• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PENDIDIKAN

CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER 1) TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN

2.2 Perkembangan Standar Pendidikan

2.2.1 Tahapan Revisi Standar Kompetensi

Proyek HPEQ dalam perjalanan untuk meningkatkan kualitas pendidikan memfasilitasi OP dan AIP untuk menyempurnakan atau membuat standar pendidikan untuk masing-masing profesinya. Ada beberapa tahap yang dilakukan organisasi profesi dan asosiasi institusi profasi untuk merevisi dan menyempurnakan standar pendidikan, tahapan tersebut yaitu :

a. Tahapan revisi standar pendidikan pada profesi dokter

Dalam melakukan revisi standar pendidikan profesi Dokter, telah dilakukan penelitian mengenai evaluasi implementasi SKDI dan SPPDI sejak tahun 2010. Penelitian yang dilakukan juga bertujuan untuk memperoleh rekomendasi revisi terhadap kedua standar tersebut. Penelitian tersebut menggunakan metode Self Administered Questionaire (SAQ), Focus Group Discussion (FGD) dan Nominal Group Technique (NGT) yang melibatkan institusi pendidikan, dokter praktek, pasien, tenaga kesehatan, pakar pendidikan kedokteran, wakil dan tokoh masyarakat, serta pihak terkait lainnya. Selain hasil

penelitian, revisi SPPDI juga mempertimbangkan studi literatur dan masukan dari berbagai pihak dalam penyusunannya.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim Pokja Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia pada Juni 2010.

2. Pembagian tugas Tim Pokja menjadi 3 kelompok besar, yakni: Tim Keterampilan Klinis, Tim Professional Behavior, dan Tim Validasi Kompetensi dan Implementasi Standar Kompetensi dan Pendidikan Profesi Dokter.

3. Persiapan dan penyempurnaan instrumen survey. Terdapat 5 survey sebagai berikut: a) Survey mengenai Lingkup Bahasan Pengetahuan Dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi

b) Survey dengan Nominal Group Technique mengenai Keterampilan Klinis Dokter c) Survey mengenai Pengembangan Ujian Berbasis Kompetensi

d) Survey mengenai Professional Behavior Dokter e) Survey mengenai Standar Pendidikan Dokter

4. Pelaksanaan Preliminary Survey pada tanggal 12-23 Oktober 2010, melibatkan 12 Institusi Pendidikan Dokter yang dipilih secara purposive berdasarkan beberapa faktor. Selain 12 institusi tersebut diperoleh pula masukan dari pakar pendidikan di institusi, dokter praktik, mitra kerja dokter, serta dari pasien yang merupakan perwakilan masyarakat.

5. Pengisian data, validasi dan pembersihan data-data pada tanggal 15-28 Oktober 2010. 6. Analisis data antara Tim Pokja dan Tim Analisis Data pada tanggal 29-31 Oktober 2010. 7. Pelaksanaan Focus Group Discussion dan Nominal Group Technique sebagai validasi

pada 27-28 Juli 2011

8. Penyusunan draft revisi SKDI dan SPDI

b. Tahapan Revisi Standar Pendidikan Ners

Revisi standar kompetensi dan standar pendidikan pada profesi ners dilakukan dengan survey awal dan survey lanjutan. Survey awal dilakukan pada 30 September s.d. 13 November 2010 dan hasil survey tersebut menjadi dasar pertimbangan bagi revisi standar kompetensi oleh Tim Pokja. Survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan institusi pendidikan D3 Keperawatan dan Penidikan Ners, mengidentifikasi harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi perawat, dan mengidentifikasi kesenjangan antara harapan dan kondisi saat ini tentang kompetensi perawat. Selain hasil survey, revisi standar kompetensi juga memperhatikan input dari organisasi profesi dan stakeholders lainnya. Selanjutnya diadakan survey lanjutan dengan metode FGD untuk memperoleh masukan terhadap revisi standar kompetensi dengan timeline sebagai berikut:

1) Penyusunan instrument survey, finalisasi instrument dan kerangka acuan, pertemuan surveyor pada Agustus sampai September 2010.

