IV.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate Governance, financial leverage, ukuran perusahaan dan kualitas audit terhadap
manajemen laba. Indikator struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penerapan Good Corporate Governance dalam penelitian ini dicerminkan dengan proporsi dewan
komisaris independen dan keberadaan komite audit. Financial Leverage perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio debt to asset dan ukuran perusahaan tercermin dari
logaritma natural total aktivanya. Kualitas audit dalam penelitian ini dicerminkan dengan ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Manajemen laba sebagai variabel terikat dalam penelitian ini diproksikan (dicerminkan) dengan absolute discretionary accruals, yang dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam pada setiap industri, maka diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai karakteristik industri keuangan. Industri keuangan meliputi perbankan, perusahaan efek, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi.
Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Dengan adanya bank, aktivitas ekonomi dapat
diselenggarakan dengan biaya rendah. Bank juga memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Dari sisi mikro, bank dibutuhkan sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan menyimpan dana, memperoleh kredit dan pembiayaan lain, maupun dalam melakukan berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Dari sisi makro, bank dibutuhkan karena peran pentingnya dalam proses penciptaan uang dan sistem pembayaran, serta dalam mendorong efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter dan efisiensi alokasi sumber dana dalam ekonomi.
Discretionary accrual merupakan pengakuan akrual laba atau beban yang
bebas, tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Discretionary accrual memberikan manajer fleksibilitas untuk menentukan besarnya transaksi
akrual, seperti penentuan pencadangan piutang tak tertagih, biaya garansi, nilai persediaan, dan penentuan saat serta jumlah extraordinary items. Akibatnya, discretionary accruals ini seringkali digunakan sebagai proksi dilakukannya
manajemen laba.
Rata-rata absolute discreationary accruals untuk industri keuangan pada tahun
2008 adalah sebesar -0.004183 Hasil absolute discreationary accruals yang negatif
ini mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam sektor industri keuangan melakukan manajemen laba dalam bentuk penurunan laba.. Penurunan laba yang dilakukan perusahaan bisa disebabkan karena motivasi perusahaan untuk melakukan penghematan pajak pendapatan (tax motivation) atau untuk mengurangi tekanan
publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat (political motivation).
Selain itu, dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008 menjadi penyebab menurunnya laba perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat yang merupakan pusat perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat sehingga negara-negara eksportir sulit melakukan ekspor ke Amerika Serikat. Akibatnya, negara-negara ekspotir mencari negara-negara lain. Sebagai contoh China mengincar negara-negara lain seperti Malaysia dan Indonesia untuk mengekspor produk-produknya. Hal ini menyebabkan penurunan tajam permintaan produk-produk Indonesia untuk di ekspor bahkan harus bersaing dalam negeri sendiri sehingga menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Tekanan inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak dan kebutuhan bahan pokok menjadi semakin serius karena daya beli masyarakat semakin melemah sehingga pendapatan perusahaan pun menurun.
IV.2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan data sampel yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui nilai rata-rata, maksimum, minimum, standar deviasi dan keterangan lainnya dari data absolute discretionary accrual, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, ukuran
perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor.
Hasil statistik deskriptif tersebut berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Hasil pengujian dapat dilihat pada
halaman berikut ini:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif untuk Industri keuangan Tahun 2008
ADACC MANJ INST AUDCOM INDCOM
Mean -0.004183 0.040342 0.703411 0.762712 0.488943 Maximum 0.164446 0.672200 0.994100 1.000000 1.000000 Minimum -0.404603 0.000000 0.055700 0.000000 0.000000 Std. Dev. 0.077788 0.130845 0.207733 0.429072 0.263624
Observations 59 59 59 59 59
LEV TA KAP OPINI
Mean 0.680329 12.36985 0.423729 0.864407 Maximum 1.274875 14.55441 1.000000 1.000000 Minimum 0.019958 10.62854 0.000000 0.000000 Std. Dev. 0.289223 1.043969 0.498390 0.345295
Observations 59 59 59 59
Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Dari hasil pengujian statistik deskriptif di atas, diketahui bahwa data valid yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 59 data. Variabel absolute discretionary accruals (ADACC) memiliki nilai minimum sebesar -0.404603 untuk
BCIC dan nilai maksimum sebesar 0.164446 untuk ADMF dengan ratarata sebesar -0,925930 dan standar deviasi sebesar 0.077788 Absolute discretionary accruals
(ADACC) merupakan cerminan dari manajemen laba.
