• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN PRODUKSI DENGAN BEBAN MASUKAN BAHAN ORGANIK PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone 1931)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERKAITAN PRODUKSI DENGAN BEBAN MASUKAN BAHAN ORGANIK PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone 1931)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN PRODUKSI DENGAN BEBAN MASUKAN

BAHAN ORGANIK PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone 1931)

TATAG BUDIARDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 8

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Keterkaitan Produksi dengan Beban Masukan Bahan Organik pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei Boone 1931)“ adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi di mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Pebruari 2008

Tatag Budiardi NIM P19600001

(3)

ABSTRACT

TATAG BUDIARDI. Relation of Production and Organic Matter Loading at Vaname Shrimp (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Intensive Culture System. Under direction of CHAIRUL MULUK, BAMBANG WIDIGDO, KARDIYO PRAPTOKARDIYO, and DEDI SOEDHARMA.

A study on relation of production and organic matter loading at vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) intensive culture system was conducted in Pelabuan Ratu, West Java during Mei-Agustus 2003. The research was aim at evaluating inappropriate feeding practices, and suitability of its water quality obtained. This study was based on observations ponds during one growout period (100 days) with causal design and ex post-facto method to obtain data on water quality and production.

The result showed that degradation of water quality occurred not until the 40th day of cultivation, and progressively decreased up to the end of the growout period. The high level of feed utilization produced suitable water quality, and high shrimp growth rates, thus, yielding high shrimp biomass. Feed-shrimp biomass relationship could be expressed by the following regression: y = 0.7931x + 787.6 (R2 = 0.9357) from which the shrimp biomass production was reached at 7648 ± 565 kg/ha on 8650 kg feed, giving a feed conversion ratio of 1.1. Feeding level (y, kg/day) was determined by amount of shrimp (x1) and mortality rate, mean weight of shrimp (x2, gram) and the specific growth rate, culture time (t, day) and feeding rate (x3, 3-4%) or (x4, 2-3%), could be expressed by the following regression: y = {[x1 exp(-0.0002t)] [x2 exp(0.0245t)] x3} on T2 (D40-D70) and

y = {[x1 exp(-0.0003t)] [x2 exp(0.0115t)] x4} on T3 (D70-D100).

(4)

RINGKASAN

TATAG BUDIARDI. Keterkaitan Produksi dengan Beban Masukan Bahan

Organik pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus

Vannamei Boone 1931). Dibimbing oleh CHAIRUL MULUK, BAMBANG

WIDIGDO, KARDIYO PRAPTOKARDIYO, dan DEDI SOEDHARMA

Penelitian keterkaitan produksi dengan beban masukan bahan organik pada sistem budidaya intensif udang vaname (Litopenaeus vannamei) telah dilakukan di Pelabuan Ratu, Jawa Barat pada bulan Mei-Agustus 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat pemanfaatan pakan dan kelayakan kualitas air sebagai landasan bagi estimasi pertumbuhan dan produksi dari setiap tahap pemeliharaan pada sistem budidaya intensif udang vaname. Penelitian ini didasarkan pada observasi tambak selama satu masa pemeliharaan (100 hari) dengan desain kausal dan metode ex post-facto untuk mendapatkan data kualitas air dan produksi udang.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa masa pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal (T1; H1-H40), tahap transisi (T2; H40-70) dan tahap akhir (T3; H70-100). Konsentrasi DO pada petak A, B, C, D, E dan F tidak berbeda nyata (P>0.05) pada T1, T2 dan T3, serta masih layak. Media pada awal pemeliharaan pada semua petak bersalinitas 35 ppt dan terus meningkat selama pemeliharaan, serta tidak layak bagi kehidupan udang karena berkisar pada 35-40 ppt. Suhu pada semua petak cenderung menurun selama pemeliharaan, namun tidak berbeda nyata antar petak (P>0.05) pada T1, T2 dan T3 dengan rata-rata 28.5 OC, 26.0 OC dan 25.5 OC. Alkalinitas cenderung menurun selama pemeliharaan, namun tidak berbeda nyata antar petak pada T1, T2 dan T3 (P>0.05) dengan rata-rata 113.7 mg/L, 114.2 mg/L dan 104.9 mg/L. Nilai pH air tidak berbeda nyata antar petak pada T1, T2 dan T3 (P>0.05) dengan rata-rata 7.8, 7.4 dan 7.6. Konsentrasi bahan organik total (TOM) tidak berbeda antar nyata petak pada T1, T2 dan T3 (P>0.05) dengan rata-rata 50.97, 104.58 dan 198.67 mg/L. Konsentrasi amoniak tidak berbeda nyata antar petak pada T1 (P>0.05) dengan rata-rata 0.009 mg/L. Konsentrasi amoniak pada kelompok petak D, E dan F lebih tinggi dari pada kelompok petak A, B dan C di T2 dan T3 (P<0.05). Hidrogen sulfida mulai terbentuk pada T2, yaitu pada petak A, B dan C di H50, serta di petak D, E dan F pada H70. Konsentrasi H2S pada petak D dan E sudah