2) Pengumpulan data pada tanggal 1-13 Oktober 2010. Survey dilakukan di 32 propinsi meliputi 40 institusi RS, 40 institusi pendidikan, dan 6 Puskesmas

3) Pengolahan data pada 13-17 Oktober 2010

4) Sosialisasi hasil survey pada tanggal 27-28 Oktober 2010

5) Penyusunan TOR, instrumen survey dan panduan FGD sebagai survey lanjutan pada 14-15 Juni 2011

6) Penyamaan persepsi surveyor pada 16-17 Juli 2011 7) Pelatihan Fasilitator FGD pada 13-14 Juli 2011 8) Pelaksanaan survey pada 25-27 Juli 2011 9) Perumusan hasil survey pada 4-5 Agustus 2011

10) Finalisasi Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan Ners pada 9-10 Agustus 2011 11) Diseminasi pada 18-19 Agustus 2011

c. Tahapan Revisi Standar Pendidikan Bidan

Standar Pendidikan bidan saat ini telah mengalami proses revisi yang disusun berdasarkan pada kesepakatan bersama dari berbagai pihak terkait yaitu IBI, AIPKIND, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi bidan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara pendidikan dan perempuan sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan disahkan oleh PP-IBI bersama Kolegium Bidan Indonesia.

Standar pendidikan bidan disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes no. 161/Menkes/PER/I/2010 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes no 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan serta essential competencies International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010.

Sebagai masukan untuk penyusunan standar pendidikan bidan, telah dilakukan pula survey yang difasilitasi oleh proyek HPEQ yaitu Survey Pelayanan Kebidanan dan Survey Institusi Pendidikan. Survey Pelayanan Kebidanan bertujuan untuk megidentifikasi jenis kegiatan riil yang dilakukan bidan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, menilai kesesuaian antara aktivitas bidan di tempat praktik dengan standar kompetensi, dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi bidan dalam melakukan praktik di wilayah kerjanya. Sedangkan Survey Institusi Pendidikan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang profil dan perkembangan institusi/program studi D3 Kebidanan dan Program D4 Bidan Pendidik. Survey pelayanan bidan dilaksanakan di 6 Propinsi berbeda dengan total responden bidan sebanyak 168 orang. Responden adalah bidan yang bekerja di berbagai macam institusi. Untuk survey institusi pendidikan dilaksanakan di 21 institusi pendidikan di 8 Propinsi berbeda. Metode penelitian kedua survey adalah secara kuantitatif dengan metode cross-sectional dan secara kualitatif dengan in-depth interview.

Tabel 13 .Timeline pelaksanaan survey dan proses penyusunan standar Pendidikan

No Kegiatan Waktu

1. Finalisasi Instrumen 18 – 19 September 2010 2. Pelatihan surveyor 24 – 25 September 2010

3. Pengumpulan data 4 – 15 Oktober 2010

4. Pengolahan data dan laporan 15 – 23 Oktober 2010

5. Finalisasi laporan 7 – 8 November 2010

6. Finalisasi standar kompetensi November – Desember 2010

Standar Nasional Pendidikan Kebidanan (SNPK) merupakan turunan dari Standar Nasional Pendidikan (PP 19 tahun 2005) yang menjadi pedoman bagi institusi penyelenggara pendidikan kebidanan di Indonesia. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan disusun mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan sebagaimana tertera dalam Undang Undang No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Selain mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan Bidan juga mengacu pada Standar Global Pendidikan Kebidanan yang ditetapkan oleh WHO. Tujuan Standar Global Pendidikan Kebidanan menetapkan kriteria pendidikan dan menjamin lulusannya untuk:

a) Berbasis kompetensi dan evidence (evidence based)

b) Mempromosikan pengembangan pendidikan dan pendidikan sepanjang masa (lifelong learning)

c) Kompeten dalam rangka memberikan asuhan kebidanan yang bermutu tinggi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

d. Tahapan Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi

Pada dokter gigi, revisi standar kompetensi dilakukan dengan penyusunan pernyataan kemampuan dasar yang bertujuan melengkapi pernyataan kompetensi penunjang yang tercantum pada Buku Standar Kompetensi Dokter gigi terbitan Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan ini dilaksanakan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menampung usulan pernyataan kemampuan dasar dari semua institusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi, (2) mengkaji pernyataan kemampuan dasar yang disusun oleh beberapa institusi pendidikan profesi dokter gigi oleh Pokja, (3) menyusun pernyataan kemampuan dasar oleh Pokja yang belum terakomodasi oleh insitusi penyelenggara pendidikan profesi dokter gigi yang ada, (4) sosialisasi usulan pernyataan kemampuan dasar kepada para Dekan/Ketua Prodi, (5) konfirmasi/ persetujuan atas rekapitulasi pernyataan kemampuan dasar dari Dekan/Ketua FKG/Prodi.

