• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KOMUNITAS NEKTON DI DANAU SIOMBAK KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR KOMUNITAS NEKTON DI DANAU SIOMBAK KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KOMUNITAS NEKTON DI DANAU SIOMBAK

KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

Community Structure of Nekton in Siombak Lake Subdistrict of Medan Marelan,

Medan City.

Adil Junaidi1, Mohammad Basyuni2, Ahmad Muhtadi3

1

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email : adiljunaidi17@gmail.com)

2

Staff Pengajar Program Studi KehutananFakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

3

Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Siombak Lake is an artificial lake formed as a result of sand dredging activity formerly. This Lake is influenced by the tides. This study aims to determine the structure of nekton community. This study was carried out from May to July 2014. Data collection were nekton species composition and abundance, as well as water quality data as a supporter. Data were analyzed with a diversity index, uniformity index, dominance index. The results showed there were 7 of the Ordo, of which 6 ordo belongs to fish and 1 ordo of shrimp. Slinding (Ambassis uroatenia) was found to be caught at most in the amount of 237 and 64% relative abundance. Diversity nekton in Siombak Lake was medium (the range of 1 to 3) that was 1.07. Generallly dominance index 0.5, showing no species dominating. Similarity index was 0.48 indicating individual spreading differently.

Keywords: Diversity, Dominance, Evenness, Lake Siombak, Nekton.

PENDAHULUAN

Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam, dengan tepi yang umumnya curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal danau tektonik yang terjadi akibat gempa dan danau vulkanik yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi.

Perairan Danau Siombak dipengaruhi oleh pasang surut, hal ini dikarenakan Danau Siombak terletak tidak jauh dari kawasan pesisir. Pada

sekitar danau juga terdapat berbagai macam jenis mangrove yang menjadi salah satu sumber kehidupan bagi biota yang hidup di sekitar perairan yang berfungsi sebagai tempat

mencari makan, tempat

perlindungan, berkembang biak, memijah dan lain sebagainya. Pada area di sekitar danau terdapat berbagai aktivitas masyarakat seperti kegiatan wisata, pertanian, peternakan, perikanan tambak serta permukiman penduduk. Dengan berkembangnya aktivitas masyarakat tersebut maka secara langsung

(2)

maupun tidak langsung dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan perairan Danau Siombak. Adanya perubahan lingkungan pada danau Siombak tersebut sangat berdampak positif maupun berdampak negatif pada struktur komunitas nekton di Danau Siombak.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014 di perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan .

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember kapasitas 5 liter, jala dengan diameter 1,5-2 cm, toples, keping secchi, tali plastik, lakban, kertas label, botol alkohol, GPS, plastik 5 kg, buku identifikasi,

cool box, alat tulis, timbangan analitik dan peralatan analisa kualitas air seperti termometer, pH meter, erlenmeyer 125 ml, refraktometer,

beaker glass, dan gelas ukur. Bahan yang digunakan diantaranya adalah, alkohol, es, formalin 10%, KOH-KI, MnSO4, H2SO4, amilum, Na2S2O3

dan akuades. Metode Penelitian

Nekton diambil

menggunakan alat tangkap jala. Satu stasiun terdiri 3 titik. Setiap pengambilan sampel pada setiap titik memerlukan waktu +15 menit, sehingga total waktu pengamatan adalah +1 jam perstasiun.

Sampel nekton yang didapat dilakukan perendaman dalam formalin 10% Nekton selanjutnya di identifikasi untuk jenis ikan menggunakan buku Kottelat et al.

(1993) dan udang buku James G. Needham dan Paul R. Needham (1992).

Pengambilan sampling nekton dilakukan menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti. Data-data tersebut dianalisis menurut kaidah sebagai berikut:

Komposisi Jenis

Komposisi jenis diperoleh dari data ukuran dan jumlah spesies nekton yang diperoleh dari setiap lokasi dengan 5 stasiun yang telah ditentukan.

