• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM OPERASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM OPERASIONAL"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ANALISIS SISTEM OPERASIONAL

3.1

Perusahaan

Saat ini di Indonesia terdapat banyak sekali Internet Service Provider (ISP). Pada prinsipnya, untuk mendirikan suatu ISP dibutuhkan izin penyelenggaraan ISP yang dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan atas rekomendasi dari Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel). ISP disini hanya dibatasi pada perusahaan yang memberikan jasa akses ke Internet bukan perusahaan jasa informasi atau aplikasi Internet seperti warnet. Ditjen Postel akan memberikan izin berdasarkan pertimbangan kepentingan umum, penilaian atas kesiapan, dan kemampuan dari badan usaha yang mengajukan permintaan untuk menyelenggarakan jasa penyedia Internet. Berdasarkan data yang ditemukan dari Internet, jumlah ISP di Indonesia mencapai angka 200 buah walaupun hampir separuhnya terindikasi ilegal atau tidak memiliki izin. PT. Bonet Utama merupakan salah satu ISP dengan izin yang legal untuk menyelenggarakan jasa penyediaan Internet khususnya di kota Bogor.

3.1.1 Profil Perusahaan

PT. Bonet Utama atau PT. Bogor Internet yang merupakan sub network dari PT. Indonet, Jakarta, salah satu Penyelenggara Jasa Internet pertama di Indonesia. PT. Bonet Utama diprakarsai oleh Dipl. Ing. Dipl. Kfm Sudjaja Wira dan Ir. Michael S. Sunggiardi yang diresmikan tanggal 1 Juli 1995 sebagai ISP pertama di Bogor. PT. Bonet Utama

(2)

telah memiliki satu kantor pusat yang berlokasi di Jalan Pajajaran No. 88 F Bogor, dan beberapa kantor cabang yang tersebar di kota Bogor dengan fasilitas yang lebih baik.

Pada tahun 1998 PT. Bonet Utama mengadaptasikan teknologi akses digital, yaitu dengan menempatkan dua sambungan E1 dari PT. Telkom, sehingga saluran telepon seluruhnya sudah mencapai 60. Perkembangan yang cepat menyebabkan PT. Bonet Utama menambah kembali saluran E1 dari dua saluran menjadi empat buah, sehingga totalnya menjadi 120 saluran modem digital yang bisa mencapai kecepatan sampai 50 Kbps.

Sebagai penyelenggara Jasa Internet (Internet Service Provider) pertama di kota Bogor, saat ini PT. Bonet Utama telah memiliki 150 saluran modem. Bandwidth sebesar 4 Mb diperoleh melalui jaringan XL dengan menggunakan teknologi Wireless LAN. Selain itu PT. Bonet Utama juga telah memiliki 4 port untuk layanan Internet dimana terdapat 2 port untuk akses digital.

Pesatnya perkembangan teknologi tidak membuat PT. Bonet Utama berdiam diri saja, tetapi harus mengikuti perkembangannya. Sehingga pada saat ini selain menyediakan akses internet dengan menggunakan koneksi Dial Up, PT. Bonet Utama juga menyediakan teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line). LC (Leased Channel), Wireless LAN dan memperkenalkan konsep RT-RW Net keseluruh pelosok Indonesia dimana konsep ini bertujuan dengan biaya yang relatif murah dan tanpa harus tergantung dengan infrastruktur yang dimiliki oleh Telkom, maksudnya adalah tanpa menggunakan jalur telepon sama sekali.

(3)

3.1.2 Struktur Perusahaan

Gambar 3.1 Struktur organisasi PT. Bonet Utama 2005– 2010

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pimpinan perusahaan merupakan Managing Partner dimana kursi kepemimpinan tidak hanya dikuasai oleh satu orang saja, melainkan oleh dua orang yang dapat saling bekerja sama dan berstatus sebagai Direktur dari PT. Bonet Utama. Dalam pelaksanaan secara langsung, pimpinan dipegang oleh seorang General Manager yang tugasnya akan dibantu oleh Internal Auditor dan Sekretaris. General Manager ini juga membawahi empat divisi yang ada di PT. Bonet Utama, yaitu divisi Marketing, Technical, Keuangan, dan Personalia.