masuk pada tingkat mematikan pada akhir pemeliharaan.

Pada N/P>16, fitoplankton didominasi oleh kelompok fitoplankton positif, sedangkan pada N/P<16 didominasi oleh kelompok fitoplankton negatif. Pergeseran dominasi ke arah kelompok fitoplankton negatif mulai terjadi pada T2 dan berlanjut pada T3, serta pada H100 terjadi di semua petak tambak.

DO defleksi tidak berbeda nyata antar petak pada T1, T2 dan T3 (P>0.05) dengan rata-rata 0.48, 0.74 dan 1.40 mgO2.L-1.jam-1. DO defisit tidak berbeda

nyata antar petak pada T1, T2 dan T3 (P>0.05) dengan rata-rata oksigen -0.95, -8.18 dan -10.78 mgO2.L-1.hari-1. DO minimum tidak berbeda nyata antar petak di

(5)

Tingkat pemberian pakan pada T1 dan T2 tidak berbeda nyata antar petak (P>0.05) dengan rata-rata 38 kg/47.2 kg udang per hari dan 121 kg/2625 kg udang per hari. Pada T3 tingkat pemberian pakan A, B, C dan F sebanyak 138 kg/5634 kg udang per hari lebih tinggi dibandingkan dengan petak D dan E dengan rataan 90 kg/4403 kg udang per hari. Biomassa mati pada petak A, B dan C lebih rendah daripada petak lainnya, dengan rataan berturut-turut pada T1, T2 dan T3 sebesar 0.2, 0.7, dan 1.5 kg/hari; pada petak D dan F sebesar 2.9, 15.9 dan 24.0 kg/hari; serta pada petak E sebesar 8.9, 68.9 dan 47.0 kg/hari.

Tingkat pemanfaatan pakan bagi biomassa tumbuh (IOIR-BG) pada T1 dan T2 tidak berbeda nyata antar petak (P>0.05) dengan rata-rata 1.29 dan 0.93. IOIR-BG berbeda nyata pada T3 (P<0.05), yaitu rata-rata pada kelompok petak A, B dan C sebesar 0.59, sedangkan pada kelompok petak D, E dan F sebesar 0.09. Tingkat pemanfaatan pakan bagi biomassa mati (IOIR-BE) berbeda nyata antar petak (P<0.05) pada T1 dengan nilai terendah pada kelompok petak A, B dan C. Pada T2, nilai IOIR-BE berbeda antar petak (P<0.05) dengan nilai tertinggi di petak E, sedangkan terendah di petak A, B, C, D dan F. Pada T3, nilai IOIR-BE berbeda antar petak (P<0.05) dengan nilai terendah pada petak A, B dan C. Dengan demikian, petak A, B dan C lebih efisien dalam pemanfaatan pakan dibandingkan dengan petak D, E dan F.

Laju kematian dan sintasan pada petak A, B dan C termasuk baik sedangkan pada petak D, E dan F termasuk jelek. Laju pertumbuhan spesifik individu tidak berbeda nyata antar petak di T1, T2 dan T3 (P>0.05). Laju pertumbuhan spesifik biomassa tidak berbeda nyata antar petak di T1 dan T2 (P>0.05), namun petak A, B dan C lebih tinggi daripada petak D, E dan F pada T3. Produksi biomassa pada T1 dan T2 tidak berbeda nyata antar petak (P>0.05) dengan rata-rata masing-masing sebesar 971±116 kg/ha dan 3951±418 kg/ha. Produksi biomassa pada T3 berbeda nyata antar petak (P<0.05), yaitu kelompok petak A, B dan C lebih tinggi daripada kelompok petak D, E dan F.

