• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 ( B a b 4 ) LAPORAN AKHIR (Final Report) Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 ( B a b 4 ) LAPORAN AKHIR (Final Report) Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4.1.Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan Kawasan Strategis Nasional, meliputi :

1. Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam) (I/A/2)

4. Kawasan Ekosistem Leuser (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/B/1) 5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo

dan Berhala) dengan negara India/Thailand/Malaysia (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara) (I/E/2)

6. Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) (Provinsi Sumatera Utara) (I/A/1)

7. Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya (Provinsi Sumatera Utara) (I/B/1) 8. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (Provinsi Sumatera

Barat) (I/D/2)

9. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Provinsi Riau dan Sumatera Barat) (I/B/1)

10. Kawasan Hutan Lindung Mahato (Provinsi Riau) (I/B/1)

11. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu

(2)

Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)

12. Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) (I/A/2) 13. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi

Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1) 14. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1)

15. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) (I/B/1) 16. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1)

17. Kawasan Selat Sunda (Provinsi Lampung dan Banten) (III/A/2)

18. Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Provinsi DKI Jakarta) (I/D/2) 19. Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit (Provinsi DKI Jakarta)

(I/D/2)

20. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat) (I/A/1)

21. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Provinsi Jawa Barat) (I/A/1) 22. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat)

(I/D/1)

23. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

24. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

25. Kawasan Stasiun Telecomand (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)

26. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2) 27. Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan

(Pacangsanak) (Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah) (I/B/1)

28. Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang -Purwodadi (Kedung Sepur) (Provinsi Jawa Tengah) (I/A/1)

29. Kawasan Borobudur dan Sekitarnya (Provinsi Jawa Tengah) (I/B/2) 30. Kawasan Candi Prambanan (Provinsi Jawa Tengah) (I/B/2)

(3)

31. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) (I/B/1)

32. Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila) (Provinsi Jawa Timur) (I/A/1)

33. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek (Provinsi Jawa Timur) (I/D/2)

34. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten) (I/B/1)

35. Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita) (Provinsi Bali) (I/A/1)

36. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/A/2)

37. Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1) 38. Kawasan Gunung Rinjani (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1)

39. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/A/2)

40. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

41. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)

42. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa (Provinsi Kalimantan Barat) (I/A/2)

43. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat) (I/D/2)

44. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat) (I/B/1)

45. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah) (I/E/2)

(4)

46. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/A/2)

47. Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/B/1)

48. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan) (I/A/2)

49. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur) (I/A/2)

50. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara Malaysia dan Philipina (Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara) (I/E/2)

51. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung (Provinsi Sulawesi Utara) (I/A/2)

52. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano (Provinsi Sulawesi Utara) (I/B/1)

53. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/A/2)

54. Kawasan Poso dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/C/1)

55. Kawasan Kritis Lingkungan Balingara (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/B/1) 56. Kawasan Kritis Lingkungan Buol-Lambunu (Provinsi Sulawesi Tengah)

(I/B/1)

57. Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar (Mamminasata) (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/A/1)

58. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/A/2)

(5)

60. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/D/2)

61. Kawasan Soroako dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/D/2) 62. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari

(Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/A/2)

63. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo (Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/B/1)

64. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram (Provinsi Maluku) (I/A/2)

65. Kawasan Laut Banda (Provinsi Maluku) (I/D/1)

66. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua) (I/E/2)

67. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau (Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) (I/E/2)

68. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Provinsi Papua Barat) (I/B/1)

69. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (Provinsi Papua) (I/A/2) 70. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan (Provinsi Papua)

(I/D/2)

71. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit (Provinsi Papua) (I/D/2)

72. Kawasan Timika (Provinsi Papua) (I/D/2)

73. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Provinsi Papua) (I/B/1)

74. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni (Provinsi Papua) (I/B/1)

(6)

75. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini (Provinsi Papua) (I/E/2)

76. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2).

