• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WULAN PERMATA SARI, S.Far.

1106047461

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

WULAN PERMATA SARI, S.Far

1106047461

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena atas segala limpahan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jl. Radio 1 Jakarta Selatan Periode 12 Maret – 05 April 2012 sekaligus dapat menyelesaikan laporan PKPA ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI).

Penulis menyadari laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Deden Muliadi, S.Si., Apt. sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat pada penulis selama PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2. Ibu DR. Katrin, M.S., Apt. sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker Departemen Farmasi UI.

3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI.

4. Bapak Dr. Harmita, Apt. sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI.

5. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi UI.

6. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan: Ibu Ida, Ibu Nuril, dan Ibu Ida yang telah banyak membantu.

7. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan, semangat,dan kasih sayang tiada hentinya.

8. Seluruh teman Apoteker UI angkatan LXXIV yang telah banyak membantu atas terwujudnya laporan ini, khususnya teman-teman sekelompok PKPA terimakasih atas kerja samanya dalam pelaksanaan PKPA.

(5)

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Depok, Juni 2012

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan ... 3

BAB 2 TINJAUAN UMUM... ... 4

2.1 Suku Dinas Kesehtan ... 4

2.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan ... 5

2.3 Struktur Organisasi ... 6

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN.... ... 13

3.1 Koordinator Sumber Daya Kesehatan... .... 13

3.2 Dasar Hukum ... 15

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman... 16

3.3.1 Apotek ... 16

3.3.2 Apotek Rakyat ... 17

3.3.3 Pedagang Eceran Obat ... 18

3.3.4 Industri Kecil Obat Tradisional ... 19

3.3.5 Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/Sub-PAK) ... 20

3.3.6 Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) ... 20

3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman ... .... 21

BAB 4 PEMBAHASAN... 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

4.1 Kesimpulan ... 31

4.2 Saran ... 31

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan ... 35

Lampiran 2 Formulir Permohonan Surat Izin Apotek ... 36

Lampiran 3 Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek ... 39

Lampiran 4 Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek ... 41

Lampiran 5 Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat ... 45

Lampiran 6 Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional ... 47

Lampiran 7 Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional ... 49

Lampiran 8 Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan ... 51

(8)

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu bidang yang pembangunan dan pelaksanaanya harus dilaksanakan dengan baik agar tercapai tingkat kesehatan yang optimal dan merata karena setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama, serta bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36, 2009).

Dalam membangun kesehatan masyarakat, pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Upaya kesehatan tersebut mencakup beberapa aspek, diantaranya, ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan; memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-undang RI No.36, 2009).

(9)

Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom memungkinkan pemerintah daerah untuk mengelola secara mandiri sistem kesehatan yang akan diterapkan untuk memajukan tingkat kesehatan masyarakat di daerahnya, sebagaimana disebutkan bahwa bidang kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten atau Kota sebagai salah satu bentuk desentralisasi.

Dengan adanya sistem otonomi daerah itu pula, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah yang bertujuan agar terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perda DKI Jakarta No. 4, 2009). Dibentuknya Suku Dinas Kesehatan di tingkat Kota Administratif atau Kabupaten merupakan salah satu perwujudan sistem otonomi daerah tersebut dalam mengelola pembangunan kesehatan dimana Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah untuk mengawasi jalannya pembangunan kesehatan masyarakat.

Suku Dinas Kesehatan merupakan lembaga yang berada di bawah Dinas Kesehatan Propinsi sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan narkotik, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kotamadya. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, Suku Dinas Kesehatan memiliki 5 seksi yaitu Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan membawahi koordinator farmasi makanan dan minumann yang

(10)

merupakan salah satu wadah bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di lingkup pemerintahan.

Dengan melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ini, mahasiswa program apoteker diharapkan mampu melihat langsung serta memperoleh pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran apoteker di lingkup pemerintahan. Pelaksanaan Kerja Profesi Apoteker (PKPA) tersebut juga diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa mengenai peran Apoteker dalam melaksanakan tugas profesinya dalam pemerintahan, terutama dalam bidang yang berhubungan dengan farmasi karena Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian (UU No. 36, 2009).

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program profesi apoteker FMIPA UI:

a. Memahami gambaran umum Suku Dinas Kesehatan beserta peran dan fungsinya.

b. Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

c. Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi koordinator farmasi makanan minuman (farmakmin) di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan.

(11)

2.1 Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan

Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah Kepala Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah walikota dan bertanggung jawab kepada walikota (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku Dinas Kesehatan yang pembentukannya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya Dinas Kesehatan Provinsi berperan sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor.

Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b):

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan; c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB).

e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan perbekalan kefarmasian.

g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.

(12)

i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas Kesehatan.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi, perizinan/ rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan.

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kabupaten/Kota administrasi.

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup Kabupaten/Kota administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana

dan sarana Suku Dinas Kesehatan.

p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan.

r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas Kesehatan. s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkait dengan

tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan.

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan.

2.2. Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan

Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi yang diemban oleh Suku Dinas Kesehatan untuk mencapai visi tersebut adalah

a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan.

(13)

b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.

c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat.

d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan teknologi.

e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif.

2.3 Susunan Organisasi

Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari :

2.3.1 Kepala Suku Dinas

Kepala suku dinas selaku pimpinan di suku dinas mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok

jabatan fungsional.

c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

2.3.2 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas sebagai berikut:

(14)

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas.

d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan

retribusi Suku Dinas Kesehatan.

l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha.

m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas.

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.

2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas :

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai ruang lingkup tugasnya.

(15)

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dalam lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.

d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota administrasi/Kabupaten.

h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM).

j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.

2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(16)

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.

2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(17)

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/ tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat.

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi.

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kabupaten/ Kota administrasi.

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis

(18)

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.

p. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja.

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

2.3.6 Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi sumber daya kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

(19)

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas.

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga.

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kabupaten/Kota administrasi.

p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi sumber daya kesehatan. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, dan koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

(20)

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator yang membuat kebijakan, pedoman, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit kerja Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor terhadap regulasi yang telah dibuat dinas kesehatan untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut.

Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu sebagaimana diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dalam peraturan tersebut Suku Dinas Kesehatan terdiri dari seksi sumber daya kesehatan, seksi pelayanan kesehatan, seksi kesehatan masyarakat, seksi pengendalian masalah kesehatan, dan seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan yang secara garis besar mempunyai peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman, yang dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah farmasi makanan dan minuman (Farmakmin).

Tugas pokok koordinator farmasi makanan minuman adalah:

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

(21)

c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO).

d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat.

e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta.

f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik.

h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan.

i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial.

j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman.

k. Memantau dampak lingkungan.

l. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas.

m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).

n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman.

o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika. p. Pengelolaan terhadap hasil supervisi.

q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran,

rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman.

s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat.

(22)

u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan.

v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja.

w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.

3.2 Dasar Hukum

Dasar hukum yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu:

a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker.

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika.

h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan.

i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat.

k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

l. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional.

m. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

(23)

n. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.

p. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta.

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/atau mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah, maka perizinan diajukan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten administrasi.

Perizinan yang dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan adalah izin apotek, izin pedagang eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin industri kecil obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke Suku Dinas Kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007.

3.3.1 Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2009).

Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah apoteker yang merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan

(24)

pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk apoteker adalah Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh menteri dan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah :

a. Ijazah apoteker.

b. Sertifikat kompetensi profesi.

c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji apoteker.

d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek.

e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, apoteker pengelola apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan.

SIA diberikan oleh menteri yang mendelegasikan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Untuk memperoleh SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada Kepala Suku Dinas Kabupaten/Kota dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Data Apoteker

b. Data Pemilik Sarana Apotek ( PSA )

c. Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI

d. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA / SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN.

e. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa/ Kontrak

f. Foto copy Undang-undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan Pasar )

(25)

g. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain diatas Materai Rp 6000,-.

h. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp.6.000,-

i. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras Tertentu tanpa resep di atas Materai Rp 6000,- j. Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan

terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas Materai Rp 6000,-

k. Peta lokasi & Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya l. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana

m. Rencana jadwal buka Apotek

n. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan o. Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi p. Daftar peralatan peracikan Obat

q. Daftar Buku Pustaka r. Perlengkapan Administrasi s. Sertifikat Kompetensi Apoteker t. Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan

Untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka dikeluarkan pemberlakuan pedoman pelayanan kefarmasian di apotek oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Di dalam peraturan ini tercantum persyaratan pendirian apotek. Selain itu, segala bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin.

3.3.2 Apotek Rakyat

Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk :

a. Pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat.

(26)

b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat. c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian

(Departemen Kesehatan RI, 2007).

Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2007).

3.3.3 Pedagang Eceran Obat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, dimana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

Permohonan perizinan sarana pedagang eceran obat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat.

(27)

Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. Permohonan izin pedagang eceran obat diajukan secara tertulis dan disertai:

a. Alamat dan denah tempat usaha. b. Nama dan alamat pemohon. c. Nama dan alamat asisten apoteker.

d. Fotokopi ijazah, surat pengusaha dan surat izin kerja asisten apoteker.

e. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis.

Pencabutan izin pedagang eceran obat dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pemilik izin harus menyerahkan surat izinnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

3.3.4 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Usaha IKOT wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, memiliki nomor pokok wajib pajak, dan harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 1990).

Sebelum menjalankan usahanya, pemilik industri obat tradisional ini harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Untuk mendirikan usaha industri kecil obat tradisional diperlukan izin menteri kesehatan. Sebagai penanggungjawab teknis industri kecil obat tradisional adalah seorang apoteker. Industri kecil obat tradisional wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh menteri kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1990).

Sebelum izin industri kecil obat tradisional diperoleh, terlebih dahulu pemohon harus mengajukan izin prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan,

(28)

pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan, dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui (Departemen Kesehatan RI, 1990).

3.3.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan

Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapatkan izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan.

Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya usaha ini dilakukan oleh perorangan tersebut jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut.

3.3.6 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Pangan industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perudang-undangan di bidang keamanan pangan.

b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT.

(29)

3.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009).

Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009).

Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Undang-Undang RI No.36, 2009):

a. Komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. b. Pendayagunaan tenaga kesehatan.

c. Pembiayaan.

Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas Kabupaten/Kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang

(30)

ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku Dinas Kesehatan kota administrasi dapat memberikan teguran dan pencabutan izin. pembinaan, pengawasan, pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.

(31)

BAB 4 PEMBAHASAN

Organisasi Suku Dinas Kesehatan dibentuk pada tahun 2009, yang merupakan penggabungan dari 2 (dua) suku dinas yaitu Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi. Kota Administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta terdiri dari Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta Utara, Kota Administrasi Jakarta Barat, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Kota Administrasi Jakarta Timur dan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Suku Dinas Kesehatan merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan bahwa di setiap Kota Administrasi atau Kabupaten Administrasi dibentuk Suku Dinas Kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Kepala Suku Dinas Kesehatan secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Susunan organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi terdiri dari: Kepala Suku Dinas, Subbagian Tata Usaha (TU), Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumberdaya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (Pemkes). Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan saat ini dijabat oleh dr. H. Kurnianto Amien, M.M. Suku Dinas Kesehatan melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan perbaikan secara berkesinambungan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pada pelaksanaan kegiatan PKPA ini akan membahas mengenai seksi sumber daya kesehatan dan lebih mengkhususkan kepada Sub bagian Pelayanan farmasi,

(32)

Makanan dan Minuman (Farmakmin). Seksi sumber daya kesehatan memiliki tugas pokok diantaranya melaksanakan pemberian rekomendasi sarana pelayanan kesehatan dan sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap perbekalan kesehatan. Dalam proses permohonana tersebut penanggung jawab sarana harus melengkapi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan. Jika seluruh persyaratan telah terpenuhi, petugas Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan akan melakukan tinjauan ke lapangan. Apabila setelah dilakukan peninjauan dan persyaratan telah terpenuhi, Sudinkes Jakarta Selatan akan mengeluarkan izin kepada pemilik sarana untuk mendirikan pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu, ada juga perizinan bagi tenaga kesehatan seperti Surat Izin Kerja (SIK) bagi dokter, Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23 yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.

Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) memiliki tiga sub bagian yang terdiri dari Sub bagian Tenaga Kesehatan (Nakes), Sub bagian Standardisasi Mutu Kesehatan, serta Sub bagian Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin). Setiap sub bagian tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh kepala seksi sumber daya kesehatan (SDK). Sub bagian Tenaga Kesehatan berperan dalam pengelolaan, pembinaan, pengaturan, dan pendidikan bagi tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan. Sub bagian Standardisasi Mutu Kesehatan memiliki tugas dan fungsi dalam membuat standardisasi mutu pelayanan kesehatan baik dalam tataran internal Suku Dinas Kesehatan maupun tataran eksternal. Sub bagian Farmasi Makanan dan Minuman sebagaimana akan dijelaskan dalam laporan ini secara garis besar memegang peranan dalam perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan baik yang dikendalikan oleh pemerintah maupun perorangan.

Kegiatan yang dilakukan oleh sub bagian farmakmin yaitu dalam pemberian izin dalam mendirikan apotek, apotek rakyat, Pedagang Eceran Obat (PEO), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) dan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Selain pemeberian izin, farmakmin juga melakukan kegiatan BINWASDAL (Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) terhadap sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya,

(33)

melakukan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari setiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan, melakukan pengumpulan laporan narkotika dan psikotropika, memantau harga obat narkotika dan persediaan cadangan obat esensial, mengelola gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Selatan, mengadakan penyuluhan keamanan pangan dimana peserta penyuluhan akan mendapatkan sertifikat yang dapat digunakan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin pendirian Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA yaitu mempelajari alur proses pembuatan Surat Izin Apotek (SIA), surat izin PIRT, memeriksa kelengkapan dokumen yang diperlukan, ikut serta dalam pelaksanaan Binwasdal, mempelajari alur pengadaan dan pelaksanaan pelayanan obat di Unit Pelayanan Obat (UPO) Puskesmas Kecamatan Cilandak, merekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), membuat Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam pembuatan izin P -IRT.

Pada proses perizinan apotek beberapa hal yang harus diperiksa oleh petugas Farmakmin yaitu sumber daya manusia sesuai dengan persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan dan kelengkapan dokumen asli. Aspek bangunan yang harus dipenuhi meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, dan sanitasi. Selain itu, diperlukan juga kelengkapan peralatan yang harus ada di sebuah apotek, seperti neraca, mortar, alu, wadah, etiket, kartu stok, buku pelaporan, serta peralatan administrasi lainnya. Petugas yang harus tersedia adalah apoteker dan asisten apoteker. Data administrasi asli juga harus dilakukan pemeriksaan, seperti KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) APA dan PSA, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) atau Surat Penugasan (SP) APA atau Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta

(34)

ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum. Hasil pemeriksaan kemudian dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti agar mendapatkan izin pendirian. Berita acara pemeriksaan sarana apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/ belum memenuhi persyaratan, petugas Sudinkes akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan adalah Binwasdal terhadap beberapa sarana Apotek dan Puskesmas Kelurahan. Aspek yang diperiksa selama kegiatan Binwasdal Apotek meliputi personalia, bangunan, perlengkapan, pengelolaan, dan pelayanan kefarmasian. Pada kegiatan Binwasdal petugas dari Suku Dinas Kesehatan juga memberikan arahan dan masukan terhadap hal-hal yang tidak sesuai peraturan. Hasil Binwasdal dibuat dalam suatu kesimpulan untuk ditindaklanjuti oleh Suku Dinas Kesehatan dalam bentuk pemberian peringatan, peringatan keras, maupun penutupan sementara sarana kesehatan. Bentuk tindak lanjut ini dibuat berdasarkan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

Kegiatan Binwasdal ini dilakukan terhadap Puskesmas Kelurahan Pulo, Puskesmas Kelurahan Gunung dan Apotek Pela yang seluruhnya berada di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada pelaksanaan binwasdal ke Puskesmas, terdapat beberapa temuan yang diperoleh, diantaranya terdapat beberapa obat yang sudah Expired Date (ED), terjadinya kekosongan beberapa persediaan obat namun masih tetap diresepkan oleh dokter puskesmas (contohnya antasid dan gliseril guaiakolat), peresepan tanpa tanda tangan dokter, dan penyimpanan obat dalam dan obat luar yang tidak terpisah. Sedangkan, pada pelaksanaan binwasdal ke Apotek Pela sistem pengelolaan obat dan kegiatan teknis kefarmasian di Apotek Pela sudah cukup baik dari segi manajemen personalia, bangunan dan fasilitas, pengelolaan obat, administrasi, hingga pelayanan yang diberikan kepada pasien serta sudah mengikuti peraturan yang berlaku.

Selama PKPA kegiatan lain yang dilakukan yaitu melakukan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari setiap Puskesmas Kecamatan. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh

(35)

penanggung jawab obat Puskesmas. Sistem pelaporan LPLPO pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dari Puskesmas Kecamatan dilakukan dengan menggunakan sistem manual, yaitu memasukkan data pemakaian dan pengadaan obat dari puskesmas kelurahan dan puskesmas kecamatan tersebut selama satu bulan dalam bentuk hardcopy pada program Microsoft excel. LPLPO dikirimkan oleh setiap puskesmas kecamatan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Kemudian setiap 3 bulan kompilasi data LPLPO tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi lagi dan selanjutnya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan setiap enam bulan sekali.

Kegiatan dari Farmakmin lainnya yaitu membuat rekapitulasi pelaporan penggunaan psikotropika di unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan apotek di Jakarta Selatan. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Hasil rekapitulasi data laporan pengunaan nakotika menunjukkan tingkat kepatuhan Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) belum cukup baik. Hal ini disebabkan oleh UPK yang tidak mengirim laporan tepat waktu. Beberapa UPK melaporkan penggunaan narkotikanya dirapel atau sekaligus selama beberapa bulan. Padahal,idealnya pelaporan dilakukan sebulan sekali setiap awal bulan berikutnya.

Terdapat sepuluh kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan Setiabudi. Setiap Kecamatan memiliki satu Puskesmas dan beberapa Puskesmas Kelurahan. Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan dan melakukan kegiatan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Cilandak selama 2 hari. Masing-masing puskesmas tersebut membawahi beberapa puskesmas tingkat kelurahan. Terdapat 5 puskesmas kelurahan yang berada di bawah pengawasan Puskesmas Kecamatan Cilandak seperti Kelurahan Gandaria Selatan, Cipete Selatan, Cilandak Barat, Lebak Bulus, dan Pondok Labu.

(36)

Puskesmas Kecamatan Cilandak terdiri dari 4 lantai yang terbagi menjadi beberapa unit, diantaranya Unit Rumah Bersalin (RB), Unit Pelayanan Spesialis Kebidanan, Unit Pelayanan 24 jam, Unit Pelayanan TBC, Unit Pelayanan Umum, Unit Pelayanan Anak, Unit Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Unit Pelayanan Gizi, Unit Pelayanan Haji, Unit Pelayanan Spesialis Anak, Unit Pelayanan Obat, Unit Pelayanan Geriatri/Lansia, Unit Pelayanan Gigi, Unit Keluarga Berencana (KB) serta Unit Konsultasi Keluarga dan Remaja. Pelayanan obat di instalasi farmasi dilakukan mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan jumlah resep berkisar 150-200 resep per hari mencakup sediaan tablet, kapsul, pulveres, sirup, dan sediaan topikal. Tenaga kesehatan yang terdapat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Cilandak terdiri dari 1 orang apoteker dan 3 orang tenaga teknis kefarmasian.

Untuk memenuhi kebutuhan obat pasien, Unit Pelayanan Obat (UPO) Puskesmas Kecamatan Cilandak melakukan perencanaan dan pengadaan terlebih dahulu. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi dan penentuan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat untuk puskesmas dan subunit pelayanan puskesmas. Proses perencanaan kebutuhan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di puskesmas. Perencanaan obat harus dilakukan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan ataupun kelebihan obat. Perencanaan meliputi ketersediaan obat, reagen untuk tes laboratorium, bahan radiolologi, dan alat kesehatan sesuai dengan anggaran yang tersedia. Perencanaan barang medis untuk penggunaan di puskesmas kecamatan disusun berdasarkan masukan dari dokter tiap poliklinik, data pemakaian obat periode sebelumnya dan masukan dari PBF tentang harga dan informasi ketersediaan obat. Perencanaan obat dilakukan berdasarkan buku DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan Formularium Obat Puskesmas setiap tahunnya untuk persediaan obat di tahun berikutnya. dalam melakukan perencanaan Puskesmas Kecamatan Cilandak akan memberikan form kosong kepada setiap puskesmas kelurahan di bawahnya untuk diisi dengan daftar obat yang dibutuhkan berdasarkan konsumsi, morbiditas, dan pola penyakit.

Setelah dibuat perencanaan, maka dilakukan pengajuan anggaran kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memperoleh dana yang dibutuhkan

(37)

dalam melakukan pengadaan. Bila dana untuk pembelian obat dari pemerintah sudah disetujui maka puskesmas kecamatan akan melakukan pengadaan barang dengan cara mengadakan lelang. Pihak pemenang lelang kemudian menyediakan dan mengirimkan barang yang telah disepakati secara berkala. Apabila jumlah persediaan obat di salah satu puskesmas tidak mencukupi, maka puskesmas dapat berkoordinasi dengan puskesmas yang memiliki persedian obat berlebih untuk memenuhi persediaan obat yang kosong atau dapat melakukan permintaan obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Cilandak sudah cukup baik. Obat disimpan berdasarkan bentuk sediaan, berdasarkan suhu dan kestabilan, disusun secara alfabetis, menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Sedangkan untuk penyimpanan di gudang, obat disimpan diatas rak/palet yang telah tersedia. Untuk lebih mempermudah pengawasan tanggal kadaluarsa obat, diberikan penandaan khusus pada bagian luar kemasan yaitu dengan cara memberikan label berwarna sesuai dengan tahun kadaluarsanya, misalnya obat yang akan kadaluarsa pada bulan 2012 diberikan label berwarna ungu sedangkan obat yang akan kadaluarsa pada tahun 2013 diberikan label berwarna merah. Selain itu, untuk melakukan pengontrolan terhadap pengeluaran barang perlu dilakukan pencatatan pada kartu stok sehingga dapat diketahui berapa jumlah obat yang masuk dan obat yang keluar. Penulisan kartu stok dilakukan dengan menuliskan tanggal pengeluaran obat, jumlah barang yang keluar, jumlah barang sisa, nama fasilitas (unit yang membutuhkan) dan tanda tangan dari penanggung jawab gudang.

Obat-obatan yang sudah tersedia digudang kemudian dapat didistribusikan ke masing-masing unit untuk memenuhi kebutuhan obat untuk pasien. Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk penyerahan obat kepada pasien. Distribusi obat ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat diwilayah kerja puskesmas sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif. Penggunaan obat paling banyak yaitu di Unit Pelayanan Obat. Unit Pelayanan Obat melakukan kegiatan kefarmasian seperti menyiapkan obat dan meracik obat sesuai dengan permintaan di dalam resep baik resep yang

(38)

berisi racikan ataupun obat jadi serta memberikan informasi obat kepada pasien. Obat-obatan yang paling banyak digunakan yaitu, Amoksisilin, Parasetamol, Tablet Penambah darah kombinasi, Gliseril Guaiakolat, dan CTM sedangkan untuk penyakit DM yang paling banyak digunakan yaitu Metformin HCL dan untuk hipertensi yang paling banyak digunakan yaitu Captopril.

Puskesmas Kecamatan Cilandak memiliki standar tersendiri dalam pelayanan resep, untuk obat racik biasanya akan selesai dalam waktu 15-20 menit sedangkan untuk obat jadi akan selesai dalam waktu 3-10 menit tergantung kepada berapa besar resep yang masuk. Petugas akan memanggil nama pasien sesuai dengan yang tertera di dalam resep. Obat akan diberikan bila telah di cek atau telah diverifikasi terlebih dahulu. Pasien kemudian menggambil obat di tempat pengambilan obat dengan menyerahkan nomor pengambilan obat untuk dicocokkan dengan resep obat. Petugas obat kemudian memberikan informasi mengenai obat serta cara pemakaian obat kepada pasien. Dalam penggunaan obat-obatan UPO Puskesmas Kecamatan Cilandak melakukan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat ini terdiri dari pengendalian persediaan, pengendalian penggunaan, dan penanganan obat hilang. Unit Pelayanan Obat di Puskesmas Kecamatan Cilandak ini memiliki 3 laporan utama yaitu Laporan Jamsostek, LPLPO, Laporan Narkotika dan Psikotropika sedangkan untuk pencatatan obat yang keluar masuk yaitu dengan menggunakan kartu stok. Secara umum kegiatan pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Cilandak sudah baik. Adapun kendala yang ditemui pada pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Cilandak adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, yaitu hanya terdiri dari 1 orang apoteker dan 3 orang tenaga teknis kefarmasian. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan banyaknya beban kerja pelayanan resep yang diterima di instalasi farmasi, sehingga peran serta farmasis dalam Pharmaceutical Care masih kurang.

(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Suku Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja, yaitu merupakan gabungan dari suku dinas pelayanan kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam upaya pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

b. Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga koordinator yaitu, Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu Kesehatan dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).

c. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman, terutama yang berkaitan dengan kegiatan perizinan maupun kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, masih menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan pelaksanaannya kurang maksimal namun tetap dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan peraturan, baik dalam segi administratif maupun pelaksanaan di lapangan.

5.2 Saran

a. Diperlukan sistem teknologi informasi yang lebih memadai untuk memperlancar sistem pelaporan di Suku Dinas Kesehatan, baik untuk Laporan Narkotika dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), misalnya dengan mengembangkan fasilitas website yang telah ada sehingga masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi pelayanan, kebijakan, maupun kegiatan Suku Dinas Kesehatan.

b. Mengoptimalkan kegiatan Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian) untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman serta meminimalisasi pelanggaran yang terjadi.

(40)

c. Perlu adanya penambahan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan kinerja Suku Dinas Kesehatan terutama bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman.

Gambar

Foto Copy KTP Penanggung jawab / Pemilik (Jabodetabek)  Pasfoto berwarna Pemohon/ Penanggung   Jawab 3 x  4  (2lembar)  Surat TandaPendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki  Modal Peralatan lebih dari Rp.5.000.000/ Surat keterangan bila moda
Gambar 2.1   Distribusi 10 Jenis Obat yang Banyak Dipakai di Puskesmas
Gambar 1. Distribusi 10 Jenis Obat yang Banyak Dipakai di Puskesmas  Kecamatan Cilandak Periode Juni 2011-Februari 2012
Gambar 2. Distribusi 10 Jenis Obat yang Banyak Dipakai di Puskesmas  Kecamatan Pancoran Periode Juni 2011-Februari 2012

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menu manajemen laporan keuangan merupakan menu yang digunakan untuk melihat laporan keuangan hasil ternak lele, dimana peternak dapat melihat laporan keuangan dari

Secara umum terungkap bahwa paket program coaching yang telah dikembangkan bisa memenuhi kondisi sebagaimana tercantum pada poin 1-3 (Tabel 3). Satu-satunya aspek yang dirasa

Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian lapangan. Dalam penelitian ini penulis menentukan tempat penelitian di SMP YPII

Penelitian ini menghadapi kendala pada pengukuran kinerja pemasaran, dimana pada berdasarkan hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis full model (Gambar 4.3)

Hasil penelitian koleksi anggrek yang terkumpul dari pulau Wawonii dengan didukung hasil penelusuran pustaka tentang anggrek Sulawesi (Schlechter, 1911; Smith, 1929; dan Thomas

Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner Pengalaman Bullying pada Pelajar/Mahasiswa (PBP/M) yang diadaptasi dari Astuti (2008).

Skill atau kerampilan para peserta juga masih belum memadai, keterampilan yang dimiliki hanya merupakan hasil dari pengalaman mengerjakan mebel selama bertahun –

Areal kemitraan kehutanan yang diperjanjikan merupakan hutan lindung seluas 320 hektar yang digarap oleh 470 KK yang merupakan penduduk asli Desa Mekar SariG. Kondisi tofografi