BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan kesehatan merupakan sebuah sistem terintegrasi yang tidak terlepas dari peran lintas kementerian dan organisasi profesi yang terkait. Hal ini penting mengingat bahwa sistem pendidikan kesehatan melingkupi 2 hal yang berjalan bersamaan yaitu sistem pendidikan dan sistem pelayanan. Sistem pendidikan berada di bawah kemendiknas dan sistem pelayanan berada dibawah kemenkes. Organisasi pendidikan yang menaungi institusi pendidikan kesehatan seperti AIPKI, AFDOKGI, AIPNI, APKIND dan organisasi profesi kesehatan yang menaungi lulusan seperti IDI, PDGI, PPNI, dan IBI yang berstatus stakeholders juga amat diperlukan keterlibatannya dalam aliansi strategis ini dan terakhir adalah peran serta KKI (yang didalamnya meliputi KK dan KKG). Tujuan akhirnya adalah produk kebijakan yang bertujuan dalam peningkatan sistem pendidikan kesehatan.
Bila sebelum ada proyek HPEQ, koordinasi lintas kementrian dan organisasi profesi hanya sebatas pada kemungkinan kerja sama, maka saat ini melalui proyek HPEQ telah tercipta aliansi strategis antara Kemdiknas dan Kemkes dalam menyusun kebijakan untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi kesehatan. Selain Kemkes, aliansi strategis telah dilakukan oleh proyek HPEQ dengan melibatkan stakeholders yang terbentuk dalam Steering Committee (SC) dan Technical Committee (TC). SC proyek HPEQ terdiri dari pejabat eselon 1 Kemdiknas, Kemkes, Kemkeu dan Bappenas. Di sisi lain, TC proyek HPEQ terdiri dari organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan (AIPKI, IDI, AIPNI, PPNI, APKIND, IBI, AFDOKGI, PDGI); pejabat eselon 2 Kemdiknas, Kemkes, Kemkeu dan Bappenas ; KKI (KKG dan KK) ; BAN PT ; ARSPI.
Semua stakeholders dilibatkan dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan nasional, terutama yang terkait dengan sistem akreditasi dan sistem uji kompetensi. HPEQ juga memfasilitasi pelaksanaan strategic meeting lintas kementerian dan stakeholders dalam melakukan sinkronisasi regulasi sistem pendidikan khususnya pengaturan kebijakan terkait sistem akreditasi dan sistem uji kompetensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Aliansi strategis sudah dilakukan oleh lintas kementrian dan organisasi profesi sebelum adanya proyek HPEQ namun hanya dalam taraf sebatas pada kemungkinan kerja sama dan setelah proyek HPEQ ini maka telah tercipta aliansi strategis antara Kemdiknas, Kemkes, orgnisasi institusi pendidikan kesehatan, dan organisasi profesi. Misalnya saja aliansi strategis antara KKI (melalui KKG), AFDOKGI, dan PDGI telah beberapa kali melakukan pertemuan untuk menghasilkan Levelling KKNI pendidikan kedokteran gigi dan hingga saat ini masih dalam tahap penyempurnaan. Hal ini juga telah dilakukan oleh organisasi institusi kesehatan lain seperti AIPKI, AIPNI, serta AIPKIND yang bekerjasama dengan stakeholders sesuai dengan organisasi profesinya. Selain itu aliansi strategis antar organisasi intitusi pendidikan kesehatan dan organisasi profesi juga telah menghasilkan draft Naskah Standar Akademik dan draft Naskah Standar Kompetensi. Dan saat ini sedang taraf penyempurnaan dan masukan-masukan pasca dilakukan survey dan forum group discussion.