(4)

Divisi Marketing membawahi dua bidang pekerjaan, yaitu Personal Service yang akan melayani perorangan dalam lingkup Dial Up dan RT/RW-Net dan Corporate Service untuk pelayanan dalam lingkup ADSL, Wireless Connection, dan Web Service / IT Consultant.. Divisi Technical Department terbagi menjadi Customer Support yang bertugas untuk menjalin hubungan baik dengan pelanggan dan Technical Support yang didalamnya termasuk Network Operation Center, Server Admin dan teknisi yang dapat langsung memantau serta memperbaiki apabila suatu kerusakan atau masalah terjadi sehingga situasi menjadi terkendali. Mengenai masalah Keuangan, Kasir dan Kurir berada dibawah divisi Keuangan, sedangkan Divisi Personalia bertugas sebagai General Support yang mengurusi bagian Logistik / Inventaris mengenai barang atau peralatan milik PT. Bonet Utama dengan mencatat segala aset PT. Bonet Utama agar dapat terstruktur dengan baik baik kesediaan dan penyimpanannya, House Keeping yang menjaga kantor PT. Bonet Utama tetap bersih dan nyaman juga termasuk dalam sub-divisi General Support.

3.2 Sistem yang Sedang Berjalan

Gambar 3.2 adalah topologi jaringan global yang sedang berjalan pada PT. Bonet Utama pada tahun 2005 beserta penjelasannya.

(5)
(6)

Penjelasan :

ƒ Saat ini PT. Bonet Utama memiliki bandwitdh sebesar 4 Mbps dari yang diambil dari dua buah Link XL, yakni XL-1 dan XL-2 karena masing-masing saluran hanya memiliki batas maksimal sebesar 2 Mbps, maka PT. Bonet Utama mengambil 2 buah saluran.

ƒ Saluran tersebut masing masing akan masuk ke router Cisco 2500 di Bubulak yang kemudian diteruskan ke PC router MultiLink yang berbasiskan sistem operasi Linux. PC router ini memiliki 3 interface, 2 interface digunakan untuk menerima Link XL dan 1 lagi untuk digunakan sebagai LAN dengan IP 202.53.235.49/30.

ƒ Lalu dari router MultiLink, sinyal kemudian diteruskan dengan antena direksional 5,8 GHz ke kantor PT. Bonet Utama yang berada di Jalan Raya Pajajaran (+/- 4 km). Alasan menggunakan Antena 5,8 GHz adalah agar lebih stabil dan bebas dari interferensi karena sambungan ini merupakan Backbone perusahaan.

ƒ Di kantor PT. Bonet Utama, transmisi dari XL juga akan diterima oleh antena direksional yang kemudian akan diteruskan ke PC router GatotKaca yang memiliki 2 interface yaitu 202.53.235.50/30 dan 202.159.43.1/28 sebagai NAT dari RT/RW-Net.

ƒ Sambungan dilanjutkan menuju switch merk Compex lalu ke server proxy (Squid) dengan IP 202.53.235.54/30 dan PC router Mikrotik sebagai manajemen bandwidth dengan IP 202.159.43.8/28.

ƒ Sebagai penghubung jaringan RT/RW-Net dengan manajemen bandwidth, PT Bonet Utama menggunakan switch merk Cisco.

(7)

ƒ Dari switch Cisco, sinyal akan dihubungkan ke kantor cabang PT. Bonet Utama yang diberi nama Internet Paradise (+/- 3km) dengan menggunakan antena 2,4 GHz yang akan diterima oleh PC Router dengan 2 interface yaitu 202.159.43.2/28 untuk terhubung dengan kantor utama dan 202.159.62.1/24 yang digunakan untuk LAN pada Internet Paradise dengan switch dari Internet Paradise.

ƒ Switch dari Internet Paradise juga akan menghubungkan PC router dengan 2 interface yaitu 202.159.62.20 sebagai LAN dan 192.168.0.1/24 sebagai RT/RW gateway Corporate.

