• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. PADI

 Produksi padi di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 857.944 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami penurunan sebesar 24.148 ton GKG (2,74 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan produksi padi di tahun 2015 berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II) diperkirakan sebesar 850.965 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 6.979 ton GKG (0,81 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 2.658 hektar (1,86 persen), walaupun produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,65 kwintal/hektar (1,08 persen).

B. JAGUNG

 Produksi jagung di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton pipilan kering (29,46 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan produksi jagung di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 36.124 ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 4.489 ton pipilan kering (11,05 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 1.828 hektar (10,96 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,03 kwintal/hektar (0,12 persen).

C. KEDELAI

 Produksi kedelai di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 8.187 ton biji kering atau mengalami kenaikan 754 ton biji kering (10,14 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan Produksi kedelai di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 6.953 ton biji kering. Capaian produksi ini diperkirakan turun sebesar 1.234 ton biji kering (15,07 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 242 hektar (4,52 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 1,69 kwintal/hektar (11,06 persen).

No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

(ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI

PADI

TAHUN

2015

(ARAM

II)

DIPERKIRAKAN

TURUN

0,81

PERSEN

DIBANDINGKAN

PRODUKSI

TAHUN

2014

(2)

1. PENDAHULUAN

Statistik produksi tanaman pangan yang disajikan dalam BRS (Berita Resmi Statistik) ini terdiri dari luas panen, produktivitas, dan angka produksi, serta hanya mencakup komoditas padi, jagung, dan kedelai. Angka produksi tanaman pangan disajikan dalam 4 (empat) periode waktu yang berbeda, yakni ARAM I, ARAM II, ASEM, dan ATAP. ARAM I (Angka Ramalan I) terdiri dari realisasi produksi subround I (Januari April) dan angka ramalan subround II dan subround III (Mei Desember) berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan April.

ARAM II (Angka Ramalan II) terdiri dari realisasi produksi subround I dan subround II (Januari Agustus) dan angka ramalan subround III (September Desember) berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Agustus. ASEM (Angka Sementara) merupakan realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember), tetapi belum final karena menunggu sampai menjadi angka tetap (data tersedia dengan lengkap). ATAP (Angka Tetap) adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember), dan sudah merupakan angka final.

Adapun jadwal rilis ARAM, ASEM, dan ATAP di tahun 2015 melalui BRS dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Jadwal Rilis ARAM, ASEM, dan ATAP di Tahun 2015

Status Angka Jadwal Rilis BRS

Periode Subround I (Januari – April) Subround II (Mei – Agustus) Subround III (September – Desember)

1. ASEM 2014 2 Maret 2015 REALISASI 2014 (Angka Belum Final)

2. ATAP 2014 1 Juli 2015 REALISASI 2014 (Angka Final)

3. ARAM I 2015 1 Juli 2015 REALISASI 2015 RAMALAN

4. ARAM II 2015 2 November 2015 REALISASI 2015 RAMALAN

Para konsumen data perlu mencermati status angka tersebut dalam penggunaannya, baik untuk evaluasi/monitoring maupun perencanaan, dan hendaknya selalu mengacu pada hasil perhitungan yang dirilis terakhir.

2. PRODUKSI PADI

Produksi padi di Bali tahun 2014 lalu tercatat sebesar 857.944 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 24.148 ton GKG (2,74 persen) dibandingkan tahun 2013. Sementara itu, produksi padi di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 850.965 ton GKG. Capaian produksi ini diperkirakan mengalami penurunan sebesar 6.979 ton GKG (0,81 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi diperkirakan terjadi pada subround I (Januari - April) sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen). Sebaliknya, produksi pada subround II (Mei - Agustus) diperkirakan meningkat

sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen) dan produksi pada subround III (September - Desember) juga

diperkirakan meningkat sebesar 8.194 ton GKG (2,71 persen). Secara absolut maupun persentase, penurunan produksi padi relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar 7.495 ton GKG (5,62 persen).

