• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 3 Boyolali dan SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Masing-masing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 3 Boyolali dan SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Masing-masing"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 76 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data dari hasil penelitian ini diproleh dari siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Boyolali dan SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Masing-masing sekolah diambil satu kelas yang nantinya akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. SMA Negeri 3 Boyolali menjadi kelas eksperimen dengan penggunaan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw dan SMA Negeri 2 Boyolali kelas kontrol dengan penggunaan model pembelajaran Ekspositori. Sedangkan sebelum dilakukan penelitian maka terlebih dahulu peneliti melaklukan uji coba instrumen di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Boyolali yang tidak termasuk ke dalam kelas penelitian.

Pada BAB VI ini akan dipaparkan tentang deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil dan keterbatasan penelitian.

A. Deskripsi Data

Penelitian eksperimen ini memfokuskan pada dua variabel bebas yaitu model pembelajaran dan minat belajar siswa sedangkan variabel terikatnya yaitu prestasi belajar sejarah. Variabel model pembelajaran terdiri dari model Kooperatif jenis Jigsaw dan model Ekspositori sedangkan variabel minat belajar terbagi atas dua kategori yaitu minat belajar tinggi dan minat belajar rendah. Model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan model ekspositori dijadikan sebagai kelas kontrol. Secara sederhana penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 77

Hal pertama yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan uji boba instrument yang meliputi instrument minat belajar dan prestasi belajar sejarah. Minat belajar dengan kuisioner angket dan prestasi belajar sejarah dengan bentuk soal pilihan ganda. Keduanya akan diujicobakan ditingkat kelas yang sama seperti kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas XI IPS. Terlebih dahulu peneliti akan menjabarkan deskripsi data masing-masing sel antar kolom dan antar baris yang terdiri dari : (1) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw, (2) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model ekspositori, (3) data prestasi belajar peserta didik dengan minat belajar tinggi, (4) data prestasi belajar peserta didik dengan minat belajar rendah, (5) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw dan minat belajar tinggi, (6) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw dan minat belajar rendah, (7) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori dan minat belajar tinggi, dan (8) data prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori dan minat belajar rendah.

1. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw.

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw diketahui bahwa N = 28, skor tertinggi = 93 dan skor terendah = 65, adapun rentangnya (range) = 28 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19

(3)

Variance = 54.772. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah yang di ajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 5. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.1 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw.

Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 65-69.5 2 7.1 7.1 7.1 70-74.5 7 25.0 25.0 32.1 75-79.5 7 25.0 25.0 57.1 80-84.5 5 17.9 17.9 75.0 85-89.5 3 10.7 10.7 85.7 90-94.5 4 14.3 14.3 100.0 Total 28 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 79

Gambar 4.1 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 7 (25.0%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 9 (32.1%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 12 (42.9%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 19 (67.9%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 9 (32.1%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 28. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw sudah baik.

(5)

2. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Ekspositori.

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori diketahui bahwa N = 25, skor tertinggi = 85 dan skor terendah = 58, adapun rentangnya (range) = 27 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 72,16 Median = 73,00 Modus = 75 Standar Deviasi = 6.309, dan Variance = 39.807. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah yang di ajarkan dengan model ekspositori terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 5. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.2 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan dengan Model Ekspositori

Inteval Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 58-62.5 1 4.0 4.0 4.0 63-67.5 3 12.0 12.0 16.0 68-72.5 7 28.0 28.0 44.0 73-77.5 10 40.0 40.0 84.0 78-82.5 1 4.0 4.0 88.0 83-87.5 3 12.0 12.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah yang diajarkan dengan model Ekspositori, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 81

Gambar 4.2 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan dengan model Ekspositori.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 7 (28.0%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 4 (16.0%) pesert didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 14 (56.0%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 21 (84.0%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 4 (16.0%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 25. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran Ekspositori sudah baik.

(7)

3. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik Minat Tinggi

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik dengan minat tinggi diketahui bahwa N = 29, skor tertinggi = 93 dan skor terendah = 63, adapun rentangnya (range) = 30 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 78,66 Median = 75,00 Modus = 75 Standar Deviasi = 7.724, dan Variance = 59.663. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan minat tinggi terdiri dari 7 kelas dengan panjang interval 5. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.3 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah Minat Tinggi Interval Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 63-67.5 1 3.4 3.4 3.4 68-72.5 4 13.8 13.8 17.2 73-77.5 10 34.5 34.5 51.7 78-82.5 2 6.9 6.9 58.6 83-87.5 7 24.1 24.1 82.8 88-92.5 4 13.8 13.8 96.6 93-97.5 1 3.4 3.4 100.0 Total 29 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan minat tinggi, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 83

Gambar 4.3 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah Minat Tinggi. Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 2 (6.9%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 15 (51.7%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 12 (41.3%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 14 (48.2%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 15 (51.7%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 29. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang mempunyai minat tinggi sudah baik.