Kelimpahan Relatif

Perhitungan kelimpahan relatif setiap jenis nekton dilakukan dengan perhitungan persentase jumlah, dengan persamaan yang digunakan adalah (Krebs, 1972) :

Kr = x 100 % Keterangan :

Kr = Kelimpahan Relatif

ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah total individu semua jenis Frekuesi Keterdapatan

Frekuensi keterdapatan digunakan untuk menunjukan luasnya penyebaran lokal jenis tertentu. Hal ini dilihat dari frekuensi (%) nekton yang tertangkap dimana dengan menggunakan persamaan (Misra, 1968) :

Fi = X 100 % Keterangan :

Fi = Frekuensi keterdapatan ikan spesies ke-i yang tertangkap (%)

Ti = Jumlah stasiun dimana spesies ke-i tertangkap

(3)

2

Bila persentase mendekati 100% maka nekton tersebut memiliki penyebaran lokal yang luas. Sedangkan jika jenis nekton yang memiliki nila F mendekati 0 % merupakan jenis ikan yang penyebaran lokal sempit atau terbatas.

Indeks Keanekaragaman

Odum (1994) menyatakan bahwa ada dua cara pendekatan untuk menganalisis keragaman jenis dalam keadaan yang berlainan: (1) Membandingkan pembanding yang didasarkan pada bentuk, pola atau persamaan kurva banyaknya jenis, dan (2) Pembandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman, yang merupakan nisbah atau pernyataan matematika lainnya dari hubungan-hubungan jenis kepentingan. Dalam menentukan suatu keanekaragaman nekton digunakan indeks Shannon-Wiener (Brower, dkk., 1990) sebagai berikut:

H’ = -∑ log2

Keterangan :

H’ = Indeks Diversitas Shannon-Winer ni = Jumlah individu spesies ke- i N = Jumlah individu semua spesies Indeks Keseragaman

Diversitas maksimun (Hmaks) terjadi bila kelimpahan semua speies di semua

staiun merata, atau apabila H’ = Hmaks = log2 rasio keanekaragaman

yang terukur

dengan keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran keseragaman (E), yaitu: (Odum, 1994).

E = = Keterangan : E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner

Hmaks = Keanekaragaman maksimum S = Jumlah spesies

Indek Dominansi

Untuk mengetahui ada tidaknya, digunakan indeks dominan Simpson (Odum, 1994):

C = Σ Keterangan :

C = Indeks Dominansi Simpson Ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah individu semua spesies

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1; indeks 1 menunjukan dominansi oleh satu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun).

Sedangkan indeks 0

menunjukan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang dominansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Habitat Danau Siombak

Pengambilan sampel air dilakukan sebelum pengambilan sample nekton, untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap struktur komunitas sumberdaya hayati nekton di sungai tersebut.

Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Siombak

Data keseluruhan hasil tangkapan nekton selama penelitian di Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 5. Klasifikasi jenis-jenis nekton yang tertangkap selama penelitian di Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 6.

(4)

Jumlah keseluruhan individu nekton yang diperoleh terdiri dari 371 ekor dan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.

Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterpadatan Nekton

Persentase nekton tertinggi pada lokasi pengamatan adalah adalah

Ambassis uroatenia sebesar 64% dan yang paling rendah adalah Sardinella albella dan Aplocheilus panchax

sebesar 0%. Kelimpahan relatif berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data kelimpahan relatif nekton

Nama Spesies

Persentase nekton yang tertangkap (%) Sampl ing I Sampl ing II Sampli ng III Mystus gulio 7,1 1,81 7,34 Dermogenys weberi 1,02 - 0,92 Terapon jarbua 1,02 - 0,92 Scatophagus argus 1,02 6,06 2,75 Oreochromis niloticus 4,08 9,09 11,01 Aplocheilus panchax 2,04 - - Valamugil seheli 12,24 13,3 - Ambassis uroatenia 71,43 67,87 62,38 Sardinella albella - - 0,92 Channa striata - - 0,92 Fenneropenaeus indicus - 1,81 14,68 Jumlah (%) 100 100 100 Jumlah (ekor) 98 165 109

Dari hasil penangkapan nekton selama tiga bulan yaitu 27 Mei 2014, 8 Juni 2014 dan 12 Juli 2014 terdapat perbedaan pada kelimpahan nekton setiap bulan pengamatan, dan kelimpahan nekton tertinggi terdapat pada bulan Juni sebanyak 165 ekor dan terendah pada bulan Mei sebanyak 98 ekor. Data frekuensi Keterpadatan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data frekuensi keterdapatan nekton