Penurunan produksi padi di Bali selama tahun 2015 (ARAM II) diperkirakan karena adanya penurunan luas panen seluas 2.658 hektar (1,86 persen) dengan penurunan luas panen tertinggi

(3)

terjadi di Kabupaten Tabanan yang diperkirakan mencapai 1.924 hektar (5,22 persen). Selanjutnya di posisi kedua adalah Kabupaten Karangasem yang diperkirakan mengalami penurunan luas panen seluas 1.069 hektar (8,77 persen), dan di posisi ketiga adalah Kabupaten Buleleng dengan perkiraan penurunan luas panen seluas 830 hektar (3,74 persen).

Seperti diketahui bahwa El Nino effect telah memicu kekeringan pada sektor pertanian di sejumlah daerah di Indonesia tanpa terkecuali di Bali. Musim kemarau yang memicu krisis air bersih maupun irigasi dampaknya kian dirasakan oleh sejumlah petani. Akibat menurunnya debit air yang mengalir ke irigasi subak membuat tanaman padi mengalami kekeringan. Alhasil, luas panen dan produksi padi mengalami penurunan. Bayang-bayang puso atau gagal panen pun membayangi para petani. Secara umum, ada beberapa faktor sebagai penyebab penurunan luas panen padi di Bali berdasarkan ARAM II 2015, antara lain:

1. Adanya penurunan sebesar 4.271 hektar (9,60 persen) Luas Tanam Akhir (LTA), dari 44.491 hektar LTA Agustus 2014 menjadi 40.220 hektar LTA Agustus 2015 yang diakibatkan kekeringan di hampir semua wilayah karena keterbatasan air (debit air mengecil) dan perbaikan saluran irigasi seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Bangli, dan Buleleng. Pada konteks lain, ada sedimentasi saluran dam saba di Kabupaten Buleleng kurang lebih 80 cm, sehingga seluas 250 hektar tanaman padi tidak bisa di tanam.

2. Selain itu, adanya pengalihan komoditi karena sawah kurang supply air, yakni pengalihan dari komoditi padi ke tembakau seperti yang terjadi di Kabupaten Buleleng seluas 600 hektar dan 200 hektar di Kabupaten Gianyar. Selain itu, adanya pergeseran atau tunda tanam yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi di akhir tahun 2014 lalu.

3. Berdasarkan data kekeringan pada tanaman padi yang dikeluarkan UPT BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali periode tanggal 16 s/d 30 September 2015, mencatat telah terjadi kekeringan pada tanaman padi di Bali seluas 635,76 hektar yang tersebar di 6 (enam) kabupaten, yakni Jembrana 263,50 hektar (41,45%), Gianyar 170,00 hektar (26,74%), Buleleng 115,50 hektar (18,17%), Badung 46,45 hektar (7,31%), Tabanan 38,00 hektar (5,98%), dan Karangasem 2,31 hektar (0,36%). Sebagian besar atau seluas 401,45 hektar (63,14%) kekeringan yang terjadi dalam intensitas ringan. Sisanya seluas 101,00 hektar (15,89%) dengan intensitas berat, intensitas sedang seluas 87,00 hektar (13,68%), dan puso seluas 46,31 hektar (7,28%).

4. Adanya alih fungsi lahan seperti yang terjadi di Kabupaten Buleleng (Kecamatan Busungbiu, Sukasada, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan) seluas 115 hektar.

Kendati luas panen dan produksi padi diperkirakan mengalami penurunan, namun produktivitas justru mengalami kenaikan diperkirakan sebesar 0,65 kwintal/hektar (1,08%), yang lebih disebabkan penggunaan pupuk organik maupun anorganik (Urea, TSP/SP36, KCL, dan NPK) secara intensif dan hampir merata di semua kabupaten/kota, disamping penggunaan benih unggul. Selain itu, adanya program Upaya Khusus (UPSUS) turut memberi pengaruh positif bagi peningkatan produktivitas padi. Misalnya di Kota Denpasar, adanya program UPSUS yang terdiri dari bantuan jaringan irigasi, bantuan optimasi lahan, bantuan benih dan pupuk, bantuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification), bantuan traktor roda dua serta bantuan pompa air, disamping adanya pendampingan dari penyuluh, Babinsa TNI dan Mahasiswa (Perguruan Tinggi) memberi andil signifikan bagi peningkatan produktivitas padi.