Keterangan :

I – IV : Tahapan Pengembangan

A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup

B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya

C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

(7)

E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan 4.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi

yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI (1) (2) (3) (4)

1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan

Baru (Tahap I)

Nanggroe Aceh Darussalam

2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Riau

3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kep. Riau 4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kep. Riau

(8)

5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Nusa Tenggara Timur

7 Kefamenanu

(Ibukota Kab. Timor

Tengah Utara) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nusa Tenggara Timur 8 Paloh - Aruk (Kab.

Sambas) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat 9 Jagoi Babang (Kab. Bengkayang) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI (1) (2) (3) (4) 10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat 11 Entikong ( Kab. Sanggau) I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kalimantan Barat 12 Jasa (Kab. Sintang) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Barat 13 Nunukan (Ibukota Kab. Nunukan) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi Kalimantan Timur 14 Simanggaris (Kab. Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur 15 Long Midang (Kab.

Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur 16 Long Pahangai

(kab. Kutai Barat)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur 17 Long Nawan (Kab.

Malinau)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur 18 Melonguane

(ibukota Kab. Talaud)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara 19 Tahuna (ibukota

Kab. Kep. Sangihe)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Sulawesi Utara 20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Maluku 21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

(9)

22 Dobo (Kab. Kep. Aru) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Maluku

21 Daruba (Kab. Pulau

Morotai)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku Utara

22 Kota Jayapura I / A/ 1 : Pengembangan

/ Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

23 Kota Tanah Merah

(Ibukota Kab. Tanah

Merah) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Papua 24 Kota Merauke

(Ibukota Kab. Merauke)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

4.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional, arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional, arahan pengembangan jaringan prasarana tenaga kelistrikan nasional, arahan pengembangan jaringan telekomunikasi nasional, dan arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional.

1. Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Nasional

Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional meliputi arahan pengembangan pusat permukiman perkotaan dan pusat permukiman perdesaan. Pusat permukiman perkotaan mempunyai fungsi :

a. ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;

b. jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang, dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan, yakni sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah;

c. jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.

Dalam lingkup kawasan perdesaan, pusat-pusat permukiman perdesaan juga memiliki fungsi yang sama sebagai pusat pelayanan kegiatan budidaya,

(10)

meskipun dalam skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas. Arahan pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan diselaraskan dengan pusat permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling menguatkan perkembangan kota dan desa.

2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Nasional

Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional mencakup sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara. Jaringan transportasi nasional merupakan sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi antarwilayah dan antarkota dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi internasional.

Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional bertujuan untuk menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman nasional dan mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara pusat-pusat permukiman dengan sektor-sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dilakukan secara terintegrasi antara transportasi darat, laut, dan udara yang menghubungkan antar pulau, pusat permukiman dan kawasan produksi, sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan sosial-ekonomi dan pertahanan keamanan negara dalam rangka memantapkan kesatuan wilayah nasional. Sistem jaringan transportasi darat mencakup jaringan jalan, jaringan rel, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut mencakup pelabuhan laut dan alur pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara mencakup bandar udara dan ruang lalu lintas udara.

Dengan memperhatikan perkiraan arus penumpang dan barang, lintas, dan kondisi jaringan jalan kereta api yang ada, demikian pula untuk wilayah Pulau Sulawesi direncanakan pengembangan jalan kereta api yang melayani angkutan khusus.

(11)

Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan meliputi alur pelayaran sungai, alur pelayaran danau, dan alur penyeberangan, yang terdiri atas trayek utama dan trayek pengumpan.

a. Trayek utama dikembangkan untuk menghubungkan:  antara pusat-pusat produksi dengan outlet utama dan

 antar pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi

b. Trayek pengumpan dikembangkan untuk menghubungkan:  pusat-pusat produksi dengan outlet pengumpan.

 antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat pengumpul dan distibusi dengan pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi, atau

 antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi.

