FAKTOR- FAKTOR PEMANFAATAN POSYANDU BALITA DI KELURAHAN TIMURAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SETABELAN KOTA SURAKARTA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
NURINKA NIRMALA J 410 161 030
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
1
FAKTOR- FAKTOR PEMANFAATAN POSYANDU BALITA DI KELURAHAN TIMURAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SETABELAN KOTA SURAKARTA Abstrak
Posyandu merupakan upaya dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. Cakupan pemanfaatan posyandu balita di Puskesmas Setabelan Surakarta sebesar 65,99% dan kelurahan Timuran sebesar 68% yaitu masih di bawah target Jawa Tengah sebesar 80%. Akan semakin rendah jika posyandu balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pekerjaan, pengetahuan, sikap dan kebutuhan dengan pemanfaatan posyandu Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 103 ibu. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak berusia 1-5 tahun, berada di wilayah kelurahan Timuran, dan bersedia menjadi responden sebanyak 103 ibu diambil dengan teknik exhaustive sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,035), sikap (p=0,048), dan kebutuhan (p=0,024) dengan pemanfaatan Posyandu Balita di Kelurahan Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta, tetapi tidak ada hubungan dengan status pekerjaan ibu (p=0,592).
Kata Kunci : Pekerjaan, pengetahuan, sikap, kebutuhan, Pos Pelayanan Terpadu
Abstract
IHC is an effort to obtain basic health services related to maternal mortality, infant and toddler. Coverage utilization Puskesmas Posyandu toddler in Surakarta Setabelan amounted to 65.99% and sub-easterlies of 68% is still below the target of 80% of Central Java. Will decrease if the Posyandu toddler. This study aimed to analyze the relationship work, knowledge, attitudes and needs with the use of Eastern Puskesmas Posyandu Setabelan Surakarta. This research is an observational analytic with cross sectional approach. Samples taken as many as 103 mothers. The study population was mothers with children aged 1-5 years, in the area of the village Timuran, and willing to be the mother of 103 respondents taken with exhaustive sampling technique. Data analysis using Chi-square test. The results showed no relationship between mother knowledge (p = 0.035), attitude (p = 0.048), and the requirement (p = 0.024) with the use of Posyandu toddler in the Village of Timuran Puskesmas Setabelan Surakarta, but no association with work status mothers (p = 0.592).
2 1. PENDAHULUAN
Menurut data Kemenkes (2015) menunjukkan AKABA di Indonesia sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup. AKABA tahun 2015 sudah memenuhi target MDGs 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Persentase AKABA tahun 2016 di Jawa Tengah sebesar 11,80 per 1.000 kelahiran hidup, cenderung meningkat jika dibandingkan AKABA tahun 2015 yaitu 11,64 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jateng, 2016). Kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan AKABA paling rendah yaitu Kota Surakarta sebesar 4,18 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta tahun 2017 menunjukkan AKABA sebesar 4,24 % dari (42/ 9896) yang artinya belum mencapai target kota Surakarta sebesar 3,45%. Selain itu, adanya prevalensi status gizi balita yang mempengaruhi tingginya AKABA yaitu terdapat masalah kurang gizi di Surakarta tahun 2017 sebesar 1,38% anak balita dan stunting sebesar 3,14% pada baduta.
AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu dan tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu (Dinkes Jateng, 2016). Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan program pemerintah yakni adanya Posyandu. Tujuan Posyandu yaitu mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita dengan cara meningkatkan keaktifan ibu dan sektor-sektor terkait terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak (Dinkes Jateng, 2016). Pelayanan yang diberikan posyandu tersebut sangat penting untuk pertumbuhan balita.
Persentase D/S di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 80,99%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan persentase D/S tahun 2015 yaitu 73,9%. Target pencapaian Posyandu di Jawa Tengah sebesar 80%, dengan demikian persentase D/S tahun 2016 sudah mencapai target (Dinkes Jateng, 2016). Menurut DKK Surakarta, cakupan D/S di Surakarta tahun 2017 didapatkan sebesar 81,73 %, mengalami peningkatan tahun 2015 sebesar 71,63 % dan tahun 2016 sebesar 76,5% dengan target sebesar 80 % yang artinya sudah mencapai target. Namun dengan melihat prevalensi pencapaian posyandu seluruh balita pada Puskesmas se-kota Surakarta masih ada yang memiliki cakupan terendah.
