• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Together we can. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Kesehatan: Sebuah Kajian Awal Page 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Together we can. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Kesehatan: Sebuah Kajian Awal Page 1"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Dalam dua tahun periode implementasi proyek HPEQ yang fokus pada penataan sistem pendidikan tinggi bidang kesehatan, telah dihasilkan berbagai produk kajian maupun naskah-naskah akademik yang dihasilkan oleh tim pokja proyek HPEQ, bekerjasama dengan masyarakat profesi dan stakeholders profesi lainnya.

Berbagai produk tersebut akan menjadi dokumen resmi proyek HPEQ yang dapat digunakan sebagai rujukan utama dalam pengembangan keilmuan dan usaha penyelerasan pendidikan formal dan non formal, serta menjadi basis perumusan kebijakan bagi organisasi dan asosiasi profesi kesehatan pada khususnya, serta pemerintah pada umumnya.

Berbagai produk kajian ini masih berbentuk draft yang perlu dan akan disempurnakan melalui uji publik dan iterasi kepada berbagai pihak terkait, seperti lembaga pemerintah, stakeholders profesi, serta benchmarking kepada organisasi profesi internasional.

Draft naskah akademik dan produk kebijakan ini disebarkan untuk kalangan terbatas, yaitu peserta 2nd HPEQ International Conference, dalam rangka mendapatkan input untuk penyempurnaan naskah-naskah ini, supaya lebih relevan dengan perkembangan profesi yang aktual.

Pada akhirnya, seluruh tim proyek HPEQ berharap agar produk kajian yang merupakan output proyek HPEQ ini dapat berguna bagi seluruh pembaca, serta dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan maupun profesi kesehatan.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….. 1 Daftar Isi ………. 2 Daftar Tabel ………. 3 Daftar Gambar ……….. 4 Naskah Akademik ………. 5 Bab I: Pendahuluan ……… 6

Bab II: Pembahasan ……… 9

Bab III: Penutup ……… 15

Referensi ……… 16

Standar Kompetensi ……… 17

Bab I: Pendahuluan ……… 18

Bab II: Pembahasan ……….. 20

Bab III: Penutup ……… 30

Referensi ……… 31

Standar Pendidikan ………. 32

Bab I: Pendahuluan ……… 34

Bab II: Pembahasan ……… 36

Bab III: Penutup ……… 43

Referensi ……….. 44

Kurikulum ……… 45

Bab I: Pendahuluan ……… 46

Bab II: Pembahasan ……….. 49

Referensi ……….. 57

Sarana dan Prasarana ……… 58

Bab I: Pendahuluan ……….. 59

Bab II: Sistem Penjaminan Mutu: Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Kesehatan……….. 62

Bab III: Lesson Learned Benchmarking Sarana dan Prasarana Pendidikan Kesehatan ……….. 73

Bab VI: Penutup ……… 77

Referensi ……… 78

Dosen ……… 79

Bab I: Pendahuluan ……… 80

Bab II: Pembahasan ……… 86

Bab III: Penutup ……… 88

Referensi ……… 89

Penguatan Masyarakat Profesi ……….. 90

Bab I: Pendahuluan ……… 91

Bab II: Pembahasan ……… 96

Bab III: Penutup ……… 100

Referensi ……… 101

Aliansi Strategis ………. 102

Bab I: Pendahuluan ……… 103

Bab II: Pembahasan ……… 104

Bab III: Penutup ……… 107

Referensi ……… 108

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 . Perubahan Konsep Kurikulum ……… 11

Tabel 2. Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran ………. 12

Tabel 3 . Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi ……… 12

Tabel 4. Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Bidan ……….. 13

Tabel 5. Perubahan Naskah Akademik Pendidikan Ners ………. 13

Tabel 6 . Timeline Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia ……….. 21

Tabel 7. Timeline revisi standar kompetensi dokter gigi ………. 22

Tabel 8. Timeline revisi standar kompetensi Ners ……….. 23

Tabel 9. Timeline pelaksanaan survey dan proses penyusunan standar kompetensi Ners ……… 24

Tabel 10. Domain kompetensi perawat professional berdasarkan Competency Standards for Nurses in General Practice……….. 28

Tabel 11. Data Jumlah Institusi Pendidikan Kesehatan Yang Terakreditasi ………. 34

Tabel 12 . Akreditasi IPD dan IPDG ……….. 35

Tabel 13 .Timeline pelaksanaan survey dan proses penyusunan standar Pendidikan ……… 39

Tabel 14. Perubahan Konsep Kurikulum ……….. 47

Tabel 15. Institusi Pendidikan dan Tahun Dimulainya KBK ………. 51

Tabel 16. Model Kurikulum yang Digunakan ………. 52

Tabel 17. Isu-isu strategis terkait Rumah Sakit Pendidikan ……… 65

Tabel 18. Rangkuman kegiatan tim pokja ……… 68

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Program Studi DIII Kebidanan berdasarkan Wilayah Di Indonesia ……… 7

Gambar 2 . Jumlah Institusi Keperawatan Perwilayah ……… 7

Gambar 3. Domain global essential requirement IIME ……….. 26

Gambar 4. Skema Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi ……… 42

Gambar 5. Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal ……… 59

Gambar 6. Kaitan unsur dalam memilih metode pembelajaran ……… 60

Gambar 7. Skema Tata Cara Penetapan Rumah Sakit Pendidikan ……….. 64

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan hak mutlak setiap individu, dimana selayaknya merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh semua jajaran profesi kesehatan maupun para pemegang kebijakan. Permasalahan kesehatan yang kompleks meliputi masalah fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual merupakan Kondisi yang membutuhkan penanganan secara komprehensif/holistik dengan melibatkan semua profesi kesehatan.

Pertumbuhan penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia, seringkali tidak disertai dengan peningkatan fasilitas yang memadai sebagai sarana penunjang kehidupan sehingga merupakan penyebab potensial menyebabkan terjadinya masalah sosial seperti kemiskinan, meningkatnya morbiditas dan mortilitas berbagai penyakit serta permasalahan sosial lainnya. Selain faktor budaya, kondisi geografis, faktor kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu, masyarakat juga menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini (kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi).

Dalam kondisi seperti diatas, selain akses terhadap fasilitas kesehatan, hal penting yang harus dipersiapkan adalah kualitas sumber daya tenaga kesehatan termasuk diantaranya dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya dimana Peningkatan kualitas tersebut harus didukung dengan peningkatan kualitas pendidikan yang dapat diwujudkan dengan adanya naskah akademik sistem pendidikan.

II. Masalah Pendidikan Tenaga Kesehatan di Indonesia a. Tantangan Internasional

MDGS 2015

Memasuki Millineum Development Goals 2015 tuntutan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan menjadi sangat tinggi. Di Indonesia, menurut SDKI tahun 2007, angka kematian ibu masih cukup tinggi (228/100.000 kelahiran hidup) sementara Millineum Goals-Target tahun 2015 dari WHO memproyeksikan target penekanan angka kematian ibu (AKI) 102/100.000 kelahiran hidup dan proyeksi Angka kematian Bayi (AKB) 15/1000 Kelahiran Hidup.

Dokter gigi saat ini dan masa depan diharapkan memiliki kompetensi yang mampu menjawab tantangan baik lokal maupun global berlandaskan tuntutan MDG’s dan Green Dentistry dalam rangka melaksanakan patient safety practice.

Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan belum menjawab kompetensi yang diinginkan

Belum adanya Naskah Akademik sebagai referensi dan kerangka pikir dalam merancang Sistem Pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia yang sesuai dengan tuntuan masyarakat dan mengacu pada sistem pendidikan nasional.

(8)

b. Jumlah Institusi tenaga kesehatan

Departemen kesehatan telah mendidik bermacam jenis profesi tenaga kesehatan, dimana tujuan awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan program pemerintah dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Namun dalam perkembangannya kebutuhan akan tenaga kesehatan juga mempertimbangkan tuntutan pasar dan kebutuhan berbagai segmen masyarakat sehingga terjadi perkembangan jumlah pendidikan tenaga kesehatan diantaranya keperawatan dan kebidanan yang pesat namun tidak diimbangi dengan pengendalian mutu lulusan sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan.