Selain ketiga penyeberangan di atas, jaringan transportasi penyeberangan dikenal pula dengan penyeberangan antar negara yang menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api lintas negara, lintas penyeberangan antar provinsi yang menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api lintas provinsi terutama di wilayah berkarakteristik kepulauan, lintas penyeberangan antar kabupaten/kota yang menghubungkan jaringan jalan dan atau jalur kereta api lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi atau antar provinsi, terutama di wilayah dengan karateristik kepulauan, dan lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota yang memiliki karakteristik kepulauan. Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu prioritas jaringan transportasi penyeberangan lintas tengah yaitu jaringan transportasi penyeberangan lintas tengah Palembang – Jayapura melalui Banjarmasin, Ujung Pandang, Kendari, Ambon, Sorong, Biak. Dalam RTRWN ditetapkan Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan internasional, dan

(12)

Pelabuhan Pare-pare sebagai pelabuhan nasional. Jaringan transportasi udara meliputi bandar udara dan ruang lalu lintas udara. Bandar udara terdiri dari bandar udara pusat penyebaran primer, bandar udara pusat penyebaran sekunder, bandar udara pusat penyebaran tersier, dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Dalam RTRWN telah ditetapkan Bandar Udara Hasanuddin Makasar sebagai bandara primer di Provinsi Sulawesi Selatan. Pusat penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang dalam jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi dan terhubungkan dengan pusat penyebaran primer. Bandar udara pusat penyebaran sekunder merupakan bandar udara dengan karakteristik berikut :

a. berada pada kota PKN di luar kawasan perbatasan;

b. berfungsi melayani pergerakan penumpang/barang domestik atau ke luar negeri (internasional), atau memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang melayani jumlah penumpang 100.000 atau lebih dengan frekuensi 10 penerbangan per hari;

c. melayani penerbangan dalam negeri sekurang-kurangnya 3 kali sehari dan penerbangan luar negeri sekurang-kurangnya 1 kali sehari.

Tabel 4.2.

Sistem Perkotaan Nasional Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

NO. PROVINSI PKN PKW PKSN 1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM - Lhokseumawe (I/C/1) - Sabang (I/C/1) - - Banda Aceh (I/C/1), (I/D/1) - Langsa (II/C/3) - Takengon(II/C/1) - Meulaboh (I/D/1), (II/C/3) - Sabang (I/A/ 2) 2 SUMATERA UTARA

- Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro) (I/C/3)

- Tebingtinggi(II/C/1) - Sidikalang (II/B)

- Pematang Siantar (I/C/1) - Balige (II/C/1)

- Rantau Prapat (I/C/1) - Kisaran (II/C/1) - Gunung Sitoli (I/D/1), (II/C/1) - Padang sidempuan (II/C/1) - Sibolga (I /C/1)

(13)

3 SUMATERA BARAT

Padang (I/C/1) - Pariaman (II/C/1)

- Sawahlunto N(II/C/1) - Muarasiberut (II/C/2) - Bukittinggi (I/C/1) - Solok (II/C/2) 4 R I A U - Pekanbaru (I/C/1) - Dumai (I/C/1) - Bangkinang (II/B) - Taluk Kuantan (II/C/1) - Bengkalis (II/B) - Bagan Siapi-api (II/B) - Tembilahan (I/C/1) - Rengat (II/C/1) - Pangkalan Kerinci (II/C/1)

- Pasir Pangarayan (I/C/1) - Siak Sri Indrapura (II/C/1)

- Dumai (I/A/1)

5 KEPULAUAN RIAU - Batam

(I/C/3)

- Tanjung Pinang (I/C/1) - Terempa (II/B) - Daik Lingga (II/B) - Dabo – Pulau Singkep (II/B)

- Tanjung Balai Karimun (I/C/1)

- Batam (I/A/1) - Ranai (I/A/2)

6 J A M B I - Jambi (I/C/1) - Kuala Tungkal (II/B)

- Sarolangun (II/B) - Muarabungo (I/C/1) - Muara Bulian (II/C/1) 7 SUMATERA

SELATAN

- Palembang(I/C/1) - Muara Enim(I/C/1)