Selain itu khusus untuk forensik kedokteran gigi dan dokter gigi keluarga pernyataan kemampuan dasarnya dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat yang diperkuat oleh paparan narasumber di bidang tersebut.

Gambar 4. Skema Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi

Revisi dan penyempurnaan standar pendidikan keempat profesi ditargetkan selesai dan dilegalisasi pada tahun 2011 untuk dokter dan dokter gigi, bidan dan ners semester 1 tahun 2012 sehubungan dengan kesepakatan terkait sistem akreditasi yang mengharuskan semua institusi pendidikan kesehatan diakreditasi oleh Kemdiknas hingga bulan Mei 2012 karena standar pendidikan ini akan digunakan sebagai instrumen akreditasi.

Perlimpahan rekapitulasi pekerjaan rumah ke Pokja September 2010 Mengumpulkan pekerjaan rumah ke FKG/Prodi KG September 2010 Distribusi pekerjaan rumah ke FKG/Prodi KG Agustus 2010

Workshop Pokja (termasuk Kedokteran Gigi Forensik dan Dokter Gigi Keluarga, kajian dan survei kebutuhan masyarakat) September s.dOktober 2010 Sosialisasi/Konfirmasi/ Persetujuan dari FKG / Prodi KG dan Stakeholders September s.d Oktober 2010 Distribusi ke FKG /Prodi untuk asupan melalui e-mail September s.d Oktober 2010 Penyusunan Naskah Akademik . minggu ke IV oktober s.d Minggu ke III November 2010 Penyerahan naskah akademik kepada proyek minggu IV November 2010

BAB III

PENUTUP

Revisi dan penyempurnaan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi ditargetkan selesai dan dilegalisasi pada tahun 2011 dan profesi ners dan bidan pada semester awal 2012. Untuk selanjutnya, legalisasi standar pendidikan dokter dan dokter gigi dilakukan oleh KKI. Sedangkan pihak yang berwenang untuk melakukan legalisasi standar pendidikan ners dan bidan masih dalam pembicaraan.

Tahapan revisi standar pendidikan yang telah dilakukan masing-masing profesi merupakan bagian dari usaha penjaminan mutu tenaga kesehatan sehingga masing-masing profesi dapat menghasilkan lulusan serta memberikan praktik pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas bagi masyarakat. Tahapan revisi standar pendidikan ini telah dilakukan berbasis bukti melalui survey kuantitatif maupun kualitatif, mengacu pada standar-standar internasional, dan telah melalui konsolidasi dengan berbagai pihak pengampu. Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan proyek HPEQ dan kerjasama berbagai pihak terkait dapat membantu penyempurnaan revisi dan pembuatan standar kompetensi untuk masing-masing profesi sehingga akhirnya dihasilkan standar kompetensi yang baik dalam rangka mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas.

REFERENSI

1. Kementerian Kesehatan. Standar Profesi Bidan. Kepmenkes 369 tahun 2007 2. Laporan kegiatan tahunan HPEQ tahun 2010

3. Laporan midsemester HPEQ tahun 2011

4. Laporan SC Proyek HPEQ semester 1 tahun 2011

5. Pokja AIPNI. Draft standar Pendidikan ners. HPEQ Project: Jakarta, 2011.

6. Pokja IBI. Draft standar Pendidikan Kebidanan Indonesia. HPEQ Project: Jakarta, 2011. 7. Pokja AIPKI. Draft standar Pendidikan Dokter Indonesia. HPEQ Project: Jakarta, 2001.