(4)

Masih berdasarkan ARAM II 2015, produktivitas padi relatif tinggi (di atas angka provinsi yang mencapai 60,77 kwintal/hektar) berada di 5 (lima) kabupaten/kota, yakni Denpasar (67,41 kwintal/hektar), Jembrana (66,27 kwintal/hektar), Badung (62,97 kwintal/hektar), Klungkung (61,81 kwintal/hektar), dan Gianyar (61,76 kwintal/hektar).

Tabel 2

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015

No Uraian 2013 2014 2015 (ARAM II) Perkembangan 2013 - 2014 2014 - 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (hektar)

- Januari – April 49 880 49 801 38 498 - 79 -0,16 -11 303 -22,70 - Mei – Agustus 48 416 43 346 50 653 -5 070 -10,47 7 307 16,86 - September - Desember 52 084 49 550 50 888 -2 534 -4,87 1 338 2,70 - Januari – Desember 150 380 142 697 140 039 -7 683 -5,11 -2 658 -1,86 2 Produktivitas (kwintal/hektar) - Januari - April 58,17 59,67 61,68 1,50 2,58 2,01 3,37 - Mei - Agustus 55,26 59,57 59,76 4,31 7,80 0,19 0,32 - September - Desember 62,29 61,07 61,07 -1,22 -1,96 0,00 0,00 - Januari - Desember 58,66 60,12 60,77 1,46 2,49 0,65 1,08 3 Produksi (ton) - Januari - April 290 155 297 151 237 455 6 996 2,41 -59 696 -20,09 - Mei - Agustus 267 524 258 199 302 722 -9 325 -3,49 44 523 17,24 - September - Desember 324 413 302 594 310 788 -21 819 -6,73 8 194 2,71 - Januari - Desember 882 092 857 944 850 965 -24 148 -2,74 -6 979 -0,81

Keterangan: Kualitas Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)

Gambar 1

(5)

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi padi di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 850.965 ton GKG tersebut, Kabupaten Tabanan memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar

24,33 persen atau 207.056 ton GKG. Kedua adalah Gianyar dengan share 22,75 persen atau 193.603

ton GKG, dan ketiga adalah Buleleng dengan share 14,80 persen atau 125.952 ton GKG. Kontribusi kabupaten/kota lainnya berada di bawah 14,80 persen.

Sementara itu, bila dilihat dari sisi pola panen padi di Bali selama tahun 2015 (kondisi sampai dengan subround II) terjadi perbedaan dibandingkan dua tahun sebelumnya, dimana musim puncak panen atau panen raya terjadi di bulan Mei. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014, musim puncak panen atau panen raya terjadi di bulan April (lihat Gambar 1). Dengan kata lain, musim puncak panen atau panen raya padi di Bali pada tahun ini mundur satu bulan dibandingkan dua tahun sebelumnya. 3. PRODUKSI JAGUNG

Produksi jagung di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton pipilan kering (29,46 persen) dibandingkan tahun 2013. Sementara itu, produksi jagung di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 36.124 ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 4.489 ton pipilan kering (11,05 persen) dibandingkan tahun 2014.

Penurunan ini terjadi di dua subround, yakni pada subround I (Januari - April) turun sebesar 3.748 ton pipilan kering (11,40 persen) dan subround II (Mei - Agustus) turun sebesar 1.219 ton pipilan kering (46,47 persen). Sedangkan pada subround III (September - Desember) diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 478 ton pipilan kering (9,36 persen). Secara absolut maupun persentase, penurunan produksi jagung relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.125 ton pipilan kering (50,12 persen).

Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2015 diperkirakan karena adanya penurunan luas panen seluas 1.828 hektar (10,96 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,03 kwintal/hektar (0,12 persen). Secara absolut, penurunan luas panen relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng seluas 1.138 hektar. Sedangkan secara persentase, penurunan luas panen relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 39,03 persen.

Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen jagung, antara lain:

1. Menurunnya luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 341 hektar (29,73%) dan luas tanam di bulan Mei 2015 sebesar 128 hektar (21,33%). Sedangkan luas tanam di bulan September 2015 diperkirakan akan naik 366 hektar (78,88%).