Gambar 1.Grafik Program Studi DIII Kebidanan berdasarkan Wilayah Di Indonesia

(9)

Permasalahan lain yang timbul dari banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan adalah sistem akreditasi yang ada, dimana dalam pelaksanaanya terdapat dualisme akreditasi. Hal ini merupakan indikator belum terbentuknya sistem yang baik dan terarah dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi tenaga kesehatan yang ada.

(10)

BAB II

PEMBAHASAN

Sistem Pendidikan Kesehatan sebelum intervensi HPEQ

Selama ini pendidikan tinggi kesehatan tumbuh dalam dinamika perkembangan yang tidak tersistem tanpa adanya naskah akademik sistem pendidikan sehingga menimbulkan berbagai masalah pada pelaksanaannya yang turut mempengaruhi kualitas lulusan.

Penyelenggaraan pendidikan tinggi tenaga kesehatan yang berjalan selama ini belum menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, namun dalam penyelenggaraannya kurikulum yang tersusun masih berbasis kurikulum berbasis isi (Kepmendikbud 056/U/1994) yang mengacu pada standar profesi untuk tolak ukur kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan.

Profesi ners dan bidan sebelum intervensi HPEQ belum memiliki naskah akademik dan peraturan terkait sistem pendidikan masih mengacu pada peraturan perundangan yang terkait dengan sistem pendidikan secara umum. Sedikit berbeda dengan profesi ners dan bidan, sistem pendidikan profesi dokter dan dokter gigi selama ini diatur pada tingkat konsil yaitu melalui Standar Pendidikan Dokter dan Standar Pendidikan Dokter Gigi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006, tanpa adanya naskah akademik sistem pendidikan.

URGENSI

Naskah akademik pendidikan merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dimana Naskah Akademik pendidikan digunakan sebagai referensi dan kerangka pikir dalam merancang sistem pendidikan suatu profesi di Indonesia yang sesuai dengan tuntuan masyarakat dan mengacu pada sistem pendidikan nasional.

Sistem pendidikan tinggi tenaga kesehatan yang ada selama ini masih belum dapat menggambarkan sistem pendidikan profesi kesehatan, kredensial, jenjang, kompetensi. Ketidakjelasan jenis dan jenjang tenaga kesehatan khususnya bidan dan ners mengakibatkan kurang terarahnya pengembangan profesi tersebut dalam menghadapi tantangan secara nasional maupun internasional sehingga profesi menjadi sangat tertinggal dengan profesi tenaga kesehatan dinegara lainnya. Dengan demikian, naskah akademik sistem pendidikan diharapkan kedepannya institusi pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia dapat menjabarkan dan menerapkan kurikulum dengan baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan kesehatan yang berdampak pada kualitas lulusan.

Penyusunan Naskah Akademik Sistem Pendidikan berdasarkan intervensi HPEQ

Naskah akademik pendidikan merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan, dalam penyusunan kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yang mengacu pada standar kompetensi bagi tenaga kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan tinggi tenaga kesehatan bertujuan menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang mampu memberikan pelayanan sesuai dengan lingkup kompetensi yang telah disepakati oleh profesi dengan memahami dan mematuhi pedoman penyelenggaraan pendidikan tinggi tenaga kesehatan.

(11)

Naskah akademik merupakan salah satu produk kebijakan bagi HPEQ project demi terciptanya peningkatan kualitas pada tenaga kesehatan yang dimulai dari masa pendidikan. Kemajuan penyusunan naskah akademik sistem pendidikan pada masing-masing profesi hingga saat ini sudah mencapai tahap final. Naskah akademik untuk profesi dokter dan dokter gigi untuk kepentingan RUU Pendidikan Dokter difinalisasi oleh KKI, sedangkan naskah akademik sistem pendidikan dokter dan dokter gigi masih dalam proses penyempurnaan (kolaborasi AIPKI, IDI, dan KKI untuk profesi dokter, dan kolaborasi AFDOKGI, PDGI, dan KKI). Sedangkan untuk profesi bidan dan ners, penyusunan naskah akademik sistem pendidikan telah mencapai tahap final dalam lingkup profesi namun belum dipublikasikan ke stakeholder dan pihak terkait.

Tujuan dan kegunaan Naskah Akademik Tujuan Naskah Akademik

Naskah akademik bertujuan untuk memaparkan permasalahan yang ada dengan memberikan gambaran tentang sistem pendidikan tinggi tenaga kesehatan meliputi jenis, jenjang, kompetensi dan sistem akreditasi dengan demikian Naskah akkademik dapat sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan, pengembangan pendidikan tinggi tenaga kesehatan serta sebagai umpan balik pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi kebidanan.

Kegunaan Naskah Akademik

1. Memberikan arah pengembangan pendidikan tinggi tenaga kesehatan ke masa depan

2. Memberikan masukan pada pengelola pendidikan dalam memahami dan mematuhi pedoman penyelenggaraan pendidikan tinggi

3. Tolok ukur pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi kebidanan

4. Memberikan gambaran kepada berbagai pihak tentang sistem pendidikan kebidanan, kredensial, jenjang, kompetensi dan sistem akreditasi pendidikan.

5. Memberikan gambaran kepada semua stakeholders (Kemenkes, Kemendiknas, Kemenpan, Kemenakertans, Kemeneg PP, BKKBN, Pemda, LSM Perempuan dan lain-lain) tentang sistem pendidikan kebidanan.

Perubahan Sesuai Naskah Akademik Perubahan kurikulum

Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pada setiap profesi berbeda-beda . Pada profesi dokter dimulai pada tahun 2005, profesi dokter gigi pada tahun 2003, sedangkan profesi ners sejak tahun 2007. Untuk kurikulum pendidikan bidan yang berjalan selama ini belum beralih pada kurikulum berbasis kompetensi, walaupun belum menerapkan KBK, kurikulum yang selama ini berjalan sudah mengacu pada standar kompetensi bidan yang terangkum dalam Standar Profesi Bidan.

Dengan tersusunnya naskah akademik atas intervensi HPEQ project, terjadi peralihan dalam penerapan kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan global standards dari WHO, maka kurikulum pendidikan tinggi tenaga kesehatan diarahkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sejalan dengan perubahan konsep kurikulum nasional yang semula berdasarkan kurikulum berbasis isi (Kepmendikbud 056/U/1994) berubah menjadi kurikulum berbasis kompetensi (Kepmendiknas no. 232/U/2000 dan 045/U/2002) seperti tabel di bawah ini

(12)

Tabel 1 . Perubahan Konsep Kurikulum

PERUBAHAN KONSEP KURIKULUM No TINJAUAN KURIKULUM BERBASIS ISI

(KURNAS 1994)

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (2000) 1 Latar Belakang

perubahan

Masalah Internal Masalah global 2 Basis kurikulum Berbasis isi (content based

kurikulum)

Berbasis kompetensi (competency based curriculum)

3 Luaran PT Kemampuan minimal sesuai sasaran kurikulumnya

Kompetensi yang dianggap mampu oleh masyarakat

4 Penilai kualitas lulusan

Perguruan tinggi sendiri Perguruan tinggi dan pengguna lulusan (stake holder)

5 Cara menyusun Mulai dari isi keilmuannya Mulai dari Penetapan profil lulusan dan kompetensi

6 Penekanan Output lebih banyak

menekankan apda hard skill

Outcome, keseimbangan hardskill dan softskill

7 Pembelajaran Teacher Learning centered (TCL) dengan titik berat pada transfer of knowledge

Student Centered Learning (SCL) diarahkan pada pembekatan method of inquiry and discovery Sumber : Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi, (DIKTI 2008) Selain menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, pada profesi bidan juga melakukan perubahan kurikulum kebidanan dengan mengacu pada model spiral kurikulum. Model sipral kurikulum ini sesuai dengan harapan pencapaian kompetensi bidan yang memerlukan pengulangan topik pembelajaran serta kompetensi baru selalu dihubungkan dengan kompetensi terdahulu sehingga kompetensi peserta didik akan semakin meningkat.

(13)

PERUBAHAN GELAR AKADEMIK

Tabel 2. Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran EXISTING PERUBAHAN SESUAI NASKAH AKADEMIK Jenis -Akademik -Profesi Akademik-Profesi Jenjang -Sarjana -Profesi -Spesialis -Master -Doktor PROFESI : -Sarjana-Profesi -Spesialis -Sub Spesialis AKADEMIK : -Sarjana (S1) -Magister (S2) -Doktor (S3)

Gelar -Sarjana : S.Ked -Profesi : dr. -Spesialis : dr.Sp -Master : M.Ked -Doktor : Dr.Ked PROFESI : -Sarjana-Profesi : dr -Spesialis : dr. Sp

-Sub Spesialis : Konsultan AKADEMIK :

-Sarjana-Profesi (S1): S.Med -Magister (S2) : M.Med -Doktor (S3) : Dr. Med.