ƒ Selanjutnya dari switch Cisco di Jalan Pajajaran akan masuk juga ke PC Router Abimanyu dengan IP 202.159.43.3 yang memiliki 4 interface. Salah satunya adalah IP 202.159.24.1/26 untuk dilanjutkan dengan antena direksional 2,4 GHz ke RT/RW-Net di Baranang Siang Indah (BSI).

ƒ Di BSI sinyal antena akan ditangkap dan masuk ke PC dengan 2 interface yaitu 202.159.24.10/26 dan 192.168.123.1/26 yang akan dijadikan gateway dari RT/RW-Net.

ƒ Percabangan lain dari switch Cisco pada kantor di jalan Pajajaran adalah yang akan menghubungkan antena direksional 2,4 GHz ke Plasa Ekalokasari (+/- 3km) yang akan diterima PC router 202.159.43.4/28 dan 192.168.100.1/24 akan menjadi gateway RT/RW-Netnya.

ƒ Dari kantor utama PT.Bonet Utama juga terdapat PC router dengan alamat IP 202.159.43.5/28 dengan gateway 192.168.1.1/24 untuk RT/RW-VIP Nakula. ƒ Selain itu juga terlihat bahwa di kantor PT. Bonet Utama terdapat jalur yang

(8)

berhubungan dengan Telkom untuk melayani user yang menggunakan fasilitas Dial Up melalui saluran telepon.

ƒ PT. Bonet Utama menggunakan 2 GHDSL untuk mendapatkan bandwidth 3 Mbps karena 1 GHDSL hanya akan mendapatkan bandwidth 1,5 Mbps dari Telkom dan juga dapat digunakan sebagai cadangan.

ƒ Link Telkom menggunakan Remote Access Server (RAS) merk Cisco dengan IP 202.159.45.129/25 yang masuk ke switch Telkom yang dilanjutkan ke PC router Arjuna dengan IP 202.159.45.1/25 dan agar terhubung dengan kantor PT. Bonet Utama digunakan juga IP 202.159.43.6/28 dan 202.159.43.9/28.

Gambar 3.3 berikut menunjukkan alur transmisi data bagi pelanggan di RT/RW-Net BSI dari kantor PT. Bonet Utama hingga sampai di rumah mereka.

ƒ Dari switch VIP pada Gambar 3.2, ditarik kabel UTP menuju access point dengan merk smartBridges yang sebelumnya disambung dengan surge protector untuk kabel UTP (merk APC). Karena kotak access point berada diatas tower, kabel UTP dan kabel listrik dimasukkan kedalam pipa paralon yang berfungsi sebagai pelindung dari air hujan dan petir.

ƒ Didalam kotak switch terdapat sumber listrik untuk menyalakan access point serta kipas yang berfungsi untuk mendinginkan access point.

ƒ SmartBridges akan dihubungkan ke antena menggunakan pigtail dengan konektor tipe SMA (SubMiniature version A) -male. Namun harus melalui surge protector yang menggunakan konektor female untuk menanggulangi dari bahaya petir.

(9)

ƒ Surge protector disini juga terhubung dengan grounding, sehingga tegangan akan langsung dialirkan kebawah.

ƒ Antena akan terhubung dengan surge protector dengan konektor N-Male.

ƒ Karena petir merupakan ancaman utama bagi ISP yang menggunakan jaringan wireless, di tower juga dipasang penangkal petir yang juga langsung terhubung dengan grounding. Penangkal petir letaknya sengaja dibuat lebih tinggi dari antena.

ƒ PT. Bonet Utama menggunakan antena direksional dengan gain antena 24 dBi untuk memancarkan gelombang radio 2,4 GHz ke antena penerima di BSI dan akan ditangkap dengan antena direksional yang serupa.

ƒ Antena direksional di BSI akanterhubung juga dengan konektor N-male ke surge protector dan pigtail SMA berjenis male menuju access point.

ƒ Access point untuk antena direksional di BSI juga menggunakan jenis smartBridges karena smartBridges tidak mendukung koneksi multipoint .

ƒ Setelah dari smartBridges, akan keluar kabel UTP yang menuju PC router yang bekerja sebagai bridge di BSI, dan masuk ke switch untuk kemudian dihubungkan menuju antena sektoral.