2. Banyak tanaman jagung yang dipanen muda (jagung manis atau panen untuk sayur dan pakan ternak).

3. Faktor kekurangan air akibat kekeringan seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli (Kecamatan Kintamani) dan Klungkung (Kecamatan Banjarangkan dan Nusa Penida).

4. Adanya pengalihan komoditi ke tanaman jeruk dan rumput gajah sebagai pakan ternak sapi seperti

yang terjadi di Kabupaten Bangli.

Sementara itu, penurunan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk, dan kekurangan pasokan air akibat kekeringan. Penurunan produktivitas jagung relatif paling tinggi terjadi di Kabupaten Badung sebesar 21,05 kwintal/hektar (36,76 persen).

(6)

Tabel 3

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015

No Uraian 2013 2014 2015 (ARAM II) Perkembangan 2013 - 2014 2014 - 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (hektar)

- Januari – April 15 546 14 501 13 110 -1 045 -6,72 -1 391 -9,59 - Mei – Agustus 1 377 724 519 -653 -47,42 -205 -28,31 - September - Desember 1 300 1 460 1 228 160 12,31 -232 -15,89 - Januari – Desember 18 223 16 685 14 857 -1 538 -8,44 -1 828 -10,96 2 Produktivitas (kwintal/hektar) - Januari - April 29,01 22,68 22,22 -6,33 -21,82 -0,46 -2,03 - Mei - Agustus 39,03 36,23 27,05 -2,80 -7,17 -9,18 -25,34 - September - Desember 54,57 34,97 45,47 -19,60 -35,92 10,50 30,03 - Januari - Desember 31,59 24,34 24,31 -7,25 -22,95 -0,03 -0,12 3 Produksi (ton) - Januari - April 45 105 32 884 29 136 -12 221 -27,09 -3 748 -11,40 - Mei - Agustus 5 374 2 623 1 404 -2 751 -51,19 -1 219 -46,47 - September - Desember 7 094 5 106 5 584 -1 988 -28,02 478 9,36 - Januari - Desember 57 573 40 613 36 124 -16 960 -29,46 -4 489 -11,05

Keterangan: Kualitas Produksi Jagung adalah Pipilan Kering

Gambar 2

(7)

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 36.124 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 45,79 persen atau 16.540 ton pipilan kering. Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan share sebesar 22,90 persen atau 8.274 ton pipilan kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 14,56 persen atau 5.258 ton pipilan kering. Sedangkan share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 14,56 persen.

Sementara itu, pola panen jagung pada tahun 2015 (kondisi sampai dengan subround II) agak sedikit berbeda dengan pola panen di tahun 2014, namun sama dengan pola panen di tahun 2013. Selama subround I hingga subround II (Januari - Agustus) tahun 2014, puncak panen jagung terjadi di bulan Februari. Sedangkan di tahun 2015 dan 2013 terjadi di bulan Maret atau mundur sebulan dari kondisi puncak panen di tahun 2014 (lihat Gambar 2).

4. PRODUKSI KEDELAI

Produksi kedelai di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 8.187 ton biji kering atau naik 754 ton biji kering (10,14 persen). Sementara itu, produksi kedelai di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan mencapai 6.953 ton biji kering. Angka ini mengalami penurunan sebesar 1.234 ton biji kering (15,07 persen). Penurunan produksi kedelai terjadi pada subround II (Mei - Agustus) sebesar 1.189 ton biji kering (19,96 persen) dan pada subround III (September Desember) sebesar 123 ton biji kering (6,51 persen). Sebaliknya, kenaikan produksi justru terjadi pada subround I (Januari - April) sebesar 78 ton biji kering (22,94 persen). Secara absolut, penurunan produksi kedelai relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 1.115 ton biji kering. Sedangkan secara persentase, penurunan produksi kedelai relatif tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar 86,05 persen.

Penurunan produksi kedelai di Bali ini diperkirakan karena adanya penurunan luas panen sebesar 242 hektar (4,52 persen) sebagai akibat penurunan luas tanam dan pengalihan ke komoditi lain seperti semangka atau melon yang terjadi di Kabupaten Jembrana, serta jagung manis di Kabupaten Klungkung. Selain itu, masalah ketersediaan air (supply air berkurang) dan perbaikan saluran irigasi juga menjadi penyebab penurunan luas panen kedelai. Sementara itu, penurunan produktivitas sebesar 1,69 kwintal/hektar (11,06 persen) lebih disebabkan karena kurangnya pemeliharaan serta akibat kekurangan air, dimana 600 hektar kedelai yang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar misalnya, dialihkan atau dipindahkan lokasinya ke tempat yang terkena perbaikan saluran irigasi kendati masih memungkinkan dalam penanaman kedelai di kecamatan tersebut.

Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi kedelai di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 6.953 ton biji kering tersebut, Kabupaten Jembrana memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 30,68 persen atau 2.133 ton biji kering. Kabupaten Badung menempati posisi kedua dengan share sebesar 21,65 persen atau 1.505 ton biji kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 21,16 persen atau 1.471 ton biji kering. Sedangkan share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 21,16 persen.

Sementara itu, pola panen kedelai pada subround I hingga subround II (Januari - Agustus) tahun 2015 sangat berbeda dengan pola panen di tahun 2014 maupun 2013. Puncak panen kedelai di tahun 2015 terjadi di bulan Juni, sedangkan di tahun 2014 dan 2013 terjadi di bulan Juli. Dengan kata lain, puncak panen kedelai di tahun 2015 maju sebulan dari kondisi puncak panen di tahun 2014 dan 2013 (lihat Gambar 3).

(8)

Tabel 4

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015

No Uraian 2013 2014 2015 (ARAM II) Perkembangan 2013 - 2014 2014 - 2015 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Luas Panen (hektar)

- Januari – April 518 223 248 -295 -56,95 25 11,21 - Mei – Agustus 3 321 3 787 3 581 466 14,03 -206 -5,44 - September - Desember 1 766 1 347 1 286 -419 -23,73 -61 -4,53 - Januari – Desember 5 605 5 357 5 115 -248 -4,42 -242 -4,52 2 Produktivitas (kwintal/hektar) - Januari – April 14,54 15,25 16,85 0,71 4,88 1,60 10,49 - Mei – Agustus 12,50 15,73 13,31 3,23 25,84 -2,42 -15,38 - September - Desember 14,31 14,03 13,74 -0,28 -1,96 -0,29 -2,07 - Januari - Desember 13,26 15,28 13,59 2,02 15,23 -1,69 -11,06 3 Produksi (ton) - Januari – April 753 340 418 -413 -54,85 78 22,94 - Mei – Agustus 4 152 5 957 4 768 1 805 43,47 -1 189 -19,96 - September - Desember 2 528 1 890 1 767 -638 -25,24 -123 -6,51 - Januari - Desember 7 433 8 187 6 953 754 10,14 -1 234 -15,07

Keterangan: Kualitas Produksi Kedelai adalah Biji Kering

Gambar 3

(9)
(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Tri Erwandi, SE, M.Si.

Kepala Bidang Statistik Produksi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Bagi akademik dapat menjadi acuan dan pedoman dalam penelitian selanjutnya tentang Pengaruh Kurikulum, Media Pembelajaran, Kemampuan Mengajar dan Supervisi

Oleh karena itu hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan tingkat pen- didikan formal istri/suami terhadap banyaknya tanggungan keluarga terha-

Penelitian ini difokuskan pada lirik lagu ciptaan Efek Rumah Kaca dalam album Sinestesia yaitu “ Merah dan Biru ” Lirik-lirik lagu tersebut bersifat puitis dan memiliki

Ilmu matematika berkaitan dengan teknologi dan cara mencari tahu tentang pengukuran secara sistematis, sehingga matematika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan konsentrasi gula pada sirup bonggol nanas dihasilkan yang terbaik adalah sirup bonggol nanas

Sebelum dilakukan analisis perhitungan biaya terlebih dahulu dilakukan analisis tehnik terhadap ide-ide alternatif tiang pancang terpilih pada

Besarnya penurunan indeks yang diterima petani pada bulan ini terutama dipicu oleh turunnya harga beberapa jenis komoditas pertanian, antara lain harga gabah turun 4,81 persen dengan

Sedangkan skor angket siswa memiliki respon positif terhadap motivasi belajar melalui penerapan media pembelajaran berbasis macromedia flash 8.0 karena dari siklus