- Kayuagung(II/B) - Baturaja (II/B) - Prabumulih(II/C/1) - Lubuk Linggau(I /C/1) - Sekayu (II/B) - Lahat (II/B)

8 BENGKULU - Bengkulu (I/C/1)

- Manna (I/C/1) - Muko-Muko (II/C/2) - Curup (II/C/2) NO. PROVINSI PKN PKW PKSN 9 BANGKA BELITUNG - Pangkal Pinang(I/C/1) - Muntok (II/B) - Tanjungpandan(I/B) - Manggar (II/B)

10 LAMPUNG - Bandar Lampung

(I/C/1) - M e t r o(II/C/1) - Kalianda (II/B) - Liwa (II/C/2) - Menggala (II/B) - Kotabumi(I/C/1) - Kota Agung(II/B) 11 DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA - JAWA BARAT - BANTEN - Kawasan Perkotaan Jabodetabek (I/C/3)

(14)

12 BANTEN - Serang (I/C/1) - Cilegon (I/C/1)

- Pandeglang (II/B) - Rangkas Bitung(II/B)

13 JAWA BARAT - Kawasan Perkotaan Bandung

Raya (I/C/3) - Cirebon(I/C/1)

- Sukabumi(I/C/1)

- Cikampek – Cikopo (I/C/1) - Pelabuhanratu(II/C/2) - Indramayu(II/C/1) - Kadipaten(II/C/2) - Tasikmalaya(I/C/1) - Pangandaran(II/C/2) - Purwokerto (II/C/1) 15 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Yogyakarta (I/C/3)

- Bantul (I/D/1), (II/C/1) - Sleman (II/C/1)

16 JAWA TIMUR - Kawasan Perkotaan

(Gerbangkertosusila) (I/C/3) - Malang (I/C/1) - Probolinggo(II/C/1) - Tuban (I/C/1) - Kediri (I/C/1) - Madiun (II/C/1) - Banyuwangi(I /C/1) - Jember (II/C/2) - Blitar (II/C/2) - Pamekasan(II/C/2) - Bojonegoro(II/C/2) - Pacitan (II/C/2)

17 BALI - Kawasan Perkotaan

Denpasar-Bangli- Gianyar- Tabanan (Sarbagita) (I/C/1) - Singaraja(I/C/1) - Semarapura(II/B) - Negara (II/B) 18 NUSA TENGGARA BARAT

- Mataram (I/C/1) - Praya (I/B)

- Raba (II/B) - Sumbawa Besar(II/C/1) 19 NUSA TENGGARA TIMUR - Kupang (I/C/1) - Soe (II/B) - Kefamenanu(II/B) - Ende (I/C/1) - Maumere(I/C/1) - Waingapu(II/C/1) - Ruteng (II/C/1) - Labuan Bajo(I/C/1) - Atambua(I/A/1) - Kalabahi(II/A/2) - Kefamenanu(I/A/2) NO. PROVINSI PKN PKW PKSN 20 KALIMANTAN BARAT - Pontianak (I/C/1) - Mempawah(II/B) - Singkawang(I/C/1) - Sambas (II/C/1) - Ketapang (II/B) - Putussibau(II/C/1) - Entikong(I/C/1) - Sanggau (I/C/1) - Sintang (II/C/1) - Paloh – Aruk(I/A/2) - Jagoibabang(I/A/2) - Nangabadau(I/A/2) - Entikong(I/A/1) - Jasa (II/A/2) 21 KALIMANTAN TENGAH - Palangkaraya (I/C/1) - Kuala Kapuas(II/C/1) - Pangkalan Bun(I/C/1) - Buntok (II/C/1) - Muarateweh(II/C/1) - Sampit (I/C/1)

(15)