3
Pencapaian posyandu kota Surakarta tahun 2017 berdasarkan pengukuran D/S yang tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Purwodiningratan sebesar 92,74 % dan pencapaian posyandu terendah yaitu di wilayah kerja Puskesmas Setabelan sebesar 65,99 %. Berdasarkan pencapaian Posyandu dari ke empat kelurahan pada wilayah kerja Puskesmas Setabelan paling rendah terdapat di Kelurahan Timuran sebesar 68%, dengan target Puskesmas Setabelan sebesar 78% yang artinya belum memenuhi target. Permasalahan yang terjadi pada penyelenggaraan program posyandu di Puskesmas Setabelan yaitu keaktifan ibu balita dalam pemanfaatan posyandu masih rendah.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 20 ibu balita di Kelurahan Timuran didapatkan hasil bahwa ibu balita yang rutin ke posyandu memiliki pengetahuan baik 5 ibu (25%) dan pengetahuan kurang 1 ibu (5%). Pada ibu yang tidak rutin berkunjung berpengetahuan baik 2 ibu (10%) dan memiliki pengetahuan kurang 12 ibu (60%). Pada aspek sikap, responden yang rutin berkunjung memiliki sikap baik 7 ibu (35%) dan memiliki sikap kurang 2 ibu (10%). Pada ibu yang tidak rutin berkunjung memiliki sikap baik 1 ibu (5%) dan memiliki sikap kurang sebanyak 10 ibu (50%).
Segi pekerjaan, ibu tidak rutin dan bekerja 12 ibu (60%), ibu rutin dan tidak bekerja 8 ibu (40%). Berdasarkan kebutuhan, didapatkan 65% ibu menitipkan anak ke orangtua ataupun PAUD di lingkungan setempat. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kesadaran ibu yang berkunjung ke posyandu belum memenuhi target, padahal posyandu sangat bermanfaat untuk pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor pemanfaatan posyandu ibu balita di Kelurahan Timuran wilayah kerja Puskesmas Setabelan yang meliputi pekerjaan, pengetahuan, sikap dan kebutuhan dengan perilaku pemanfaatan posyandu.
2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional. Jenis penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor pemanfaatan posyandu yang meliputi pekerjaan,
4
pengetahuan, sikap dan kebutuhan dengan pemanfaatan posyandu balita. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17- 30 Juli 2018 di Kelurahan Timuran wilayah kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu periode bulan Mei 2018 yang memiliki balita (umur 1-5 tahun) sebanyak 103 ibu. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode exhaustive sampling.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteritik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia Ibu 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun Rata-rata umur Minimum Maximum 31 54 18 29,33 20 tahun 44 tahun 30,1 52,4 17,5 Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Lanjut VOKASI (D1, D3) Perguruan Tinggi (S1, S2) 4 9 42 22 26 3,9 8,7 40,8 21,4 25,2 Umur Balita 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 28 24 30 21 27,2 23,3 29,1 20,4 Mengurus Anak Mengurus Sendiri Menitipkan Anak 76 27 73,8 26,2 Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Anak ke berapa 1 6 63,1 2 23 22,3 3 12 11,7 4 3 2,9 Total 103 100
5
Klasifikasi usia ibu dalam karakteristik responden menunjukkan bahwa paling banyak responden berusia 26-35 tahun, yaitu sebanyak 54 ibu (52,4%). Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah lulusan SMA, yaitu sebanyak 42 ibu (40,8%).
Umur anak balita paling banyak adalah 3 tahun, sebanyak 30 balita (29,1%). Sebagian besar ibu mengurus sendiri balitanya sebanyak 76 ibu (73,8%). Sedangkan ibu balita yang memiliki anak balita urutan ke-1 sebanyak 65 ibu (63,1%).
