• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melejitkan Mutu Pendidikan melalui Leader Class, Mungkinkah?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Melejitkan Mutu Pendidikan melalui Leader Class, Mungkinkah?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Melejitkan Mutu Pendidikan melalui Leader Class, Mungkinkah?

Sering kita berpikir bagaimana mendongkrak mutu pendidikan. Sesering itu pula kita merasakan kegagalannya. Usaha yang dilakukan bagai menegakkan benang basah, tanpa hasil dan seakan sia-sia. Kegagalan itu ditengarai dengan rendahnya out put siswa baik dalam hal prestasi akademik, non akademik, maupun pada perilaku dan sikap siswa yang tidak menggembirakan. Banyaknya siswa/lulusan sekolah yang miskin sopan santun dan budi pekerti, membangkang nasehat orang tua dan perilaku tak terpuji lainnya, jelas itu bukan prestasi. Ironis dan memprihatinkan. Kalau sudah demikian adanya, menjadi banyak pihak yang disalahkan, walau belum tentu juga mereka yang bersalah. Idealisme untuk mewujudkan pendidikan yang bermutupun menjadi semakin jauh panggang dari api. Lantas, bagimana strategi jitu untuk mendongkrak mutu pendidikan kita? Mungkinkah program Leader Class yang diterapkan di Cilacap mampu mengatasi permasalahan itu?

Pertanyaan di atas setidaknya memiliki dua alternative jawaban mendasar yakni, sangat mungkin dan mustahil. Terwujud atau tidaknya sangat bergantung pada usaha yang dilakukan. Jika usaha yang dilakukan terarah, terprogram, terimplementasi dengan baik maka bukan tidak mungkin peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud dengan gilang-gemilang. Akan tetapi sebaliknya jika usaha yang dilakukan biasa-biasa saja maka apa yang diharapkanpun akan biasa-biasa-biasa-biasa juga, tanpa ada peningkatan, karena kata kunci yang digunakan untuk dapat mendongkrak mutu pendidikan adalah berani beda. Berbeda dalam program, berbeda dalam pelayanan, dan berbeda dalam penanganan, yang pada akhirnya nanti akan berbeda pula mutu yang dihasilkan.

Leader Class sebagai program unggulan yang pertama digagas oleh Bupati Cilacap H. Tatto Suwarto Pamuji diharapkan dapat menelurkan generasi penerus bangsa yang tangguh, yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mantap, yang memiliki kecerdasan dalam

(2)

mengolah pikir, mengolah rasa, dan mengolah raga, memiliki kesetiaan dan integritas, kejujuran dan memiliki rasa malu. Setidaknya, malu untuk melakukan sesuatu yang memalukan.

Agar harapan leader class dapat benar-benar terwujud, maka ada beberapa faktor prasyarat yang harus dipenuhinya antara lain:

a. Seleksi Siswa

Seleksi siswa diperlukan dalam penjaringan siswa leader. Ini dilakukan untuk mendapatkan siswa pilihan yang benar-benar memiliki kesiapan untuk mengikuti program-program leader. Untuk jenjang SMP dan SMU penjaringan dilakukan dengan seleksi siswa terbaik di setiap kecamatan, yang dalam pelaksanaanya ditempatkan dalam satu kelas pembelajaran, sedangkan untuk jenjang SD dipilih langsung yakni SD Al Irsyad 02 Cilacap. Seleksi siswa untuk jenjang SD dilakukan secara mandiri melalui seleksi psikologis, seleksi akademis/non akademis, wawancara, karya siswa baik berupa karya teknologi sederhana, karya seni, karya sastra, serta track record/catatan prestasi siswa.

b. Program dan Komitmen

“Rencanakan kerjamu dan kerjakanlah rencanamu”, demikian kalimat motivasi yang hendaklah senantiasa dipegang oleh setiap diri, tak terkecuali insan pendidik dan para siswa agar apa yang dilakukan bisa lebih terarah dan jelas tujuan/target yang ingin dicapai. Leader class sebagai program baru yang harapannya menjadi pembaharu dalam pendidikan, tentulah harus memiliki program yang berbeda daripada umumnya. Program baru yang dimaksud dapat berupa program kewiraan, wiyata mandala, kesehatan/pertolongan pertama, kemandirian dan kerjasama [outbond training], dan kearifan lokal. Di samping itu program yang bersifat pembinaan mental/spiritual dan budi pekerti mestilah diterapkan juga seperti kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan secara rutinitas, terprogram, spontan, maupun teladan. Pembiasaan rutinitas maksudnya adalah pembiasaan siswa untuk melakukan kebaikan-kebaikan di manapun ia