8. Pokja AFDOKGI. Draft Standar Pendidikan dokter gigi Indonesia. HPEQ Project: Jakarta, 2011. 9. Pokja AIPKI. Laporan Preliminary Survey SKDI dan SPPDI. HPEQ Project: Jakarta, 2010. 10. Pokja AIPNI. Laporan Preliminary Survey Profesi Ners. HPEQ Project: Jakarta, 2010

11. Poka IBI. Laporan Survey Pelayanan Kebidanan dan Institusi Pendidikan. HPEQ Project: Jakarta, 2010.

12. Pokja AFDOKGI. Laporan Preliminary Survey Profesi Dokter Gigi. HPEQ Project: Jakarta, 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum adalah sebuah program yang disusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Jadi kurikulum bisa diartikan sebuah program yang berupa dokumen program dan pelaksanaan program. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum (curriculum plan) dirupakan dalam bentuk rincian matakuliah, silabus, rancangan pembelajaran, sistem evaluasi keberhasilan. Sedang kurikulum sebagai sebuah pelaksanan program adalah bentuk pembelajaran yang nyata-nyata dilakukan (actual curriculum).

Kepmendiknas No.232/U/2000 sendiri mendefinisikan kurikulum pendidikan tinggi sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Pendidikan Tinggi

Dalam perkembangannya, kurikulum pendidikan tinggi telah mengalami perubahan konsep dari Kurikulum Nasional tahun 1994, yang didasari Keputusan Mendikbud No. 56/U/1994, ke Kurikulum Inti dan Institusional tahun 2000, yang didasari pada Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002. Perubahan ini mengacu pada adanya masalah-masalah global atau eksternal dalam sistem pendidikan dan juga pada perubahan status otonom beberapa perguruan tinggi yang mengizinkan pendidikan tinggi untuk menentukan dan mengembangkan kurikulumnya sendiri. Perkembangan di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan adaptasi dan kreativitas agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan yang cepat tersebut. Alasan inilah yang seharusnya mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan perubahan paradigma dalam penyusunan kurikulumnya yaitu untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya dapat memahami ilmu pengetahuan namun dapat menguasai kompetensi sesuai dengan tingkat pendidikannya sehingga lulusan dapat menghadapi kehidupan masa depan dengan lebih baik serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Beberapa perubahan mendasar pada konsep kurikulum pendidikan tinggi yang dituangkan dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 antara lain: (1) luaran pendidikan tinggi yaitu kompetensi seseorang untuk dapat melakukan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan; (2) kurikulum inti merupakan penciri dari kompetensi utama, disusun oleh perguruan tinggi bersama-sama dengan pemangku kepentingan dan kalangan profesi, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dan merupakan penciri suatu lulusan program studi tertentu; (3) kurikulum institusional didalamnya terumuskan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya, yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama suatu program studi dan ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi; (4) mata kuliah dikelompokkan berdasarkan elemen kompetensinya yaitu (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan keterampilan; (c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan

ilmu dan keterampilan yang dikuasai; (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya; (5) proses pembelajaran yang dilakukan di pendidikan tinggi tidak hanya sekedar suatu proses transfer of knowledge, namun benar-benar merupakan suatu proses pembekalan yang berupa method of inquiry seseorang yang berkompeten dalam berkarya di masyarakat.*

Dengan demikian secara jelas akan tampak bahwa perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan (KBI) sesuai Kepmendikbud No.056/U/1994, ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000, mempunyai beberapa harapan keunggulan, yaitu luaran hasil pendidikan (outcomes) yang diharapkan sesuai dengan societal needs, industrial/business needs, dan professional needs; dengan pengertian bahwa outcomes merupakan kemampuan mengintegrasikan intelectual skill,knowledge dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh.

Tabel 14. Perubahan Konsep Kurikulum

Depdiknas (2002) menyatakan bahwa KBK memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, termasuk CTL (Contextual Teaching and Learning), (4) sumber belajar bukan hanya guru, melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Adapun tahapan dalam penyusunan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: (1) penetapan profil lulusan; (2) perumusan kompetensi lulusan (termasuk di dalamnya adalah perumusan kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya); (3) pengkajian kandungan elemen kompetensi; (4) pemilihan bahan kajian; (5) perkiraan dan penetapan beban

(sks) dan pembentukan mata kuliah; (6) pembentukan mata kuliah; (7) menyusun struktur kurikulum (melalui pendekatan serial dan pendekatan paralel).