22 KALIMANTAN SELATAN - Banjarmasin (I/C/1) - Amuntai (II/B) - Martapura (II/B) - Marabahan(II/B) - Kotabaru(I/C/1) 23 KALIMANTAN TIMUR - Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong– Samarinda - Bontang (I/C/1) - Tarakan (I/C/1) - Tanjung Redeb(I/C/1) - Sangata (I/B) - Nunukan (I/B) - Tanjung Selor(II/C/1) - Malinau (II/C/1) - Tanlumbis (II/B) - Tanah Grogot(II/C/1) - Sendawar(II/C/2) - Nunukan(I/A/1) - Simanggaris(I/A/2) - Long Midang(I/A/2) - Long Pahangai (II/A/2) - Long Nawan (II/A/2) 24 GORONTALO - Gorontalo (I/C/1) - Isimu (II/C/2) - Kuandang(II/C/2) - Tilamuta(II/C/2) 25 SULAWESI UTARA

- Kawasan Perkotaan Manado - Bitung (I/C/1) - Tomohon(I/C/1) - Tondano(II/C/1) - Kotamobagu(I/C/1) - Melonguane(I /A/2) - Tahuna(I/A/2) 26 SULAWESI TENGAH

- Palu (I/C/1) - Poso (II/C/3)

- Luwuk (II/C/1) - Buol (II/C/1) - Kolonedale(II/C/1) - Tolitoli (I/C/1) - Donggala(II/C/1) 27 SULAWESI SELATAN - Kawasan Perkotaan Makassar- Sungguminasa- Takalar-Maros (Maminasata) (I/C/3) - Pangkajene(II/C/1) - Jeneponto(I/C/1) - Palopo (I/C/1) - Watampone(II/C/1) - Bulukumba(II/C/1) - Barru (II/C/1) - Parepare(I/C/1) 28 SULAWESI BARAT - Mamuju (I/C/1) - Majene (I/C/2) - Pasangkayu(II/C/2) 29 SULAWESI TENGGARA

- Kendari (I/C/1) - Unaaha (II/C/1)

- Lasolo (II/C/1) - Bau-Bau (I/C/1) - Raha (II/C/1) - Kolaka (II/C/1) 30 MALUKU - Ambon (I/C/1) - Masohi (I/C/1) - Werinama(II/C/2) - Kairatu (II/C/1) - Tual (II/C/1) - Namlea (II/C/1) - Wahai (II/B) - Bula (II/B) - Saumlaki(I/A/2) - Ilwaki(II/A/2) - Dobo(II/A/2)

(16)

31 MALUKU UTARA - Ternate (I/C/1) - Tidore (I/C/1) - Tobelo (II/C/2) - Labuha (II/C/1) - Sanana (II/C/2) - Daruba (I/A/2)

32 PAPUA BARAT - Sorong

(I/C/1)

- Fak-Fak (I/C/1) - Manokwari(I/C/1) - Ayamaru(II/C/1)

33 PAPUA - Timika (I/C/1)

- Jayapura (I/C/1) - Biak (I/C/1) - Nabire (II/C/1) - Muting (II/C/2) - Bade (II/C/2) - Merauke (I/C/1) - Sarmi (II/C/2) - Arso (I/C/1) - Wamena(II/C/1) - Jayapura(I/A/1) - Tanah Merah (I/A/1) - Merauke(I/A/1)

Keterangan:

I – IV: Tahapan Pengembangan

A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi

A/2 : Pengembangan Baru

A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi

C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasonal

C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru

C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana

D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam

D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

4.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam penjelasan UU 17 tahun 2007, dinyatakan bahwa visi 2025 akan diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:

1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasardomestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.

(17)

3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaranuntuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Terkait dengan focus misi untuk mencapai visi 2015, maka tema pembangunan masing-masing koridor ekonomi dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra Produksi danPengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”; 2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong

Industri dan Jasa Nasional”;

3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”; 4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai ‟Pusat

Produksi danPengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional”;

5. Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai‟PintuGerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”; 6. Koridor Ekonomi Papua - Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan

sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional”.