Nama Spesies

Persentase nekton yang

tertangkap (%) Rata-rata Sampl ing 1 Sampl ing 2 Sampl ing 3 Mystus gulio 40 20 27 29 Dermogenys weberi 20 - 7 9 Terapon jarbua 40 - 7 15,7 Scatophagus argus 20 27 20 22,3 Oreochromis niloticus 100 53 27 60 Aplocheilus panchax 20 - - 6,7 Valamugil seheli 20 13 - 11 Ambassis uroatenia 100 87 53 80 Sardinella albella - - 7 2,3 Channa striata - - 7 2,3 Fenneropenaeus indicus - 7 40 15,7 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton

Secara umum, tingkat

keanekaragaman, keseragaman, dominansi di Danau Siombak dapat dilihat pada Tabel 7.

Ordo Famili Spesies St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 Total Siluriformes Bagridae Mystus gulio - - 1 6 11 18 Beloniformes Zenarchopteridae Dermogenys

weberi 2 - - - -

2

Perciformes

Terapontidae Terapon jarbua - - 1 1 - 2 Scatophagidae Scatophagus argus - 9 1 - - 10 Ambassidae Ambassis uroatenia 45 52 51 35 54 237 Channidae Channa striata - 1 2 - - 3 Cichlidae Oreochromis niloticus 1 4 7 5 14 31 Cyprinodontif ormes Aplocheilidae Aplocheilus panchax - - - - 1 1 Mugiliformes Muilidae Valamugil seheli - 46 - - 1 47 Clupeiformes Clupeidae Sardinella albella - - - - 1 1 Decapoda Penaeidae Fenneropenaeus

indicus

- - - 3 16 19

Total 48 112 63 50 98 371

Tabel 4. Klasifikasi jenis nekton yang terdapat di Danau Siombak serta data jumlah jenis nekton berdasarkan stasiun pengamatan dan waktu pengambilan sampel.

(5)

Tabel 7. Data keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi sumberdaya hayati nekton.

Indeks Keaneka ragaman (H’) Kesera gaman (E) Domi nasi (C) Stasiun Stasiun I 0.46 0.2858 0.812 8 Stasiun II 1.107 0.6878 0.387 8 Stasiun III 0.845 0.4342 0.654 6 Stasiun IV 0.89 0.642 0.532 5 Stasiun V 1.19 0.7394 0.377 2 Sampling Sampli ng 1 1.04 0.5001 0.525 7 Sampli ng 2 1.07 0.5972 0.491 8 Sampli ng 3 1.095 0.5266 0.425 2 Pasang, normal dan surut Pasang 1.439 0.692 0.339 1 Normal 1.1 0.529 0.493 4 Surut 1.625 0.8351 0.241 9

Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Siombak

Penangkapan nekton

dilakukan pada 5 stasiun di daerah Danau Siombak selama bulan Juni hingga Juli 2014. Jenis nekton yang tertangkap adalah ikan dan udang, dari jenis ikan meliputi meliputi 7 ordo yaitu Perciformes (6 famili), Beloniformes (1 famili), Siluriformes (1 famili), Cyprinodontiformes (1 famili), dan Cyproniformes (1 famili) dan Mugiliformes (1 famili) sedangkan dari jenis udang ditemukan hanya 1 ordo yaitu Decopoda (1 famili). Ordo Perciformes terdiri dari famili Terapontidae, Scatophagidae, Ambaasidae, Channidae dan Cichlidae; Ordo Beloniformes terdiri dari Zenarchopteridae; Ordo Siluriformes terdiri dari Bagridae; Ordo Cyprinodontiformes terdiri dari Aplocheilidae; Ordo Cypriniformes yakni Cyprinidae; Ordo Mugiliformes yakni Mugilidae, satu ordo dari kelompok udang adalah

Decapoda terdiri dari famili panaeidae yang hanya terdiri dari spesies Fenneropenaeus indicus.

Perolehan nekton yang tertinggi selalu diperoleh pada saat perairan Danau Siombak sedang pasang berkisar antara 40-61 ekor dan yang terendah selalu diperoleh pada saat perairan Danau Siombak sedang surut berkisar antara 11-32 ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya sebagaian jenis dari nekton yang berasal dari garis pantai melakukan ruaya ke Danau Siombak melalui arus pasang surut seperti ikan Belanak untuk mencari makan di Danau Siombak hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang menyatakan bahwa kelompok ikan Belanak yang hidup di daerah pantai akan melakukan ruaya ke danau yang tidak jauh dari pantai untuk mencari makan.