Pola pembelajaran yang terpusat pada dosen (Teacher Centered Learning/ TCL) yang digunakan pada kurikulum sebelumnya kurang memadai untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis kompetensi. Oleh karena itu, pembelajaran dalam KBK didorong menjadi berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning/ CSL) dengan memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan. Terdapat beragam metode pembelajaran untuk KBK dengan pendekatan CSL, di antaranya adalah: (1) Small Group Discussion; (2) Role-Play & Simulation; (3) Case Study; (4) Discovery Learning (DL); (5) Self-Directed Learning (SDL); (6) Cooperative Learning (CL); (7) Collaborative Learning (CbL); (8)Contextual Instruction (CI); (9) Project Based Learning (PjBL); dan (10) Problem Based Learning and Inquiry (PBL). Selain kesepuluh model tersebut, masih banyak model pembelajaran lain yang belum dapat disebutkan satu persatu, bahkan setiap pendidik/dosen dapat pula mengembangkan model pembelajarannya sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

KBK di Pendidikan Profesi Kesehatan

Kurikulum pendidikan keempat profesi kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, ners dan bidan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan tinggi juga mengikuti perubahan seiring dengan perubahan kebijakan mengenai kurikulum ini. Bila sebelumnya pendidikan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan diberikan berdasarkan konten (content based) dengan pembagian per departemen/ bidang ilmu (pendekatan serial), maka sejak tahun 2005 satu persatu institusi pendidikan profesi kesehatan mulai menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang diberikan secara terintegrasi baik vertikal maupun horizontal dengan tujuan mencapai kompetensi tertentu (competence-based) yang disesuaikan dengan ciri khas masing-masing profesi.

Penerapan KBK di pendidikan kedokteran secara khusus memang telah dikawal oleh proyek HWS (Health Workforce and Service) DIKTI pada tahun 2003 hingga 2008. Proyek HWS ini secara umum mempersiapkan penerapan KBK di seluruh institusi pendidikan dokter (IPD) yang dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 2005, hingga pada tahun 2008 seluruh IPD yang ada pada saat itu (52 IPD) telah menerapkan KBK dalam pendidikannya.

Dalam perkembangannya hingga tahun 2011, penerapan KBK di dalam pendidikan profesi kesehatan masih bervariasi baik antar profesi maupun antar institusi. Setiap profesi mempunyai ciri khas tersendiri dalam penerapan KBK dalam pendidikannya. Untuk itu, Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kemendiknas melalui proyek HPEQ (Health Professional Education Quality) berusaha memfasilitasi evaluasi implementasi KBK dalam pendidikan profesi kesehatan, khususnya untuk untuk pendidikan dokter, dokter gigi dan ners. Sedangkan untuk pendidikan bidan yang selama ini masih belum menerapkan KBK, proyek HPEQ juga memfasilitasi pengarahan kurikulum pendidikan menuju kurikulum berbasis kompetensi yang juga mengacu kepada global standards dari WHO.

Seiring dengan penerapan KBK di institusi pendidikan kesehatan, dibutuhkan juga dokumen-dokumen penunjang untuk membantu pelaksanaan KBK di masing-masing institusi pendidikan profesi kesehatan seperti standar kompetensi, standar pendidikan, serta naskah akademik sistem pendidikan. Standar kompetensi masing-masing profesi tentunya merupakan bagian yang sangat penting dalam kurikulum pendidikan profesi kesehatan karena di dalamnya telah diatur kompetensi utama suatu profesi yang berlaku secara nasional dan menjadi penciri suatu lulusan profesi tertentu. Standar kompetensi yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh asosiasi institusi pendidikan bersama-sama dengan pemangku kepentingan dan organisasi profesi. Standar kompetensi ini akan digunakan sebagai acuan kompetensi dalam penyusunan kurikulum di masing-masing institusi pendidikan profesi kesehatan.

Lain halnya dengan standar kompetensi, di dalam standar pendidikan profesi serta naskah akademiknya terdapat peraturan mengenai pelaksanaan pendidikan di institusi yang juga berlaku secara nasional. Beberapa hal yang diatur dalam standar pendidikan antara lain:

program pendidikan (termasuk di dalamnya peraturan mengenai kurikulum yang digunakan), penilaian hasil belajar, mahasiswa, dosen, dan lain-lain. Standar pendidikan menjadi bagian penting dalam penerapan KBK di pendidikan profesi kesehatan karena di dalamnya diatur secara detail mengenai model, isi, struktur, komposisi dan durasi kurikulum yang digunakan di dalam pendidikan, hingga cara evaluasinya.

I. Perkembangan Kurikulum 4 Profesi dan Intervensi proyek HPEQ