(3)

berada. Di rumah, di sekolah, dan di masyarakat misalnya dalam upacara bendera, belajar, berbaris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum memulai/mengakhiri pelajaran, dll. Pembiasaan terprogram adalah pembiasaan siswa untuk melakukan apa yang sudah diprogramkan seperti kegiatan ektrakurikuler, belajar kelompok, kunjungan sosial, klub olahraga, klub seni, pentas kreasi, kegiatan mading, dll. Pembiasaan spontan merupakan kegiatan yang dilakukan secara serta merta sesuai apa yang seharusnya dikerjakan seperti mengucap salam dan berjabat tangan ketika bertemu, menawarkan bantuan, meminta maaf jika bersalah dan mengucap terima kasih jika diberi bantuan. Sedangkan pembiasaan teladan maksudnya adalah pembiasaan yang dilakukan siswa dalam hal keteladanan pada semua perilaku terpuji.

Pembiasaan ini menjadi sangat penting dimiliki oleh siswa leader, karena hanya dengan inilah siswa belajar untuk dapat mengaktualisasikan diri mereka dalam kehidupan yang nyata. Kehidupan untuk bisa hidup bersama orang lain karena sesungguhnya seribu kata indah tidak lebih baik daripada satu perbuatan nyata, maksudnya, tindak nyata lebih baik daripada sekedar teori, atau dengan kata lain pula bahwa siswa leader hendaklah bisa membentuk kebiasaan baiknya hari ini, dengan harapan nantinya kebiasaan baiknya itulah yang akan membentuk perilaku baiknya di hari-hari mendatang.

c. Guru yang Berkompetensi

Sama halnya dengan siswa, calon guru leader class hendaknya dipilih melalui tahapan seleksi. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan guru yang mengerti betul akan perannya sebagai agent of change, guru yang bisa menjadi uswah hasanah, guru yang memiliki sikap profesional yang baik (good professional attitude), dan guru yang bisa mencetak sumber daya manusia yang berkarakter kuat, cerdas, dan mandiri karena siswa yang tangguh tentulah dicetak oleh guru yang

(4)

kreatif dan memiliki kompetensi yang baik. Empat kompetensi inti haruslah dimiliki guru untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogic dimaksudkan bahwa guru leader class harus benar-benar memiliki kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih mudah dan bermakna. Kompetensi ini meliputi kemampuan guru dalam memahami karakteristik masing-masing siswa, menguasai dan mengerti prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, memahami pembelajaran yang mendidik, serta memahami strategi dan evaluasi pembelajaran yang sesuai. Kompetensi Profesional dimaksudkan kemampuan guru untuk mengikuti perkembangan ilmu terkini, karena ilmu bersifat dinamis dan akan selalu berkembang. Oleh karena itu guru harus selalu mengup date pengetahuan dan materi pembelajaran sehingga tidak ada lagi predikat guru jadul. Kompetensi sosial guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam bersosialisasi dengan siswa, sesama guru, dan dengan masyarakat. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru terkait dengan watak, karakter, dan pribadi seorang guru. Kompetensi ini dapat dilihat dari sikap kedewasaan guru, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.

d. Strategi Pembelajaran yang Tepat

Strategi pembelajaran tentulah harus berprinsip pada keefisienan dan keefektifan. Artinya sedikit perlakuan dapat memberikan efek positif yang signifikan. Dalam hal ini yang sangat berperan adalah guru yang kreatif yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Guru yang kreatif bukanlah guru yang mengerti betul dan hapal macam-macam strategi pembelajaran luar negeri. Akan tetapi, guru kreatif adalah guru yang memiliki kecakapan dalam mengelola

(5)

pembelajaran yang diperlukan. Tak cukup bijak juga sekiranya pembelajaran di tanah air ini selalu mengacu dan mengharuskan pada strategi luar negeri yang belum tentu sesuai untuk pembelajaran dan kepribadian bangsa, Padahal Indonesia juga memiliki tokoh pendidikan yang juga mendunia, Ki Hajar Dewantara. Kita bisa menerapkan ajaran-ajarannya yang jelas berkepribadian bangsa, Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani. Atau kita bisa mengembangkan Tringanya beliau yakni Ngerti, Ngrasa, lan Nglakoni , yakni mengerti, merasakan, dan melakukan.