Sampling perolehan nekton tertinggi terdapat pada sampling ke III yakni pada saat bulan penuh dengan perolehan nekton sebesar 140 ekor dan terendah pada saat sampling ke I yakni pada saat bulan baru dengan perolehan nekton sebesar 89 ekor hal ini dipengaruhi oleh musim karena musim akan mempengaruhi migrasi vertilal dan horizontal ikan, migrasi ini kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan ikan demersal mengalami migrasi musiman horizontal, ikan pelagis biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas hal ini sesuai dengan pernyataan Gonawi (2009) yang menyatakan bahwa musim penghujan memiliki kelimpahan nekton yang tinggi terutama dari jenis ikan karena banyaknya nekton melakukan aktifitasnya baik melakukan pemijahan, mencari makan, dan migrasi.

(6)

Selain dipengaruhi oleh musim juga dipengaruhi oleh pasang purnama atau pasang mati yaitu kenaikan permukaan air laut yang tertinggi dan pasang permukaan air laut yang terendah. Ketika pasang maka banyak jenis nekton yang berada di dekat pantai dan melakukan ruaya ke Danau Siombak tersebut untuk mencari makan hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang menyatakan bahwa arus pasang akan mempengaruhi migrasi ikan ketika sudah dewasa yang baru selesai memijah dan memanfaatkan arus pasang untuk mencari makan ke daerah makanan.

Komposisi dan Kelimpahan Relatif Nekton

Jenis nekton yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Ambassidae yakni ikan Slinding (Ambassis uroatenia), dan famili Muilidae yakni ikan Belanak (Valamugil seheli); famili Cichlidae meliputi jenis ikan Nila (Oreochromis niloticus); famili Bagridae meliputi jenis ikan Lundu (Mystus gulio); famili Scatophagidae meliputi jenis ikan Ketang (Scatophagus argus); famili Channidae meliputi jenis ikan Gabus (Channa striata); famili Terapontidae meliputi jenis ikan terapon (Terapon jarbua); famili Zenarchopteridae

meliputi jenis ikan Cucut

(Dermogenys weberi); dan famili Aplocheilidae dari jenis ikan Kepala timah (Aplocheilus panchax); dan famili Cyprinidae meliputi jenis ikan Puraga (Sardinella albella). Jenis udang yang diperoleh berasal dari famili Panaeidae yakni jenis udang Putih kecil (Fenneropenaeus indicus).

Berdasarkan stasiun

pengamatan, nekton yang ditemukan di tiap stasiun adalah dari famili Ambassidae meliputi jenis ikan Slinding dan famili Cichlidae meliputi

jenis ikan Nila. Hal ini

mengindikasikan habitat Danau Siombak cocok untuk kedua famili tersebut sehingga dapat bertahan dan berkembang biak dengan baik.

Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Nekton

Berdasarkan waktu

pengambilan sampel pada Tabel 5. kelimpahan relatif nekton tertinggi diperoleh pada sampling kedua dengan dengan jumlah 165 ekor. Hal ini diduga akibat pada waktu sampling

kedua tepatnya pada bulan Juni 2014 telah memasuki musim penghujan dan pertengahan bulan. Pada umumnya, nekton khususnya ikan menetapkan waktu pemijahan ketika musim hujan sedang berlangsung sehingga produksi ikan sedang mengalami titik tertinggi dan perolehan nekton terendah yaitu pada sampling pertama sebesar 98 ekor.

Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Nekton

Grafik indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) secara spasial dapat dilihat pada Gambar 30. Indeks keanekaragaman (H’) di Danau Siombak di setiap sampling berkisar 1.04-1.095. Keanekaragaman yang paling tinggi didapatkan di stasiun V dan paling rendah di stasiun I.

