• Tidak ada hasil yang ditemukan

daasar teori batuan metamorf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "daasar teori batuan metamorf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

 Mengetahui sifat fisik batuan metamorf.

 Mengetahui pendeskripsian batuan metamorf secara megaskopis

 Mengetahui klasifikasi batuan metamorf

1.2 Tujuan

 Mampu mendeskripsikan batuan secara megaskopis,

 Mampu mendeskripsikan petrogenesa batuan metamorf melaui sifat megaskopis batuan metamorf

 Mampu menamakan batuan metamorf melalui klasifikasi W.T Huang (1962)

1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Kegiatan praktikum Petrologi acara : Batuan metamorf telah dilaksanakan pada :

hari : Selasa dan Rabu tanggal : 3 dan 6 Juni 2014 pukul : 16.00-17.30 WIB

(2)

2

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Batuan Metamorf

Metamorphisme berasal dari bahasa Yunani; meta : change, morph :

form. Batuan Metamorf adalah batuan yang merupakan produk dari proses metamorfisme (perubahan) dari batuan yang telah ada sebelumnya, yang karena proses metamorfisme mengalami perubahan, baik tekstur maupun komposisi mineralogi. Istilah untuk menyebut batuan asal dari batuan metamorf adalah protolith.

Proses metamorfisme sendiri dapat dianalogikan dengan proses diagenesis pada batuan sedimen. Perbedaannya, diagenesis terjadi pada kondisi temperatur di bawah 200˚C dan tekanan di bawah 300 MPa. metamorfisme terjadi pada kondisi sebaliknya. Meskipun pada proses metamorfisme terjadi perubahan tekstur dan komposisi, namun yang harus diperhatikan bahwa pada proses metamorfisme ini tidak terjadi perubahan fase.

2.2 Struktur Batuan Metamorf

Secara umum, struktur batuan metamorf terdiri atas foliasi dan non-foliasi. Foliasi adalah struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral-mineral pipih sebagai akibat proses metamorfosa. Foliasi ini dihasilkan oleh metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik. Sedangkan non-foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional, dimana terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non-foliasi ini dihasilkan oleh metamorfosa termal.

(3)

3 a) Staycleavage, merupakan peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf. Mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali dengan memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dimana mulai terdapat daun-daun mika halus.

Gambar 2.1 Struktur slate

b) Filitik (Phylitic), merupakan struktur yang hamper mirip dengan

staycleavage hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Gambar 2.2 Struktur phylitic

c) Skistosa (Schistosity), merupakan struktur dimana mineral pipih lebih dominan disbanding mineral butiran.

(4)

4 d) Gneistosa (Gneissic), yaitu struktur dimana jumlah mineral-mineral

yang granular relative lebih banyak dari mineral-mineral pipih.

Gambar 2.4 Struktur gneiss

2. Struktur Non-foliasi

Struktur non-foliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Adapun yang termasuk struktur ini adalah:

a) Hornfelsik, dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, berbentuk pada bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. b) Milonitik, yaitu struktur yang berkembang karena adanya penghancuran

batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.

c) Kataklstik, yaitu struktur yang hamper sama dengan milonitik hanya butirannya lebih kasar.

d) Pilonitik, yaitu struktur yang menyerupai milonitik tetapi butirannya lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe filitik.

e) Augen, seperti struktur flaser tetapi lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam masa dasar yang lebih halus

f) Granulosa, hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai ukuran yang berbeda-beda.

g) Liniasi, diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.

(Diktat praktikum petrologi, 2011)

(5)

5

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang dilihat berdasarkan pda ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral dan individu penyusun batuan metamorf. Pada batuan metamorf, tekstur dibedakan menjadi:

1. Tekstur berdasarkan Ketahanan terhadap Proses Metamorfisme

Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfisme, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi:

a) Kristaloblastik, merupakan teksur pada batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfisme itu sendiri. Dicirikan dengan tidak terlihatkan tekstur asalnya.

b) Relict, merupakan tekstur pada batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur dari batuan asalnya.

2. Tekstur berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dibedakan menjadi:

a) Fanerik, apabila butir kristal dapat dilihat dengan mata telanjang. b) Afanitik, apabila butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 3. Tekstur berdasarkan Bentuk Individu Kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

a) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

b) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

c) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dibedakan menjadi:

a) Idioblastik, yaitu tekstur dimana bentuk mineral penyusunnya euhedral. b) Xenoblastik, yaitu tekstur dimana bentuk mineral penyusunnya

anhedral.

(6)

6

Berdasarkan bentuk mineralnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :

a) Lepidoblastik, yaitu tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar.

b) Granoblastik, yaitu tekstur yang terdiri dari mineral-mineral yang membentuk butiran seragam.

c) Nematoblastik, yaitu tekstu yang terdiri dari mineral-mineral berbentuk prsmatik menjarum yang memperlihatkan orientasi sejajar. d) Porfiroblastik, yaitu tekstur dimana suatu kristal besar tertanam pada

masa dasar yang relatif halus.

(Diktat Praktikum Mineralogi, 2011)

2.4 Macam-macam Protolith

1. Pellitic Rock

Merupakan batuan asal yang kaya unsur aluminium. Umumnya berupa batuan sedimen berukuran halus, seperti mudrock dan shale. Kaya akan senyawa alumina seperti, mineral lempung, mika, kyanit, silimanit, andalusit, garnet.