Dari hasil beberapa pertemuan lintas sektoral baik kemdiknas, kemenkes, organisasi institusi pendidikan kesehatan dan organisasi profesi, telah dihasilkan beberapa produk kebijakan yang berkaitan dengan penataan Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan dan sedang dalam tahap pengembangan. Beberapa hasil pertemuan antara organisasi institusi pendidikan kesehatan dan organisasi profesi serta stakeholders terkait antara lain :
1. Naskah Akademik Sistem Pendidikan tiap bidang dengan pencapaian Jenis, Jenjang, Gelar dan KKNI dan menggunakan sistem pendidikan terintegrasi antara akademik-profesi. Dan yang perlu ditindaklanjuti adalah kejelasan credentialing system dan career pathways untuk profesi bidan dan perawat
2. Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi dengan pencapaian yaitu draft standar pendidikan (khusus untuk profesi dokter dan dokter gigi sudah mencapai tahap revisi standar dan draft instrumen baru akreditasi untuk sistem pendidikan terintegrasi akademik-profesi), draft kompetensi (untuk profesi dokter dan dokter gigi juga sedang dalam tahap revisi standar) serta blueprint uji kompetensi. Namun yang perlu ditindaklanjuti di tahap ini adalah kewenangan legalisasi standar pendidikan (Kemendiknas) dan standar kompetensi (Kemenkes) untuk profesi bidan dan perawat 3. Rumah Sakit Pendidikan & Dosen Klinik dengan pencapaian draft naskah akademik RSP
dan RSGMP serta Draft naskah akademik dosen klinik (yang masuk dalam RUU Dikdok). Perlu kajian lebih lanjut adalah mengenai kejelasan status dan payung hukum RSGM, penyusunan peraturan tentang dosen klinik (RUU PT dan RUU Kepegawaian/ASN (naskah akademik dosen klinik sudah dibahas dengan Dit, Diktendik, Biro Hukum Diknas, tim RUU PT dan Tim RUU ASN)
Selain produk kebijakan yang berkaitan dengan penataan Sistem Pendidikan Tinggi Kesehatan yang telah dihasilkan juga kerjasama lintas sektoral yang telah dilakukan hingga 25 agustus 2011 meliputi :
1. SKB (Surat Keputusan Bersama) Alih Bina Poltekkes dan institusi milik Pemda dengan pencapaian yaitu adanya strategi ‘penyelamatan’ dan akreditasi institusi alih bina dari Kemenkes. Implemetasi Strategi ‘Penyelamatan’ untuk institusi Binaan Kemenkes adalah dengan melakukan sampling ke 4 prodi kebidanan dan 4 prodi keperawatan. Tatalurnya adalah pengiriman borang akreditasi Poltekkes ke institusi yang akan divisit (19 April 2011), dilanjutkan pengembalian borang oleh institusi yang akan divisit (25 April 2011). Hasilnya adalah dilakukan Uji Petik oleh 8 asesor BPPSDM dan 4 asesor BAN PT pada minggu 1 dan 2 Agustus 2011. Evaluasi hasil uji petik dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2011. Institusi pelaksanaan uji petik ‘Strategi Penyelamatan’ Akreditasi Poltekkes adalah: a. Prodi D3 Keperawatan Poltekkes Denpasar
b. Akper Pemprov Jawa Tengah
c. Prodi D3 Keperawatam STIKES Hang Tuah Surabaya d. Prodi D3 Keperawatam Suaka Insan Banjarmasin e. Prodi D3 Kebidanan Poltekkes Bandung
f. Akbid Pemkab Kudus
g. Akbid RSPAD Gatot SUbroto Jakarta
h. Akbid Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Uji petik dilaksanakan oleh surveyor BAN PT dan Kemenkes dengan menggunakan boring akreditasi BAN PT dan Kemenkes. Saat ini sedang dilakukan pemetaan boring akreditasi BAN PT-Kemenkes (berdasarkan hasil evaluasi uji petik) untuk disinkronkan menjadi boring akreditasi baru yang akan dipergunakan oelh BAN PT untuk mengakreditasi institusi alih bina dari Kemenkes.