ƒ Antena sektoral di BSI dihubungkan dengan access point jenis AP2000 dan beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dengan antena gain 15 dBi diarahkan kepada pelanggan PT. Bonet Utama di BSI.

ƒ Pelanggan PT. Bonet Utama pada komplek BSI akan dapat menangkap sinyal radio dari antena sektoral menggunakan antena direksional dengan antena gain 15 dBi.

(10)

ƒ Antena di rumah pelanggan juga dilengkapi surge protector dan penangkal petir sebelum masuk ke access point seperti Compex WP11B+ atau D-Link DWL2000, dan akhirnya diteruskan dengan kabel UTP yang akan menuju PC pelanggan.

(11)
(12)

3.2.1 Spesifikasi Teknis

Berikut adalah spesifikasi teknis yang berjalan pada PT Bonet Utama :

3.2.1.1 Personal Computer (PC) Sebagai server dan router

Untuk menghemat biaya, PT. Bonet Utama memilih untuk menggunakan PC biasa untuk dijadikan sebagai server dan router. Jumlah PC server ini kurang lebih 24 buah masing-masing memiliki spesifikasi teknis yang sama seperti misalnya menggunakan generasi prosesor Intel Pentium IV ke atas dengan RAM dari 512 Mb – 1024 Mb serta memiliki space hard disk tergantung kebutuhan setiap server. Untuk web hosting misalnya, PC server yang digunakan memiliki kapasitas sebesar 80 Gb pada hard disknya sedangkan untuk PC yang hanya bertindak sebagai DNS server, kapasitas hard disk yang digunakan relatif lebih kecil. Contoh penggunaan PC server ini di PT. Bonet Utama antara lain misalnya untuk Web Hosting, Bulux Server, mail.sunggiardi.com, istidata, situs www.bogor.net, panel situs www.bogor.net, billing situs www.bogor.net, DNS server, proxy server PT. Bonet Utama, server mail.bogor.indo.net, server noc.bogor.net, bandwidth limiter, dan server situs www.forda.org. Sedangkan untuk PC router terdapat 3 buah PC yang difungsikan sebagai router dengan RouterOS MikroTik.

(13)

Gambar 3.4 Ruang Server di Kantor Utama PT Bonet Utama

3.2.1.2 Switch

Switch yang digunakan oleh PT. Bonet Utama mayoritas menggunakan switch 16 port dengan merk Compex tipe DS2216 dengan kecepatan hingga 10/100 Mbps dan Compex pocket switch tipe PS2208B, yang akan diletakkan pada kotak kotak switch di lokasi sekitar RT/RW-Net. Compex dipilih karena tidak terlalu mahal, namun dapat memberikan performa yang stabil dan memang cocok untuk untuk perusahaan kelas menengah. Dengan bentuk yang memiliki dua pembatas di kiri dan kanannya dapat menjadikannya lebih aman bila switch tersebut akan diletakkan dengan cara bersusun ke atas. Dengan adanya 16 port indikator di depan dapat dengan mudah melihat hardware yang terhubung dengan baik pada switch tersebut.

(14)

Terkecuali titik-titik tertentu yang merupakan backbone menggunakan switch 24 ports Cisco Catalyst 2950. Dengan kemampuan forwarding bandwidth sebesar 13.6 Gbps, Switch Cisco Catalyst 2950 dapat meneruskan paket data dengan kecepatan performa kepada semua port yang terhubung. Switch Cisco ini juga sangat mendukung service terhadap router dan server dengan performa yang tinggi serta mendukung dengan sekuritas yang ada pada RADIUS server.

Gambar 3.6 Switch Cisco Catalyst 2950

Gambar 3.7 Kotak switch di RT/RW-Net BSI

3.2.1.3 Surge Protector

Petir dan tidak stabilnya listrik dapat merusak segala perlengkapan elektronik. Maka sebelum kabel coax dari antena sampai ke access point, terdapat surge protector yang akan meredam lonjakan daya akibat petir. Perubahan listrik juga dapat menyebabkan hilangnya data. PT. Bonet Utama

(15)

menggunakan Surge Protector APC untuk mengatasi masalah dari ancaman listrik tersebut secara maksimal untuk komputer dan perlengkapan listrik lainnya.