KKNI Belum ada aturan

Level 7 : S1-Profesi Level 8 : Master / Spesialis Leval 9 : Doktor / Sub Spesialis

Sumber: KKI, Maret 2011

Tabel 3 . Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi

EXISTING PERUBAHAN SESUAI NASKAH AKADEMIK

Jenis -Akademik -Profesi Akademik-Profesi Jenjang -Sarjana -Profesi -Spesialis -Master -Doktor PROFESI : -Sarjana-Profesi -Spesialis -Sub Spesialis AKADEMIK : -Sarjana (S1) -Magister (S2) -Doktor (S3)

(14)

Gelar -Sarjana : S.Ked -Profesi : drg -Spesialis : drg.Sp -Master : M.Ked -Doktor : Dr.Ked PROFESI : -Sarjana-Profesi : drg -Spesialis : drg. Sp -Sub Spesialis : Konsultan AKADEMIK :

-Sarjana-Profesi (S1): S.Med.Dent -Magister (S2) : M.Med. Dent -Doktor (S3) : Dr. Med. Dent

KKNI Belum ada aturan Level 7 : S1-Profesi Level 8 : Master / Spesialis Leval 9 : Doktor / Sub Spesialis

Sumber: KKI, Maret 2011

Tabel 4. Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Bidan

EXISTING PERUBAHAN SESUAI NASKAH AKADEMIK

Jenis -Vokasi -Akademik -Vokasi -Akademik -Profesi Jenjang -Diploma (D3, D4) -Sarjana (S1) -Diploma (D3) -Sarjana-Profesi (S1-Profesi) -Magister (S2) * -Doktor (S3)

Gelar -Diploma : Amd.Keb -Sarjana : S.Keb

-Diploma : Amd.Keb -Sarjana-Profesi : S.Keb -Master : M.Keb -Doktor : Dr

KKNI Belum ada aturan Level 5 : D3

Level 7 : S1-Profesi Level 8 : Master

Sumber: AIPKIND & IBI, April 2011

Tabel 5. Perubahan Naskah Akademik Pendidikan Ners

EXISTING PERUBAHAN SESUAI NASKAH AKADEMIK Jenis -Vokasi -Akademik -Profesi -Vokasi -Akademik -Profesi

(15)

Jenjang -Diploma (D3, D4) -Sarjana (S1) -Profesi -Master (S2) -Doktor (S3) -Diploma (D3) -Sarjana-Profesi (Ners) -Master (S2) -Spesialis -Doktor (S3) Gelar -D3 , D4 : Amd.Kep -Sarjana : S.Kep -Profesi : Ners -Master : M.Kep -Doktor : Dr.Kep -D3 : Amd.Kep

-Sarjana-Profesi : S.Kep, Ners -Master: M.Kep

-Spesialis : Sp.Kep -Doktor: Dr.Kep

KKNI Belum ada aturan Level 5 : D3

Level 7 : Sarjana-Profesi Level 8 : Master/Spesialis

Sumber: AIPNI & PPNI , April 2011 Metode Pendekatan

Beberapa pendekatan dan metode yang dilakukan dalam proses penyusunan naskah akademik sistem pendidikan pada keempat profesi antara lain adalah:

a. Diskusi antara pakar profesi dalam beberapa workshop yang diikuti oleh stakeholder pendidikan kesehatan antara lain: institusi pendidikan kesehatan, organisasi profesi kesehatan, asosiasi institusi pendidikan, kolegium terkait, RS pendidikan, Kementrian Kesehatan.

b. Telaah pustaka kebijakan pendidikan nasional dan internasional, kebijakan organisasi profesi internasional, standar pendidikan dan kompetensi profesi internasional.

c. Benchmarking dengan negara-negara yang telah lebih maju dalam sistem pendidikan kesehatan

d. Survey di tingkat nasional tentang pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pihak terkait

Penyusunan naskah akademik sistem pendidikan profesi kesehatan melibatkan berbagai pihak antara lain asosisasi institusi pendidikan (AIPKI, AFDOKGI, AIPNI, dan AIPKIND), organisasi profesi (IDI, PDGI, PPNI, dan IBI), dan Konsil Kedokteran Indonesia (khusus untuk profesi dokter dan dokter gigi). Legalisasi naskah akademik sistem pendidikan masing-masing profesi dilakukan oleh pihak yang berbeda: dokter dan dokter gigi oleh KKI, sedangkan ners dan bidan dilakukan oleh Kemdiknas.

(16)

BAB III

KESIMPULAN

Kemajuan penyusunan naskah akademik sistem pendidikan pada masing-masing profesi hingga saat ini sudah mencapai tahap final. Naskah akademik untuk profesi dokter dan dokter gigi untuk kepentingan RUU Pendidikan Dokter difinalisasi oleh KKI, sedangkan naskah akademik sistem pendidikan dokter dan dokter gigi masih dalam proses penyempurnaan (kolaborasi AIPKI, IDI, dan KKI untuk profesi dokter, dan kolaborasi AFDOKGI, PDGI, dan KKI). Sedangkan untuk profesi bidan dan ners, penyusunan naskah akademik sistem pendidikan telah mencapai tahap final dalam lingkup profesi namun belum dipublikasikan ke stakeholder dan pihak terkait.

Dengan finalisasi Naskah Akademik Sistem Pendidikan ini diharapkan kedepannya naskah yang telah ada dapat digunakan oleh institusi pendidikan kesehatan dalam memahami dan mematuhi pedoman penyelenggaraan pendidikan tinggi profesi kesehatan, sebagai tolak ukur pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi kesehatan, dalam upaya memberikan gambaran kepada berbagai pihak tentang sistem pendidikan profesi kesehatan, kredensial, jenjang, kompetensi serta sistem akreditasi pendidikan profesi kesehatan

(17)

REFERENSI

1. Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan 2. Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan 3. Naskah akademik Sistem Pendidikan Kedokteran 4. Naskah akademik Standar Pendidikan Dokter Gigi 5. Naskah akademik Standar Kompetensi Dokter Gigi 6. Policy Brief : Peningkatan Kualitas Tenaga Kesehatan 7. Laporan Semester 1 komponen 1

(18)

STANDAR

KOMPETENSI

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Standar adalah ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan. Kompetensi juga diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Pasal 1 Kepmendiknas No. 045/U/2002). Standar kompetensi adalah kriteria yang merefleksikan kompetensi yang diharapkan dimiliki individu yang akan bekerja di bidang pelayanan tertentu, dalam hal ini khususnya pelayanan kesehatan.

Tujuan umum dari penyusunan standar kompetensi adalah untuk memastikan masyarakat menerima pelayanan yang aman dan berkualitas. Selain itu, adanya standar kompetensi merupakan landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi.

Sasaran dari penyusunan standar kompetensi tidak hanya institusi pendidikan dan pelatihan profesi kesehatan namun juga dunia usaha/ industri kesehatan, pengguna, dan juga institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi tenaga kesehatan sebagai acuan dalam mengatur kewenangan praktik kesehatan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

Adanya globalisasi menuntut profesi kesehatan menyiapkan sumber daya yang berkualitas tinggi untuk menghadapi persaingan global. Tenaga kesehatan saat ini diharapkan memiliki kompetensi yang mampu menjawab tantangan baik lokal, regional maupun global berupa pencapaian MDG’s dan patient safety practice. Untuk menjamin tersedianya sumber daya tenaga kesehatan yang kompeten dan berkualitas dalam bidangnya serta memiliki daya saing tinggi maka diperlukan adanya standar yang mengatur pencapaian kompetensi.