Rendahnya nilai H’ di stasiun I disebabkan jumlah spesies yang tertangkap sedikit yaitu sebanyak 3 spesies dibandingkan pada stasiun lain, sedangkan kondisi fisika-kimia air stasiun I masih dalam keadaan baik. Diduga rendahnya H’ di stasiun I adalah karena kondisi habitat dan keadaan makanannya. Lagler (1972) menjelaskan suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan erat dengan keberadaan makanannya, ikan tersebut dapat bertahan hidup jika terdapat jenis makanan yang disukainya, ketersediaan makanan merupakan

(7)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Keanekaraga man Keseragaman Dominasi 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Keanekaraga man Keseragaman Dominasi

faktor yang menentukan jumlah dan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yang ada di suatu perairan.

Indeks keseragaman bila dilihat berdasarkan stasiun berkisar 0.2858-0.7394. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun V dan terendah di stasiun I. Nilai keseragaman yang rendah pada stasiun I dengan nilai mendekati 0 menunjukan adanya jumlah individu yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis. Hal ini dapat diartikan adanya jenis spesies tertentu yang memiliki jumlah individu relatif banyak, sementara beberapa jenis lainnya memiliki jumlah individu yang relatif sedikit. Nilai E pada stasiun V hampir mendekati 1. Hal ini menunjukan jumlah individu tiap jenis adalah sama atau hampir sama.

Nilai indeks dominansi pada tiap stasiun pengamatan berkisar 0,3772 -0,8128. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 0,8128 dan terendah pada stasiun V sebesar 0,3772. Nilai dominansi yang tinggi pada stasiun I. diduga ada jenis spesies tertentu yang jumlah indivudu relatif banyak, yaitu ikan Slinding.

Berdasarkan Gambar 30. Menunjukkan nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) nekton. Nilai

H’ tertinggi terdapat pada stasiun kelima sebesar 1.19 dan terendah pada stasiun petama yakni sebesar 0.46. Hal ini diduga adanya variasi dari jumlah spesies yang tetangkap tiap stasiun,

Nilai keseragaman di setiap stasiun berkisar antara 0.29 dan 0.74. Dimana nilai keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun kelima dan terendah stasiun pertama. Nilai E terendah pada stasiun pertama menunjukan penyebaran individu tidak merata, dimana dua jenis nekton tidak dijumpai pada stasiun pertama serta ada spesies tertentu yang memiliki jumlah individu yang besar, yaitu ikan Slinding.

Nilai indeks dominansi masing-masing stasiun memiliki kisaran antara 0.38-0.81. Nilai tertinggi di dapat pada stasiun pertama sebesar 0.81. Namun nilai indeks dominansinya masih tergolong rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa secara temporal tidak ada spesies yang dominan.

Gambar 31. (H’), (E), dan (C) nekton berdasarkan waktu pengambilan sampel.

Gambar 31. Menunjukkan indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) nekton secara spasial. Nilai H’ tertinggi terdapat pada sampling

Gambar 30. (H’), (E), dan (C) nekton berdasarkan lokasi pengamatan

(8)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Pasang Normal Surut

Keanekaraga man

Keseragaman Dominasi ketiga sebesar 1.095 dan terendah pada sampling ke 1 sebesar 1.04. Hal ini diduga adanya variasi dari jumlah spesies yang tetangkap tiap sampling, dimana jenis spesies tertangkap pada tiap sampling

berturut-turut yaitu 8, 6, dan 8 spesies.

Nilai keseragaman di setiap

sampling berkisar antara 0.5001 dan 0.5972. Dimana nilai keseragaman tertinggi terdapat pada sampling

kedua dan terendah sampling

pertama. Nilai E terendah pada

sampling pertama menunjukan

penyebaran individu tidak merata, dimana dua jenis nekton tidak dijumpai pada sampling pertama serta ada spesies tertentu yang memiliki jumlah individu yang besar, yaitu ikan Slinding.

Nilai indeks dominansi masing-masing sampling memiliki kisaran antara 0.4252-0.5257. Nilai tertinggi di dapat pada sampling

pertama sebesar 0.5257. Namun nilai indeks dominansinya masih tergolong rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa secara temporal tidak ada spesies yang dominan.