Gambar 3.8 APC Surge Protector

Gambar 3.9 Surge Protector dari Antena Menuju Access Point

3.2.1.4 Router

Router yang digunakan PT Bonet Utama kebanyakan berupa PC router yang digunakan untuk menangani bagian yang berbeda-beda, ada yang berupa server mail dan berupa server proxy, dsb. Namun router yang digunakan dari koneksi backbone XL adalah Router Cisco 2500 yang menyediakan solusi percabangan yang luas termasuk integrasi model router / hub dan akses router / access server. Router Cisco 2500 juga dilengkapi dengan Cisco IOS software

(16)

yang mendukung bantuan routing yang sudah sebagian besar digunakan untuk Network Protocol, termasuk IP, Novell IPX dan cakupan luas protokol routing.

Gambar 3.10 Router Cisco seri 2500

3.2.1.5 Antena Luar

Antena luar yang digunakan PT. Bonet Utama ada yang berupa antena direksional dan antena sektoral. Antena direksional yang banyak digunakan sekarang ini sudah dapat dibuat di Indonesia. PT. Bonet Utama memesan antena direksional hiperbola yang dibuat oleh Johanes Sumaryo (sumaryo@netadsl.net) secara profesional dan dengan harga yang ekonomis. Model seperti ini mempunyai rasio kehandalan yang tinggi dan telah terbukti dapat bertahan dari angin yang kencang sekalipun. Antena direksional ini dapat menjangkau jarak 1 – 2 km tanpa ada masalah. Antena direksional ini dipasang di tempat pelanggan yang nantinya akan terarah ke tower antena sektoral dan lalu masuk ke router.

Untuk melayani pelanggan RT/RW-Net, PT Bonet Utama mengunakan antena sektoral, PT. Bonet Utama menggunakan 3 buah antena sektoral yang satu buah antenanya dapat mencakup 120۫ dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat mencakup 360۫ . Sehingga pelanggan RT/TW-net di BSI yang berada disekeliling tower dapat terjangkau dengan sempurna.

(17)

Gambar 3.11 Antena Direksional Bonet Gambar 3.12 Antena Sektoral Bonet

Towernya sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.13. Pemasangan tower ini cukup sulit karena daerah perumahan BSI yang terhalang oleh perbukitan dan berada di daerah yang rendah.

Gambar 3.13 Tower Antena PT. Bonet Utama di komplek BSI

Gambar 3.13 adalah gambaran jangkauan sinyal radio yang digunakan oleh PT. Bonet Utama untuk mencapai klien-klien pada RT/RW-net dan

(18)

pelanggan corporatenya di kota Bogor. Seperti yang terlihat pada gambar, hampir separuh dari kota Bogor telah terjangkau oleh jaringan nirkabel PT. Bonet Utama.

Gambar 3.14 Peta Bogor Serta Wilayah Cakupan Antena Sektoral PT. Bonet Utama

3.2.1.6 Kabel Coax

Kabel coax adalah kabel yang digunakan untuk menghubungkan antena dengan pemancar atau penerima. Kabel ini mempunyai impedansi spesifik. Yang digunakan PT. Bonet Utama adalah kabel coax yang memiliki impedansi 50 ohm

(19)

dan bertipe kabel LMR400 namun memiliki redaman/10 meter sebesar 2.2dB pada frekuensi 2.4GHz. Untuk menghubungkan card WLAN yang terpasang dengan kabel coax LMR, dibuat penghubung konektor yang berbeda yang biasa disebut sebagai pig tail.

Gambar 3.15 Pigtail Gambar 3.16 kabel coax LMR400

3.2.1.7 Global Positioning System (GPS)

Untuk menandakan suatu antena berada disuatu posisi tertentu, maka diperlukan GPS yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan. Dengan adanya GPS ini maka akan tercatat berupa arah, jarak, dan ketinggian dimana posisi antena baik itu untuk antena direksional maupun antena sektoral.

