The Working group on Prolamin Analysis and Toxicity. Zwickau: Verlag Wissenschaftliche Sripten pp 53-57. Windaryati, T., Herlina., A. Nafi. 2013. Karakteristik Brownies yang

Dibuat dari Komposit Tepung Gembolo (Dioscorea bulbifera

Gambar

Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin rendah proporsi tepung  pisang  batu  atau  semakin  banyak  proporsi  tepung  ubi  jalar  kuning,  nilai lightness cake semakin tinggi
Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi tepung pisang batu yang  semakin  banyak  atau  tepung  ubi  jalar  kuning  semakin  sedikit  maka  nilai tekstur semakin besar dan cake semakin keras
Tabel 3 menunjukkan bahwa dua perlakuan yang memiliki nilai  efektivitas    tertinggi  yaitu  perlakuan  P5  (50%  tepung  terigu:  10%  tepung  pisang  batu:  40%  tepung  ubi  jalar  kuning)  dan  P6  (  50%  tepung terigu: 50% tepung ubi jalar kuning: 0

Referensi

Dokumen terkait

Pada wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa. struktur pelapukan, endapan dan lanau yang

menentang. Perasaan rendah diri tidak disesuaikan tapi ditekan.. Seringkali siswa mengalami rendahnya percaya diri di sekolah. Namun, hanya sedikit siswa yang mampu

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan

Dalam penelitian pengaruh variasi suhu pemanasan awal ( pre-heating ) substrat pada metode thermal spray coating terhadap nilai kekerasan material baja karbon sedang

Lagu dolanan Gundhul Pacul mengandung makna budaya yaitu jika orang yang mempunyai kehormatan, kedudukan, dan kemuliaan karena mempunyai penghasilan yang luar biasa, maka

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa ada perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang memiliki minat membaca karya sastra tinggi dengan kelompok siswa

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret sampai tanggal 04 Mei di kelas III A Sekolah Dasar Negeri 64 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun ajaran 2014/2015. Sampel

Dari tabel juga dapat kita lihat ke 7 orang yang menyatakan sudah tamat ingin bekerja adalah perempuan/istri yang bekerja berpendidikan S1 3 0rang, D3 2 orang dan