Statistik deskriptif untuk variabel kepemilikan manajerial (MANJ) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 artinya persentasi kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 0.672200 artinya
maksimal kepemilikan manajerial dalam perusahaan adalah sebesar 67,2200% untuk ASRM. Rata-rata kepemilikan manajerial adalah sebesar 0.040342 atau sebesar 4,0342%. Hal ini menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial perusahan-perusahaan pada sektor industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia masih rendah. Standar deviasi untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar sebesar 0.130845.
Statistik deskriptif untuk kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 0.055700 artinya minimum kepemilikan manajerial dalam perusahaan adalah sebesar 5,5700% untuk BCIC dan nilai maksimum sebesar 0.994100 maksimal kepemilikan manajerial dalam perusahaan adalah sebesar 99,4100% untuk AGRO. Rata-rata kepemilikan institusional adalah sebesar 0.703411 atau sebesar 70,3411% yang mengindikasikan bahwa institusi memiliki persentase kepemilikan yang cukup besar pada perusahaan-perusahaan industry keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Statistik deskriptif untuk variabel keberadaan komite audit (AUDCOM) memiliki nilai minimum sebesar 0 yang berarti perusahaan tidak memiliki komite audit dan nilai maksimum sebesar 1 yang berarti perusahaan memiliki komite audit. Rata-rata keberadaan komite audit perusahaan-perusahaan sektor industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 0.762712 dengan standar deviasi sebesar 0.429072.
Statistik deskriptif untuk variabel proporsi dewan komisaris independen (INDCOM) memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 yang berarti proporsi dewan komisaris independen dalam perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0%
dan nilai maksimum sebesar 1,000000 yang berarti proporsi dewan komisaris independen perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebesar 100% untuk BNII, BKSW, BBNP, BFIN, ARTA dan LPPS. Rata-rata proporsi dewan komisaris independen perusahaan-perusahaan industri keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 0.488943 atau sebesar 48,8943%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel telah memenuhi ketentuan minimum proporsi dewan komisaris independen yang ditentukan oleh Bapepam yaitu sebesar 30%.
Statistik deskriptif untuk variabel financial leverage (LEV) memiliki nilai
minimum sebesar 0.019958 dan nilai maksimum sebesar 1.274875. Hal ini menunjukkan financial leverage perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel
berkisar dari 1,9958% sampai dengan 127,4875%. Financial leverage terkecil
dimiliki oleh OCAP dan terbesar dimiliki oleh BCIC. Rata-rata financial leverage
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada industri keuangan adalah sebesar 0.680329 atau sebesar 68,0329%. Dari deskripsi tersebut terlihat bahwa rata-rata perusahaan pada industri keuangan di Indonesia masih banyak yang membiayai operasional perusahaannya dengan menggunakan pinjaman atau hutang.
Statistik deskriptif untuk variabel total aktiva (TA) memiliki nilai minimum sebesar 10.62854 dan nilai maksimum sebesar 14.55441. BMRI merupakan perusahaan dengan total aktiva terbesar dari seluruh perusahaan yang dijadikan
sampel. Rata-rata total aktiva perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 12.36985.
Statistik deskriptif untik variabel ukuran kantor akuntan publik memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai 0 untuk kantor akuntan publik selain big four dan nilai 1 untuk kantor akuntan big four. Rata-rata variabel
ukuran kantor akuntan publik adalah sebesar 0.423729 dengan standar deviasi sebesar 0.498390.
Statistik deskriptif untuk variabel opini auditor memiliki nilai minimum 0 artinya opini selain opini wajar tanpa pengecualian dan nilai maksimum 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian. Rata-rata variabel opini auditor adalah sebesar 0.864407 dengan standar deviasi sebesar 0.345295.
IV.3. Analisis Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah model yang bebas autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Dengan dipenuhinya semua uji asumsi klasik, maka nilai beta (b) yang dihasilkan dari suatu model regresi linier berganda dalam penelitian tidak bias.
IV.3.1 Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung multikolinearitas. Jika korelasi kuat terjadi antara variabel independen maka terjadi masalah multikolinearitas. Dalam
penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dilakukan dengan correlation matrix test.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas adalah :
1. Dalam model regresi berganda tidak terdapat multikolinearitas, apabila memiliki nilai korelasi kurang dari 0,5 dalam correlation matrix test.