(20)

3.2.1.8 Access Point

PT. Bonet Utama menggunakan merk Compex dengan tipe WP11B+, sebagai access point, karena harganya relatif murah dan mudah untuk proses instalasinya. Dengan konfigurasi melalui web based, maka access point ini dapat dikonfigurasi dengan mudah baik itu secara lokal maupun secara remote access. Khususnya lagi, Compex WP11B+ ini juga mendukung fasilitas authentikasi standar IEEE 802.1x sehingga klien WLAN dapat melakukan authentikasi melalui RADIUS server yang dapat menjadikan jaringan lebih aman dan terkontrol.

Gambar 3.18 Compex WP11B+

PT Bonet Utama juga menggunakan smartBridges sebagai Access Point dari antena link XL Bubulak sebagai backup, serta untuk menjangkau pelanggan yang tidak tercapai oleh antena sektoralnya. Hal ini disebabkan karena smartBridges dapat memberikan tenaga yang cukup untuk mengantarkan data dengan handal serta walaupun jarak operasinya yang relatif jauh. smartBridges airPoint-PRO model sB2510 yang digunakan PT. Bonet Utama, memang dibuat

(21)

untuk segala kondisi iklim dan temperatur diantara -40۫ C sampai 65۫ C. Selain itu smartBridges ini juga dapat diinstalasi dimana saja, baik itu didalam maupun diluar ruangan. airPoint-PRO model sB2510 dilengkapi dengan pilihan tingkat keamanan. Terdapat juga keamanan enkripsi WEP yang menggunakan kunci sebesar 40-bit. Sebagai tambahan airPoint-PRO ini juga dapat meningkatkan kunci enkripsi menjadi 64-bit atau 128-bit untuk keamanan tingkat tinggi, dan termasuk pembatasan tingkat MAC sehingga klien didaftar berdasarkan alamat MACnya.

Jaringan nirkabel yang mencakup lokasi luas perlu untuk memberikan kualitas yang baik kepada pelanggannya. Dengan smartBridges hal tersebut dapat diatasi dengan ekonomis dan kehandalan yang akan berakhir dengan kepuasan pelanggan. smartBridges airPoint-PRO model sB2510 akan menghilangkan batas jarak dan akan memberikan pengeluaran yang efektif dan tahan lama untuk keperluan ISP nirkabel.

www.nss.pl Gambar 3.19 SmartBridges

(22)

3.2.2 Keamanan

Sistem keamanan yang sedang berjalan pada PT. Bonet Utama terdiri dari beberapa konfigurasi yang cukup penting, yaitu :

• PC router dan beberapa server penting pada jaringannya telah dilengkapi dengan password yang memenuhi standar keamanan, misalnya terdiri dari 8 karakter atau lebih dan merupakan kombinasi antara huruf dan numerik. Dengan demikian ancaman melalui brute force ataupun dictionary attack dapat dipersulit. Untuk mengukur tingkat keamanan sebuah password, digunakan fitur http://www.securitystats.com/tools/password.php. selain itu dalam pemilihan password yang baik juga harus didasari pada pengetahuan tentang cara kerja brute force atau dictionary attack tersebut.

• Untuk membatasi hak akses menuju server-server yang penting seperti misalnya akses remote ke MikroTik, maka port-port tertentu akan diblok dari publik dan dibuka hanya bagi alamat IP tertentu.

Sedangkan untuk keamanan jaringan nirkabelnya PT. Bonet Utama menggunakan metode Wired Equivalent Privacy (WEP) yaitu dengan memberlakukan sebuah password terenkripsi yang harus dimasukkan ketika akan melakukan koneksi kedalam jaringan nirkabel PT. Bonet Utama. Enkripsi yang dapat digunakan WEP 64 bit atau WEP 128 bit. Perbedaannya adalah, bila menggunakan WEP 64 bit, key dapat berupa 5 buah karakter alphanumerik atau 10 buah karakter hexadesimal. Sedangkan WEP 128 bit terdiri dari 13 karakter alphanumerik dan 26 hexadesimal. Semakin panjang bit untuk enkripsi yang digunakan semakin sukar data tersebut dibuka. Akan tetapi, waktu yang diperlukan untuk proses membuka/mengenkripsi data yang dikirim juga akan semakin lama.