(9)

4. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik Minat Rendah

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik dengan minat rendah diketahui bahwa N = 24, skor tertinggi = 80 dan skor terendah = 58, adapun rentangnya (range) = 22 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 71,63 Median = 73,00 Modus = 73 Standar Deviasi = 5.249, dan Variance = 27.549. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan minat rendah terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 4. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.4 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah Minat Rendah Inteval Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 58-61.5 1 4.2 4.2 4.2 62-65.5 3 12.5 12.5 16.7 66-69.5 3 12.5 12.5 29.2 70-73.5 10 41.7 41.7 70.8 74-77.5 3 12.5 12.5 83.3 78-81.5 4 16.7 16.7 100.0 Total 24 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan minat rendah, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85

Gambar 4.4 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah Minat Rendah. Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 10 (41.7%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 7 (29.2%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 7 (29.2%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 17 (70.9%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 7 (29.2%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 24. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang mempunyai minat rendah sudah baik.

(11)

5. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Tinggi

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi diketahui bahwa N = 16, skor tertinggi = 93 dan skor terendah = 70, adapun rentangnya (range) = 23 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 81,88 Median = 83,00 Modus = 75 Standar Deviasi = 7.274, dan Variance = 52.917. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 4. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.5 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Tinggi

Interval Nilai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent 70-73.5 2 12.5 12.5 12.5 74-77.5 4 25.0 25.0 37.5 78-81.5 1 6.3 6.3 43.8 82-85.5 4 25.0 25.0 68.8 86-89.5 1 6.3 6.3 75.0 90-93.5 4 25.0 25.0 100.0 Total 16 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan model Kooperatif jenis Jigsaw dan minat tinggi, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87

Gambar 4.5 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Tinggi.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 4 (25.0%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 7 (43.8%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 5 (31.3%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 9 (56.3%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 7 (43.8%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 16. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw yang mempunyai minat tinggi sudah baik.

(13)

6. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Rendah

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah diketahui bahwa N = 12, skor tertinggi = 80 dan skor terendah = 65, adapun rentangnya (range) = 15 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 73,83 Median = 73,00 Modus = 73 Standar Deviasi = 4.687, dan Variance = 21.970. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 3. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.6 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Tinggi

Interval Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 65-67.5 1 8.3 8.3 8.3 68-70.5 2 16.7 16.7 25.0 71-73.5 4 33.3 33.3 58.3 74-76.5 1 8.3 8.3 66.7 77-79.5 2 16.7 16.7 83.3 80-82.5 2 16.7 16.7 100.0 Total 12 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89

Gambar 4.6 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw Minat Rendah.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 1 (8.3%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 7 (58.3%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 4 (33.4%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 5 (41.7%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 7 (58.3%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 12. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw yang mempunyai minat rendah masih kurang baik

(15)

dikarenakan siswa yang terdapat dalam kategori minat rendah masih lebih banyak nilai dibawah rata-rata.

7. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Ekspositori Minat Tinggi

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori minat tinggi diketahui bahwa N = 13, skor tertinggi = 85 dan skor terendah = 63, adapun rentangnya (range) = 22 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 74,69 Median = 75,00 Modus = 75 Standar Deviasi = 6.499, dan Variance = 42.231. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan model Ekspositori minat tinggi terdiri dari 5 kelas dengan panjang interval 4. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.7 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Ekspositori Minat Tinggi

Interval nilai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent 63-66.5 1 7.7 7.7 7.7 67-70.5 3 23.1 23.1 30.8 71-74.5 1 7.7 7.7 38.5 75-78.5 5 38.5 38.5 76.9 83-86.5 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan model Ekspositori minat tinggi, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai berikut :

Gambar 4.7 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Ekspositori Minat Tinggi.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 5 (38.5%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 5 (38.5%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 3 (23.1%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 8 (61.6%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 5 (38.5%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 13. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan

(17)

commit to user

8. Data Prestasi Belajar Sejarah Peserta Didik yang diajarkan dengan Model Ekspositori Minat Rendah

Dari hasil analisis mengenai skor prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori minat rendah diketahui bahwa N = 12, skor tertinggi = 75 dan skor terendah = 58, adapun rentangnya (range) = 17 Berdasarkan perhitungan statistik dasar dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Mean = 69,42 Median = 70,00 Modus = 73 Standar Deviasi = 4.999, dan Variance = 24.992. Distribusi frequensi skor prestasi belajar sejarah dengan model Ekspositori minat rendah terdiri dari 6 kelas dengan panjang interval 3. Data tersebut yaitu :

Tabel 4.8 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Ekspositori Minat Rendah

Interval Nilai Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 58-60.5 1 8.3 8.3 8.3 64-66.5 2 16.7 16.7 25.0 67-69.5 2 16.7 16.7 41.7 70-72.5 2 16.7 16.7 58.3 73-75.5 5 41.7 41.7 100.0 Total 12 100.0 100.0

(Deskripsi data lampiran 25)

Berdasarkan distribusi frequensi prestasi belajar sejarah dengan model Ekspositori minat rendah, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram sebagai

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93

Gambar 4.8 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Model Ekspositori Minat Rendah.

Dari distribusi frequensi diatas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 2 (16.7%) peserta didik berada pada kelompok rata-rata, sedangkan 3 (25.0%) peserta didik berada diatas kelompok rata-rata, dan 7 (58.4%) peserta didik berada dibawah kelompok rata-rata. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang sama dengan rata-rata dan diatas rata-rata mencapai 9 (75.1%), sedangkan prestasi belajar sejarah peserta didik dibawah rata-rata berjumlah 3 (25.0%) dari jumlah keseluruhan peserta didik (N) = 12. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah peserta didik yang diajarkan dengan model Ekspositori yang mempunyai minat rendah sudah baik.

9. Rangkuman Data

Sesuai dengan desain penelitian ini, rangkuman data yang digunakan adalah berdasarkan mean pada setiap kelompok data yang tertera pada tabel

(19)

commit to user

Tabel 4.9 Rangkuman Data Model

Pembelajarran (A)

Minat Belajar (B)

Total Tinggi (B1) Rendah (B2)

Kooperatif Jigsaw (A1)

N = 16 N = 12 N = 28

Mean = 81,88 Mean = 73,83 Mean = 78,43

SD = 7.274 SD = 4.687 SD = 7.401

V = 52.917 V = 21.970 V = 54.772

Ekspositori (A2)

N = 13 N = 12 N = 25

Mean = 74,69 Mean = 69,42 Mean = 72,16

SD = 6.499 SD = 4.999 SD = 6.309 V = 42.231 V = 24.992 V = 39.807 Total N = 29 N = 24 Mean = 78.66 Mean = 71.63 SD = 7.724 SD = 5.249 V = 59.663 V = 27.549

Dari data tes prestasi belajar sejarah dengan kkedua model pembelajaran dan minat belajar diatas tersebut, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

a. Mean dari penerapan model kooperatif jigsaw dengan minta belajar tinggi lebih baik dibandingkan mean penerapan kooperatif jigsaw dengan minat belajar rendah (81,88 > 73,83).

b. Mean dari penerapan kooperatif jigsaw dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan mean penerapan ekspositori dengan minat belajar tinggi (81,88 > 74,69)

c. Mean dari penerapan kooperatif jigsaw dengan minat belajar rendah tidah lebih baik dibandingkan mean penerapan ekspositori dengan minat belajar

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95

d. Mean dari penerapan kooperatif jigsaw dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan mean penerapan ekspositori dengan minat belajar rendah (81,88 > 69,42).

e. Mean dari penerapan kooperatif jigsaw dengan minat belajar rendah lebih baik dibandingkan mean penarapan ekspositori dengan minat belajar rendah (73,83 > 69,42)

f. Mean dari penerapan ekspositori dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan mean penerapan ekspositori dengan minat belajar rendah (74,69 > 69,42).

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum melakanakan teknik analisis anava dua jalan terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dan memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas. Dalam melalakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Barlett.

1. Uji Kesetaraan

Dalam uji kesetaraan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang setara. Data yang diambil dalam uji ini dari data tes kemampuan awal (Preetest) sebelum dilakukan perlakuan. Uji kesetaraan diambil dari dua sampel yaitu dari pretest kelas eksperimen yang nantinya akan diberikan perlakuan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw dan pretest kelas Kontrol diberikan perlakuan dengan model Ekspositori.