2. Dalam model regresi berganda terdapat multikolinearitas, apabila memiliki nilai korelasi lebih dari 0,5 dalam correlation matrix test. Hasil correlation matrix test dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi
ADACC MANJ INST AUDCOM COMIND
ADACC 1.000000 0.031675 0.197216 0.073974 0.134718 MANJ 0.031675 1.000000 -0.659427 0.007706 0.088465 INST 0.197216 -0.659427 1.000000 -0.003490 -0.081199 INDCOM 0.073974 0.007706 -0.003490 1.000000 -0.033757 AUDCOM 0.134718 0.088465 -0.081199 -0.033757 1.000000 LEV -0.073743 0.003131 0.000953 0.266417 0.101596 TA 0.105039 -0.165815 0.099659 0.390726 0.253217 KAP 0.194044 -0.227391 0.286687 0.317036 0.077517 OPINI 0.347386 0.122895 -0.069565 0.244580 0.111772
LEV TA KAP OPINI
DACC -0.073743 0.105039 0.194044 0.347386 MANJ 0.003131 -0.165815 -0.227391 0.122895 INST 0.000953 0.099659 0.286687 -0.069565 COMIND 0.266417 0.390726 0.317036 0.244580 AUDCOM 0.101596 0.253217 0.077517 0.111772 LEV 1.000000 0.660996 0.333566 -0.013082 TA 0.660996 1.000000 0.614835 0.098227 KAP 0.333566 0.614835 1.000000 0.039056 OPINI -0.013082 0.098227 0.039056 1.000000 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Hasil pada tabel di atas menujukkan tidak terjadinya multikolinearitas antara variabel-variabel yang dijadikan penelitian karena memiliki korelasi kurang dari 0,5.
IV.3.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dan residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilakukan uji white. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai probability untuk Obs*R-squared, jika nilai probability lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis. Tabel 4.12
Uji Heterokedaktisitas dengan Uji White White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 4.108824 Prob. F(41,17) 0.0014 Obs*R-squared 53.59188 Prob. Chi-Square(41) 0.0899
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:45 Sample: 1 59
Included observations: 59
C 0.423466 0.497791 0.850689 0.4068 MANJ 45.50037 38.77013 1.173593 0.2567 MANJ^2 0.360364 0.513485 0.701801 0.4923 MANJ*INST 0.314082 0.486583 0.645486 0.5272 MANJ*COMIND -0.042005 0.089122 -0.471323 0.6434 MANJ*AUDCOM 0.143284 0.555002 0.258169 0.7994 MANJ*LEV -0.219204 0.673769 -0.325340 0.7489 MANJ*TA 0.062056 0.154587 0.401433 0.6931 MANJ*KAP 0.008729 0.122583 0.071210 0.9441 MANJ*OPINI -46.40670 39.40584 -1.177661 0.2552 INST -0.263104 0.260439 -1.010233 0.3265 INST^2 0.007454 0.066418 0.112233 0.9120 INST*COMIND 0.016805 0.025703 0.653811 0.5220 INST*AUDCOM -0.016381 0.033997 -0.481837 0.6361 INST*LEV -0.107373 0.087664 -1.224817 0.2373 INST*TA 0.019484 0.020425 0.953955 0.3535 INST*KAP -0.009073 0.025995 -0.349044 0.7313 INST*OPINI 0.078654 0.050619 1.553865 0.1386 COMIND 0.154195 0.194342 0.793420 0.4385 COMIND^2 -0.000373 0.024743 -0.015063 0.9882 COMIND*AUDCOM 0.018143 0.050585 0.358669 0.7243 COMIND*LEV -0.007513 0.018303 -0.410489 0.6866 COMIND*TA -0.005215 0.008877 -0.587496 0.5646 COMIND*KAP -0.091093 0.045491 -2.002443 0.0615 COMIND*OPINI -0.030816 0.121981 -0.252628 0.8036 AUDCOM 0.010789 0.020662 0.522167 0.6083 AUDCOM*LEV -0.008277 0.021519 -0.384661 0.7053 AUDCOM*TA 0.010604 0.009508 1.115248 0.2803 AUDCOM*KAP 0.004877 0.012362 0.394519 0.6981 AUDCOM*OPINI -0.088968 0.082556 -1.077677 0.2962 LEV 0.133262 0.126132 1.056527 0.3055 LEV^2 -0.023106 0.024322 -0.950001 0.3554 LEV*TA -0.002790 0.009804 -0.284572 0.7794 LEV*KAP -0.007706 0.013299 -0.579440 0.5699 LEV*OPINI -0.003683 0.054473 -0.067613 0.9469 TA -0.036549 0.068259 -0.535441 0.5993 TA^2 -3.42E-05 0.002555 -0.013370 0.9895 TA*KAP 0.001614 0.006177 0.261374 0.7969 TA*OPINI 0.026705 0.025655 1.040917 0.3125 KAP -0.088444 0.073698 -1.200083 0.2466 KAP*OPINI 0.082127 0.035785 2.295001 0.0347 OPINI -0.332361 0.276782 -1.200804 0.2463 R-squared 0.908337 Mean dependent var 0.004454 Adjusted R-squared 0.687267 S.D. dependent var 0.009422