3.2 Analisis Univariat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, Kebutuhan, dan Perilaku Pemanfaatan Posyandu Balita
Variabel Penelitian Frekuensi (n) Persentase (%) Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 57 46 55,3 44,7 Pengetahuan Kurang Baik 65 38 63,1 36,9 Sikap Negatif Positif 67 36 65,0 35,0 Kebutuhan Tidak Membutuhkan Membutuhkan 66 37 64,1 35,9 Perilaku Pemanfaatan Posyandu Ibu
Balita Tidak Rutin Rutin 70 33 68,0 32,0 Total 103 100,0
Responden dalam penelitian ini yang memiliki status bekerja sebanyak 57 ibu (55,3%). Pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 65 ibu (63,1%). Pada aspek ibu yang bersikap negatif sebanyak 67 ibu (65%). Ibu yang tidak membutuhkan pemanfaatan posyandu balita sebanyak 66 ibu (64,1%). Berdasarkan perilaku ibu terhadap pemanfaatan posyandu balita secara tidak rutin sebanyak 70 ibu (68%).
6 3.3Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Antara Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, Kebutuhan, dan Perilaku Pemanfaatan Posyandu Balita
Variabel Penelitian
Perilaku Pemanfaatan
Posyandu Balita Total p value Tidak Rutin Rutin
n % n % n % Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 30 40 65,2 70,2 16 17 34,8 29,8 46 57 100 100 0,592 Pengetahuan Kurang Baik 49 21 75,4 55,3 16 17 24,6 44,7 65 38 100 100 0,035 Sikap Negatif Positif 50 20 74,6 55,6 17 16 25,4 44,4 67 36 100 100 0,048 Kebutuhan Tidak Membutuhkan Membutuhkan 50 20 75,8 54,1 16 17 24,2 45,9 66 37 100 100 0,024
Berdasarkan hasil uji statistik chi square variabel pekerjaan dengan perilaku pemanfaatan posyandu balita menunjukkan nilai p value sebesar 0,592<0,05, yang berarti tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan perilaku pemanfaatan posyandu balita. Ibu yang tidak rutin memanfaatkan posyandu dan bekerja sebanyak 40 orang (70,2%). Ibu yang rutin memanfaatkan posyandu dan tidak bekerja sebanyak 16 orang (34,8%).
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu balita menunjukkan (p value=0,035) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu balita. Pada ibu yang tidak rutin memanfaatkan posyandu dan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 49 orang (75,4%). Ibu yang rutin memanfaatkan posyandu dan memiliki pengetahuan baik sebesar 17 orang (44,7%).
Hasil analisis hubungan antara variabel sikap dengan pemanfaatan posyandu balita menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemanfaatan posyandu balita (p value=0,048). Pada ibu yang tidak rutin memanfaatkan posyandu dan memiliki sikap negatif 50 orang (75,8%). Ibu yang
7
rutin memanfaatkan posyandu dan memiliki sikap positif sebanyak 16 orang (44,4%).
Analisis hubungan antara kebutuhan dengan pemanfaatan posyandu balita, diperoleh nilai p value sebesar 0,024 < 0,05. Artinya ada hubungan antara kebutuhan dengan pemanfaatan posyandu balita. Ibu yang tidak rutin dan tidak membutuhkan posyandu balita sebesar 50 orang (75,8%). Ibu yang rutin dan membutuhkan posyandu balita sebesar 17 orang (45,9).
3.3.1 Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Posyandu Balita Hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan pemanfaatan posyandu balita didapatkan bahwa ibu yang tidak rutin memanfaatkan posyandu balita dan bekerja sebanyak 40 orang (70,2%). Ibu yang rutin memanfaatkan posyandu balita dan tidak bekerja sebanyak 16 orang (34,8%). Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan nilai p value 0,592>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di Kelurahan Timuran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Aprianti (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan status pekerjaan dengan tingkat kehadiran ibu menimbang anak balita baik di posyandu wilayah kerja S. Parman maupun puskesmas Alalak Tengah. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Febrianti (2010) yang menyatakan bahwa status bekerja ibu berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke posyandu.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan Green dkk. (1980) yang menyatakan bahwa pekerjaan (salah satu faktor demografi yaitu sosioekonomi) sebagai faktor yang mempermudah (predisposing factors) terjadinya perubahan perilaku ibu dalam memanfaatkan posyandu. Berdasarkan karakteristik status pekerjaan ibu balita, ibu yang tidak rutin dalam pemanfaatan posyandu dan bekerja sebanyak 40 ibu (38,8%). Ibu yang bekerja maupun tidak bekerja mayoritas tidak rutin memanfaatkan posyandu. Akan tetapi ibu yang bekerja dan tidak rutin lebih tinggi dibandingkan yang ibu tidak bekerja. Selain itu, jadwal posyandu juga menjadi salah satu alasan yang mengakibatkan ibu bekerja dan tidak bekerja tidak rutin ke posyandu. Penyelenggaraan posyandu balita di
8
Puskesmas Setabelan dilaksanakan pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, pukul 09.30.