Dengan diterapkannya koridor ekonomi yang tertuang di dalam MP3EI ini, secara keseluruhan, PDB Indonesia akan bertumbuh lebih cepat dan lebih luas, baik untuk daerah di dalam koridor, maupun untuk di daerah di luar koridor. Pertumbuhan tahunan PDB nasional dengan penerapan MP3EI akan menjadi sekitar 12,7 persen secara nasional, dengan pertumbuhan wilayah di dalam koridor sebesar 12,9 persen. Pertumbuhan di luar koridor juga akan mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen sebagai hasil dari adanya spillover effect pengembangan kawasan koridor ekonomi. Pertumbuhan tahunan di Koridor Ekonomi Jawa disesuaikan dengan RPJMN agar tercapai pengurangan dominasi Pulau Jawa dibandingkan dengan pulau-pulau lain pada tahun 2025. Selain itu, diharapkan juga terjadi

(18)

kenaikan pertumbuhan ekonomi secara merata untuk koridor-koridor ekonomi di luar Jawa (BBSDL,2011).

Pengembangan MP3EI berfokus pada 8 program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama yang disesuaikan dengan potensi dan nilai strategisnya masing-masing di koridor yang bersangkutan.

Pengembangan kegiatan ekonomi utama Koridor Ekonomi membutuhkan dukungan dari sisi energi. Dengan adanya Masterplan P3EI ini, penambahan kebutuhan energi listrik di Indonesia hingga tahun 2025 diproyeksikan mencapai sekitar 90.000 MW (dalam kondisi beban puncak). Dari jumlah tersebut, sebagian besar kebutuhan energi akan digunakan untuk mendukung pembangunan dan pengembangan kegiatankegiatan ekonomi utama di dalam koridor. Untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama, telah diindikasikan nilai investasi yang akan dilakukan di keenam koridor ekonomi tersebut sebesar sekitar Rp 4.012 Triliun. Dari jumlah tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 10% dalam bentuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, serta rel kereta dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan sisanya diupayakan akan dipenuhi dari swasta maupun BUMN dan kolaborasi antara BUMN dan swasta.

Laporan BBSDL (2011) mengemukakan bahwa pelaksanaan MP3EI dilakukan melalui 3 (tiga) strategi utama yang dioperasionalisasikan dalam inisiatif strategis, yaitu:

1. Strategi pertama adalah pengembangan potensi melalui 6 koridor ekonomi yang dilakukan dengan cara mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama. Penyelesaian berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan ekonomi utama sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi di 6 koridor ekonomi.

(19)

Berdasarkan potensi yang ada, maka sebaran sector, fokus dan kegiatan utama di setiap koridor ekonomi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 4.3.

Fokus dan kegiatan utama tiap koridor ekonomi MP3EI.

No Koridor Fokus kegiatan utama

1 Sumatera Kelapa Sawit, Karet, Batubara, Besi-Baja, JSS

2 Jawa Industri Makanan Minuman, Tekstil, Permesinan, Transportasi, Perkapalan, Alutsista, Telematika, Metropolitan Jadebotabek

3 Kalimantan Kelapa Sawit, Batubara, Alumina/Bauksit, Migas, Perkayuan, Besi-Baja

4 Sulawesi Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Nikel, Migas

5 Bali NT Pariwisata, Peternakan, Perikanan

6 Papua- Maluku Food Estate, Tembaga, Peternakan, Perikanan, Migas, Nikel.

2. Strategi kedua, memperkuat konektivitas nasional melalui sinkronisasi rencana aksi nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor riil. Untuk itu akan ditetapkan jadwal penyelesaian masalah peraturan nasional dan infrastruktur utama nasional. Menurut laporan Menko Perekonomian, berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku kepentingan, khususnya dunia usaha, teridentifikasi sejumlah regulasi dan perijinan yang memerlukan debottlenecking yang meliputi:

a) Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang b)Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik

ditingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga

c) Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung strategi MP3EI (seperti Bea keluar beberapa komoditi) d)Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan utama yang sesuai

dengan strategi MP3EI.

e)Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perijinan

Adapun Elemen Utama dari Strategi Kedua adalah:

i. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman.