S.E. of regression 0.005269 Akaike info criterion -7.474540 Sum squared resid 0.000472 Schwarz criterion -5.995615 Log likelihood 262.4989 F-statistic 4.108824 Durbin-Watson stat 2.275862 Prob(F-statistic) 0.001368 Sumber: Hasil pengolahan Eviews
Berdasarkan uji White nilai probabilitas Chi-Square adalah 0.0899 lebih besar dari α= 5%, maka dapat disimpulkan jika data bebas dari masalah heterokedaktisitas.
IV.3.3 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dipakai besaran Durbin-Watson (D-W) yang secara umum dapat diambil patokan: 1. angka D-W; 0 – 1,10 berarti ada autokorelasi yang positif
2. angka D-W; 0,10-1,54 berarti tidak dapat diputuskan 3. angka D-W; 1,54 – 2,46 berarti tidak ada autokorelasi 4. angka D-W; 2,46-2,90 berarti tidak dapat diputuskan 5. angka D-W; 2,90 - 4 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.13 Uji Autokorelasi Dependent Variable: ADACC
Date: 03/11/10 Time: 18:45 Included observations: 59
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.423466 0.497791 0.850689 0.4068 MANJ 45.50037 38.77013 1.173593 0.2567 INST 0.360364 0.513485 0.701801 0.4923 AUDCOM 0.314082 0.486583 0.645486 0.5272 INDCOM -0.042005 0.089122 -0.471323 0.6434 LEV 0.143284 0.555002 0.258169 0.7994 TA -0.219204 0.673769 -0.325340 0.7489 KAP 0.062056 0.154587 0.401433 0.6931 OPINI 0.008729 0.122583 0.071210 0.9441 R-squared 0.908337 Mean dependent var 0.004454 Adjusted R-squared 0.687267 S.D. dependent var 0.009422 S.E. of regression 0.005269 Akaike info criterion -7.474540 Sum squared resid 0.000472 Schwarz criterion -5.995615 Log likelihood 262.4989 F-statistic 4.108824 Durbin-Watson stat 2.275862 Prob(F-statistic) 0.001368 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews
Angka Durbin Watson sebesar 2.275862, yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
IV.4. ANALISIS REGRESI
Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan analisis regresi berganda
dengan tingkat keyakinan 95%. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), penerapan Good Corporate Govarnance (proporsi dewan komisaris independen dan
keberadaan komite audit), financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan
publik, dan opini auditor terhadap manajemen laba yang dicerminkan oleh absolute discretionary accruals.
Koefisien regresi dari model regresi dan pengujian pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.14
Uji Regresi Industri Keuangan Tahun 2008
Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/11/10 Time: 18:34 Sample: 1 59
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.250760 0.179523 -1.396816 0.1686 MANJ 0.160917 0.100071 1.608029 0.1141 INST 0.131983 0.062963 2.096195 0.0411 AUDCOM 0.007734 0.025368 0.304865 0.7617 INDCOM 0.023585 0.038731 0.608945 0.5453 LEV -0.052616 0.045351 -2.160193 0.0251 TA 0.009241 0.016024 2.576718 0.0466 KAP 0.009241 0.016024 2.576718 0.0466 OPINI 0.072088 0.029095 2.477712 0.0166 R-squared 0.251164 Mean dependent var 0.004183 Adjusted R-squared 0.231350 S.D. dependent var 0.077788 S.E. of regression 0.072500 Akaike info criterion -2.270901 Sum squared resid 0.262810 Schwarz criterion -1.953988 Log likelihood 75.99158 F-statistic 2.096282 Durbin-Watson stat 2.162826 Prob(F-statistic) 0.053659
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai adjusted R-squared adalah sebesar 0.231350 yang artinya 23,1350% variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor
akuntam publik, dan opini auditor.