Pengembangan standar kompetensi pada tenaga kesehatan di Indonesia sejalan dengan target roadmap ASEAN Community 2011-2015 yakni dalam hal akses pada pelayanan kesehatan dan promosi gaya hidup sehat. Hal ini dinyatakan dalam poin:

Develop strategies for ASEAN to strengthen capacity and competitiveness in health related products and services, including in the pharmaceutical sector

Promote the sharing of best practices in improved access to health products including medicines for people in ASEAN

Perlunya standar kompetensi untuk setiap profesi dalam bidang kesehatan ditegaskan dalam UU No. 23 Tahun 1992 yang diamandemen menjadi UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 63 ayat (2) yang menyebutkan bahwa; Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan atau perawatan; pada ayat (3) Pengendalian, dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan kemanfaatan dan keamanannya; ayat (4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat

(20)

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 24, ayat (1); Tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional; ayat (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi.

Kementerian Pendidikan Nasional yang didukung oleh bank dunia melalui proyek Health Professional Education Quality (HPEQ) terus berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di Indonesia. Salah satu aspek yang merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan adalah standar kompetensi. Sejak terbentuk pada tahun 2010, proyek HPEQ telah memfasilitasi serangkaian pertemuan antar profesi kesehatan (Dokter, dokter gigi, bidan dan perawat) untuk sinkronisasi dan harmonisasi dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keempat profesi kesehatan sepakat bahwa pelayanan yang berkualitas dibangun dari sistem dan standar pendidikan. Untuk merealisasi kualitas pelayanan tersebut Proyek HPEQ mulai menata sistem dan standar pendidikan tenaga kesehatan termasuk standar kompetensi keempat profesi.

Selain fasilitasi pertemuan-pertemuan yang bersifat policy making, proyek HPEQ juga memfasilitasi kegiatan survey terkait penyusunan dan penyempurnaan standar kompetensi untuk keempat profesi kesehatan yang dimulai dari tahap persiapan, penyempurnaan instrument, pelatihan surveyor, dan pelaksanaan survey itu sendiri. Berbagai pertemuan juga telah dilakukan untuk melakukan konsolidasi antara Pokja Standar Kompetensi dengan pihak-pihak pemangku kepentingan. Penyempurnaan standar kompetensi bagi masing-masing profesi merupakan bagian dari target Key Performance Indicator (KPI) HPEQ Project tahun 2011 dengan proyeksi capaian akhir tahun adalah tersusunnya revisi standar kompetensi (dokter dan dokter gigi) dan legalisasi standar kompetensi (bidan dan perawat).

(21)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Kompetensi Profesi Kesehatan

Berdasarkan Undang Undang Praktik Kedokteran UU No. 29 tahun 2004 Bab III pasal 7 ayat 2, standar kompetensi untuk profesi dokter dan dokter gigi telah disusun dan ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak tahun 2006. Pada standar kompetensi tersebut diatur mengenai komponen-komponen inti kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang dokter dan dokter gigi serta daftar keterampilan klinis, daftar masalah, dan daftar penyakit beserta leveling kompetensinya. Standar kompetensi untuk profesi perawat dan ners dibuat oleh organisasi profesi PPNI pada tahun 2010. Pada standar kompetensi ini dimuat daftar unit dan kodifikasi kompetensi perawat Indonesia serta matriks kategori tenaga keperawatan dan kompetensinya.

Sedangkan untuk profesi bidan memiliki standar kompetensi yang tercantum pada Kepmenkes No 369 Tahun 2007 yang di dalamnya terdapat standar kompetensi, standar pendidikan, standar pelayanan dan kode etik profesi. Dalam standar kompetensi ini tercakup 9 area kompetensi dimana masing-masing area dijabarkan atas pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan keterampilan tambahan dan perilaku profesional.

2.2 Perkembangan Standar Kompetensi

Untuk profesi dokter, Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang telah diimplementasikan sejak tahun 2006 perlu mengalami revisi setelah 5 tahun pelaksanaannya. Sebagaimana pada profesi dokter, profesi dokter gigi juga telah melakukan revisi standar kompetensi yang sudah berjalan selama lima tahun. Revisi diperlukan agar standar ini tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dikaitkan dengan Sistem Kesehatan Nasional. Selain itu revisi standar kompetensi diperlukan dalam rangka persiapan diri menghadapi akreditasi dari pihak yang berwenang yang akan berlangsung tahun 2011.

Pada kedua profesi, proses revisi standar kompetensi dilakukan melalui kerjasama antara KKI dan para penyelenggara pendidikan, pengampu kepentingan, alumni dan masyarakat. Proses revisi standar dimulai berbasis masukan dari pihak-pihak tersebut. Adanya forum yang baik antara berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan revisi standar kompetensi merupakan hal yang penting untuk menyamakan persepsi terhadap standar itu sendiri dan sebagai salah satu sarana sosialiasi.

Dalam prosesnya, asosiasi institusi pendidikan profesi kesehatan (AIPKI dan AFDOKGI) berkoordinasi dengan organisasi profesi (IDI dan PDGI), Konsil Kedokteran Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI dan RSGMP), Kolegium, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan masukan revisi dan juga penyempurnaan dari standar kompetensi. Selain itu proses revisi standar kompetensi dan pendidikan juga mengacu pada standar internasional yaitu mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME).

(22)

Metode yang dilakukan adalah berbasis bukti dengan menggunakan survey awal dan survey lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan standar kompetensi di sarana pelayanan kesehatan, kebutuhan dari masyarakat dan kebutuhan dari tenaga kesehatan itu sendiri. Survey awal dan survey lanjutan terkait revisi standar kompetensi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap awal dilakukan survey kuantitatif dan selanjutnya hasil revisi berdasarkan data survey divalidasi dengan cara kualitatif.

2.2.1 Tahapan Revisi Standar Kompetensi Dokter

Dalam melakukan revisi SKDI, telah dilakukan penelitian mengenai evaluasi implementasi SKDI dan SPPDI sejak tahun 2010. Penelitian yang dilakukan juga bertujuan untuk memperoleh rekomendasi revisi terhadap kedua standar tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode Self Administered Questionaire (SAQ), Focus Group Discussion (FGD) dan Nominal Group Technique (NGT) yang melibatkan institusi pendidikan, dokter praktek, pasien, tenaga kesehatan, pakar pendidikan kedokteran, wakil dan tokoh masyarakat, serta pihak terkait lainnya.

Terdapat 5 survey yakni sebagai berikut:

a. Survey mengenai Lingkup Bahasan Pengetahuan Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi b. Survey dengan Nominal Group Technique mengenai Keterampilan Klinis Dokter

c. Survey mengenai Pengembangan Ujian Berbasis Kompetensi d. Survey mengenai Professional Behavior Dokter

e. Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter

Survey yang dilakukan melibatkan 12 Institusi Pendidikan Dokter yang dipilih secara purposive berdasarkan beberapa faktor. Selain 12 institusi tersebut diperoleh pula masukan dari pakar pendidikan di institusi, dokter praktik, mitra kerja dokter, serta dari pasien yang merupakan perwakilan masyarakat. Selain hasil penelitian, revisi SKDI juga mempertimbangkan studi literatur dan masukan dari berbagai pihak dalam penyusunannya.

Tabel 6 . Timeline Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia

No Kegiatan Waktu

1. Pembentukan Tim Pokja Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia

Juni 2010

2. Persiapan dan penyempurnaan instrumen survey. Agustus – Oktober 2010

3. Pelaksanaan Preliminary Survey 12-23 Oktober 2010 4. Pengisian data, validasi dan pembersihan data-data 25-28 Oktober 2010. 5. Analisis data antara Tim Pokja dan Tim Analisis Data 29-31 Oktober 2010 6. Pelaksanaan Focus Group Discussion dan Nominal Group

Technique sebagai validasi

(23)

7. Penyusunan draft revisi SKDI dan SPDI, konsolidasi dengan KKI, Kolegium, dan stakeholders lainnya

Agustus – Oktober 2011

2.2.2 Tahapan Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi

Pada dokter gigi, revisi standar kompetensi dilakukan dengan penyusunan pernyataan kemampuan dasar yang bertujuan melengkapi pernyataan kompetensi penunjang yang tercantum pada Buku Standar Kompetensi Dokter gigi terbitan Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan ini dilaksanakan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menampung usulan pernyataan kemampuan dasar dari semua institusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi, (2) mengkaji pernyataan kemampuan dasar yang disusun oleh beberapa institusi pendidikan profesi dokter gigi oleh Pokja, (3) menyusun pernyataan kemampuan dasar oleh Pokja yang belum terakomodasi oleh insitusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi yang ada, (4) sosialisasi usulan pernyataan kemampuan dasar kepada para Dekan/Ketua Prodi, (5) konfirmasi/ persetujuan atas rekapitulasi pernyataan kemampuan dasar dari Dekan/Ketua FKG/Prodi.