(21)

Uji kesetaraan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan uji Independent Samples Test. Sebelum dilakukannya uji kesetaraan maka hal yang pertama dilakukan adalah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Normalitas data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 19 terhadap nilai kemampuan awal peserta didik. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05. H0 dinyatakan sebagai sampel

yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengambilan keputusan H0 diterima jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Berdasarkan

perhitungan uji normalitas diproleh Asymp Sig. (2-tailed) = 0,320 untuk kelas eksperimen dan Asymp Sig. (2-tailed) = 0,676 untuk kelas kontrol, hasil tersebut berada diatas atau lebih besar dari pada 0,05 sehingga H0 diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lihat pada lampiran 17)

Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai data yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas digunakan sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji-t sampel bebas (Independen Samples t test). H0 dinyatakan sebagai sampel berasal dari

populasi yang homogen. Pengambilan keputusan H0 diterima jika nilai

signifikansi > 0,05. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diproleh sig. 0.965 yang menyatakan bahwa hasilnya lebih besar dari 0.05, maka H0

diterima. Dapat disimpulkan kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen. Lihat pada lampiran 18

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 97

Setelah data kemampuan awal sudah memenuhi prasyarat normal maupun homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan uji kesetaran kedua kelompok menggunakan Uji-t dengan bantuan program SPSS 19. Diproleh nilai signifikansi sebesar 0,636 lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan H0

diterima. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sampel dari kedua kelompok siswa yang nantinya diberi perlakuan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw dan siswa yang diberi perlakuan dengan model Ekspositori mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang. Lihat pada lampiran 19

2. Uji Normalitas

a. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw sebesar 0,335. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,335 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26A)

(23)

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori sebesar 0,494. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,494 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26B)

c. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa minat tinggi.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa minat tinggi sebesar 0,200. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,200 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa minat tinggi berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26C)

d. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa minat rendah.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa minat rendah sebesar 0,373. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 99

menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,373 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa minat rendah berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26D)

e. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi. sebesar 0,527. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,527 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi. berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26E) f. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran

Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah. sebesar 0,834. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih

(25)

0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah. berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26F) g. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran

Ekspositori minat tinggi.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori minat tinggi sebesar 0,829. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,829 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori minat tinggi berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26G).

h. Normalitas data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori minat rendah.

Berdasarkan perhitungan statistik uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 19 diproleh Asymp. Sig. (2.tailed) untuk data prestasi belajar sejarah siswa dengan model pembelajaran Ekspositori minat rendah sebesar 0,832. Data suatu variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila uji normalitas menghasilkan probabilitas lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian Asymp. Sig. (2.tailed) = 0,832 > α = 0,05 dan dapat disimpulkan data prestasi belajar sejarah siswa dengan model

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 101

pembelajaran Ekspositori minat rendah berasal dari populasi berdistribusi normal (hasil analisis dapat dilihat dilampiran 26H).

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (homogen). Uji homogenitas prestasi belajar sejarah akan dilakukan menggunakan analisis

Levene test of homogeneity of variance yang dihitung dengan bantuan program

SPSS 19. Hipotesis uji homogenitas dinyatakan dengan H0 diterima yaitu

terdapat populasi-populasi yang homogen, HI diterima yaitu tidak terdapat

populasi-populasi yang homogen

Pengambilan keputusan dilakukan dengan angka probalitas dimana probalitas sig > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya apabila probalitas sig < 0,05

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

signifikansi 0,246 dan nilainya lebih tinggi dari 0,05. Hal ini berarti H0

diterima atau populasi mempunyai variansi homogen.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.378 1 51 .246

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

C. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis anava dua jalan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) ada perbedaan

(27)

terhadap prestasi belajar sejarah, (2) ada perbedaan pengaruh antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah, (3) terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah. Hasil statistik anava dua jalan yang menggunakan program SPSS 19 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9 Hasil Analisis Anava Dua Jalan

Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square Fhitung Ftabel Keputusan