Pemberian pakan yang tepat dan efisien bagi pembentukan biomassa berkelanjutan pada setiap tahap pemeliharaan menghasilkan produksi biomassa udang yang tinggi. Model prediksi biomassa yang dihasilkan (y) dari sejumlah pakan yang diberikan (x) selama 100 hari pemeliharaan berupa model regresi linier: y = 0.7931x + 787.6 (R2 = 0.9357) dengan produksi biomassa 7648 ± 565 kg/ha pada pemberian pakan sebanyak 8650 kg atau FCR sebesar 1.1. Jumlah pemberian pakan harian (y, kg/hari) ditentukan oleh jumlah populasi udang (x1, ekor) dan laju mortalitas, bobot rata-rata udang (x2, gram) dan laju pertumbuhan spesifik, waktu pemeliharaan (t, hari) serta tingkat pemberian pakan (x3, 3-4%) atau (x4, 2-3%), dengan model regresi:

- Pada T2 (H40-H70) : y = {[x1 exp(-0.0002t)] [x2 exp(0.0245t)] x3} - Pada T3 (H70-H100) : y = {[x1 exp(-0.0003t)] [x2 exp(0.0115t)] x4}

(6)

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

KETERKAITAN PRODUKSI DENGAN BEBAN MASUKAN

BAHAN ORGANIK PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone 1931)

TATAG BUDIARDI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Budidaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

Judul Disertasi : Keterkaitan Produksi dengan Beban Masukan Bahan Organik pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone 1931)

Nama : Tatag Budiardi

NIM : P19600001

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Chairul Muluk, M.Sc. Dr. Ir. Bambang Widigdo

Ketua Anggota

Dr. Kardiyo Praptokardiyo Prof. Dr. Dedi Soedharma, DEA.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Perairan

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(9)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr. Ir. Endhay Kusnendar M. Kontara, M.S. 2. Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc.

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan dalam penyusunan disertasi dengan judul “Keterkaitan Produksi dengan Beban Masukan Bahan Organik pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone 1931)” ini.

Atas terselesaikannya penulisan disertasi ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih setulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Chairul Muluk, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Bambang Widigdo, Bapak Dr. Kardiyo Praptokardiyo dan Bapak Prof. Dr. Dedi Soedharma, DEA. sebagai Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan selama ini,

2. Bapak Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto sebagai Penguji pada Ujian Tertutup serta Dr. Ir. Endhay Kusnendar M. Kontara M.S. dan Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc. sebagai Penguji pada Ujian Terbuka atas bimbingannya,

3. Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Bapak Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, serta Bapak Ketua Departemen Budidaya Perairan FPIK-IPB atas ijin melanjutkan pendidikan yang telah diberikan,

4. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI atas beasiswa yang telah diberikan, serta Staf Edukatif dan Administratif PPs-IPB atas bimbingan dan kerjasamanya,

5. Bapak Ir. Djoko Darmanto sebagai Direktur PT Bimasena Sagara beserta staf atas ijin, fasilitas dan bantuan yang diberikan selama penelitian,

6. Rekan-rekan Staf Edukatif Departemen Budidaya Perairan FPIK-IPB atas waktu yang telah diluangkan untuk diskusi dan dorongan morilnya, serta rekan-rekan Staf Administratif atas perhatian dan bantuannya,

7. Rekan-rekan mahasiswa SPs-IPB, terutama Angkatan 2000 yang telah banyak memberi bantuan dan masukan, rekan-rekan mahasiswa sepenelitian (Asep, Hanhan, Ismoko, Tommy dan Zacky) yang telah menunjukkan ketulusannya dalam bekerjasama sebagai suatu tim selama penelitian, serta semua pihak yang telah memberi masukan bagi perbaikan disertasi ini dan banyak membantu, baik moril maupun materiil, serta

8. Ibu dan bapak (almarhum), serta kakak-kakak beserta keluarganya yang telah banyak berdoa, serta istri (Nuning) dan kedua anak (Tita dan Febi) tercinta atas kebesaran jiwa, pengertian, dan dorongan morilnya selama ini.