Selain itu khusus untuk forensik kedokteran gigi dan dokter gigi keluarga pernyataan kemampuan dasarnya dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat yang diperkuat oleh paparan narasumber di bidang tersebut.

Sebagai input untuk revisi standar kompetensi dokter gigi juga dilakukan survey yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid, lengkap, dan rinci mengenai gambaran kondisi di Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi, RSGMP, Puskesmas dan RS Jejaring. Selain itu survey ini juga bertujuan untuk mengetahui validitas data hasil uji coba template data dasar kedokteran gigi dan data dasar EPSBED. Survey tersebut dilaksanakan pada 12 institusi pendidikan dokter gigi, Puskesmas, RSGMP dan RS Jejaring.

Tabel 7. Timeline revisi standar kompetensi dokter gigi

No Kegiatan Waktu

1. Persiapan survey, penentuan nama surveyor, pelatihan surveyor

Juli 2010

2. Pelaksanaan survey 26-28 Juli 2010

3. Analisis data survey Agustus 2010

4. Penyusunan laporan dan Finalisasi laporan survey

Agustus – September 2010 5. Distribusi dan rekapitulasi pekerjaan rumah

untuk pernyataan kemampuan dasar ke FKG/Prodi KG

Agustus – September 2010

6. Workshop Pokja September – Oktober 2010

7. Sosialisasi/Konfirmasi/Persetujuan dari FKG/Prodi KG dan Stakeholders

September – Oktober 2010 8. Penyusunan Naskah Akademik Standar

Kompetensi

(24)

2.2.3 Tahapan Revisi Standar Kompetensi Ners

Revisi standar kompetensi pada profesi ners dilakukan dengan survey awal dan survey lanjutan. Survey awal dilakukan pada 30 September s.d. 13 November 2010 dan hasil survey tersebut menjadi dasar pertimbangan bagi revisi standar kompetensi oleh Tim Pokja. Survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan institusi pendidikan D3 Keperawatan dan Pendidikan Ners, mengidentifikasi harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi perawat, dan mengidentifikasi kesenjangan antara harapan dan kondisi saat ini tentang kompetensi perawat. Survey dilakukan di 32 propinsi meliputi 40 institusi RS, 40 institusi pendidikan, dan 6 Puskesmas. Selain hasil survey, revisi standar kompetensi juga memperhatikan input dari organisasi profesi dan stakeholders lainnya. Selanjutnya diadakan survey lanjutan dengan metode FGD untuk memperoleh masukan terhadap revisi standar kompetensi dengan timeline sebagai berikut:

Tabel 8. Timeline revisi standar kompetensi Ners

No Kegiatan Waktu

1. Penyusunan instrument survey, finalisasi instrument dan kerangka acuan, pertemuan surveyor

Agustus - September 2010

2. Pengumpulan data 1-13 Oktober 2010

3. Pengolahan data 13-17 Oktober 2010

4. Sosialisasi hasil survey 27-28 Oktober 2010 5. Penyusunan TOR, instrumen survey

dan panduan FGD sebagai survey lanjutan

14-15 Juni 2011

6. Pelatihan Fasilitator FGD 13-14 Juli 2011 7. Pelaksanaan survey lanjutan 25-27 Juli 2011 8. Perumusan hasil survey 4-5 Agustus 2011 9. Finalisasi Standar Kompetensi dan

Standar Pendidikan Ners

9-10 Agustus 2011

10. Diseminasi 18-19 Agustus 2011

2.2.4 Tahapan Revisi Standar Kompetensi Bidan

Standar praktek dan kompetensi bidan yang tertuang dalam Kepmenkes no. 369 tahun 2007 menyatakan bahwa praktik bidan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan sesuai kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya

(25)

pada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan berpraktik di semua fasilitas pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

Standar kompetensi bidan saat ini telah mengalami proses revisi yang disusun berdasarkan pada kesepakatan bersama dari berbagai pihak terkait yaitu IBI, AIPKIND, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi bidan, Kementrian Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara pendidikan dan perempuan sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan disahkan oleh PP-IBI bersama Kolegium Bidan Indonesia.

Standar kompetensi bidan disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes no. 161/Menkes/PER/I/2010 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes no 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan serta essential competencies International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010.

Sebagai masukan untuk penyusunan standar kompetensi bidan, telah dilakukan pula survey yang difasilitasi oleh proyek HPEQ yaitu Survey Pelayanan Kebidanan dan Survey Institusi Pendidikan. Survey Pelayanan Kebidanan bertujuan untuk megidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, menilai kesesuaian antara aktivitas bidan di tempat praktik dengan standar kompetensi, dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya. Sedangkan Survey Institusi Pendidikan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang profil dan perkembangan institusi/program studi D3 Kebidanan dan Program D4 Bidan Pendidik. Survey pelayanan bidan dilaksanakan di 6 Propinsi berbeda dengan total responden bidan sebanyak 168 orang. Responden adalah bidan yang bekerja di berbagai macam institusi. Untuk survey institusi pendidikan dilaksanakan di 21 institusi pendidikan di 8 Propinsi berbeda. Metode penelitian kedua survey adalah secara kuantitatif dengan metode cross-sectional dan secara kualitatif dengan in-depth interview.

Tabel 9. Timeline pelaksanaan survey dan proses penyusunan standar kompetensi Ners

No Kegiatan Waktu

1. Finalisasi Instrumen 18 – 19 September 2010 2. Pelatihan surveyor 24 – 25 September 2010

3. Pengumpulan data 4 – 15 Oktober 2010

4. Pengolahan data dan laporan 15 – 23 Oktober 2010

5. Finalisasi laporan 7 – 8 November 2010

(26)

2.3 Progress Standar Kompetensi Profesi Kesehatan

Sebagai hasil dari proses revisi standar kompetensi pada keempat profesi, saat ini masing-masing profesi telah memiliki draft revisi standar kompetensi. Pada profesi dokter, telah dihasilkan draft revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Pada draft revisi tersebut, konsep standar kompetensi pada dasarnya tidak berubah hanya mengalami perubahan pada urutan penulisan sehingga lebih sistematis. Standar kompetensi terdiri dari 7 area kompetensi dimana masing-masing area memiliki komponen-komponen kompetensi. Ketujuh area kompetensi tersebut juga dijabarkan lebih lanjut mencakup kompetensi inti dan kompetensi-kompetensi apa saja yang harus mampu ditunjukkan setiap lulusan dokter. Pada penjabaran kompetensi ditambahkan penekanan pada patient safety, dokter sebagai manajer pelayanan kesehatan, serta kesehatan masyarakat. Revisi dilakukan pula pada lampiran daftar masalah, daftar penyakit dan daftar keterampilan klinis. Dilakukan penyederhanaan pada lampiran agar item yang ada tidak berlebihan dan lebih relevan untuk dokter umum serta penyempurnaan terminology dan sistematika penyusunan. Sedangkan untuk leveling kompetensi tidak mengalami perubahan.

Pada profesi dokter gigi telah dihasilkan draft akhir Naskah Akademik Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. Dilakukan revisi terhadap ketidakseragaman terminology diagnosis, jenis, dan perawatan penyakit, penekanan pada usaha promotif dan preventif pada standar kompetensi, serta penambahan kompetensi manajemen risiko. Standar kompetensi dokter gigi terdiri dari 6 domain dimana setiap domain dijabarkan dalam kompetensi utama dan kompetensi penunjang. Pada standar kompetensi juga dilengkapi dengan gambaran aktivitas pembelajaran klinik yakni dengan penjabaran materi standar kompetensi klinik.

Pada profesi ners, telah dihasilkan Draft Standar Kompetensi Perawat Indonesia dan sedang dilakukan persiapan sanctioning dengan stakeholders untuk legalisasinya. Standar Kompetensi Perawat Indonesia terdiri dari 3 ranah utama dan setiap ranah utama dijabarkan dalam unit kompetensi. Pada setiap unit kompetensi dicantumkan kompetensi untuk setiap kategori tenaga keperawatan yakni untuk pembantu keperawatan, perawat vokasional, dan perawat profesional (ners, ners spesialis, dan ners konsultan). Selain itu terdapat pula daftar kompetensi dalam implementasi asuhan keperawatan untuk perawat vokasi, ners, dan ners spesialis. Standar kompetensi belum dapat dilegalisasi pada akhir 2011 karena membutuhkan kesepakatan stakeholders lintas kementerian (terutama Kemkes).