Corrected Model 1136.105a 3 378.702 10.212 Intercept 293673.407 1 293673.407 7919.199 Model_Pembelajaran 439.561 1 439.561 11.853 3.18 Signifikan Minat_Belajar 579.407 1 579.407 15.624 3.18 Signifikan Model_Pembelajaran * Minat_Belajar 24.996 1 24.996 0.674 3.18 Tidak Signifikan Error 1817.103 49 37.084 Total 304840.000 53 Corrected Total 2953.208 52 (Lihat lampiran 28)

1. Perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Kooperatif dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah digunakan analisis anava dua jalan. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 19 diproleh nilai Fhitung = 11.853. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan

dengan distribusi F dengan taraf signifikansi α = 0.05, maka diproleh Ftabel

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 103

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah. Berdasarkan hasil analisis data model pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk prestasi belajar sejarah memproleh rata-rata (mean = 78,43) lebih besar dari pada model pembelajaran Ekspositori dengan rata-rata nilai prestasi belajar sejarah sebesar (mean = 72,16). Dengan demikian model pembelajaran Kooperatif Jigsaw lebih baik digunakan dari pada model Ekspositori.

2. Perbedaan pengaruh antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dan minat belajar yang rendah terhadap prestasi belajar sejarah digunakan analisis anava dua jalan. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 19 diproleh nilai Fhitung = 15.624. Hasil

perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan distribusi F dengan taraf signifikansi α = 0.05, maka diproleh Ftabel sebesar 3.18. Dengan demikian

Fhitung (15.624) > Ftabel (3.18), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah. Berdasarkan hasil analisis data minat belajar tinggi untuk nilai prestasi belajar sejarah memproleh rata-rata (mean = 78,66) lebih besar dari pada minat

(29)

71,63). Dengan demikian perbedaan siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar rendah untuk memproleh prestasi belajar sejarah.

3. Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah digunakan analisis anava dua jalan. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 19 diproleh nilai Fhitung = 0.674. Hasil

perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan distribusi F dengan taraf signifikansi α = 0.05, maka diproleh Ftabel sebesar 3.18. Dengan demikian

Fhitung (0.674) < Ftabel (3.18), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah. Dengan demikian penerapan model pembelajaran dan minat belajar siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar sejarah. Jadi, kalau interaksi antar variabel bebas tidak ada perbedaan yang signifikan, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut antar sel pada kolom/baris yang sama (Budiyono, 2013: 221).

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 105

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari deskripsi data dan analisis anava dua jalan maka akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap prestasi belajar sejarah ditinjau dari minat belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Boyolali. Adapun pembahasan tersebut yaitu :

1. Ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah.

Pengujian statistik hasil analisis anava dua jalan melalui program SPSS 19 tentang perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah, diproleh nilai Fhitung = 11.853 > Ftabel = 3.18. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan model Ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah. Dalam hal ini diproleh rata-rata model pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebesar (mean = 78,43) lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori dengan rata-rata (mean = 72,16).

Prestasi belajar sejarah merupakan suatu hasil dari pengembangan suatu ilmu yang berdasarkan pengetahuan, sikap maupun keterampilan seorang peserta didik khusunya pengetahuan sejarah tentang peristiwa-peristiwa yang berkembang dimasa lampau. Adapun cakupan pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan keterampilan peserta didik itu sendiri dalam

(31)

maupun alat ukur lainnya asalkan ranah yang digunakan masih berputar di area hasil kemampuan seseorang. Kemampuan yang secara umum mudah dalam melihat prestasi belajar yaitu kemampuan kognitif. Purwanto (2009: 50) dalam taksonomi Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu menghafal sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka semakin kompleks pengetahuan. Enam tingkatan kemampuan kognitif tersebut yaitu hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

Pentingnya prestasi belajar sejarah secara umum hal yang lebih kecil dapat dilihat untuk mengukur perkembangan pemahaman tentang diri sendiri khususnya bagi peserta didik yang memang harus selalu dinilai perkembangan belajarnya. Seperti dikatakan Kochhar (2008 :28) sejarah perlu diajarkan untuk pengembangan pemahaman tentang diri sendiri yang dilihat dari persepektif sejarahnya. Menurut Sartono Kartodirdjo (dalam Rahman, 2014: 49) ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil belajar sejarah. Pertama, dari masa dan situasi sekarang kita dapat mengeksrapolasikan fakta-fakta atau kekuatan-kekuatan yang berperan di masa lampau. Dengan belajar sejarah, banyak dari situasi sekarang dapat diterangkan. Kedua, dengan menganalisis situasi masa kini kita dapat membuat proyeksi ke masa depan. Sehingga dapat dikatakan kekuatan prestasi belajar peserta didik khususnya sejarah harus mampu memberikan terobosan yang kuat untuk memajukan keilmuan dan pengetahuan dengan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 107

melihat aspek-aspek masa lalu yang mempunyai banyak nilai-nilai penting. Prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini menggunakan tes objektif dengan tujuan agar dapat lebih mudah untuk menilai kemampuan prestasinya melalui kuantitas personal.