(23)

3.3

Hasil Dari Kuisioner

Untuk memperoleh hasil penelitian yang relevan, perlu dipahami dan dimengerti pandangan serta penilaian pelanggan terhadap kinerja jaringan Internet serta memahami tingkat kebutuhan pelanggan dari PT. Bonet Utama. Untuk itu, dengan bantuan pihak PT. Bonet Utama, disebarkan kuisioner kepada 117 pelanggan di perumahan BSI sebagai responden. Responden kuisioner ini berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, wiraswastawan, dan karyawan kantor. Kuisioner yang kembali berjumlah 38 buah. Penggunaan sampel sebanyak 38 dari 117 user di BSI, dinilai sudah cukup mewakili populasi yang ada (32,4 %) karena umumnya sampel diambil minimal 10% dari populasi yang berjumlah besar (di atas 100). Sampel yang diambil adalah adalah 8 orang pelajar, 19 orang karyawan, 9 orang pensiunan, dan 2 orang pastor, yang secara total terdiri dari 31 pria dan 7 wanita Hasil kuisioner yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Hasil Kuisioner

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Lama menjadi pelanggan PT. Bonet Utama

Lebih dari 1 tahun : 33 org 6 bulan – 1 tahun : 5 org

2 Lama penggunaan Internet dalam 1 hari

3 – 6 jam : 13 org > 9 jam : 10 org 6 – 9 jam : 9 org < 3 jam : 6 org

(24)

3 Prioritas penggunaan Internet Browsing / Download : 16 org Email : 9 org Browsing & Email : 6 org Game : 4 org Chatting : 2 org Email, Browsing, dan

Chatting : 1 org 4 Pernahkah menggunakan koneksi

Dial Up

Pernah : 32 org Belum : 6 org

5 Kehandalan koneksi Dial Up Kurang : 17 org Cukup : 12 org Tdk ada pilihan karena

belum pernah : 5 org Baik : 3 org Sangat kurang : 1 org 6 Bagaimana perbandingan koneksi

Dial Up dengan wireless

Lebih baik wireless : 14 org Sama saja : 11 org Lebih buruk : 8 org Tidak Memilih : 5 org 7 Apakah pernah menggunakan

cable modem

Belum : 31 org Sudah : 7 org

(25)

8 Bagaimana kehandalan cable modem

(1 sample tidak valid)

Tidak memilih : 30 org Baik : 3 org Sangat Baik : 2 org Cukup : 2 org Kurang : 1 org 9 Bagaimana perbandingan koneksi

cable modem dengan wireless

Tidak memilih : 30 org Lebih baik wireless : 7 org Sama saja : 1 org 10 Keunggulan apa yang diharapkan

dari PT. Bonet Utama

Stabil, cepat, dan murah : 16 org Cepat : 10 org Murah : 4 org Stabil : 3 org Stabil dan cepat : 2 org Murah dan cepat : 1 org Stabil dan murah : 1 org 11 Bagaimana perhitungan biaya

koneksi Internet yang diharapkan

Pemakaian 24 jam, investasi

mahal dan bandwidth terbatas : 18 org Tidak memilih : 9 org Berdasarkan lama pemakaian : 6 org Berdasarkan jumlah data yang

ditransmisikan : 4 org Berdasarkan lama pemakaian &

(26)

Dari hasil kuisioner, dapat dilihat bahwa pelanggan PT. Bonet Utama pada umumnya menggunakan koneksi Internetnya selama kira-kira 3 sampai 6 jam yang digunakan untuk melakukan browsing atau download. Pelanggan juga umumnya sudah pernah menggunakan koneksi Dial Up, dan menilai bahwa koneksi Internet PT. Bonet Utama lebih baik. Sedangkan untuk perbandingan koneksi dari PT. Bonet Utama dengan cable modem, tidaklah dapat dijadikan patokan karena ternyata para pelanggan PT. Bonet Utama kurang mengenal cable modem.

Sebagian besar pelanggan menginginkan koneksi internet yang stabil, cepat dan murah, yang pada kenyataannya sangatlah sulit untuk diberikan oleh pihak ISP karena kualitas akan berbanding lurus dengan harga. Maksudnya adalah bila ISP ingin memberikan layanan yang cepat, itu berarti ISP harus menambah bandwidth dan otomatis biaya berlangganan juga akan bertambah mahal.