e. Sarana dan Prasarana yang Mencukupi

Yang dimaksud dengan sarana prasarana di sini bukanlah seperti yang telah tersebut di dalam Standar Nasional Pendidikan, tetapi lebih dari sekedar itu. Sekolah hendaknya memiliki perangkat tambahan yang dapat secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya kegiatan pembelajaran Leader Class. Perangkat tambahan itu dapat berupa peralatan permainan edukasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan ketangkasan, keberanian, kerjasama, tanggung jawab, dan percaya diri siswa misalnya flying fox, halang rintang, panjat tebing, dll. Lebih lengkap lagi jika sekolah memiliki lahan khusus yang bisa digunakan untuk pengembangan kekaryaan siswa, misalnya lahan pertanian walaupun sempit, kebun, peternakan walaupun kecil, kolam ikan dan lain sebagainya. Ini penting sekali untuk siswa leader agar mereka tidak hanya bisa teori, tetapi lebih agar mereka memiliki life skill dan “bisa berbicara” mengenai apa yang telah mereka praktikkan di lapangan. Berbicara bagaimana cara menanam dan mengolah tanah pertanian, berbicara bagaimana cara meningkatkan mutu pertanian, yang pada akhirnya bisa berpikir bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Demikian juga dalam hal peternakan dan perikanan misalnya peternakan kambing, ayam petelur, kelinci, dan kolam pemancingan. Siswa akan lebih mengetahui bagaimana perawatan

(6)

ternak, pembudidayaannya, produksi susu sapi/kambing, dan pembuatan pupuk kandang misalnya sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung. Tak mengapalah, jika berbagai kendala dan kesulitan sedikit dialami para siswa, karena yang demikian itu menjadikannya lebih dewasa dan dapat memacu daya pikir mereka untuk mencari solusi pemecahannya.

f. Pembiayaan

Jer basuki mawa bea. Segala usaha tentu membutuhkan biaya. Berusaha untuk lebih baik daripada umumnya, tentu membutuhkan biaya yang lebih pula. Sepintas memang pemenuhan kebutuhan akan pendidikan terlalu mahal. Program Leader Class yang digadang dapat menjadi pembaharu, karena program-programnya yang baru, tentu juga membawa konsekuensi dalam hal pembiayaannya. Bersyukur, Leader Class yang diprogramkan dan telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap disertai juga dukungan pembiayaannya, dengan demikian optimis pula tercapainya usaha untuk melejitkan mutu pendidikan di tanah air.

Semoga niat mulia Pemerintah Daerah Cilacap memprogramkan Leader Class dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dan dapat menelurkan generasi pemimpin bangsa yang tangguh, bermartabat, dan bermanfaat untuk orang lain karena sesungguhnya sebaik-baik orang diantara kita adalah yang paling bisa bermanfaat untuk orang lain. Semoga bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

jasa. Jangan mudah terjebak pada jargon yang dapat saja menyesatkan. Ingat perkembangan ilmu pengetahuan terus bergerak maju. Sehingga penting selalu meng -update teknologi dalam

Di samping pandangan di atas, sesuai dengan pandangannya tentang hakikat realitas yang terus mengalir, berubah, berkembang, Dewey mengemukakan bahwa pendidikan berarti

Kamu sekarang sudah mengetahui berbagai jenis satwa harapan yang dapat dibudidayakan. Bagaimana hal ini di daerahmu? Satwa harapan jenis apa yang cocok dibudidayakan?

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyimpukan bahwa: Pertama , berdasarkan analisis strategi penginjilan EE, masih sangat membantu dalam penginjilan dan

Pada waktu Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, unsur negara yang baru terpenuhi yaitu rakyat (penduduk) dan daerah (wilayah), untuk pemerintah yang berdaulat

Bertanggung jawab kepada manager atas pelaksanaan tugas yang

Simple repetition is the most dominant types of repetition that used in the body text of shampoo advertisements because the use of simple repetition in the body text of

The material of this text is suitable with students level because the writer of the textbook choose the name, culture action, cultural perspective and individual learners