Pada profesi bidan juga telah dihasilkan Draft Standar Kompetensi Bidan yang siap untuk menjalani proses legalisasi. Standar Kompetensi Bidan disusun melalui pengorganisasian kompetensi berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke yang bersifat khusus/spesifik yaitu profil, kompetensi utama, kompetensi penunjang dan Kriteria Kinerja (Performance Criteria). Pengembangan pernyataan kompetensi (competency statement) diperlukan sebagai usaha untuk menggambarkan tingkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang harus dimiliki oleh lulusan bidan. Profil dan Kompetensi Utama dilengkapi dengan deskripsi untuk memberikan informasi tentang lingkup dan kedalaman yang akan dicapai. Kompetensi Penunjang dan Kriteria Kinerja (Performance Criteria) berisikan pernyataan kompetensi-kompetensi yang diperlukan dengan tingkat kompetensi (Level of competency) untuk mencapai kompetensi utama yang telah ditetapkan. Selanjutnya Kompetensi Penunjang dijabarkan dalam Kriteria Kinerja (Performance Criteria) dengan menggunakan analisa instruksional. Sebagaimana halnya pada

(27)

profesi perawat, pada profesi bidan standar ini juga masih belum dapat dilegalisasi akhir tahun 2011 dan saat ini masih dalam persiapan sanctioning dengan stakeholders.

2.3 Referensi Standar Kompetensi di Lingkup Internasional 2.3.1 Profesi Dokter

Standar pendidikan untuk profesi dokter disusun mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME). Berdasarkan dokumen WFME Global Standards for Quality Improvement in Medical Education tahun 2007, assessment bagi mahasiswa harus dapat menguji pencapaian obyektif pembelajaran dan kompetensi. WFME juga menyebutkan perlunya standar mengenai kemampuan minimal yang harus dicapai oleh lulusan dokter sebagaimana disusun oleh Global Minimum Essential Requirements in Medical Education (GMER) atau yang sederajat dengan itu. Global Minimum Essential Requirements in Medical Education (GMER) disusun oleh Institute for International Medical Education (IIME) sejak tahun 1999. IIME Core Committee mengembangkan konsep GMER dan mendefinisikan seperangkat learning outcome minimal secara global. Learning outcome esensial dikelompokkan menjadi 7 domain pendidikan dan terbagi menjadi 60 obyektif pembelajaran. Di samping kompetensi global tersebut, institusi pendidikan harus menambahkan kompetensi nasional dan lokal. GMER mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan klinis, sikap dan perilaku profesional dan etika yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Ketujuh domain tersebut adalah:

1. Professional Values, Attitudes, Behavior and Ethics 2. Scientific Foundation of Medicine

3. Communication Skills 4. Clinical Skills

5. Population Health and Health Systems 6. Management of Information

7. Critical Thinking and Research

(28)

2.3.2 Profesi Dokter Gigi

Pada penyusunan Standar Kompetensi tahun 2006 oleh KKI, salah satu referensi yang digunakan adalah dari Association for Dental Education in Europe (ADEE) tahun 2004. Sebagaimana dimuat pada European Journal of Dental Education, 2009, profil dan kompetensi dokter gigi Eropa oleh ADEE telah mengalami revisi pada tahun 2009.

Pada dokumen profil dan kompetensi dokter gigi Eropa oleh ADEE 2009 disebutkan bahwa pernyataan kompetensi (competency statement) akan menyediakan benchmark bagi institusi pendidikan dokter gigi untuk:

1. Review dan restrukturisasi kurikulum

2. Review dan pengembangan proses evaluasi mahasiswa

3. Mengukur outcome untuk menilai efektivitas program pendidikan

Selain itu pernyataan kompetensi juga dapat digunakan sebagai referensi dalam proses akreditasi. Lulusan dokter gigi harus mempelajari pendekatan holistik dalam manajemen pasien. Mereka juga harus memiliki pengetahuan dan dapat bekerja dalam konsep tim. Semua itu harus didukung oleh etos continuing professional development (CPD) dan mempromosikan belajar sepanjang hayat untuk mencapai kontinuum pendidikan.

Domain kompetensi disusun dari umum ke spesifik. Domain kompetensi menurut ADEE 2009 adalah sebagai berikut:

1. Profesionalism

2. Interpersonal, Communication and Social Skills

3. Knowledge Base, Information and Information Literacy 4. Clinical Information Gathering

5. Diagnosis and Treatment Planning

6. Therapy: Establishing and Maintaining Oral Health 7. Prevention and Health Promotion

Domain kompetensi tersebut selanjutnya dijabarkan kembali dalam kompetensi utama dan kompetensi penunjang.

2.3.3 Profesi Perawat

Australian Nursing Federation menyusun Competency Standards for Nurses in General Practice pada tahun 2005. Pada standar ini kompetensi diklasifikasikan untuk enrolled nurse, registered nurse dan advanced nurse. Selain itu juga diatur mengenai bidan. Standar kompetensi untuk setiap kelompok profesional diorganisasikan menjadi domain, masing-masing memiliki descriptor berupa elemen-elemen kompetensi. Domain tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

(29)

Tabel 10. Domain kompetensi perawat professional berdasarkan Competency Standards for Nurses in General Practice

Registered Nurse Domains Enrolled Nurse Domains Midwifery Domains Professional practice Professional and ethical

practice

Legal and professional practice

Critical thinking and analysis Critical thinking and analysis Midwifery knowledge and practice

Provision and coordination of care

Management of care Midwifery as primary health care

Collaborative and theurapeutic practice

Enabling Reflective and ethical practice

Sedangkan untuk advanced nurse merupakan registered nurse dengan praktik yang advanced dan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

 Mengenal evidence based practice  Anggota aktif dari profesi keperawatan

 Menerima tanggung jawab untuk situasi kompleks yang dapat mencakup konteks klinis, manajerial, edukasi atau riset.

 Menunjukkan kepemimpinan dan menginisiasi perubahan

 Mempraktikkan secara komprehensif sebagai anggota tim yang interdependep  Memiliki keluasan atau kedalaman pengalaman dan pengetahuan

 Fokus terhadap outcome untuk individu dan kelompok

Di Australia, terdapat dokumen terpisah yang merupakan standar kompetensi khusus untuk advanced nurse.

2.3.4 Profesi Bidan

Standar kompetensi yang disusun oleh organisasi profesi bidan (IBI dan AIPKIND) mengacu terutama pada Standar Global Pendidikan Kebidanan dari WHO 2009 dan International Confederation of Midwives (ICM) 2011.

Berdasarkan Standar Global Pendidikan Kebidanan (WHO, 2009) lulusan bidan harus dapat mendemonstrasikan kompetensi praktek kebidanan, lulusan mampu menunjukan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, lulusan mampu memenuhi ketentuan untuk registrasi dan lisensi, lulusan mendapatkan gelar profesional tergantung dari level pendidikan, lulusan harus memenuhi syarat untuk mengikuti program pendidikan lanjut dan diperlukan monitoring lulusan secara berkelanjutan baik yang terkait dengan pengembangan profesi dan pendidikan lanjut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan lulusan adalah dengan kode etik dan standar profesi, lulusan harus mampu menunjukkan evidence based parctice, mendemonstrasikan asuhan

(30)

berbasis budaya, kemampuan praktek di sistem kesehatan di negaranya dan memenuhi kebutuhan masyarakat, critical thinking, kemampuan mengelola sumber daya dan praktek secara aman dan efektif, kemampuan advokasi secara efektif dan partner profesional dengan tenaga kesehatan yang lain dalam pelayanan kesehatan, berorientasi pada pelayanan masyarakat, kemampuan kepemimpinan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.

International Confederation of Midwives (ICM) sebagai satu-satunya organisasi internasional yang mewakili bidan telah mengembangkan Global Standards for Midwifery Regulation pada tahun 2011. Tujuan dari standar tersebut adalah untuk mempromosikan mekanisme regulasi yang melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa bidan yang kompeten memberikan asuhan kebidanan dengan standar yang tinggi untuk setiap wanita dan bayi. Tujuan dari regulasi tersebut adalah untuk menyokong bidan untuk bekerja secara mandiri dengan lingkup praktik yang penuh sehingga meningkatkan standar asuhan maternitas dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Standar ini mulai dikembangkan sejak tahun 2010 sejalan dengan perkembangan standar global untuk pendidikan bidan.