Yang perlu ditindaklanjuti adalah Implikasi alih bina serta target akreditasi yaitu Mei 2012 sesuai dengan PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa semua institusi pendidikan tersebut harus sudah diakreditasi oleh BAN-PT. Dengan adanya SKB ini maka Kemendiknas melakukan pembinaan akademik terhadap penyelenggaraan pendidikan di Politeknik Kesehatan meliputi ijin penyelenggaraan, standar pendidikan, akreditasi, kurikulum, jabatan akademik dosen, dan penjaminan mutu. Sementara Kemenkes melakukan pembinaan teknis operasional terhadap penyelenggaraan pendidikan di Politeknik Kesehatan
2. SKB Uji Kompetensi dengan pencapaian yaitu kejelasan kewenangan dan kerjasama MTKI dan LPUK (Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi) serta diperlukan Revisi Permenkes 161 tahun 2010 sebagai dasar Peraturan Bersama. Peraturan Bersama ini disusun untuk :
• Menegaskan uji kompetensi sebagai exit exam
• Mengatur kewenangan MTKI dan LPUK dalam menjalankan uji kompetensi
MTKI berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dan LPUK adalah lembaga mandiri pengembang uji kompetensi tenaga kesehatan Indonesia yang didukung oleh berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari unsur institusi pendidikan, organisasi profesi, serta pemerintah. Penyusunan materi uji disusun oleh MTKI bekerjasama dengan LPUK. Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi ditetapkan oleh MTKI berdasarkan usulan dari LPUK. Draft Peraturan Bersama masih dalam pembahasan antara MTKI (Kemenkes) dan LPUK (Kemendiknas).
Yang perlu ditindaklanjuti adalah revisi Permenkes 161 tahun 2010 sebagai dasar Peraturan Bersama.
3. Pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) dengan pencapaian yaitu Keterlibatan Masyarakat Profesi untuk menyusun MoU untuk badan hukum LAM dan perlu ditindaklanjuti adalah proses badan hukum LAM dan ijin Menteri
4. Pendirian Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK) dengan pencapaian yang diperoleh adalah Kesepakatan metodologi dan blue print uji oleh semua bidang dan Pelaksanaan uji di institusi yang terakreditasi namun yang perlu ditindaklanjuti adalah penetapan status aspek legal LPUK
5. Selain itu juga dihasilkan strategi ‘Penyelamatan’ akreditasi program pendidikan Dokter & Dokter Gigi Spesialis. Target akreditasi IPD (Institusi Pendidikan Dokter) 2011 adalah 18 Institusi atau sekitar 25% (diprioritaskan untuk IPD yang masa akreditasinya kadaluarsa atau belum terakreditasi) yaitu UNBRAH, Univ Kristen Krida Wacana, UNUD, UNAND, UNDIP, UGM, UNISSULA, UNJANI, UKM, UNLAM, UMY, UNPAD, UPN Veteran, UNRI, UNS, UNSYIAH, UNSOED dan UNSRAT. 8 Institusi telah menjadi institusi uji coba instrument akreditasi baru yaitu UGM, UNMUL, UNTAN, UKRIDA, UPH, UNSRAT, UNDIP, UNAND. Sementara target akreditasi IPDG (Institusi Pendidikan Dokter Gigi) 2011 adalah 7 Institusi atau 25% (diprioritaskan untuk IPDG yang masa akreditasinya kadaluarsa atau belum terakreditasi) yaitu UGM, UNHAS, UI, USU, USAKTI, UNPAD, UNEJ. 4 Institusi telah menjadi institusi uji coba instrument akreditasi baru yaitu UI, USU, UPDMB, dan UNMAS. Target proyek HPEQ antara bulan desember 2011 – desember 2012 tercapai 50% IPD dan IPDG yang telah terakreditasi dengan instrument baru.
Dalam upaya upaya sinkronisasi penataan pendidikan tinggi bidang kesehatan yang merupakan tim strategis dalam pelayanan kesehatan dibutuhkan penambahan tiga bidang baru, yaitu gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat. Dalam implementasinya, HPEQ telah mendapatkan efisiensi dana dan akan digunakan untuk ketiga bidang baru dengan pendekatan dan template kegiatan yang sama dengan empat bidang lain. Kegiatan difokuskan untuk menyusun sistem pendidikan tinggi yang akan menjadi dasar sistem akreditasi dan untuk menyiapkan standar kompetensi yang akan menjadi dasar sistem uji kompetensi bidang tersebut
BAB III
PENUTUP
Kerjasama lintas sektoral baik antar lintas kementrian maupun dengan organiasi institusi pendidikan kesehatan dan organiasai profesi mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan kesehatan yang bermuara pada peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah penguatan organisasi. Sehingga kedepan setelah berakhirnya proyek HPEQ 2014, organiasi profesi telah mampu untuk bekerjasama antar lini organiasi profesi dan dengan pemerintah serta mampu mempertahankan kerjasama-kerjasama yang telah dihasilkan pada saat ini.