Model pembelajaran kooperatif memiliki aneka yang cukup dalam merangsang kerjasama antar siswa dalam belajar sehingga dapat membantu peserta didik mengekspektasikan kemampuan personal yang ada di dalam dirinya kepada sesama masing-masing teman. Dasar filosofis pembelajaran kooperatif ialah keyakinan bahwa bekerja sama akan menghasilkan energy kolektif yang disebut sebagai sinergi (synergy). Sinergi ini akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Dalam dunia pendidikan sinergi ini diaplikasikan dalam komunitas pembelajaran (Bruce Joyce, dkk 2009: 34).

Kriteria metodologis tentang pembelajaran kooperatif yang dipaparkan Slavin (terjemahan Allymand Bacon, 2005: 42) yaitu (1) pengkajian harus membandingkan pembelajaran kooperatif dengan kelompok-kelompok kontrol yang mempelajari materi yang sama, (2) harus ada bukti bahwa kelompok-kelompok eksperimental (kooperatif) dan kelompok-kelompok kontrol sejak semula adalah setara, (3) durasi pengkajian harus memakan waktu empat minggu, ini disebabkan karena banyaknya materi yang tidak diikutsertakan (penelitian ini memakan waktu lima minggu), dan (4) ukuran pencapaian harus bisa menilai tujuan mengajar baik dalam kelas-kelas eksperimen (kooperatif) maupun kontrol. Pembelajaran kooperatif khusunya jenis metode Jigsaw merupakan

(33)

kelompok ahli dan kelompok asal. Kedua kelompok ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar nantinya. Pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw ini menurut Ibrahim, dkk (2001: 7) memiliki beberapa kelebihan diantaranya, (1) memungkinkan murid dapat mengembangkan kreatifitas, kemampuan dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri, (2) hubungan antara guru dengan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga memungkinkan harmonis, (3) memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif, (3) mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok dan individual.

Selain itu untuk penunjang prestasi belajar sejarah dengan menggunakan model kooperatif jenis Jigsaw, siswa dapat memberikan motivasi dan membuka dirinya untuk sama-sama menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Hal ini menjadi tolak ukur munculnya pengetahuan yang merata dan menumbuhkan sikap menghargai antar siswa.

Penerapan model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw juga dapat menambah imajinasi siswa terhadap pristiwa-pristiwa sejarah. Hal ini dikarenakan pada awalnya siswa masih bingung memahami materi tentang Revolusi di Eropa (Prancis, Amerika dan Rusia) sebagai cikal bakal tumbuhnya jiwa kebangsaaan rakyat Indonesia, maka setelah penerapan model ini dilaksanakan siswa dapat memahami satu per satu sub materi dan masing-masing siswa dikutsertakan menguasai materi tersebut. Sementara itu pada penerapan model Ekspositori berbeda, hanya memiliki urutan

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 109

pembelajaran yang sederhana dan tersusun, tetapi hanya berfokus kepada materi yang disampaikan guru saja. Pelaksanaan pembelajaran didominasi oleh guru membuat peran peserta didik hanya sebagai penerima informasi dan informasi tersebut disampaikan serta dikembangkan hanya sebatas pada guru itu sendiri, sehingga mengakibatkan tidak terjadinya rangsangan siswa untuk aktif dalam belajar.

Dengan demikian, dari paparan diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model kooperatif khususnya jenis Jigsaw akan bermanfaat baik untuk kelangsungan pembelajaran selanjutnya, karena siswa sudah diberikan rangsangan yang menarik dalam dirinya untuk mau belajar dan bekerjasama dalam memproleh hasil yang ingin dicapai yaitu prestasi belajar sejarah.

2. Ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah.

Pengujian statistik hasil analisis anava dua jalan melalui program SPSS 19 tentang perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dan minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah, diproleh nilai Fhitung = 11.853

> Ftabel = 3.18. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar sejarah. Dalam hal ini diproleh rata-rata minat belajar tinggi sebesar (mean = 78,66) lebih baik dibandingkan dengan minat belajar rendah dengan rata-rata (mean = 71,63).