Kader dapat membuat suatu grup media komunikasi online untuk memberikan informasi pelaksanaan posyandu atau melalui arisan ibu-ibu. Upaya tersebut dilakukan para kader sesuai dengan tujuan penyelenggaran posyandu yaitu menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dan mempercepat penurunan angka kematian balita (Ismawati dkk, 2010).
3.3.2 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Balita Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p value<dari α (0,035<0,05) maka Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu balita di Kelurahan Timuran tahun 2018. Ibu yang tidak rutin mengikuti posyandu dan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 49 orang (75,4%). Ibu yang rutin mengikuti posyandu dan pengetahuannya baik sebanyak 17 orang (44,7%).
Hal ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurena dkk, pada penelitian di Kabupaten Wakatobi tahun 2012 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan Posyandu (Nurena dkk, 2012). Akan tetapi, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Heriani tahun (2010) yaitu tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kunjungan balita ke Posyandu.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor yaitu seperti pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi. Informasi yang dimaksud yaitu kemudahan untuk memperoleh suatu informasi sehingga mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan baru (Djamil, 2014).
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan ibu yang kurang, ibu menjawab sebesar 70% perihal pemberian makanan tambahan hanya diberikan kepada balita yang mengalami kurang gizi. Pada hasil kuesioner pengetahuan ibu dengan persentase jawaban salah banyak lainnya sebesar 67% tentang sistem pelaksanaan kegiatan penyuluhan balita di posyandu. Disebabkan ibu balita yang hadir
9
langsung menimbangkan anak dan menyerahkan buku KIA nya kepada para kader untuk di tulis hasil berat badan anak tersebut, kemudian ibu langsung pulang.
Upaya yang dilakukan yaitu ibu dapat membaca dari berbagai media, baik melalui media sosial maupun media cetak seperti poster, dan leaflet. Informasi tersebut berguna untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang posyandu. Keaktifan ibu mencari informasi dan kehadiran ibu balita dalam memanfaatkan posyandu secara rutin dapat membantu kader untuk meningkatkan kesehatan keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. 3.3.3 Hubungan antara Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Balita
Hasil uji statistik variabel sikap dengan pemanfaatan posyandu balita pada ibu yang tidak rutin dalam pemanfaatan posyandu balita dan memiliki sikap negatif sebanyak 50 orang (74,6%). Pada ibu yang rutin dalam memanfaatkan posyandu balita dan memiliki sikap positif sebesar 16 orang (44,4%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p value= 0,048<0,05, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di kelurahan Timuran wilayah kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta tahun 2018.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Jannah (2012) yaitu terdapatnya hubungan antara variabel sikap dengan kunjungan ibu ke Posyandu. Ibu yang bersikap positif akan merespon atau menilai arti pentingnya posyandu balita sehingga dapat meningkatkan kehadiran posyandu balita, baik dengan cara pemberian penyuluhan ataupun apresiasi dalam bentuk hadiah bagi ibu yang rutin datang ke posyandu agar memotivasi ibu-ibu yang lain untuk hadir dalam posyandu balita.
Berdasarkan hasil kuesioner sikap negatif ibu terhadap pemanfaatan posyandu balita yaitu ibu setuju malas membawa anaknya ke posyandu karena hanya ditimbang saja (43%). Persentase sikap negatif ibu lainnya yaitu ibu setuju mengenai kurang senang ke posyandu karena ibu-ibu berkumpul hanya untuk
berbicara hal-hal yang tidak penting saja (39%). Maka dari itu ibu perlu
mendapatkan informasi tambahan yang disampaikan oleh kader ataupun petugas kesehatan yaitu dengan melakukan penimbangan secara rutin tiap bulan di posyandu.
10
Upaya yang dilakukan kader dengan cara memberikan apresiasi berupa hadiah terhadap anaknya yang ditimbang secara rutin sampai umur 5 tahun, misalnya dengan memberikan piagam pada anaknya bila sampai menimbang anaknya umur 5 tahun dan dinyatakan telah lulus.