Berdasarkan Gambar 32. Diperoleh hasil pengamatan, nilai

keanekaragaman (H’) Danau

Siombkak berkisar antara 1.1-1.625 dengan rata-rata yaitu sebesar 1.4. Hal tersebut menunjukan tingkat keanekaragaman nekton di Danau Siombak tergolong rendah. Nilai indeks keseragaman yang diperoleh berkisar antara 0.529-0.8351. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat

keseragaman mendekati angka 1 yakni 0.69 menunjukan kemerataan antar spesies relatif merata. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pasang, normal dan surut jenis nekton yang ditemukan hampir merata di setiap stasiun. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0.2419-0.4934 dengan rata-rata 0.36 dan mendekati angka 0 berarti kemerataan antara spesies rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Nekton yang tertangkap di Danau Siombak terdiri dari 7 ordo, 11 famili, dan 11 spesies dengan total nekton yang tertangkap sebanyak 371 ekor. Ikan Slinding (Ambassis uroatenia) merupakan ikan yang memilki kelimpahan relatif terbesar. Secara umum, Nilai keanekaragaman (H’) sumberdaya hayati nekton di Danau Siombak tergolang sedang sebesar 1,07, dengan nilai indeks dominansi (C) sebesar 0,5001. Hal tersebut menunjukan secara umum Danau Siombak tidak ada spesies nekton yang mendominasi. Interpretasi ini diperkuat oleh nilai indeks keseragaman (E) yaitu sebesar 0,835 menunjukan penyebaran jumlah individu tiap jenis relatif sedang.

Saran

Penelitian lebih lanjut terkait aspek biologi ikan di perairan Danau Siombak selanjutnya penelitian terkait pengaruh pasang, surut dan normal terhadap kelimpahan ikan. Dapat

Gambar 32. (H’), (E), dan (C) nekton berdasarkan pasang, normal dan surut

(9)

dibandingkan dengan jelas komposisi dan keragaman nekton yang diperoleh serta kelimpahan makanan pada masing-masing jenis nekton sebaiknya ditelaah dengan lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA

Brower, J.E., J.H.Zar, dan C.N.von Ende. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. 3nd ed. Wim.C. Brown Co. Pub. Dubuque, Iowa. hal 237. Effendie, M.I. 2002. Biologi

Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Gonawi, G.R. 2009. Habitat Dan

Struktur Komunitas

Nekton Di Sungai

Cihideung - Bogor, Jawa

Barat. Skripsi. Bogor :

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK.

IPB. Bogor

Kottelat, M.S.N. Kartikasari,

A.J.Whitten dan

S.Wirjoatmodjo. 1993. Fres Water Fishes of Westren Indonesia and Sulawesi-Ikan Air Tawar indonesia bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi Bahasa). Periplus Edition LTD., Hongkong. hal 377.

Krebs, C.J. 1972. Ecology, the Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Rows Publisher. Lagler, K. F. 1972. Freshwater Fishery Biology. W. M. C. Brown Company Publisher Dubuque. Iowa. Hal. 371- 191.

Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan) Edisi ke tiga. Gadjah Mada

University Press,

Gambar

Tabel  4.  Klasifikasi  jenis  nekton  yang  terdapat  di  Danau  Siombak  serta  data  jumlah  jenis         nekton  berdasarkan  stasiun  pengamatan  dan  waktu  pengambilan sampel
Tabel  7.  Data  keanekaragaman,  keseragaman,  dan  dominansi  sumberdaya  hayati nekton
Gambar 31. (H’), (E), dan (C) nekton  berdasarkan  waktu  pengambilan  sampel.
Gambar 32. (H’), (E), dan (C) nekton  berdasarkan pasang, normal dan surut

Referensi

Dokumen terkait

Selain sumber manusia melalui observasi dan wawancara, teknik sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi maupun tidak resmi.

1) Nilai, sebagai pengkajian produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh

Kreatifitas anak dalam aspek ketrampilan bertanya, bekerjasama, ketepatan menjawab dan tanggung jawab menjadi 100 % pada siklus II, Berdasar hasil penelitian tersebut

Faktor pertama kualitas pelayanan atau jasa adalah konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, kedua

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan bidan dalam menggunakan APD saat menolong persalinan yang terbanyak adalah dalam kategori tidak patuh yaitu

tam IxreaFot noluaa.. E slapaii b ola a az*&ng anggoufca DPI© gotaaadya Ban­ dung a&ndoaalc, a ga r oupeya diada&&& paxabohaacm iseneenai larangan

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar

This was in line with the opinion of Tazkia, (2012), that the tourism infrastructure was all facilities, tourism facilities that allow it to live and thrive so that it can