(35)

Minat belajar merupakan salah satu penunjang prestasi belajar sejarah itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sejarah sangat sulit untuk dipelajari ataupun dipahami jika minat dalam diri seseorang peserta didik itu tidak ada. Minat merupakan penerimaan akan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri yang dapat berupa seseorang, suatu objek, suatu situasi, suatu aktifitas dan lain sebagainya. Minat belajar yang ada didalam diri siswa dapat berkembang tergantung pada keinginan siswa tersebut dalam melakukan aktifitas belajarnya (Roida Eva Flora Siagian, 2008: 129). Minat tersebut dapat meningkat menjadi besar apabila hubungan tersebut semakin kuat dan dekat. Syaiful Bahri Djamarah (2002: 79) meyebutkan minat belajar tinggi cenderung menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah. Minat belajar sebenarnya menjadi modal yang besar dalam menumbuhkan prestasi belajar yang baik apabila semuanya ditekuni serta merasa senang dalam melaksanakannya. Aman (2011: 76) menambahkan prestasi keberhasilan program pembelajaran sejarah tidak cukup hanya berdasarkan penilaian hasil belajar siswa yang terbatas pada aspek akademis saja, melainkan juga menjangkau penilaian hasil belajar yang lain yakni kesadaran sejarah maupun minat sejarahnya. Dengan demikian peserta didik yang mempuanyai prestasi yang baik harus dibarengi dengan jiwa nasionalismenya yang tinggi.

Minat belajar adalah suatu dorongan perasaan ingin tahu dalam mencari hal-hal baru yang dianggap sebagai kesukaan terhadap sesuatu.

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 111

Minat belajar peserta didik yang tinggi akan berusaha mencari dan menekuni pembelajaran dengan monoton dan semangat dalam mengikutinya. Ketika siswa diberi pertanyaan oleh guru, siswa yang mempunyai minat tinggi akan berusaha mencari jawaban berdasarkan sumber-sumber informasi yang dimilikinya dan menyukai tantangan dalam mencari informasi terkini agar dapat mentranformasikannya sebagai kemauan dan rasa ingin tahunya. Semua itu diproleh dari mental yang kuat dan percaya akan pengetahuan yang baru yang ingin diketahuinya. Kegiatan belajar dengan penuh rasa kemauan akan seimbang hasilnya dengan prestasi belajar yang baik. Hal ini juga diperkuat oleh Sardiman (1986: 95) yang menjelaskan cara-cara membangkitkan minat, yaitu (1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (2) menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, (3) memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan (4) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Sedangkan untuk sebaliknya, siswa yang memiliki minat belajar rendah cenderung acuh dalam proses pembelajaran dan kurang bersemangat. Terdapat beberapa peserta didik yang kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran berlangsung diantaranya mereka dihadapkan pada suatu masalah, mereka guugup dan malas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini berpengaruh dari minat belajarnya yang kurang dan dorongan dalam pengetahuan masih sukar untuk menangkapnya. Ketika guru menjelaskan sesuatu materi ajar, siswa yang minatnya rendah akan

(37)

mencari-dalam hal ini siswa minat rendah akan berimbang hasil dan prestasi belajar yang kurang baik pula.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah.

Pengujian statistik hasil analisis anava dua jalan melalui program SPSS 19 tentang interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah, diproleh nilai Fhitung = 0.674 >

Ftabel = 3.18. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar sejarah.

Dengan demikian penerapan model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw dan model Ekspositori dengan minat belajar mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar sejarah. Kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan model Kooperatif jenis Jigsaw minat tinggi memiliki rata-rata (mean = 81,88), sedangkan kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan model Ekspositori minat tinggi memiliki rata-rata (mean = 74,69) dan sebaliknya kelompok siswa yang diberi perlakuan model Kooperatif jenis Jigsaw minat rendah memiliki rata-rata (mean = 73,83), sedangkan kelompok siswa yang diberi perlakuan model Ekspositori minat rendah memiliki rata-rata (mean = 69,42).