3.3.4 Hubungan antara Kebutuhan dengan Pemanfaatan Posyandu Balita Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ibu yang tidak rutin dan merasa tidak membutuhkan pemanfaatan posyandu balita sebesar 50 orang (75,8%). Ibu yang rutin dan membutuhkan pemanfaatan posyandu balita sebesar 17 orang (45,9%). Didapatkan nilai p value = 0,024< 0,05, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebutuhan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita di kelurahan Timuran wilayah kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta tahun 2018.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yuryanti (2010) dan Koto (2011) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor kebutuhan dengan perilaku kunjungan ibu balita ke posyandu. Akan tetapi, hasil penelitian ini berbeda dengan Nofianti (2010) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor kebutuhan dengan perilaku pemanfaatan posyandu oleh ibu balita. Hal tersebut disebabkan perilaku ibu dalam pemanfaatan posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi pengetahuan, sikap dan motivasi ibu, faktor dukungan (keluarga, masyarakat maupun petugas kesehatan).
Berdasarkan hasil analisis kuesioner terhadap ibu yang tidak membutuhkan posyandu balita yaitu ibu setuju lebih menginginkan anak mengikuti PAUD dibandingkan ikut posyandu (38%). Hasil kuesioner kebutuhan ibu lainnya adalah ibu setuju tidak membutuhkan pemantauan aktivitas anak setiap bulan di posyandu (36%). Hal itu karena di PAUD ada pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan.
Manfaat bagi ibu yang membutuhkan posyandu adalah memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk (Ismawati dkk, 2010).
11 4 PENUTUP
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita Kelurahan Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta (p value = 0,592). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita Kelurahan Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta (p value = 0,035). Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemanfaatan posyandu balita Kelurahan Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta (p value = 0,048). Ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan ibu dengan pemanfaatan posyandu balita Kelurahan Timuran Wilayah Kerja Puskesmas Setabelan Kota Surakarta (p value = 0,024).
Petugas kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan kepada ibu balita dan keluarga tentang pentingnya memanfaatkan posyandu. Diharapkan kader setempat aktif menyebarluaskan informasi tentang program posyandu balita kepada ibu balita ataupun keluarga melalui media komunikasi (grup WhatsApp. Sms). Ibu dapat meluangkan waktunya untuk memanfaatkan program posyandu dan berupaya aktif mencari informasi melalui dari berbagai media seputar materi pertumbuhan balita. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah variabel tambahan seperti dukungan tenaga kesehatan ataupun dukungan keluarga yang dapat memecahkan masalah pemanfaatan posyandu, sehingga dapat menambah informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Pada Balita. Journal Stikes Kapuasraya.Volume 1Nomor 2
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2015). Laporan Hasil Penimbangan Balita Kota Surakarta: Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
12
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2016). Laporan Hasil Penimbangan Balita Kota Surakarta: Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2017). Data Target Indikator Kinerja Sesuai Review Renstra Tahun 2016-2021 Laporan Gizi Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2017). Laporan Hasil Penimbangan Balita Kota Surakarta Bulan Desember: Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Djamil, A. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Balita Menimbang Anaknya ke Posyandu. Jurnal Kesehatan.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Contoh Aplikasi Studi Kasus Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Jannah, Murifatul. (2012). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Jarak Tempat Tinggal dan Sikap Ibu Kepada Pelayanan Petugas Puskesmas Terhadap Frekuensi Kunjungan Ibu ke Posyandu di Kabupaten Lamongan. Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Skala Kesehatan.Volume 5 Nomor 1 Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta.
Nofianti, S. (2012). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Maek Kabupaten Lima Puluh Kota. (Skripsi Ilmiah). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nurena dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatann Posyandu di Suku Bajo Desa Mola Selatan Kabupaten Wakatobi. STIKes Nani Hasanuddin. Makassar
Safarina, dkk. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan. Jurnal Kesehatan Kartika.Volume 12 Nomor 2
Sulistyorini, C. I. dkk. (2010). Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Toad, dkk. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Kelurahan Karondoran Kecamatan Ranowulu Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Bidan. Volume 1 Nomor 1
13
Tumbol, dkk. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Frekuensi Kunjungan Ibu yang Memiliki Anak Balita ke Posyandu Kelurahan Lewet Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan. JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan. Volume 1 Nomor 1