Standar Global tersebut mencakup prinsip-prinsip yang berfungsi sebagai benchmark untuk standarisasi regulasi bidan secara global. Tujuan standar ini adalah sebagai basis untuk review kerangka regulasi yang sudah ada dan menyediakan panduan untuk negara-negara yang belum memiliki kerangka regulasi untuk bidan.

Pada standar ini kompetensi diartikan sebagai kombinasi dari pengetahuan, kemampuan psikomotor, komunikasi dan pengambilan keputusan yang memampukan individu untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan level profisiensi yang didefinisikan. Pada standar ini diorganisasikan:

1. Model of regulation: bagaimana regulasi ditetapkan misalnya melalui legislasi 2. Protection of title: siapa yang dapat menggunakan title ‘bidan’

3. Governance: penetapan otoritas regulasi bidan dan penjabaran fungsi-fungsinya

4. Functions: mekanisme dimana otoritas regulasi mengatur bidan dan memasukkan hal-hal  Lingkup praktik

 Pendidikan bidan pre-registrasi  Registrasi

Continuing competence  Komplain dan disiplin  Kode Etik

Pada standar tersebut dijelaskan pada bagian lingkup praktik bahwa otoritas regulasi bidan mendefinisikan lingkup praktik yang konsisten dengan definisi ICM. Profesi bidan menentukan lingkupnya sendiri daripada pemerintah, profesi kesehatan lain, sektor swasta, atau kepentingan komersial lain. Fokus primer profesi bidan adalah partus normal dan asuhan maternitas. Lingkup praktik harus mendukung dan memampukan bidan berpraktik mandiri dan dengan demikian termasuk hak meresepkan, akses kepada pemeriksaan laboratorium/skrining dan hak memasukkan dan memulangkan pasien. Bidan harus mampu mengkonsul dan merujuk ke spesialis. Profesi bidan mendefinisikan standar minimal untuk pendidikan dan kompetensi yang diperlukan untuk registrasi bidan.

(31)

BAB III

PENUTUP

Revisi dan penyempurnaan standar kompetensi keempat profesi ditargetkan selesai dan dilegalisasi pada tahun 2011 terutama bagi profesi ners dan bidan yang harus melakukan uji kompetensi pada tahun 2012 dan berkaitan dengan penyusunan blue print uji kompetensi profesi. Untuk selanjutnya, legalisasi standar kompetensi dokter dan dokter gigi dilakukan oleh KKI. Sedangkan pihak yang berwenang untuk melakukan legalisasi standar kompetensi ners dan bidan masih dalam pembicaraan.

Tahapan revisi standar kompetensi yang telah dilakukan masing-masing profesi merupakan bagian dari usaha penjaminan mutu tenaga kesehatan sehingga masing-masing profesi dapat menghasilkan lulusan serta memberikan praktik pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas bagi masyarakat. Tahapan revisi standar kompetensi ini telah dilakukan berbasis bukti melalui survey kuantitatif maupun kualitatif, mengacu pada standar-standar internasional, dan telah melalui konsolidasi dengan berbagai pihak pengampu. Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan proyek HPEQ dan kerjasama berbagai pihak terkait dapat membantu penyempurnaan revisi dan pembuatan standar kompetensi untuk masing-masing profesi sehingga akhirnya dihasilkan standar kompetensi yang baik dalam rangka mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas.

(32)

REFERENSI

1. Pokja AIPNI. Draft standar kompetensi ners. HPEQ Project: Jakarta, 2011. 2. Pokja IBI. Draft standar kompetensi bidan. HPEQ Project: Jakarta, 2011. 3. Pokja AIPKI. Draft standar kompetensi dokter. HPEQ Project: Jakarta, 2001.

4. Pokja AFDOKGI. Naskah akademik standar kompetensi dokter gigi. HPEQ Project: Jakarta, 2011.

5. Pokja AIPKI. Laporan Preliminary Survey SKDI dan SPPDI. HPEQ Project: Jakarta, 2010. 6. Pokja AIPNI. Laporan Preliminary Survey Profesi Ners. HPEQ Project: Jakarta, 2010

7. Poka IBI. Laporan Survey Pelayanan Kebidanan dan Institusi Pendidikan. HPEQ Project: Jakarta, 2010.

8. Pokja AFDOKGI. Laporan Preliminary Survey Profesi Dokter Gigi. HPEQ Project: Jakarta, 2010. 9. Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2006.

10. Kementerian Kesehatan. Standar Profesi Bidan. Kepmenkes 369 tahun 2007 11. Laporan kegiatan tahunan HPEQ tahun 2010

12. Laporan midsemester HPEQ tahun 2011

13. Laporan SC Proyek HPEQ semester 1 tahun 2011

14. World Federation of Medical Education. Global standards for quality improvement in medical education. University of Copenhagen: Denmark, 2007.

15. Core committee of Institute for International Medical Education. Global minimum essential requirements in medical education. IIME: USA, 1999.

16. Chiarella M. An overview of the competency movement in Australian nursing and midwifery. New South Wales, 2006.

17. Australian Nursing Federation. Competency standards for nurses in general practice. Australia, 2005.

18. J. Cowpe, A. Plasschaert, W. Harzer, H. Vinkka-Puhakka, A. D. Walmsley. Profile and competences for the graduating European Dentist-update 2009. European Journal of Dental Education. 2009.

19. International Confederation of Midwives. Global standards for midwifery regulation (2011). 20. Association of Southeast Asian Nation. Roadmap for an ASEAN community 2009-2015.

(33)

STANDAR

PENDIDIKAN

(34)

BAB I

PENDAHULUAN

Standar pendidikan adalah sebuah perangkat penyetara mutu pendidikan sebuah profesi yang dibuat dan disepakati bersama oleh stakeholder pendidikan dan merupakan perangkat untuk menjamin tercapainya kompetensi sesuai dengan tujuan pendidikan profesi. Manfaat dari standar pendidikan adalah dapat digunakan untuk evaluasi diri bagi institusi penyelenggara pendidikan, sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi eksternal, sebagai acuan akreditasi, dan untuk pengembangan materi uji kompetensi.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal terhadap sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah di atur dalam PP No. 19 tahun 2005. Standar nasional pendidikan adalah acuan minimal yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan ( PP 19/2005 ).

Mengacu pada UU No 18 tahun 2002 pasal 12 ayat 2 tentang sistem penelitian nasional dan penerapan IPTEK mengamanahkan bahwa untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian serta kode etik profesi. Dengan demikian penyusunan standar pe ndidikan dikembangkan oleh organisasi profesi bersama dengan Asosiasi Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan dapat di analisis kedalam sistem komponen pendidikan, sebagai berikut :

Standar Nasional Pendidikan Analisis Sistemik Komponen Pendidikan STANDAR ISI KURIKULUM

STANDAR PROSES TATA PAMONG (Governance) SISTEM PEMBELAJARAN SUASANA AKADEMIK STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MAHASISWA DAN LULUSAN STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN

SUMBER DAYA MANUSIA

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SARANA DAN PRASARANA

STANDAR PENGELOLAAN VISI, MISI, SASARAN, DAN TUJUAN SISTEM PENGELOLAAN

(35)

SISTEM PENJAMIN MUTU STANDAR PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PENELITIAN, PELAYANAN/ PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN KERJASAMA

Sebagai perangkat dasar untuk evaluasi diri institusi penyelenggara pendidikan, standar pendidikan berfungsi sebagai acuan dalam borang akreditasi pendidikan. di Indonesia gambaran keadaan pendidikan tinggi kesehatan khususnya pada profesi dokter, dokter gigi, bidan dan perawat dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 11. Data Jumlah Institusi Pendidikan Kesehatan Yang Terakreditasi

Profesi Jumlah Institusi Pendidikan Akreditasi Belum akreditasi /expired

Dokter 71 47 24

Dokter Gigi 26 13 13

Bidan 659 268 391

Perawat 437 313 124

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa belum seluruh institusi pendidikan kesehatan diakreditasi, padahal setiap institusi pendidikan wajib mempunyai kriteria minimal terhadap sistem pendidikan yang diukur dengan akreditasi. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kualitas pendidikan profesi kesehatan di Indonesia belum seragam dengan criteria minimal yang diwajibkan seperti dalam standar pendidikan.