(20)

ii. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui inter-modal supply chain systems.

iii. Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas. (Pertumbuhan yang inklusif)

3. Strategi ketiga, pengembangan Center of Excellence di setiap koridor ekonomi. Dalam hal ini akan didorong pengembangan SDM dan IPTEK sesuai kebutuhan peningkatan daya saing. Percepatan transformasi inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui:

a) Pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis.

b) Memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dan berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Adapun Inisiatif Strategisnya adalah sebagai berikut:

i. Revitalisasi Puspitek sebagai Science and Technology Park ii. Pengembangan Industrial Park

iii. Pembentukan klaster inovasi daerah untuk pemerataan pertumbuhan

iv. Pengembangan industri strategis pendukung konektivitas v. Penguatan aktor inovasi (SDM dan Inovasi).

Tabel 4.4

Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI

(1) (2) (3)

1 Koridor Ekonomi (KE)

Sumatera

Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi

Dumai Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim Pendopo Palembang Prabumulih Bangka Barat, Babel Batam Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon 2 Koridor Ekonomi (KE)

Jawa

Banten DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan

3 Koridor Ekonomi (KE) Bali – Nusa Tenggara

Badung Buleleng Lombok Tengah Kupang Sumbawa Barat Aegela Nusa Penida

4 Koridor Ekonomi (KE)

Kalimantan

Kutai Kertanegara Kutai Timur Rapak dan Ganal Kotabaru Ketapang Kotawaringin Barat Kapuas Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau Penajam Paser Utara

(21)

5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi

Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare Kendari Kolaka Konawe Utara Morowali Parigi Moutang Banggai Bitung

6 Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku

Merauke (Mifee) Timika Halmahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari

4.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasiitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; d. mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel berikut:

(22)

Tabel 4.5

Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS

(1) (2) (3)

1 Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke

2 Kabupaten Pandeglang, Banten

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

3 Kabupaten Kutai Timur,

Kalimantan Tmur Kawasan Ekonomi Khusus Maloy 4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung

Tabel 4.6

Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK Kota Makassar KSN PKN PKSN KPI MP3EI KEK KSN SUDUT KEPENTINGAN STATUS HUKUM RTRW KSN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Metropolitan MAMMINASATA kepentingan pertumbuhan ekonomi Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang RTR KSN Perkotaan Mamminasata Perkotaan Mamminasata - Koridor Ekonomi Sulawesi -

Referensi

Dokumen terkait

30 The key objectives of the ROMS are to support the PPMUs and DPMUs through the provision of technical support principally in the following key areas: (a) day to day management

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan status gizi pasien TB yang dirawat di instalasi rawat inap anak dengan pasien TB yang dirawat di poliklinik

Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan sub bidang pendapatan asli daerah..

Fasilitator menyampaikan kepada peserta tentang pentingnya pengendalian uang keluar, bukan berarti menjadi pelit, akan tetapi kita dapat mempertimbangkan secara hati- hati,

Tingginya titer antibodi yang terdeteksi menggunakan metode ELISA tidak hanya karena adanya infeksi BVD, sehingga dalam mendiagnosis BVD menggunakan ELISA hal yang perlu

Untuk menganalisis permasalahan perubahan penggunaan lahan pertanian Kecamatan Siantar Marimbun menjadi lahan perumahan/permukiman dan kesesuaian dengan RTRW Kota

Hal yang sama dikemukakan oleh Fadel Muhammad (2008) bahwa pengembangan ekonomi wilayah dapat dikembangkan dengan pendekatan manajemen kewirausahaan. Inilah yang diterapkan

Saya mampu mengungkapkan sanggahan saya kepada guru dengan jelas Saya cenderung memotong pembicaraan karyawan dan mengambil alih pembicaraan Saya mampu mengungkapkan isi hati