Lebih lanjut, tabel di atas juga menggambarkan koefisien regresi dari model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Koefisien regresi menunjukkan arah dan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah:
ADACC = -0.250760 + 0.160917 MANJ + 0.131983 INST + 0.007734 AUDCOM + 0.023585 INDCOM - 0.052616 LEV + 0.009241 TA + 0.021598 KAP + 0.072088 OPINI
Konstanta sebesar -0.250760 menunjukkan bahwa apabila tidak ada kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntam
publik, dan opini auditor maka ADACC akan bernilai -0.250760 yang artinya tanpa kedelapan variabel bebas tersebut manajemen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba sebesar 2, 50760 dalam bentuk penurunan laba.
Lebih lanjut, tabel di atas juga menunjukkan setiap koefisien dari masing-masing variabel bebas beserta dengan probalitasnya. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 0.160917 yang artiya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan manajerial akan menaikan ADACC sebesar 1.60917 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka akan semakin mengurangi
praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tersebut karena adanya penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham. Namun dalam penelitian ini probabilitas kepemilikan manajerial adalah sebesar 0.1141 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hal ini dapat disebabkan karena masih sangat rendahnya persentase kepemilikan manajerial pada perusahaan-perusahaan sektor industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari statistik deskriptis yang telah diuraikan sebelumnya diketahui bahwa rata-rata kepemilikan manajerial perusahaan-perusahaan di Indonesia hanya sebesar 0.040342 atau 4,0342%. Rendahnya persentase kepemilikan manajerial ini diduga menyebabkan tidak signifikannya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
Lebih lanjut kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0.131983 yang artinya setiap kenaikan satu satuan kepemilikan institusional akan menaikan ADACC sebesar 0.131983 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin mengurangi praktek manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional.
Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini memiliki probabilitas sebesar 0.0411. Nilai ini lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
Komite audit memiliki koefisien regresi sebesar 0.007734 menujukkan bahwa kenaikan satu satuan keberadaan komite audit akan menaikkan ADACC sebesar 0.007734 dengan asumsi variabel bebas lainnnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, keberadaan komite audit akan mengurangi praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan
Probabilitas variabel komite audit dalam penelitian ini adalah sebesar 0.7617. Nilai ini lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
Proporsi dewan komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar 0.023585 yang artinya setiap kenaikan satu satuan proporsi dewan komisaris independen akan menaikan ADACC sebesar 0.023585 dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian, proporsi dewan komisaris independen akan mengurangi praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya efektifitas pengawasan yang dilakukan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan.
Namun demikian probabilitas variabel proporsi dewan komisaris independen dalam penelitian ini adalah sebesar 0.5453 lebih besar dari tingkat nyata sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.
Proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit yang sesuai dengan ketentuan Bapepam tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penjelasan atas hal tersebut adalah ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membantu dewan komisaris independen berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris.
Financial leverage memiliki koefisien regresi sebesar minus 0.052616
menunjukkan bahwa kenaikkan satu satuan LEV akan mengakibatkan menurunnya ADACC sebesar 0.052616 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin besar financial leverage perusahaan, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahan tersebut melakukan manajemen laba. Dalam hal ini, hasil penelitian sesuai dengan debt covenant hypothesis yang
dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Mitra (2002), yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran kontrak hutang, maka semakin besar kemungkinan dilakukannya praktik manajemen laba oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan
melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam gagal bayar (default).
Perusahaan tersebut akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba sehingga dapat memberikan posisi tawar (bargaining position) yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan
Variabel financial leverage memiliki probabilitas sebesar 0.0251. Nilai ini lebih
kecil dari tingkat nyata (α), yaitu 0,05. Oleh karenanya hipotesis alternatif yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
Total aktiva memiliki koefisien regresi sebesar 0.009241 menunjukkan kenaikan satu satuan total aktiva akan menurunkan ADACC sebesar 0.009241 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan.