2. Quartzo-Feldspathic Rock

Merupakan batuan yang kaya akan mineral kuarsa dan feldspar, seperti granitic rock dan arkosic sandstone. Mineral tersebut relatif stabil terhadap proses metamorfisme.

3. Calcareous Rock

Merupakan batuan yang kaya unsur kalsium, yang merupakan batuan karbonat.

4. Basic Rock

Merupakan batuan yang kaya unsur Fe-Mg tetapi miskin silika, seperti gabbro-basalt. Batuan ini kaya akan mineral biotit, klorit, hornblenda dan calcic plagioclase serta epidot.

(7)

7

Merupakan batuan yang kaya unsur Mg, tetapi miskin Fe. Mengandung mineral seperti serpentin, brucite, talc, dolomit, tremolit. Batuannya misalnya golongan ultrabasic rock : peridotit, dunit, piroksenit

6. Ferriginous Rock

Merupakan batuan yang kaya unsur Fe, tetapi sedikit Mg. Mineralnya : greenalite, minnesotait, hematit, magnetit, fayalite, almandine garnet, ferrohedenbergite dll.

7. Manganiferous Rock

Merupakan batuan yang kaya akan unsur mangaan. Mineralnya seperti stipnomelane dan spesartine.

2.5 Grade of Metamorphism

1. Low grade metamorphism

Merupakan metamorfisme berderajad rendah, yang terjadi pada suhu 200-320˚C dan tekanan yang relatif rendah. Dicirikan dengan melimpahnya mineral hydrous (kaya H2O dalam struktur kristalnya) : Clay mineral, klorit, serpentin Biotit (mineral hydrous yang tetap stabil pada high grade metamorphism), muskovit (Akan hilang pada high grade metamorphism)

2. High grade metamorphism

Metamorfisme yang terjadi pada suhu di atas 320˚C dan tekanan relatif tinggi. Seiring meningkatnya suhu, maka keberadaan mineral hidrous akan berkurang dengan hilangnya H2O. Didominasi mineral anhidrous : piroksen, garnet.

2.6 Tipe-Tipe Metamorfosa

Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

2.6.1 Metamorfosa regional / dinamothermal

Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa

(8)

8

ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera

(ocean-floor).

1. Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu. 2. Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

3. Metamorfosa Dasar dan Samudera

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

(Diktat praktikum petrologi, 2011)

2.6.2 Metamorfosa Lokal

Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a. Metamorfosa Kontak

Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma

(9)

9

serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.

b. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zonedike.

c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik

Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

d. Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme

Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

(10)

10

e. Metamorfosa Impact

Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan panas bumi (geothermal). f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah (Combs, 1961).

(Diktat praktikum petrologi, 2011)

2.7 Klasifikasi dan Penamaan Batuan Metamorf

Kebanyakan penamaan batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan teksturnya serta beberapa nama batuan juga didasarkan pada jenis penyusun utamanya atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfismenya.

Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf yang lainnya yang banyak dikenal antara lain:

a. Amphibolit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral utama penyusunnya adalah ampfibol (hornblende) dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi.

b. Eclogit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral utama penyusunnya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.

c. Granulit, yaitu batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang tersusun oleh mineral utama kuarsa dan feldspar serta sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic. d. Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir

(11)

11

e. Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.

f. Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80 % kuarsa. g. Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.

Tekstur Komposisi Tipe Batuan Asal Nama Batuan

Foliasi

Slaty Mika Regional Mudstone Slate

Phyllitic Kuarsa,

Mika, Klorit Regional Mudstone Phyllite

Schistose Kuarsa,

Mika Regional Slate Schist

Schistose Amphibole, Plagioklas Regional Basalt atau Gabbro Amphibolite Gneissic Feldspar, Mika, Kuarsa

Regional Schist Gneiss

Non Foliasi Karbon Kontak atau Regional Bituminous

Coal Anthracite Coal

Kuarsa, fragmen batuan Kontak atau Regional Conglomerate Metaconglomerate Kalsit Kontak atau Regional Limestone Marble Kuarsa Kontak atau Regional Sandstone Quartzite

Gambar

Gambar 2.2 Struktur phylitic
Gambar 2.4 Struktur gneiss  2.  Struktur Non-foliasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Batuan Metamorf berdasarkan W.T. Huang (1962)

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan atomisasi bahan bakar cair direpresentasikan dalam Gambar 2.4, dimana semakin tinggi tekanan injeksi maka butiran droplet yang dihasilkan semakin halus dan

Secara mikro- skopis, batuan sekis mika didominasi oleh sekis biotit (Barker, 1994), ter- susun atas dominasi mineral biotit dan klorit, sebagian hadir muskovit,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi singkapan dan hubungan antara batuan metamorf dengan jenis batuan lain di sekitarnya, mengetahui komposisi

Tekstur didefinisakan sebagai aspek geometri pada unsur partikel atau kristal. Dalam batuan sedimen, tekstur mengarah ke ukuran, bentuk, dan susunan komponen butiran

Batuan berbutir halus yang mudah belah menjadi lembaran tipis dengan bidang sekistositas yang berkilap sutra yang disebabkan oleh kandungan butiran halus terdiri atas mineral

Antara butiran/mineral yang banyak ditemui dalam batu sedimen ialah; rutil Zirkon Mineral berat muskovit Mika Rijang batu pasir batu lumpur syis basalt granit halus Pecahan

Model 3D batuan berpori ini dibentuk oleh butiran bola yang didistribusikan secara acak, untuk melihat pengaruh distribusi tersebut terhadap nilai porositas (ϕ)dan

Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan