• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... ii Lembar Pengesahan... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... viii Ringkasan Eksekutif...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... ii Lembar Pengesahan... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... viii Ringkasan Eksekutif..."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel... vi

Daftar Gambar ... viii

Ringkasan Eksekutif... ix

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... Bab I - 1 1.2 Maksud dan Tujuan ... Bab I - 4 1.3 Sasaran ... Bab I - 4 1.3 Ruang Lingkup ... Bab I - 5 1.5 Batasan Pengertian ... Bab I - 5

II.DESKRIPSI KAWASAN

2.1 Risalah Wilayah ... Bab II - 1 2.2 Potensi Wilayah KPHL Model Solok ... Bab II - 9 2.3 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... Bab II - 12 2.4 Luas Wilayah dan Penggunaan ... Bab II - 13 2.5 Penduduk ... Bab II - 14 2.6 Aktivitas Ekonomi ... Bab II - 17 2.7 PDRB Kabupaten Solok ... Bab II - 22 2.8 Kondisi Posisi KPH dalam Prespektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangungan Daerah ... Bab II - 22 2.9 Posisi Kelembagaan KPH ... Bab II - 26 2.10Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ... Bab II - 29 2.11Kegiatan Pembangunan Kehutanan yang Telah Dilakukan ... Bab II - 30

III.VISI DAN MISI

3.1 Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan ... Bab III - 1 3.2 Visi dan Misi KPHL Model Solok ... Bab III - 2 3.3 Strategi Pengelolaan Hutan ... Bab III - 2 3.4 Tujuan dan Sasaran KPHL Model Solok ... Bab III - 5

(5)

IV.ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1 Analisa Strategis dan Faktor Penentu Keberhasilan ... Bab IV - 1 4.2 Analisa SWOT ... Bab IV - 6 4.3 Proyeksi ... Bab IV - 23

V.RENCANA KEGIATAN

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya ... Bab V - 1 5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ... Bab V - 2 5.3 Pemberdayaan Masyarakat ... Bab V - 12 5.4 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal KPHL Model Solok ... Bab V - 14 5.5 Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitaasi Bab V

-16

5.6 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ... Bab V - 17 5.7 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin Bab V

-18

5.8 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan Bab V -19

5.9 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM ... Bab V - 21 5.10Penyedian Pendanaan ... Bab V - 21 5.11Pengembangan Pangkalan Data (data base) ... Bab V - 24 5.12Rasionalisasi Wilayah Kelola ... Bab V - 25 5.13Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ... Bab V - 25 5.14Pengembangan Investasi ... Bab V - 26 5.15Kegiatan Lain Yang Relevan ... Bab V - 31

VI.PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1 Pembinaan ... Bab VI - 1 6.2 Pengawasan ... Bab VI - 2 6.3 Pengendalian ... Bab VI - 2

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1 Pemantauan ... Bab VII - 1 7.2 Evaluasi ... Bab VII - 1 7.3 Pelaporan ... Bab VII - 2

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel II-1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Solok Tahun 2011 ..II- 2 Tabel II-2. Nama Sungai dan Wilayah yang Dialirinya di Kabupaten Solok ...II- 3 Tabel II-3. Pembagian Blok dan Petak Wilayah KPHL ... II- 7 Tabel II-4. Nama Kecamatan dan Luasnya serta jumlah Nagari...II -14 Tabel II-5. Persentase dan Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Solok ... II- 14 Tabel II-6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 ... II- 15 Tabel II-7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 ... II- 16 Tabel II-8. Banyaknya Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan

Tahun 2011 ... II- 16 Tabel II-9. Tabel Mata Pencaharian Penduduk di 4 (empat) Nagari yang di

Survei ...II- 17 Tabel II-10. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 ... II- 17 Tabel II-11. Luas Sawah Menurut Jenis Pengairan Tahun 2011 ... II- 18 Tabel II-12. Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011 ... II- 19 Tabel II-13. Luas dan Poduksi Tanaman Perkebunan Tahun 2011 ... II- 20 Tabel II-14. Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Tahun 2011... II- 21 Tabel II-15. Produksi Hasil Hutan Menurut Kecamatan dan Jenis Komoditi 2011II- 21 Tabel II-16. PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha (Jutaan Rupiah) ... II- 22 Tabel II-17. Pelaksanaan Kegiatan RHL Kabupaten Solok Tahun 2009 – 2011 ....II- 31 Tabel II-18. Luas Reboisasi yang Berhasil dan Gagal Tahun 2002 - 2011... II- 31 Tabel IV-1. Strategi KombinasiStrength(Kekuatan) danOpportunity(Peluang) Dalam

Analisis SWOT ... IV- 7 Tabel IV-2. Strategi Kombinasi Kekuatan dan Ancaman Dalam Analisis SWOTIV- 10 Tabel IV-3. Strategi Kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Peluang (Opportunity)

(7)

Tabel IV-4. Strategi Kombinasi Kelemahan dan Ancaman Dalam Analisis SWOT... IV- 16 Tabel IV - 5. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi) dan

Sasaran Program Indikatif ... IV- 18 Tabel V-1. Jumlah Plot Inventarisasi Hutan Disetiap Blok Pengelolaan KPHL Model

Solok ... V- 2 Tabel V-2. Potensi Kayu Pemanfaatan Hutan Alam di KPHL Model Solok ...V- 6 Tabel V-3. Luas Blok HTR di KPHL Model Solok ... V- 13 Tabel V-4. Luas Lahan yang Akan Direhabilitasi Disetiap Blok ... V- 13

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II - 1. Peta Penetapan Wilayah KPHL Model Solok ... II- 4 Gambar II - 2. Penyelenggaraan Pengurusan Dinas dan Penyelenggaraan ... II- 6 Gambar II- 3. Lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam ...II - 7 Gambar II-4. Penyelenggaraan Pengurusan Dinas dan Penyelenggaraan Pengelolaan

KPH ... II - 27 Gambar V-1. lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam ... V- 4 Gambar V-2. Rencana lokasi Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman di

KPHL Model Solok ... V- 5 Gambar V-3. Lokasi HTR di Blok Pemberdayaan Masyarakat ... V- 12 Gambar V-4. Lokasi Rencana RHL di KPHL Model Solok ... V- 15 Gambar V-5. Rencana Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ... V- 18 Gambar V-6. Bentuk Koordinasi dan Sinergi dalam Pengelolaan KPHL Model Solok

(9)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan hutan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 seluas + 130.346 Ha. Dalam melaksanakan kegiatan, KPHL Model Solok memerlukan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan pengelolaan hutan dalam jangka waktu 10 tahun, sehingga tujuanpengelolaan hutan untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Solok yang mandiri dan sejahtera melalui pemberdayaan ekonomi dan peran aktif dalam pengelolaan sumber daya hutan dapat tercapai.

KPHL Model Solok memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, seperti potensi jasa lingkungan sebagai penyedia air bersih, penyimpan karbon, media penelitian dan pendidikan, sumber plasma nutfah/keanekaragaman hayati, serta objek wisata alam. Dalam hal potensi wisata alam, KPHL Model Solok memiliki pesona alam yang berbeda dengan daerah lain seperti Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), Danau Singkarak, dan hamparan kebun teh di Kecamatan Gunung Talang.

Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan KPHL Model Solok umumnya adalah etnis Minangkabau dengan garis keturunan ibu (matrilinial). Sistem kekerabatan ini memberikan tempat yang kuat bagi kaum wanita dalam sistem sosial dan juga terkait erat dengan penguasaan sumber daya alam, terutama lahan dan hutan. Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Kawasan hutan di Kabupaten Solok memiliki peran penting dalam pengatur tata air di Provinsi Sumatera Barat. Kawasan hutan ini terletak pada areal dengan topografi curam dengan ketinggian antara 297 – 1.458 mdpl, curah hujan rata-rata 1.720 mm/tahun, dan merupakan hulu bagi 2 (dua) sungai besar yaitu Batang Hari dan Batang Gumanti, dan 24 (dua puluh empat) sungai lainnya.

Pentingnya keberadaan kawasan hutan Kabupaten Solok sebagai pendukung sumber penghidupan masyarakat dan pengatur tata air telah disadari oleh berbagai pihak, sehingga menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan pembangunan wilayah kabupaten seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok. Dengan demikian, peranan KPHL Model Solok cukup besar dalam mendukung tercapainya target-target pembangunan di Kabupaten Solok.

Kelembagaan KPHL Model Solok ditetapkan melalui Peraturan Bupati nomor 56 tahun 2011 dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok. Organisasi KPHL Model Solok merupakan organisasi setingkat Eselon IV. Kondisi ini membutuhkan percermatan khusus dalam tata hubungan kerja antara UPT KPHL Model Solok, Dinas Kehutanan dan

(10)

Perkebunan Kabupaten Solok, dan unit kerja lain baik kehutanan maupun sektor lainnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi diantaranya menyelenggarakan pengelolaan hutan (tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam). Dalam menyusun rencana pengelolaan, KPHL Model Solok mengacu pada rencana kehutanan nasional, regional, provinsi, maupun kabupaten/kota, serta memperhatikan aspirasi dan sosial budaya masyarakat setempat.

Isu strategis dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Solok yaitu : 1) Tata batas wilayah kelola KPHL Model Solok sebagian belum selesai, 2) Belum terkoordinasinya kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan, 3) Potensi hutan belum teriventarisasi secara baik, dan 4) Tingginya tingkat okupasi kawasan hutan oleh masyarakat serta klaim hak ulayat terhadap kawasan hutan.

Visi KPHL Model Solok adalah “Menjadikan KPHL Model Solok Sebagai Modal Pembangunan Daerah” , untuk itu KPHL Model Solok menetapkan Misi sebagai berikut : 1) Memantapkan fungsi kawasan yang ada dalam wilayah kelola, 2) Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan, 3) Memperkuat kelembagaan, dan 4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, serta upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi, KPHL Model Solok merencanakan berbagai kegiatan jangka panjang, diantaranya : penataan hutan dan inventarisasi berkala, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu (pemanfaatan kayu hutan alam, pengembangan ekowisata, pemanfaatan kawasan untuk pendidikan dan penelitian, pemberdayaan masyarakat), penyelenggaraan rehabilitasi, perlindungan hutan dan konservasi alam, koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang ijin, peningkatan kapasitas SDM, pendanaan, pengembangan database, rasionalisasi wilayah kelola, pengembangan investasi, dll.

Rencana kegiatan yang ditetapkan dalam RPHJP ini, dalam implementasinya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, dan perlu dijabarkan ke dalam rencana yang lebih detil seperti rencana jangka pendek atau rencana teknis lainnya.

(11)

VIII. PENUTUP

Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok ini disusun menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan telah menyajikan data yang benar pada saat dokumen ini disusun. Proses penyusunan-nya telah melibatkan berbagai pihak baik di Pusat maupun Daerah, dan telah mengakomodir berbagai masukan yang bersifat membangun.

RPHJP KPHL Model Solok ini memberikan arahan secara makro dan indikatif bagi pengelolaan KPHL Model Solok 10 (sepuluh) tahun mendatang. Untuk operasionalisasinya, RPHJP ini perlu diterjemahkan ke dalam rencana-rencana jangka pendek, seperti rencana kerja tahunan KPH.

Sebagai sebuah rencana makro, dokumen ini diharapkan mampu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan lingkungan strategis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dapat dijadikan pegangan bagi pihak-pihak terkait dalam pengelolaan hutan di KPHL Model Solok.

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia, penting dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan dengan baik. Kegiatan pengelolaan hutan mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan pengelolaannya dengan sumberdaya alam lainnya karena pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tidak mengabaikan sifat dan karakteristik serta fungsi pokok akan kawasan hutan itu sendiri, yang terdiri dari fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengelolaan hutan diperlukan keseimbangan agar ketiga fungsi hutan tersebut dapat berjalan secara simultan karena ketiga fungsi tersebut mempunyai peran yang sangat penting terutama sebagai pendukung dalam pembangunan ekonomi melalui produksi hasil hutan baik kayu maupun nonkayu, perlindungan wilayah melalui konservasi tanah dan air serta pelestarian keanekaragaman hayati guna kepentingan jangka panjang generasi mendatang.

Salah satu strategi untuk mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peranan hutan adalah adanya dukungan kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem dengan lebih mengedepankan keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaannya lebih berorientasi pada proses yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari pengelolaan yang mengedepankan produksi kayu ke pengelolaan berbasis ekosistem ini didasarkan pada kondisi sumberdaya hutan yang semakin menurun dan peningkatan pemahaman terhadap nilai manfaat hutan yang melebihi hasil hutan kayu.

Pengalaman pengelolaan hutan pada tahun 1980-an yang lebih berorientasi pada produksi hasil hutan kayu dengan mengedepankan penerimaan devisa negara berakibat pada kondisi hutan yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data analisis Kementerian Kehutanan, laju deforestasi hutan pada tahun 1985 – 1997 adalah seluas 1,8 juta ha/tahun, pada tahun 1997 – 2000 meningkat menjadi 2,8 juta ha/tahun dan pada tahun 2000 – 2005 menurun menjadi 1,08 juta ha/tahun. Kondisi tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat serta

(13)

lingkungannya, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi banjir dan tanah longsor serta perubahan musim yang tidak dapat diprediksi lagi.

Pemerintah terus mengupayakan menekan laju kerusakan hutan dengan harapan bahwa kondisi hutan dapat kembali seperti semula dan dapat berfungsi kembali secara optimal. Salah satu kebijakan yang diinisiasi oleh Pemerintah Pusat adalah pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai suatu unit pengelolaan ditingkat tapak sebagaimana diamanatkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dimana pada pasal 12 disebutkan bahwa perencanaan hutan meliputi inventarisasi hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kehutanan.

Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Unit Pengelolaan adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari yang kemudian disebut sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang dapat berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Dukungan kebijakan selanjutnya adalah adanya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 yang mengamanatkan tentang Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan. Pembentukan organisasi kelembagaan KPH merupakan prioritas pembangunan nasional dalam Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Dengan PP tersebut di atas maka seluruh pengelolaan hutan di Indonesia dilaksanakan oleh sebuah organisasi kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Kegiatan pengelolaan hutan oleh KPH meliputi : 1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, 2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang izin, 3) Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu, 4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan 5) Perlindungan hutan dan konservasi alam.

Bupati Solok melalui surat Nomor : 522.1/910/Hutbun-2011 tanggal 18 Agustus 2011 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk Pembentukan KPH Unit VI di Kabupaten Solok yang tembusannya juga disampaikan kepada Gubernur Sumatera Barat, selanjutnya Gubernur Sumatera Barat melalui suratnya kepada Menteri Kehutanan dengan Nomor : 522.1/2064/Dishut-2011 tanggal 19 September 2011 perihal Usulan Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang pada

(14)

prinsipnya Gubernur mendukung pembentukan kelembagaan KPH, salah satunya yaitu KPH Unit VI di Kabupaten Solok. Akhirnya, wilayah kawasan hutan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat ditetapkan menjadi salah satu unit KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Model berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas + 130.346 Ha.

Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008 pasal 9, KPH mempunya tugas dan fungsi yang diantaranya menyelenggarakan pengelolaan hutan (tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan), maka KPHL Model Solok harus mempunyai Rencana Pengelolaan yang menjadi pedoman seluruh kegiatan yang mengarahkan pada pencapaian tujuan pengelolaan hutan. Rencana pengelolaan ini memuat tujuan, strategi, rencana kegiatan serta target yang akan dicapai dalam pengelolaan hutan. Dalam penyusunan rencana pengelolaan ini, juga mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan Rencana Kehutanan Tingkat Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat serta kondisi lingkungan.

Setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI), operasionalisasi KPH dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, seperti : prakondisi pengelolaan hutan (pengadaan sarana/prasarana; tata hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan)), dan konvergensi kegiatan teknis di lokasi KPH dari UPT Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten.

RPHJP ini disusun dengan tahapan sebagai berikut : Inventarisasi Biogeofisik, Inventarisasi Sosial Budaya, Penataan Blok dan Petak, Analisis Spasial, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan; Penilaian/Pengesahan.

Mengingat Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL/P baru terbit tahun 2013, dan dari hasil diskusi dengan para Kepala KPH lingkup Regional Sumatera, maka disepakati bahwa periode RPHJP KPHL/P adalah 2014 – 2023.

Melalui penyusunan RPHJP KPHL Model Solok ini, diharapkan informasi dan data yang dimiliki oleh KPHL Model Solok (kondisi kawasan biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan yang dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang

(15)

dihadapi) dapat menjadi sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar penentuan prioritas pengelolaan. Dengan demikian, RPHJP KPHL Model Solok ini diharapkan menjadi pedoman dan acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan tingkat tapak di wilayah KPHL Model Solok.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok ini adalah menyediakan pedoman dan acuan di dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan pada wilayah kelola KPHL Model Solok selama 10 (sepuluh).

Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok ini adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang akan dijadikan sebagai pedoman dan acuan di dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan di wilayah KPHL Model Solok dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2024.

b. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang layak terap untuk memberikan manfaat sosial, ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan hutan dan seluruh potensi yang ada secara komprehensif dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan kekhasan dan kearifan lokal yang ada.

c. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan yang terencana dan terukur serta memiliki tata waktu yang jelas sehingga kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk memberikan hasil yang optimal. d. Untuk dijadikan sebagai dasar di dalam penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan Jangka Pendek (Rencana Pengelolaan Tahunan) dan rencana-rencana teknis pengelolaan lainnya di wilayah KPHL Model Solok.

1.3. Sasaran

Tersusunnya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok untuk 10 (sepuluh) tahun kedepan dari 2014 – 2023 yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek yang disesuaikan dengan kondisi setiap blok dan petak.

(16)

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok meliputi :

1. Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan pengertian.

2. Deskripsi kawasan, yang mengandung informasi tentang wilayah KPHL Model Solok, terdiri dari risalah wilayah, potensi wilayah KPHL Model Solok, data sosekbud masyarakat, kondisi posisi KPHL Model Solok dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan daerah dan isu strategis, kendala dan permasalahan.

3. Visi dan misi, yang berisi tentang visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok, visi dan misi KPHL Model Solok sendiri, strategi pengelolaan hutan dan tujuan serta sasaran KPHL Model Solok.

4. Analisis dan proyeksi, yang memuat analisa data dan informasi yang tersedia saat ini baik data primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPHL Model Solok dimasa yang akan datang.

5. Rencana kegiatan, yang memuat tentang inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, penyelenggaran rehabilitasi pada areal KPHL Model Solok, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin (belum ada), koordinasi dan sinergi dengan instansi dan pemangku kepentingan, penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan pangkalan data, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan, pengembangan investasi dan kegiatan lain yang relevan.

6. Selain itu, dokumen ini juga memuat pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta pemantauan evaluasi dan pelaporan.

1.5. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan

(17)

3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.

4. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

5. Penataan Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

6. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.

7. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 8. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

9. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

10.Reklamasi hutanadalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

11.Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

(18)

12.Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.

13.Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap.

14.Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

15.Petakadalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama.

16.Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

17.Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung.

18.KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH ditingkat tapak.

19.Resort Pengelolaan Hutanadalah kawasan hutan dalam wilayah kelola KPH yang merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH.

20.Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. 21.Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan

hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH.

22.Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu 1 (satu) tahun pada tingkat operasional berbasis petak/blok.

23.Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan fan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

(19)

24.Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.

25.Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

26.Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran. 27.Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat

yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya hutan.

28.Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.

29.Pemberdayaan Masyarakat Setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

30.Menteriadalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.

(20)

II. DESKRIPSI KAWASAN

Bab ini menguraikan lebih rinci tentang kondisi kawasan KPHL Model Solok. Dalam bagian deskripsi wilayah diuraikan tentang letak geografis dan iklim, topografi, jenis tanah, aksesibilitas kawasan, sejarah pembentukan KPHL Model Solok. Bagian potensi wilayah KPHL Model Solok menguraikan tentang tutupan vegetasi, potensi kayu/non kayu, pemberdayaan masyarakat, keberadaan flora dan fauna, dan potensi jasa lingkungan. Bab ini juga menguraikan keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat yang meliputi keadaan sosial budaya masyarakat, keadaan sosial ekonomi masyarakat, penggunaan lahan, penduduk, aktifitas ekonomi, informasi izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, kondisi posisi KPH dalam perspektif Tata Ruang Wilayah dan pembangunan daerah, posisi kelembagaan KPH, Organisasi KPHL Model Solok, issue strategis, kendala dan permasalahan, serta kegiatan pembangunan kehutanan yang telah dilakukan. Bab ini diakhiri dengan deskripsi manajemen sumber daya manusia KPHL Model Solok.

2.1. Risalah Wilayah

2.1.1. Letak dan Iklim Kabupaten Solok

Kabupaten Solok berada pada koordinat 00032’ 14” - 01046’ 45” LS dan 1000 25’ 00”- 1000 41’ 41” BT. Luas wilayah Kabupaten Solok adalah 3.738,00 Km2 (373.800 Ha) berada pada daerah aliran sungai (DAS) Batang Hari, Agam Kuantan dan Indragiri Rokan. Letak geografis Kabupaten Solok tersebar pada dataran, lembah dan perbukitan pada ketinggian antara 297 s/d 1.458 meter di atas permukaan laut.

Letak Kabupaten Solok sangat strategis, selain dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera (jalinsum), juga berbatasan langsung dengan Kota Padang - Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Adapun batas-batas Kabupaten Solok adalah :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan.

Kabupaten Solok terdiri dari 14 (empat belas) Kecamatan, 74 (tujuh puluh empat) Nagari dan 411 (empat ratus sebelas) Jorong.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson dan data curah hujan tahun 2010, iklim Kabupaten Solok tergolong tipe A dengan curah hujan per bulan rata-rata 1.720

(21)

mm/tahun, dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 158 hari/tahun dan temperatur udara 240C - 320C. Berdasarkan buku Solok dalam angka Tahun 2011, Kecamatan Payung Sekaki merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan tertinggi di Kabupaten Solok yaitu mencapai 3.321 mm/tahun. Tabel II-1 menyajikan banyaknya curah hujan dan hari hujan di setiap Kecamatan di Kabupaten Solok.

Tabel II -1.Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Solok Tahun 2011

Sumber: BPS Kab. Solok 2011

2.1.2. Topografi, Jenis Tanah dan Geologi

A. Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Solok sangat bervariasi antara dataran, lembah dan pegunungan dengan ketinggian antara 297 s/d 1.458 m.dpl. Kabupaten Solok memiliki banyak sungai dan danau yang terkenal dengan keindahan alamnya, diantaranya Danau Singkarak, Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah) dan Danau Talang, selain itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi aktif yaitu Gunung Talang.

B. Jenis Tanah

Klasifikasi tanah yang digunakan mengikuti system klasifikasi tanah dari USDA Soil Taxonomy. Jenis tanah yang ada di wilayah KPHL Model Solok terdiri dari Andosol (+ 3.595,15 Ha), Glei Humus (+ 1.343,36 Ha), Kambisol (+ 106.700,67 Ha), Latosol (+ 5.826,49 Ha) dan Podsolik (+ 12.911,41 Ha).

C. Hidrologi

Hampir seluruh wilayah KPHL Model Solok berada di daerah hulu Sungai Batang Hari dan Batang Gumanti yang bermuara di Pantai timur Pulau Sumatera.

Hari Hujan Curah Hujan

(hari) (mm) 1 Pantai Cermin 259 1257 4.85 2 Lembah Gumanti 221 2131 9.64 3 Hiliran Gumanti 100 1622 16.22 4 Payung Sekaki 263 3321 12.63 5 Tigo Lurah 228 2591 11.36 6 Lembang Jaya 90 1612 17.91 7 Danau Kembar 268 2802 10.46 8 Gunung Talang 82 938 11.44 9 Bukit Sundi 169 2168 12.83

10 IX Koto Sei. Lasi 60 723 12.05

11 Kubung 163 1536 9.42 12 X Koto Diatas 48 495 10.31 13 X Koto Singkarak 114 948 8.32 14 Junjung Sirih 146 1928 13.21 No Intensitas (mm/hari) Kecamatan

(22)

tempat yang lebih rendah banyak ditemukan sumber mata air dan membentuk anak sungai dengan pola disebut dendritik (bercabang mirip percabangan pohon beringin). Di Kabupaten Solok terdapat 26 Sungai. Lokasi dan wilayah yang dialiri oleh sungai tersebut secara terperinci disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel II-2.Nama Sungai dan Wilayah yang Dialirinya di Kabupaten Solok

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

No Kecamatan Nama Sungai Wilayah Yang Dialiri

1 Pantai Cermin Batang Lolo Lolo Batang Indarung Surian/ Lolo Batang Kulemban Surian Batang Kayu Manang Surian

2 Lembah Gumanti Batang Gumanti Alahan Panjang/ Talang Babungo, Sariak Alahan Tigo dan Sungai Abu

Batang Hari Alahan Panjang, Lolo dan Surian

Sungai Pagu, Sangir, Dharmasraya dan Jao 3 Payung Sekaki Batang Kipat Air Luo/ Kab. Sijunjung

Batang Luo Air Luo/ Kab. Sijunjung

4 Tigo Lurah Batang Palangki Batu Bajanjang, Rangkiang Luluih, Sumiso dan Kab. Sijunjung

Batang Kapujan Rangkiang Luluih, Sumiso dan Kab. Sijunjung 5 Lembang Jaya Batang Lembang Danau Kembar dan Lembang Jaya

Bukit Sundi, Kubung dan X Koto Singkarak 6 Gunung Talang Batang Paneh Gadang Talang, Cupak, Muara Panas

Batang Sumani Lubuk Selasih, Batang Barus, Kt Gaek, Jawi-jawi Cupak dan Koto Baru

7 Bukit Sundi Batang Air Halim Kinari dan Muara Panas 8 IX Koto Sei Lasi Sungai Lasi Sungai Lasi

Batang Pamo Pianggu

Batang Lawas Lembah Gumanti dan Payung Sekaki 9 Kubung Btg Gantung Gantung Ciri

Sungai Saring Koto Hilalang Batang Gawan Koto Hilalang/ Selayo Batang Imang Koto Sani, Tanjung Bingkung 10 X Koto Diatas Batang Katialo Katialo Tj. Balik dan Sulit Air 11 X Koto Singkarak Air Lasi Saniang Baka

Btg Sumani Sumani 12 Junjung Sirih Batang Muaro Pingai Muaro Pingai

(23)

D. Lahan Kritis

Berdasarkan data dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan, tingkat kekritisan lahan di wilayah KPHL Model Solok dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu Agak Kritis seluas + 114.927,00 Ha, Kritis seluas + 993,01 Ha, Potensial Kritis seluas + 14.081,07 Ha, Sangat Kritis seluas + 376,00 Ha.

E. Letak dan Luas Wilayah KPHL Model Solok

Kawasan hutan di Kabupaten Solok tidak semua termasuk wilayah kelola KPHL Model Solok. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas + 130.346 Ha, dengan rincian sebagai berikut, Hutan Lindung seluas + 114.061 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas + 12.804 Ha dan Hutan Produksi seluas + 3.481 Ha.

Wilayah KPHL Model Solok yang masih berhutan pada Hutan Lindung dengan tutupan lahan berstratifikasi hutan lahan kering primer seluas ± 24.231,67 Ha, berstratifikasi hutan lahan kering sekunder seluas ± 73.079,78 Ha dan tidak berhutan seluas ± 16.747,52 Ha yang berupa semak belukar seluas ± 6.167,76 Ha, perkebunan seluas ± 56,86 Ha, pertanian seluas ± 7.534,90 Ha, pertanian lahan kering seluas ± 2.553,66 Ha dan semak seluas ± 434,33 Ha.

(24)

Kondisi batas kawasan hutan secara geografis berada pada 100038’ – 1010 14’ BT dan 00 46’– 010 18’LS. Adapun batas-batas wilayah KPHL Model Solok adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan 3. Sebalah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan 2.1.3 Pembagian wilayah Resort

Struktur organisasi KPHL Model Solok ditetapkan melalui Peraturan Bupati Solok Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 11 tentang Unit Pelaksana Teknis. Sebagai tindak lanjut peraturan tersebut direncanakan dibentuk + 6 (enam) Resort Pengelolaan Hutan (RPH). RPH ini berbasis wilayah sungai yang terdiri dari :

a. Resort Batang Gumanti (Resort I), meliputi seluruh kawasan hutan lindung Kecamatan Hiliran Gumanti dan sebagian Kecamatan Lembah Gumanti.

b. Resort Batang Hari (Resort II), meliputi seluruh kawasan hutan Kecamatan Pantai Cermin dan sebagian Kecamatan Lembah Gumanti.

c. Resort Batang Momong (Resort III), meliputi sebagian kawasan hutan Kecamatan Tigo Lurah.

d. Resort Batang Palangki (Resort IV), meliputi sebagian kawasan hutan Kecamatan Tigo Lurah dan sebagian Kecamatan Payung Sekaki.

e. Resort Batang Laweh (Resort V), meliputi sebagian kawasan hutan yang berada di Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Payung Sekaki.

f. Resort Batang Sumani (Resort VI), meliputi sebagian kawasan hutan yang berada di Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Gunung Talang.

(25)

Gambar II-2. Pembagian Wilayah Kerja KPHL Solok ke Dalam Resort Pengelolaan Hutan

2.1.4 Pembagian Blok dan Petak

Berdasarkan fungsinya, Wilayah kelola KPHL Model Solok dibagi menjadi 3 (tiga) blok atau zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan zona pemberdayaan, dan terbagi kedalam 6 (enam) resort. Selanjutnya, Zona pemanfaatan dibedakan menjadi pemanfaatan HHBK, pemanfaatan HHK-HT, pemanfaatan HHK-HA. Melihat fungsinya, sebagaian besar kawasan KPHL Model Solok masuk ke dalam zona inti.

Tabel II. 3 dan Gambar II. 2 menunjukan pembagian wilayah kelola KPHL Model Solok.

(26)

Tabel II-3. Pembagian Blok dan Petak wilayah KPHL Solok

RESORT BLOK_SOLOK Luas (ha)

RESORT I HL-Blok Inti 6,346.06

HL-Blok Pemanfaatan 9,507.21 HP-Blok Pemanfaatan HHBK 562.35

HP-Blok Pemberdayaan 91.59

RESORT II HL-Blok Inti 10,993.25

HL-Blok Pemanfaatan 6,420.25 HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT 302.24

RESORT III HL-Blok Inti 28,565.01

HL-Blok Pemanfaatan 3,944.80

RESORT IV HL-Blok Inti 18,502.58

HL-Blok Pemanfaatan 9,617.13

RESORT V HL-Blok Inti 346.83

HP-Blok Pemanfaatan HHBK 1,131.06 HP-Blok Pemanfaatan HHK-HA 2,578.03 HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT 281.65 HP-Blok Pemberdayaan 6,867.66

RESORT VI HL-Blok Inti 12,472.86

HL-Blok Pemanfaatan 9,039.11 HP-Blok Pemanfaatan HHBK 163.36 HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT 2,174.08

HP-Blok Pemberdayaan 469.98

Grand Total 130,377.08

(27)

2.1.5 Aksesibilitas Kawasan

Aksesibilitas di wilayah KPHL Model Solok masih cukup sulit, karena kondisi jalan masih berupa jalan tanah dan tidak bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor. Namun tidak semua wilayah KPHL Model Solok sulit dijangkau, di beberapa tempat sudah ada jalan di dalam kawasan hutan yang dapat dilalui kendaraan yang sejak lama dimanfaatkan sebagai jalur transportasi oleh masyarakat sekitar.

Aksesibilitas pada masing-masing wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH) di KPHL Model Solok akan memanfaatkan jalur transportasi yang ada, sehingga untuk akses pengelolaan hutan (seperti pengamanan dan pengawasan) serta akses produksi (kayu dan bukan kayu) sebagian sudah ada.

2.1.6 Sejarah Pembentukan KPHL Model Solok

Pembentukan KPHL Model Solok didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan dengan adanya Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK. 798/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 Tentang Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Barat, dimana pada lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan tersebut di atas, disebutkan bahwa Kabupaten Solok merupakan Unit VI KPH yang ada di Provinsi Sumatera Barat dengan luasan Hutan Lindung seluas + 117.942 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas + 19.989 Ha dan Hutan Produksi seluas + 8.982 Ha. Menindaklanjuti Keputusan Menteri Kehutanan tersebut, Bupati Solok melalui surat Nomor : 522.1/910/Hutbun-2011 tanggal18 Agustus 2011 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk Pembentukan KPH Unit VI di Kabupaten Solok yang tembusannya juga disampaikan kepada Gubernur Sumatera Barat, hal ini kemudian diperkuat lagi oleh Gubernur Sumatera Barat melalui suratnya kepada Menteri Kehutanan dengan Nomor : 522.1/2064/Dishut-2011 tanggal 19 September 2011 perihal Usulan Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang pada prinsipnya Gubernur Sumatera Barat mendukung pembentukan kelembagaan KPH tersebut, salah satunya yaitu KPH Unit VI di Kabupaten Solok.

Pada tanggal 2 Februari 2012, Menteri Kehutanan menetapkan wilayah KPHL Model Solok melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan

(28)

Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas + 130.346 Ha.

2.2. Potensi Wilayah KPHL Model Solok

Kabupaten Solok merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang cukup tinggi, namun potensi tersebut belum dapat dikembangkan dengan baik, oleh karena itu dengan adanya pengelolaan hutan di tingkat tapak diharapkan potensi-potensi yang ada tersebut dapat dikelola secara optimal.

2.2.1. Penutupan Vegetasi

Kondisi hutan pada wilayah unit KPHL Model Solok di Kabupaten Solok merupakan jenis hutan tanah kering dengan tipe hutan hujan tropika basah berada pada wiayah Pegunungan. Komposisi tumbuhan kaya akan jenis, ditunjukkan dengan banyaknya jenis tegakan yang ditemukan yaitu 140 jenis. Jenis tegakan yang mendominasi yaitu jenis Kelat (Xylopia altissima Boerl), Pening-pening (Ammora rubiginosa Hiern), Kasiah Baranak (Pometia pinnata Forst), Kalek (Parastemori urophylluma. a. Dc), Ogeh, Medang (Litsea sp), Banio (Shorea platyclados Bsi), Balam (Palaguium aburatum Engil), meranti (Shorea sp), dan lain-lain. Jenis vegetasi pada lokasi kegiatan inventarisasi berupa hutan dengan kerapatan sedang dan mempunyai potensi tegakan yang cukup.

Tanaman epifit dan tanaman lain banyak di temukan dalam di areal survey diantaranya jenis Pakis (Cycas Sp), Kerisan (Chrysanthenum Sp), Anggrek dan pohon Aren (Arenga Pinnata). Pada wilayah KPHL Model Solok yang tidak dilakukan inventarisasi hutan pada umumnya telah digarap oleh masyarakat setempat dengan membuka usaha budidaya tanaman perkebunan dan tanaman semusim.

2.2.2. Potensi Kayu/Non Kayu (HHBK) A. Potensi Kayu

Potensi kayu pada KPHL Model Solok cukup besar, diketahui dari hasil beberapa kali peninjauan lapangan, namun belum terinventarisasi secara detil baik yang berada dalam Hutan Produksi maupun Hutan Produksi Terbatas. Untuk mengetahui potensi kayu lebih detil diperlukan identifikasi dan inventarisasi lebih lanjut.

(29)

B. Potensi Non Kayu

Potensi non kayu yang bisa dikembangkan pada wilayah KPHL Model Solok meliputi getah pinus, sumber daya air, rotan, manau, sarang burung walet dan potensi jasa lingkungan lainnya. Mengingat sebagian besar wilayah kelola KPHL Model Solok merupakan kawasan hutan lindung, maka pemanfaatan dan pengembangan hasil hutan di wilayah KPHL Model Solok dititikberatkan kepada potensi hasil hutan non kayu sehingga identifikasi dan inventarisasi terkait potensi non kayu ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.

C. Pemberdayaan Masyarakat

Interaksi masyarakat dengan kawasan tergolong tinggi, sebagian kawasan hutan dipeladangi oleh masyarakat baik dengan tanaman semusim ataupun dengan tanaman tahunan. Akan tetapi kondisi sosial ekonomi masyarakat ini masih belum berdaya. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kedepan dilakukan melalui pemberdayaan dan pengembangan usahatani masyarakat sekitar hutan, terutama diarahkan pada pemanfaatan hasil hutan non kayu, dengan kegiatan perhutanan sosial yang memanfaatkan ruang tumbuh dikawasan hutan namun tidak mengganggu tanaman pokok. Usaha tani dimaksud diantaranya berupa pengembangan :

- tanaman rotan/manau, - tanaman obat

- lebah madu

- tanaman kayu yang menghasilkan HHBK - pemanfaatan sarang burung walet

D. Keberadaan Flora dan Fauna

Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Inventarisasi Biogeofisik yang dilaksanakan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan, pada wilayah KPHL Model Solok banyak ditemukan keberagaman jenis flora dan fauna, diantaranya sebagai berikut :

1) Flora

Jenis-jenis pohon yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di wilayah pengelolaan KPHL Model Solok sebanyak 154 jenis. Diantaranya terdapat jenis-jenis pohon dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972.

(30)

Jenis-jenis pohon dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972, sebagai berikut :

a. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan getah diantaranya pohon Damar (Shorea Glouca King), Jelutung (Dyera costulata Hook.f), dan Keruing (Dipterocarpus appendiculatus Sc).

b. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan buah yaitu Balam (Palaquium walsurifolin) dan Nyatoh/Jambu Monyet (Palaquium burckii H.J.L).

c. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan kulit kayu, zat warna yaitu Kulit Manis (Cinnamomum burmanni BI).

d. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan kayu/batang, yaitu Tembesu (Fagrareafragrans Roxb).

Selain itu, juga ditemukan jenis pohon yang mutlak dilindungi dari jenis meranti berdasarkan SK Menteri Kehutanan No, 261/Kpts-IV/1990 Tanggal 18 Mei 1990, yaitu jenis Cengkawang (Shorea SingkawangMig).

2) Fauna

Jenis fauna dilindungi yang ditemukan di KPHL Model Solok diantaranya Kijang (Muntiacus muntjak) dan Siamang (Hydrobates syndactylus). Selain itu, berdasarkan informasi masyarakat sekitar hutan bahwa pada wilayah KPHL Model Solok masih terdapat Rusa Sambar (Cervus unicolor).

2.2.3. Potensi Jasa Lingkungan

Hutan lindung menghasilkan produk utama berupa jasa lingkungan antara lain perlindungan sumber sumber air, perlindungan kesuburan tanah, dan perlindungan ekosistem. Dengan luasan ± 130.346 Ha, KPHL Model Solok mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dari jasa lingkungan yang didukung oleh sumber daya alam yang dimiliki, diantaranya persediaan air bersih, penyimpanan carbon, media penelitian dan pendidikan, keanekaragaman hayati, serta wisata alam. Sayangnya potensi jasa lingkungan yang dimiliki ini belum didukung oleh data yang lengkap sehingga masih perlu dilakukan kegiatan identifikasi dan invetarisasi.

Berdasarkan hasil identifikasi BPKH Wilayah I Medan, KPHL Model Solok memiliki objek wisata alam yang tidak ditemukan kondisi alamnya di Nagari lain, yaitu sungai bercabang tiga (Alahan Tigo) yang terdapat di Nagari Sarik Alahan Tigo.

(31)

Selain itu, juga ditemukan adanya objek objek wisata sebagai berikut : 1) Wisata Tungku Duato di Talaok

2) Guguak Panjamuan di Taratak Teleng 3) Tanam batu di Sarik Ateh

4) Goa Alam di Pinti Kayu dan

5) Pemandangan Alam si Angai-anga

Kabupaten Solok memiliki keindahan alam yang tidak dimiliki daerah lain seperti pesona Danau Di Atas dan Danau Di Bawah, Danau Singkarak dan hamparan hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata ini belum terkelola dengan baik untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten Solok (BPS Kab.Solok 2012).

2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan KPHL Model Solok umumnya adalah etnis Minangkabau dengan garis keturunan ibu (matrilinieal). Sistem kekerabatan matrilinial memberikan tempat yang kuat bagi kaum wanita dalam sistem sosial. Selanjutnya sistem sosial matrilineal ini terkait erat dengan penguasaan sumber daya alam, terutama lahan dan hutan.

Dalam sistem masyarakat matrilineal Minangkabau harta kekayaan dikuasai secara komunal. Ada empat jenis harta kekayaan komunal di Minangkabau sesuai dengan susunan masyarakatnya dimana nagari adalah susunan tertinggi. Nagari merupakan federasi suku, suku adalah kelompok imajiner dari satu keturunan menurut garis keturunan ibu, suku selanjutnya terdiri dari kaum atau kelompok yang masih dapat ditelusuri asal usul nenek moyangnya. Kaum kemudian terdiri dari paruik yakni kelompok orang yang berasal dari satu nenek. Masing masing tingkatan ini dibekali dengan harta kekayaan berupa tanah yang disebut tanah ulayat. Tanah ulayat salah suatu bentuk kepemilikan komunal.

Penguasaan tanah terbagi atas empat bentuk tanah ulayat yakni tanah ulayat nagari, ulayat suku, ulayat kaum dan ganggam bauntuak (tanah pribadi). Tanah ulayat nagari (termasuk kawasan hutan) yang status penguasaannnya ada pada nagari, Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai kumpulan dari penghulu suku dan perangkatnya merupakan organisasi adat yang memiliki wewenang dalam

(32)

pengelolaan tanah ulayat nagari. Tanah ulayat suku dan tanah ulayat kaum adalah tanah yang dikuasai oleh satu suku atau satu kaum di dalam nagari. Menurut adat matrilineal penguasaan tanah oleh suku, penggunaannya dikelola sedemikian rupa dimana penghulu suku adalah pemimpin yang mengatur pembagian penggunaannya sesuai kesepakatan di dalam suku dan kaumnya masing-masing.

Masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan KPHL Model Solok merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pertanian tanaman pangan yang dominan dilakukan adalah padi dan sayur-sayuran. Masyarakat sekitar hutan bermata pencaharian sebagai buruh tani dan peladang dengan tingkatan pendapatan ekonomi masih rendah dan tingkat pendidikan masyarakat juga masih rendah. Keterampilan masyarakat sekitar adalah keterampilan bercocok tanam sayuran dan perkebunan rakyat.

Kondisi sosial budaya serta kearifan lokal masyarakat kawasan hutan yang sudah berlangsung disekitar kawasan hutan Solok perlu diakomodir untuk menghindari konflik kepentingan. Rencana pengelolaan KPH dengan inovasi dan teknologi baru cenderung menimbulkan resistensi apabila tidak dilakukan secara akomodatif. Oleh karena itu, arah kebijakan pengelolaan hutan KPHL Model Solok perlu mempertimbangkan :

- Adat istiadat masyarakat sekitar hutan terutama menyangkut hubungan sosial masyarakat dengan sumber daya hutan meliputi upacara adat dan penghormatan terhadap nilai-nilai setempat;

- Hutan adat dan hak ulayat masyarakat setempat yang sudah ada;

- Kelembagaan masyarakat yang sudah ada seperti kelompok tani hutan, kelompok pencinta lingkungan dan kelembagaan yang lain.

2.4. Luas Wilayah dan Penggunaan

Kabupaten Solok dengan luas 3.738,00 Km2(373.800 Ha) ini terbagi dalam 14 Kecamatan dan 74 Nagari. Kecamatan Tigo Lurah merupakan kecamatan yang paling luas diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. Sedangkan Kecamatan Lembang Jaya merupakan kecamatan yang paling kecil dibandingkan dengan kecamatan lain. Luas dan jumlah nagari masing-masing kecamatan disajikan dalam Tabel II-4.

(33)

Tabel II-4. Nama Kecamatan dan Luasnya Serta Jumlah Nagari

Sedangkan penggunaan lahan di Kabupaten Solok sebagian besar adalah lahan berhutan. Tabel II-5 menggambarkan tata penggunaan lahan di Kabupaten Solok.

Tabel II-5. Persentase dan Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Solok

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase

1 Kampung/Pemukiman 4,381.30 1.17 2 Sawah -- Irigasi Teknis 21,769.50 5.82 - Non Irigasi 4,607.40 1.23 3 Tanah Kering 2,962.30 0.79 4 Ladang 11,689.00 3.13 5 Kebun Campuran 8,571.90 2.29 6 Perkebunan Rakyat 2,395.50 0.64 7 Perkebunan besar 8,629.00 2.31 8 Hutan 269,986.20 72.23 9 Tanah belukar 12,251.00 3.28 10 Semak 47.00 0.01 11 Tanah Rusak 19,374.00 5.18 12 Danau/perairan 7,136.00 1.91 13 Lainnya - -J U M L A H 373,800.10 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Nagari

1 Pantai Cermin 36,600 2 2 Lembah Gumanti 28,400 4 3 Hiliran Gumanti 43,900 3 4 Payung Sekaki 39,200 3 5 Tigo Lurah 57,500 5 6 Lembang Jaya 7,600 5 7 Danau Kembar 9,400 8 Gunung Talang 38,500 7 9 Bukit Sundi 10,900 3

10 IX Koto Sei Lasi 17,100 7

11 Kubung 19,200 4

12 X Koto Diatas 25,700 9

13 X Koto Singkarak 25,113 7

14 Junjung Sirih 14,687 3

(34)

2.5. Penduduk

Penduduk Kabupaten Solok pada Tahun 2011 berjumlah 352.705 jiwa. Komposisinya terdiri dari 171.865 jiwa penduduk laki-laki dan 178.840 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 97.22. Angka ini berarti setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Dengan jumlah penduduk itu berarti kepadatan penduduk 94.36 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2011, makin padat dibandingkan tahun 2010 dengan kepadatan dari 93.24 jiwa perkilometer persegi. Tabel II - 6 memperlihatkan jumlah penduduk menurut kecamatan yang ada di Kabupaten Solok.

Tabel II - 6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011

Laki-laki Perempuan 1 Pantai Cermin 10,038 10,434 20,472 96 2 Lembah Gumanti 27,319 27,145 54,464 101 3 Hiliran Gumanti 8,176 8,104 16,280 101 4 Payung Sekaki 4,060 4,033 8,093 101 5 Tigo Lurah 4,755 4,954 9,709 96 6 Lembang Jaya 12,905 13,133 26,038 98 7 Danau Kembar 9,511 9,570 19,081 99 8 Gunung Talang 23,490 23,909 47,399 98 9 Bukit Sundi 11,097 11,938 23,035 93

10 IX Koto Sei Lasi 4,837 4,852 9,689 100

11 Kubung 27,814 28,493 56,307 98 12 X Koto Diatas 8,709 9,555 18,264 91 13 X Koto Singkarak 15,430 16,386 31,816 94 14 Junjung Sirih 5,724 6,334 12,058 90 J U M L A H 173,865 178,840 352,705 97 Sex Ratio

No Kecamatan Penduduk (Jiwa) Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

Menurut data, lebih dari 59% penduduk Kabupaten Solok berada pada usia produktif. Tabel II - 7 memperlihatkan komposisi penduduk Kabupaten Solok menurut kategori kelompok umur.

(35)

Tabel II - 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

0-4 19.308 18.189 37.497 106,15 5-9 20.604 19.479 40.083 105,78 10-14 20.156 19.255 39.411 104,68 15-19 15.658 15.554 31.212 100,67 20-24 12.042 12.510 24.552 96,26 25-29 13.952 14.119 28.071 98,82 30-34 12.903 13.001 25.904 99,25 35-39 11.579 11.848 23.427 97,73 40-44 9.890 10.716 20.606 92,29 45-49 9.388 10.426 19.814 90,04 50-54 8.938 9.636 18.574 92,76 55-59 7.256 7.195 14.451 100,85 60-64 3.964 4.266 8.230 92,92 65 - 69 3.012 4.031 7.043 74,72 70 -74 2.496 3.620 6.116 68,95 75 + 2.719 4.995 7.714 54,43 JUMLAH 173.865 178.840 352.705 97,22

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

Dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, 62,71 % merupakan angkatan kerja dengan jumlah penduduk bekerja sebanyak 158.284 jiwa dan penduduk yang masih mencari pekerjaan sebanyak 9.489 jiwa. Tabel berikut mendeskripsikan jumlah angkatan kerja.

Tabel II - 8. Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2011 Kegiatan Angkatan Kerja 96.591 61.693 158.284 a. Bekerja 91.765 57.030 148.795 b. Mencari pekerjaan 4.826 4.663 9.489

-Bukan Angkatan Kerja 19.732 63.690 83.422

a. Sekolah 9.011 14.374 23.385

b. Mengurus Rumahtangga 1.608 41.501 43.109

c. Lainnya 9.113 7.815 16.928

J U M L A H 116.323 125.383 241.706

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

Pada nagari di sekitar hutan ditemukan bahwa pertanian dan perladangan adalah pekerjaan utama masyarakat seperti disajikan dalam tabel II-9.

(36)

Tabel II - 9. Mata Pencaharian Penduduk di 4 (empat) Nagari yang di Survei No Mata Pencaharian Batu Bajanjang Simanau Talang Babungo Sarik Alahan Tigo

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 2 3 4 Peladang tani tetap Buruh lainnya/kebun Dagang/bisnis Pegawai/Pensiun Negeri/Swasta 837 94 25 9 86.74 9.74 2.59 0.93 715 59 6 51 86.04 7.10 0.72 6.14 1.492 142 199 125 76.20 7.25 10.16 6.38 2.000 144 130 120 83.54 6.02 5.43 5.01 Jumlah 965 100 831 100 1.958 100 2.394 100

Sumber :BPKH Wilayah I Tata Hutan KPH Model Solok

2.6. Aktivitas Ekonomi 2.6.1. Pertanian

Pada umumnya, masyarakat Kabupaten Solok merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas ekonomi seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian tanaman pangan yang dominan adalah padi dan jenis tanaman palawija. Sekitar 64,31% penduduk bekerja di Kabupaten Solok bekerja di sektor pertanian. Tabel berikut menggambarkan jumlah penduduk bekerja menurut lapangan usahanya.

Tabel II - 10.Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan perikanan

47,494 30,973 78,467

2 Industri Pengolahan 3,014 1,776 4,790 3 Perdagangan besar, Eceran,

Rumah Makan dan Hotel

13,714 12,416 26,130

4 Jasa Kemasyarakatan, sosial dan perorangan

10,807 11,187 21,994

5 Lainnya (pertambangan dan penggalian, listrik, Gas, dan Air, Bangunan, Angkutan,

Pergudangan,

Komunikasi,Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan jasa perusahaan

16,736 678 17,414

Jumlah / Total : 91,765 57,030 148,795

(37)

Luas lahan pertanian padi di Kabupaten Solok mencapai 17.557 ha yang sebagian besar merupakan lahan beririgasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana. Hutan lindung adalah sumber air irigasi utama di daerah ini, maka ke depan dengan adanya KPH, fungsi lindung ini akan menjadi makin mantap. Luas sawah menurut jenis irigasi pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel II - 11. Luas Sawah Menurut Jenis Pengairan Tahun 2011 Kecamatan

Teknis 1/2 Teknis Sederhana Non PU Tadah

1 Pantai Cermin 720 89 342 473 0 1624 2 Lembah Gumanti 0 304 359 0 217 880 3 Hliran Gumanti 0 0 466 606 86 1158 4 Payung Sakaki 525 0 227 431 83 1266 5 Tigo Lurah 0 0 630 551 24 1205 6 Lembang Jaya 839 893 41 691 0 2464 7 Danau Kembar 0 0 0 75 25 100 8 Gunung Talang 608 1673 1093 0 0 3374 9 Bukit Sundi 1730 596 0 726 0 3052

10 IX Koto Sungai Lasi 126 75 762 115 113 1191

11 Kubung 1330 1002 80 400 330 3142 12 X Koto Diatas 0 113 616 135 514 1378 13 X Koto Singkarak 1155 392 159 300 0 2006 14 Junjung Sirih 109 392 111 79 30 721 Jumlah 7142 5529 4886 4582 1422 23561 Jumlah Sistem Pengairan (Ha)

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

Dari luas sawah tersebut, rata-rata produksi padi setiap hektarnya mencapai 5,82 ton dengan total produksi tahun 2011 mencapai 337,642.9 ton. Tingkat produksi ini menjadikan Kabupaten Solok daerah surplus beras. Jumlah produksi padi menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel II -12.

(38)

Tabel II - 12. Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011

Kecamatan Luas Tanam (Ha)

Luas Panen

(Ha) Produksi (ton)

Produktifitas (Ton/Ha) 1 Pantai Cermin 3907 3780 18029,5 4,77 2 Lembah Gumanti 1425 1483 4597,7 3,10 3 Hliran Gumanti 2809 2809 13285,4 4,73 4 Payung Sakaki 3720 3592 18033,5 5,02 5 Tigo Lurah 2549 2329 11270,1 4,84 6 Lembang Jaya 6665 6409 36530,2 5,70 7 Danau Kembar 100 50 172,3 3,45 8 Gunung Talang 8731 8609 54924,4 6,38 9 Bukit Sundi 8609 8280 53656,6 6,48

10 IX Koto Sungai Lasi 2815 2646 16196,1 6,12

11 Kubung 8219 8203 49218,2 6,00

12 X Koto Diatas 2673 2418 12067,8 4,99

13 X Koto Singkarak 5427 5548 38114,2 6,87

14 Junjung Sirih 1815 1875 11546,9 6,16

Jumlah 59464 58031 337642,9 5,82

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 (data diolah)

2.6.2. Perkebunan

Selain pertanian tanaman pangan, masyarakat juga banyak mengembangkan tanaman perkebunan. Berbagai komoditi perkebunan terdapat di Kabupaten Solok diantaranya karet, kelapa, kayu manis, cengkeh, kopi, kemiri, teh dan lain-lain. Kecuali teh, komoditi perkebunan lainnya di Kabupaten Solok masih berbentuk perkebunan rakyat. Tabel II-13 berikut mengindikasikan bahwa tanaman perkebunan yang diusahakan masyarakat seperti Kulit Manis dan Kopi adalah komoditi yang bersinggungan dengan kawasan hutan, diusahakan dalam bentuk agroforestry terutama di kawasan hutan dekat perkampungan yang juga diklaim sebagai tanah ulayat.

(39)

Tabel II - 13. Luas dan Poduksi Tanaman Perkebunan Tahun 2011 Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)

Kelapa 2.164,70 1.321,87 Karet 3.611,30 824,23 Kopi 8.493,55 2.576,06 Cengkeh 1.098,44 121,26 Kulit Manis 9.482,35 5.257,66 Tebu 623,15 2.310,32 Cokelat 4.295,51 1.041,28 Tembakau 25,50 8,70 Pala 56,75 9,37 Merica 2,50 0,44 Kemiri 847,75 776,64 Teh 311,67 929,50 Kapuk 80,00 2,55

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011

2.6.3. Peternakan

Kabupaten Solok kaya akan Hijauan Makan Ternak (HMT), oleh sebab itu ternak besar dan ruminansia cocok dikembangkan di daerah ini. Namun demikian pada periode 2010 – 2011 sebagian besar ternak di Kabupaten Solok tahun 2011 mengalami penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya, kecuali ayam ras mengalami peningkatan sebesar 37,19 persen. Sebagai contoh untuk ternak sapi terjadi penurunan populasi sebesar 38,76 persen, kambing/domba mengalami penurunan populasi sebesar 21,48 persen dan hasil ternak berupa telur itik juga mengalami penurunan produksinya. Hutan merupakan salah satu penghasil HMT untuk makan ternak. Sapi dan kerbau adalah dua jenis ternak utama di Kabupaten Solok. Tabel II - 14 memperlihatkan jumlah ternak yang diperlihara di Kabupaten Solok.

(40)

Tabel II-14. Jumlah Ternak Menurut Jenis Tahun 2011

Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing

1 Pantai Cermin 1871 168 0 1082 2 Lembah Gumanti 2213 1042 0 711 3 Hliran Gumanti 1406 492 27 365 4 Payung Sakaki 1030 471 0 247 5 Tigo Lurah 365 1002 95 181 6 Lembang Jaya 3780 632 0 1071 7 Danau Kembar 568 36 0 103 8 Gunung Talang 2971 819 0 840 9 Bukit Sundi 3394 280 24 1863

10 IX Koto Sungai Lasi 1777 246 22 404

11 Kubung 3584 264 64 2337

12 X Koto Diatas 4557 2798 61 3192 13 X Koto Singkarak 4058 795 5 3137

14 Junjung Sirih 838 214 0 1028

Jumlah 32412 9259 298 16561

Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 2.6.4. Hasil Hutan

Meskipun kawasan hutan meliputi hampir 70% luas wilayah kabupaten, sektor kehutanan tidak banyak menghasilkan produk, karena sebagian besar kawasan adalah hutan lindung dan hutan konservasi. Namun demikian beberapa hasil hutan yang dipungut antara lain getah pinus, kayu gergajian, manau dan sarang burung. Jumlah produksi hasil hutan selama tahun 2011 disajikan dalam Tabel II -15 berikut ini :

Tabel II-15. Produksi Hasil Hutan Menurut Kecamatan dan Jenis Komoditi 2011

Kecamatan Getah Pinus (kg)

Kayu

Gergajian (ton) Manau (Btg)

Sarang Burung (kg) 1 Pantai Cermin 0 0 0 0 2 Lembah Gumanti 0 0 0 0 3 Hliran Gumanti 0 53,16 0 0 4 Payung Sakaki 0 50,15 0 0 5 Tigo Lurah 0 543,32 11200 0 6 Lembang Jaya 0 0 0 0 7 Danau Kembar 0 0 0 0 8 Gunung Talang 0 0 0 0 9 Bukit Sundi 0 0 0 0

10 IX Koto Sungai Lasi 5,293 0 0 0

11 Kubung 0 344,45 0 0

12 X Koto Diatas 34,08 0 0 0

13 X Koto Singkarak 0 0 0 0

14 Junjung Sirih 225,63 0 0 0

Jumlah 265,003 991,08 11200 0

(41)

2.6.5. Informasi Izin-Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Karena sebagian besar kawasan hutan di Kabupaten Solok adalah hutan lindung, sampai saat ini belum ada data izin-izin atau kegiatan pengelolaan hutan di dalam wilayah kelola KPHL Model Solok.

2.7. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Solok

Indikator ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. PDRB memperlihatkan sumbangan masing masing sektor dalam perekonomian daerah. Tabel berikut menyajikan PDRB Kabupaten Solok tahun 2009-2011.

Tabel II - 16. PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2011 (%)

1 Pertanian 2075138,84 2389774,41 2759039,29 45,30 2 Pertambangan 178899,78 201570,08 223831,64 3,68 3 Industri Pengolahan 303509,6 337029,14 378525,58 6,22 4 Listrik, Gas & Air bersih 25766,93 28101,97 30510,73 0,50

5 Bangunan 319295,06 365710,54 419960,96 6,90

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 620571,58 721708,93 833787,4 13,69 7 Pengangkutan dan komunikasi 528151,83 611168,86 706959,02 11,61 8 Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 80471,08 90535,77 102258,33 1,68 9 Jasa-Jasa 506121,9 564350,2 633339,83 10,40 PDRB 4639935,6 5311959,9 6090223,8 100,0

Tabel 16 menegaskan besarnya peran sektor pertanian dalam PDRB yang mencapai 45% lebih. Angka ini diikuti oleh perdagangan, pengangkutan, dan jasa.

2.8. Kondisi Posisi KPH dalam Prespektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangungan Daerah

2.8.1. Aspek Pembangunan Daerah

Hutan adalan lanskap penting Kabupaten Solok dan semua pihak di sana menyadari akan hal ini. Oleh sebab itu keberadaannya menjadi pertimbangan penting dalam pembangunan kabupaten. Hal ini dapat dilihat dalam sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah, seperti RPJP, RPJM dan Rencana Investasi Jangka Menengah Kabupaten Solok. Semua dokumen perencanaan ini menjadi rujukan penting dalam penyusunan Tata Hutan dan RPHJP KPHL Model Solok.

(42)

RPHJP KPHL Model Solok disusun untuk jangka waktu 10 tahun dari 2014-2023, untuk itu harus diletakan dalam kerangka umum berbagai rencana pembangunan Kabupaten Solok.

Selain itu, RPHJP KPHL juga harus menterjemahkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (SK Menteri P.49/Menhut-II/2011) dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Sumatera Barat (Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 92 Tahun 2012 Tentang Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012-2031).

2.8.2. Posisi Kehutanan dalam Rencana Pembangunan Daerah Kab. Solok Salah satu misi pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Solok Tahun 2006 – 2025 di bidang ekonomi adalah “Mewujudkan kehidupan ekonomi masyarakat yang mandiri serta didorong oleh pemerintah daerah adalah memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan dan potensi masing-masing Nagari menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan di tingkat lokal. Secara lebih spesifik dirumuskan Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Solok, yaitu; 1) Terwujudnya Penataan Masyarakat Yang Mampu Menyelaraskan Kehidupan dengan arus modernisasi dan globalisasi, yang ditunjukkan oleh Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga. Hal ini dapat dicapai bila basis sumber daya alam seperti air, flora dan fauna dapat dilestarikan, sumber daya hutan merupakan sumber daya basis untuk mencapai tujuan ini. 2) Terwujudnya Sarana dan Prasarana yang ditunjukan oleh : a) Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi dan daya dukung dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang dan lestari. b) Terpeliharanya kekayaaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam untuk mewujudkan nilai tambah dan daya saing daerah, serta modal pembangunan daerah. c) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.

Gambar

Tabel II -1.Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Solok Tahun 2011
Tabel II-2.Nama Sungai dan Wilayah yang Dialirinya di Kabupaten Solok
Gambar II-1. Peta Penetapan Wilayah KPHL Model Solok
Gambar II-2. Pembagian Wilayah Kerja KPHL Solok ke Dalam Resort Pengelolaan Hutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

11.1 Dalam keadaan di mana UiTM memperoleh hasil daripada pengkomersilan sesuatu Harta Intelek, Hasil Pengkomersilan tersebut akan diagihkan di antara UiTM dengan Staf,

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan mas koi (Cyprinus carpio) yang diberikan perlakuan penambahan tepung temulawak pada pakan setelah 30 hari pemeliharaan... Kelangsungan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang

Di Universitas Sumatera Utara (2011) PESERTA SEMINAR TEKNOLOGI INFORMASI. “Internet Masa Depan : Prospek dan Tantangannya” Di Universitas Sumatera

c) Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis  proyek hendaknya sesuai dengan tema dan diawali dengan pengajuan masalah dari siswa atau guru untuk dipecahkan oleh

Berbeda dengan gaya origami lainnya yang banyak didasarkan pada cara coba-coba melipat agar menghasilkan suatu bentuk tertentu, pembuatan origami teknis (origami sekkei)