Dalam hal ini seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa model pembelajaran Koopreattif jenis Jigsaw lebih baik dari pada model ekspositori terhadap prestasi belajar sejarah. Tetapi tidak demikian hasilnya terhadap

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 113

kedua variabel jika dihubungkan antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah. Dalam deskripsi data diatas, menunjukkan bahwasanya nilai dalam kategori minat rendah dengan penerapan model kooperatif jigsaw memproleh hasil yang sangat sedikit persentasinya diatas rata-rata, dengan kata lain siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata. Maka diasumsikan bahwa menurut hasil dalam uji statistik tersebut tidak terdapat interaksi model pembelajaran dengan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah peserta didik di SMA Negeri di Kabupaten Boyolali. Dengan demikian hipotesis yang ketiga peneliti ditolak.

Keberhasilan prestasi peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bisa faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat, lingkungan pembelajaran, fasilitas, teman sebaya dan mungkin sedikit kurangnya kondusip ruangan kelas. Faktor dalam meliputi minat belajar yang berbeda. Walaupun model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar dan minat belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah peserta didik, akan tetapi interaksi kedua variabel tersebut terhadap prestasi belajar sejarah tidak ada dan tidak terjalin.

Tidak adanya interaksi dimungkinkan bisa terjadi pada faktor dalam yaitu minat belajar. Karena dalam hal ini minat seorang pelajar memiliki karakter yang berbeda-beda. Minat dipengaruhi oleh kecenderungan pembelajaran dan isi pelajaran tersebut. Menumbuhkan minat seorang peserta

(39)

menyampaikan pelajaran dan juga sebagai motivator pembelajaran, akan tetapi hal tersebut masih kurang atau lupa untuk dilakukan karena psikologi maupun karakter guru pastinya berbeda, ada yang memiliki sifat emosional yang tinggi, ada yang berfokus tujuan pembelajaran saja dan lain-lain sebagainya. Tumbuhnya minat belajar jika diawali dengan kesadaran dan motivasi yang tinggi.

Dari faktor minat belajar peserta didik akan berdampak pada prestasi belajar sejarahnya. Karena, jika minat belajar yang kurang dalam menjalani proses belajar serta selanjutnya diberi materi ajar khususnya sejarah, maka akan berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. Seperti yang dikatakan I Gede Widja (1989, 27-29) tujuan pembelajaran sejarah dikelompokkan menjadi tiga aspek utama yaitu (1) pengetahuan dan pengertian, (2) pengembangan sikap, dan (3) keterampilan. Simpulan yang diambil dari pernyataan ini bahwa prestasi belajar sejarah bukan hanya berdasarkan pada aspek kognitif (pengetahuan) tetapi sikap dan keterampilan peserta didik juga didalam lingkungannya harus seimbangan.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar akan berdampak pada prestasi belajar dan prestasi belajar sejarah tidak dapat diukur hanya melalui tes kemampuan kognitif, serta model pembelajaran tidak semua dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik. Jadi hipotesis ketiga dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kabupaten Boyolali.

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 115

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dalam merancang, melakukan, dan menganalisis data yang telah dihasilkan agar memperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun demikian pada saat pelaksanaan penelitian masih banyak terjadi keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi penelliti dalam mengoptimalkan keadaan tersebut menjadi hal yang mudah untuk dijalani, tetapi itu merupakan hal yang wajar karena titik keterbatasan semua manusia itu pasti ada dan tak ada yang bisa sempurna dalam melakukan semua hal. Maka, yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah hanya terbatas pada variabel model pembelajaran Kooperatif jenis Jigsaw dan Ekspositori dengan minat belajar untuk melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar sejarah, sehingga dimungkinkan faktor variabel lain dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi pengaruh antara model kooperatif dengan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah yang  diajarkan dengan Model Kooperatif jenis Jigsaw
Gambar 4.1 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan   dengan model Kooperatif jenis Jigsaw
Tabel 4.2 Distribusi Frequensi Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan  dengan Model Ekspositori
Gambar 4.2 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sejarah yang diajarkan  dengan model Ekspositori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diketahuinya distribusi frekuensi kadar asam urat darah, riwayat keluarga, usia, asupan purin, asupan lemak jenuh, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan tingkat stres pada

Keterkaitan pada pembahasan ini adalah karena untuk meningkatkan brand awareness pada perusahaan ini harus melakukan pendekatan melalui komunikasi kepada

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar respon peserta didik terhadap penggunaan macromedia flash 8 dalam pembelajaran matematika,

Hasil pada penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa yang belajar dengan pendekatan starter eksperimen melalui

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Dan manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan dalam hal ini LPD Di