Variabel total aktiva memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0466 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebear 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan total aktiva berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
Ukuran kantor akuntan publik yang merupakan cerminan dari kualitas audit memiliki koefisien regresi sebesar 0.021598 menunjukkan kenaikan satu satuan ukuran kantor akuntan publik akan menurunkan ADACC sebesar 0.021598 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk
agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals
yang agresif.
Nilai probabilitas ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini adalah sebesar 0.4054 lebih kecil dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap manajemen laba diterima.
Opini auditor memiliki koefisien regresi sebesar 0.072088 menunjukkan kenaikan satu satuan opini auditor akan menurunkan ADACC sebesar 0.072088 dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki opini semakin baik semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Hal ini disebabkan adanya opini yang di sampaikan oleh auditor dalam laporan keuangan.
Probabilitas variabel opini auditor dalam penelitian ini adalah sebesar 0.0166 lebih besar dari tingkat nyata yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba secara signifikan untuk sektor industri keuangan adalah kepemilikan manajerial, financial leverage, total aktiva, dan ukuran kantor akuntan
publik.
IV.5 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Terakhir dari bab ini mencoba untuk meringkas hasil-hasil penelitian relevan sebelumnya, termasuk hasil penelitian ini untuk membantu para pembaca dalam
memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel-variabel yang diteliti terhadap praktik manajemen laba di suatu perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.23
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul dan Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Widyaningdyah (2001)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris Variabel bebas yang diteliti: Reputasi auditor, jumlah dewan direksi,
Leverage,presentase yang ditawarkan pada
saat IPO.
Variabel terikat: Manajemen laba
Hanya variabel
leverage yang terbukti
berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Darmawati (2003)
Corporate Governance dan manajemen
laba : Suatu Studi emperis
Variabel bebas yang diteliti: komite audit, RUPS, Dewan direksi, kualitas hubunga perusahaan dengan pemegang saham, kepemilikan institusional dan transparansi. Variabel terikat: Manajemen laba
Tidak ditemukannya hubungan negatif antara variabel Corporate Governance dengan
manajemen laba.
3. Sulistyanto (2003)
Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba
Variabel bebas yang diteliti: perubahan penjualan, perubahan piutang dagang, perubahan gross plant property and equipment.
Variabel terikat: Manajemen laba
Semua variabel berpengaruh terhadap manajemen laba, kecuali leverage.
4. Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar (2005)
Corporate Governance, Information Asymmetry, and Earnings Management
Variabel bebas yang diteliti: asimetri informasi, kepemilikan institusional, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan, leverage, dan
pertumbuhan penjualan.
Variabel terikat: Manajemen laba
Variabel kepemilikan institusional, kualitas audit, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan, dan
leverage terbukti
berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. Rahmawati dan Zaki Baridwan (2006)
Pengaruh Asimetri Informasi, Regulasi Perbankan, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba dengan Model Akrual
Semua variabel secara signifikan terbukti mempengaruhi
Khusus Perbankan
Variabel bebas yang diteliti: asimetri informasi, regulasi tentang tingkat kesehatan, regulasi tentang kehati-hatian, dan ukuran bank.
Variabel terikat: Manajemen laba
manajemen laba.
6. Sylvia Veronica dan Siddharta Utama (2006)
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance tehadap Pengelolaan Laba
(Earnings Management)
Variabel bebas yang diteliti: proporsi kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kualitas audit, proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit,
leverage, dan pertumbuhan penjualan.
Variabel terikat: Manajemen laba
Hanya proporsi kepemilikan keluarga, ukuran perusahaan, dan
leverage yang terbukti
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
7. Tatang A. Gumanti dan Marmono Singgih (2006)
Earnings Management antar Industri dan
Faktor-Faktor Pembatasnya pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia Variabel bebas yang diteliti: leverage,
ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, perubahan penjualan, dan profitability.
Variabel terikat: Manajemen laba
Hanya variabel perubahan penjualan dan profitability yang
terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba.
8. Rahmawati (2007)
Proporsi Kepemilikan Manajer dan
Determinan-Determinan yang Berhubungan dengan Akrual Kelolaan
Variabel bebas yang diteliti: proporsi kepemilikan manajer, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, risiko sistematis saham, variansi laba tahunan, dan persistensi laba.
Variabel terikat: Manajemen laba
Hanya risiko sistematis saham, pertumbuhan perusahaan, dan variansi laba tahunan
yang terbukti berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sumber: Data sekunder diolah