Dengan segala keterbatasannya, semoga disertasi ini banyak memberi manfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Pebruari 2008

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nganjuk pada tanggal 2 Oktober 1963 sebagai anak dari pasangan Bapak Darmosuwito dengan Ibu Sudjiati. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1987. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan studi pada program magister sains pada Program Studi Ilmu Perairan, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dan diselesaikan pada tahun 1998 dengan beasiswa dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pada tahun 2000, penulis dengan sumber beasiswa yang sama memperoleh kesempatan mengikuti program doktor pada Program Studi Ilmu Perairan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1987-1998 penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda, Bogor. Sejak tahun 1998 penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.4 Konsep Pemecahan Masalah ... 4

1.5 Hipotesis ... 5

I I. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Intensitas dan Produktivitas Tambak Udang ... 7

2.2 Faktor dan Proses Penentu Produktivitas ... 8

2.2.1 Mortalitas dan Kualitas Air ... 8

2.2.2 Pertumbuhan dan Tingkat Pemberian Pakan ... 13

2.2.3 Pengelolaan Kualitas Air ... 16

I I I. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Waktu dan Tempat ... 21

3.2 Metode Penelitian ... 22

3.2.1 Metode Penelitian ... 22

3.2.2 Desain Penelitian ... 22

3.2.3 Variabel ... 23

3.2.4 Bahan dan Metode Pengukuran ... 25

3.2.4.1 Bahan ... .. 25

3.2.4.2 Metode Pengukuran Variabel ... 25

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Analisis Data ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Hasil ... 36

4.1.1 Kualitas Air ... 36

4.1.1.1 Oksigen Terlarut ... 36

4.1.1.2 Salinitas dan Suhu ... 38

4.1.1.3 Alkalinitas dan pH ... 40

4.1.1.4 Bahan Organik Total ... 41

4.1.1.5 Senyawa Toksik ... 42

4.1.1.6 Fitoplankton ... 44

(13)

4.1.2 Tingkat Pemberian Pakan ... 51

4.1.2.1 Pemberian Pakan ... 51

4.1.2.2 Peningkatan Biomassa ... 52

4.1.2.3 Tingkat Pemanfaatan Pakan ... 54

4.1.3 Estimasi Pertumbuhan dan Produksi ... 55

4.1.3.1 Mortalitas dan Sintasan ... 55

4.1.3.2 Pertumbuhan Individu ... 57

4.1.3.3 Pertumbuhan Biomassa ... 58

4.1.3.4 Produksi ... 59

4.2 Pembahasan ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kisaran nilai optimum parameter kualitas air bagi udang ... 9

2 Jenis variabel yang diukur selama penelitian dan metode pengukurannya 26 3 Pakan dan pemberian pakan udang selama pemeliharaan ... 32

4 Waktu pemberian pakan ... 33

5 Perbedaan nilai variabel kualitas air antar petak tambak pada tiap tahap waktu pemeliharaan ... 37

6 Frekuensi kejadian dominasi kelompok fitoplankton ... 45

7 Oksigen defleksi pada petak tambak menurut tahap waktu ... 46

8 Potensi defisit oksigen akibat tanpa fitoplankton dan tanpa aerasi kincir 47 9 Oksigen minimum pada petak tambak menurut tahap waktu ... 48

10 Penambahan, pengurangan dan cadangan oksigen terlarut ... 49

11 Tingkat pemberian pakan pada setiap petak menurut tahap waktu ... 51

12 Peningkatan biomassa pada setiap petak menurut tahap waktu ... 53

13 Tingkat pemanfaatan pakan ... 54

14 Laju mortalitas dan sintasan... 56

15 Laju pertumbuhan spesifik individu ... 57

16 Laju pertumbuhan spesifik biomassa ... 58

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram pemecahan masalah sistem produksi udang ... 6

2 Sebaran oksigen terlarut pada petak tambak menurut tahap waktu ... 38

3 Sebaran salinitas pada petak tambak menurut tahap waktu ... 39

4 Sebaran suhu pada petak tambak menurut tahap waktu ... 40

5 Sebaran pH pada petak tambak menurut tahap waktu ... 41

6 Sebaran alkalinitas pada petak tambak menurut tahap waktu ... 41

7 Sebaran bahan organik pada petak tambak menurut tahap waktu ... 42

8 Sebaran amoniak pada petak tambak menurut tahap waktu ... 43

9 Sebaran hidrogen sulfida pada petak tambak menurut tahap waktu ... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Posisi petak tambak yang digunakan dalam penelitian ... 71

2 Tambak Biocrete ... 72

3 Model pemberian pakan untuk udang umur 1-50 hari ... 75

4 Model pemberian pakan untuk udang umur 51-100 hari ... 76

5 Metode pengukuran kualitas air ... 77

6 Data variabel kualitas air ... 80

7 Data variabel produksi ... 84

8 Analisis ragam bagi kualitas air ... 87

9 Analisis ragam bagi variabel produksi ... 94

10 Kurva hubungan biomassa dan jumlah pakan pada kelompok petak ... 100

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) mulai diintroduksi di Asia dalam

skala penelitian sekitar tahun 1978-1979. Udang ini kemudian dikembangkan dalam skala komersial mulai awal tahun 1996 di wilayah Cina dan Taiwan. Usaha budidaya tersebut kemudian berkembang dengan pesat hampir di semua wilayah pantai Asia mulai tahun 2000-2001, yang meliputi wilayah Filipina, Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan India. Produksi udang dunia hasil budidaya pada tahun 2002 sekitar 1.48 juta ton atau sekitar 49% dari total produksi udang

(hasil tangkap dan budidaya). Kontribusi udang windu (Penaeus monodon) dari

tahun 1994 sampai 2001 relatif stabil, yaitu sekitar 600 ribu ton sehingga secara persentase menurun dari 68% menjadi 48%. Pada selang waktu tersebut terjadi

peningkatan produksi L. vannamei dan L. chinensis secara cepat dari 184974 ton

pada tahun 1994 menjadi 490616 ton pada tahun 2001 atau dari 21% menjadi 38% dari total udang budidaya (FAO 2003).

Di Indonesia, dalam dekade terakhir ini budidaya udang dikembangkan secara mantap dalam rangka menanggapi permintaan pasar udang dunia. Pengembangan budidaya udang vaname semakin pesat menggantikan budidaya udang windu. Alasan utama bagi beralihnya komoditas budidaya udang windu ke udang vaname antara lain adalah performa dan laju pertumbuhan udang windu yang rendah serta kerentanannya yang tinggi terhadap penyakit. Hal ini ditunjukkan dengan mulai menurunnya produksi industri budidaya udang akibat patogen viral yang menyerang udang windu mulai tahun 1990. Produksi udang kemudian meningkat lagi dengan pesat setelah dibudidayakannya udang vaname. Produksi udang vaname pada tahun 2002 sebesar 5000 ton/tahun (10% dari total produksi udang) dan diperkirakan menjadi 20000 ton/tahun (23% dari total produksi udang) pada tahun 2003 (FAO 2003).

(18)

2 Dalam pengembangan industri budidaya udang diperlukan sumberdaya lingkungan yang memadai untuk menghasilkan produksi yang ditargetkan. Namun kondisi lingkungan, baik kuantitas maupun kualitas, semakin menjadi pembatas sehingga sistem produksi cenderung berubah dari budidaya berbasis luasan (ekstensifikasi) ke arah perbaikan pengelolaan sistem budidaya (intensifikasi) (Thakur & Lin 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, dalam budidaya udang vaname di tambak juga diterapkan sistem budidaya intensif.

Konsep dari sistem budidaya udang intensif yaitu penggunaan padat tebar tinggi dengan diberi pakan yang tepat (Xincai & Yongquan 2001), agar tidak mengakibatkan penurunan kualitas air sehingga kelangsungan hidup dapat dipertahankan tinggi. Padat tebar pada sistem budidaya udang windu intensif

sekitar 20-50 ekor/m2, sedangkan pada udang vaname 75-150 ekor/m2 atau lebih.

Perbedaan padat tebar tersebut sangat berpengaruh terhadap teknik produksi. Bagaimanapun, sifat udang windu yang lebih banyak menempati dasar tambak akan berbeda dengan udang vaname yang cenderung menempati seluruh kolom air. Selama ini, teknik produksi yang diterapkan pada budidaya udang vaname kebanyakan mengadopsi dari teknik produksi udang windu.