BAN-PT sebagai system penjaminan mutu eksternal selain Badan Standar Nasional Pendidikan mempunyai penilaian tersendiri namun tetap mengacu pada standar pendidikan profesi.

Dikti melalui Proyek HPEQ dalam intervensinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan profesi kesehatan memiliki target akreditasi seperti yang tertera pada tabel di bawah :

(36)

Tabel 12 . Akreditasi IPD dan IPDG

CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER 1) TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN Saat ini, IPD yang sudah

terakreditasi dgengan menggunakan instrumen

akreditasi lama = 44 IPD (65%) & 8 IPDG (40 %)

 Saat ini komponen 1 sedang melaksanakan strategi penyelamatan akreditasi terhadap IPD spesialis, IPDG spesialis dan institusi alih bina Kemkes ke Kemdiknas

25 % IPD & IPDG terakreditasi dengan instrumen akreditasi baru dan

mempublikasikan hasil akreditasinya

Target akreditasi dengan

menggunakan instrumen akreditasi baru , dapat tercapai (pelaksanaan akreditasi : September – November 2011)

 akreditasi terhadap minimal 18 IPD (25 %) & 7 IPDG (25 %)

 diprioritaskan untuk IPD dan IPDG yang masa akreditasinya sudah kadaluarsa atau belum terakreditasi sama sekali)

(37)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Pendidikan Profesi Kesehatan

Berdasarkan Undang Undang Praktik Kedokteran UU No. 29 tahun 2004 Bab III pasal 7 ayat 1 dan 2, standar pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas untuk mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang telah ditetapkan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia dengan kolegium kedokteran, kolegium kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, dan asosiasi rumah sakit pendidikan. Pada standar pendidikan tersebut menjelaskan mengenai system komponen pendidikan Standar pendidikan. standar pendidikan untuk profesi dokter dan dokter gigi telah disusun dan ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sejak tahun 2006. Sedangkan untuk profesi bidan memiliki acuan pelaksanaan asuhan kebidanan berdasarkan Kepmenkes RI nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi Bidan dan Permenkes RI nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang di dalamnya terdapat standar kompetensi, standar pendidikan, standar pelayanan dan kode etik profesi. Dalam standar kompetensi ini tercakup 9 area kompetensi dimana masing-masing area dijabarkan atas pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan keterampilan tambahan dan perilaku profesional.

Standar Pendidikan untuk profesi perawat dan ners dibuat oleh organisasi profesi PPNI dan AIPNI pada tahun 2010. Pada standar Pendidikan ini memuat standar minimal yang harus dijadikan acuan oleh institusi pendidikan Ners dalam menyelenggarakan pendidikan Ners

2.2 Perkembangan Standar Pendidikan

Standar Pendidikan Profesi Dokter (SPPD) yang telah diimplementasikan sejak tahun 2006 perlu mengalami revisi setelah 5 tahun pelaksanaannya. Sebagaimana pada profesi dokter, profesi dokter gigi juga telah melakukan revisi standar pendidikan yang sudah berjalan selama lima tahun. Revisi diperlukan agar standar ini tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dikaitkan dengan Sistem Kesehatan Nasional. Selain itu revisi standar pendidikan diperlukan dalam rangka persiapan diri menghadapi akreditasi dari pihak yang berwenang yang akan berlangsung tahun 2011.

Pada kedua profesi, proses revisi standar pendidikan dilakukan melalui kerjasama antara KKI dan para penyelenggara pendidikan, pengampu kepentingan, alumni dan masyarakat. Proses revisi standar dimulai berbasis masukan dari pihak-pihak tersebut. Adanya forum yang baik antara berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan revisi standar pendidikan merupakan hal yang penting untuk menyamakan persepsi terhadap standar itu sendiri dan sebagai salah satu sarana sosialiasi.

(38)

Dalam prosesnya, asosiasi institusi pendidikan profesi kesehatan (AIPKI dan AFDOKGI) berkoordinasi dengan organisasi profesi (IDI dan PDGI), Konsil Kedokteran Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI dan RSGMP), Kolegium, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan masukan revisi dan juga penyempurnaan dari standar kompetensi. Selain itu proses revisi standar kompetensi dan pendidikan juga mengacu pada standar internasional yaitu mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME).

Metode yang dilakukan adalah berbasis bukti dengan menggunakan survey awal dan survey lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan standar kompetensi di sarana pelayanan kesehatan, kebutuhan dari masyarakat dan kebutuhan dari tenaga kesehatan itu sendiri. Survey awal dan survey lanjutan terkait revisi standar kompetensi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap awal dilakukan survey kuantitatif dan selanjutnya hasil revisi berdasarkan data survey divalidasi dengan cara kualitatif.

Profesi bidan sudah mempunyai standar pendidikan yang tertuang dalam PermenkesNo. 369/ Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, namun hal tersebut belum cukup karena tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, maka profesi bidan bekerjasama Dikti melalui HPEQ mulai merancang sistem pendidikan bidan Indonesia.

Dasar Hukum dilaksanakannya menyempurnakan atau membuat standar pendidikan adalah: 1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional

2.2.1 Tahapan Revisi Standar Kompetensi

Proyek HPEQ dalam perjalanan untuk meningkatkan kualitas pendidikan memfasilitasi OP dan AIP untuk menyempurnakan atau membuat standar pendidikan untuk masing-masing profesinya. Ada beberapa tahap yang dilakukan organisasi profesi dan asosiasi institusi profasi untuk merevisi dan menyempurnakan standar pendidikan, tahapan tersebut yaitu :

a.Tahapan revisi standar pendidikan pada profesi dokter

Dalam melakukan revisi standar pendidikan profesi Dokter, telah dilakukan penelitian mengenai evaluasi implementasi SKDI dan SPPDI sejak tahun 2010. Penelitian yang dilakukan juga bertujuan untuk memperoleh rekomendasi revisi terhadap kedua standar tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode Self Administered Questionaire (SAQ), Focus Group Discussion (FGD) dan Nominal Group Technique (NGT) yang melibatkan institusi pendidikan, dokter praktek, pasien, tenaga kesehatan, pakar pendidikan kedokteran, wakil dan tokoh masyarakat, serta pihak terkait lainnya. Selain hasil

Gambar

Gambar 2. Grafik Jumlah Institusi Keperawatan Perwilayah
Tabel 1 . Perubahan Konsep Kurikulum
Tabel 2. Perubahan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran  EXISTING   PERUBAHAN SESUAI NASKAH AKADEMIK   Jenis   -Akademik   -Profesi   Akademik-Profesi   Jenjang   -Sarjana   -Profesi   -Spesialis   -Master  -Doktor   PROFESI :  -Sarjana-Profesi   -
Tabel 5. Perubahan Naskah Akademik Pendidikan Ners
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, mengingat bahwa hadis juga merupakan sumber primer ajaran Islam setelah al-Qur’an, dan juga terbentuk dari dua fase sejarah yang sama dengan al-Qur’an

Penelitian bertujuan untuk 1).Mengetahui karakteristik sosial ekonomi rumah tangga miskin 2).mengetahui pengaruh curahan jam kerja, pendidikan, usia dan luas lahan

Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk

(suatu bagian pendek dari tulisan yang terdiri atas sedikitnya satu kalimat dan dimulai pada garis baru. Paragraf itu biasanya membicarakansatu kejadian, gambaran, gagasan,

Dalam strategi PR politik yang dalam hal ini bertujuan untuk memberikan citra positif seorang bupati dalam benak masyarakat, diperlukan juga peran dari media serta bagaimana

“Ada Hubungan Antara Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian Makan, Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Pada Balita”. Pengetahuan Ibu Pola Pemberian Makan Balita Pendapatan

Hasil temuan ini konsisten dengan temuan Eskew dan Faley (1988), Frederickson dan Part (1995), dan Faridah (2003) yang menyatakan bahwa Ability and

Dalam metode ini, digunakan pelapisan tipis untuk mengatasi kerusakan permukaan seperti: retak-retak buaya, pelepasan butir (raveling), pelicinan (polishing), mengelupas (scaling),