Dalam sistem budidaya intensif, pemenuhan materi bagi pertumbuhan udang diperoleh dari pemberian pakan buatan. Jumlah pakan yang diberikan akan meningkat sesuai dengan peningkatan biomassa udang akibat adanya pertumbuhan. Sisa pakan dan ekskresi udang akan membentuk kumpulan bahan organik di dalam media pemeliharaan yang memerlukan oksigen terlarut untuk menguraikannya (Boyd 1991; Primavera 1994). Kondisi ini berpotensi untuk terjadinya defisit oksigen yang selanjutnya dapat menyebabkan kondisi anaerob dalam sistem budidaya. Dalam kondisi anaerob, penguraian bahan organik akan

menghasilkan senyawa beracun, terutama amoniak (NH3) dan hidrogen sulfida

(H2S) (Boyd 1991; Goddard 1996). Secara keseluruhan, kondisi ini akan

menyebabkan penurunan kualitas air sehingga mengganggu metabolisme dan kehidupan udang. Selanjutnya, akibat akhir sebagai keluaran sistem adalah rendahnya biomassa melalui penurunan laju pertumbuhan dan peningkatan kematian udang.

(19)

3 Prinsip dari penerapan sistim budidaya udang intensif adalah tingkat pemanfaatan pakan yang tinggi dengan kualitas media tetap layak bagi kehidupan udang sehingga pertumbuhan dan produksi udang dapat mencapai target yang ditetapkan. Konsekuensi dari ketidaktepatan pemberian pakan yang diikuti penurunan kualitas air adalah sintasan tidak sesuai harapan yang berlanjut pada penurunan pertumbuhan biomassa udang. Oleh karena sistem budidaya udang vaname intensif menggunakan padat tebar tinggi, maka peluang terjadinya permasalahan pengelolaan pakan dan kualitas air menjadi tinggi. Untuk itu diperlukan penelitian yang mengkaji dan mengevaluasi pengelolaan pakan dan kualitas air untuk pemantapan teknologi budidaya udang vaname intensif.

1.2 Perumusan Masalah

Usaha budidaya udang vaname intensif sering menghadapi masalah, yaitu target produksi dari lama waktu pemeliharaan yang diharapkan tidak dapat tercapai. Pertumbuhan biomassa selama masa pemeliharaan sering tidak berkelanjutan. Pada tahap lama waktu sebagian biomassa yang akan telah terbentuk mendadak terelimimir karena adanya kematian parsial. Kematian tersebut selain faktor eksternal juga disebabkan adanya gas-gas toksik dari hasil penguraian feses dan kotoran. Sumber penyebab dari hilangnya biomassa udang tersebut yaitu kualitas air menjadi tidak layak sebagai akibat lanjut degradasi dari akumulasi sisa pakan dan kotoran udang. Sisa pakan atau kotoran udang tersebut terjadi karena jumlah pakan yang diberikan, khususnya pada tahap periode awal pemeliharaan ternyata tidak dimanfaatkan secara efisien bagi pembentukan biomassa. Sisa-sisa pakan yang terakumulasi tersebut mengalami penguraian sehingga meningkatkan respirasi metabolik perairan.Ketersediaan oksigen terlarut menjadi tidak memenuhi kebutuhan oksigen bagi respirasi udang, fitoplankton maupun penguraian bahan organik sisa pakan. Tindakan penggunaan aerator untuk meningkatkan ketersediaan oksigen sering terlambat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut sehingga udang yang pada saat tersebut lemah akan mengalami tekanan bagi kelangsungan hidupnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik personal auditor

Bangunan Pejabat Tenaga Hijau(GEO) di lokasinya Bandar Baru Bangi adalah bangunan kerajaan yang pertama direkabentuk untuk menjana tenaga dari sumber yang

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang

Sekunder dan Primer Delphi Expert Judgement Kegiatan industri yang mendukung dan sesuai untuk komoditas unggulan seperti kopi, karet, kelapa sawit Faktor penentu

Sistem kerja pada alat ini adalah ketika sakelar pada helm ‘klik’, VCC mencatu mikrokontroler master, data yang terdapat dalam mikrokontroler akan dikirimkan

Daya mekanik yang dapat dihitung menggunakan rumus diatas hanya untuk kompresor dengan efisiensi 100 % yang beroperasi pada siklus kompresi ideal dan tidak mewakili daya

Meskipun nilai absorbansi yang dihasilkan oleh media umbi bengkuang dan tongkol jagung memperlihatkan bahwa kedua material tersebut memiliki potensi sebagai media