Terakhir, mengenai perhitungan biaya, hampir setengah dari responden memilih akses Internet 24 jam walaupun biaya yang dikeluarkan (baik investasi maupun biaya bulanannya) akan lebih mahal. Hal ini menunjukkan para pelanggan dari PT. Bonet Utama merupakan tipe pelanggan yang tidak ingin dibatasi oleh waktu maupun kapasitas bandwidth dalam melakukan aktivitasnya.

3.4

Perkiraan Biaya dari Sistem yang Sedang Berjalan

Untuk memberikan gambaran biaya secara umum mengenai sistem yang sedang berjalan, maka pembagian dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu sisi ISP dan sisi klien. Perkiraan biaya ini tidaklah mutlak karena pada sisi klien misalnya, tidak semua

(27)

klien harus menggunakan access point atau antena yang sama. Berikut adalah estimasi biaya yang dikeluarkan PT. Bonet Utama (dengan asumsi USD 1 = Rp 9.000,-) :

• Pembelian 2 MB bandwidth internasional $ 26000 • Sambungan E 1, termasuk IIX 2 MB $ 2000 • 2 router Cisco 2500 untuk digunakan dengan E1 $ 900

• 3 PC router beserta lisensi $ 660

• 3 base station dengan tinggi 20 meter $ 1300

Access point $ 62 - 130 • Pigtail $ 30 • Kabel coax $ 90 - 130 • GPS $ 200 • Antena 5,8 GHz $ 2200 • 7 Antena sektoral 2,4 GHz $ 3500 • Antena direksional 2,4 GHz $ 100 - 200

Tower Antena dan grounding $ 600 – 800

• UPS $ 300 - 500

Surge protector $ 25 - 40

Total biaya yang dikeluarkan : ± $ 39000 Atau dalam rupiah sebesar Rp. 351.000.000,-

(28)

Sisi klien :

• PCI card $ 50

Pigtail $ 30

• Kabel Coax $ 30

• Antena direksional $ 20

Total biaya yang dibutuhkan : ± $ 130 Atau dalam rupiah sebesar Rp. 1.170.000,-

3.5 Permasalahan Pada Sistem Yang Sedang Berjalan

Sebagai suatu perusahaan sangatlah tidak mungkin bila tidak terdapat suatu masalah. Permasalahan yang dialami oleh PT Bonet Utama adalah :

ƒ Optimasi Bandwidth

Memanajemen bandwidth yang dimiliki agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik memang merupakan suatu keharusan agar setiap pelanggan mendapat kapasitas bandwidth yang sama, tetapi hal tersebut bukanlah suatu jaminan bahwa kualitas akses ke Internet pada RT/RW-Net tersebut secara keseluruhan dapat terjaga dengan baik karena terdapat user yang memiliki prinsip “tidak mau rugi” sehingga mereka memaksimalkan pemakaian Internet mereka hampir 24 jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dan empat minggu dalam sebulan. Pelanggan yang “tidak mau rugi” ini biasanya akan menggunakan program download / upload manager, peer-to-peer (P2P), dan sebagainya pada komputer mereka. Terdapat juga pelanggan yang membagi koneksi Internetnya ke beberapa tetangga (komputer) lainnya. Pada masalah ini peningkatan bandwidth pada RT/RW-Net bukanlah solusi yang

(29)

tepat bila masih terdapat banyak user yang mempunyai prinsip “tidak mau rugi”.

Bila dilihat dari sisi ekonomis ternyata konsep RT/RW-Net dengan sistem jaringan yang ada sekarang ini (always-on connection) tidak begitu menguntungkan PT. Bonet Utama, karena alokasi penjualan bandwidth menjadi tidak maksimal dan lebih terkesan seperti “obral” bandwidth.

ƒ Biaya Yang Flat Untuk Seluruh Lapisan Pelanggan

Terdapat juga pelanggan yang menggunakan bandwidth hanya benar-benar seperlunya namun membayar sama dengan mereka yang “memaksimalkan” pemakaian Internetnya, contohnya adalah user-user yang aktivitasnya hanya berupa browsing, e-mail dan chatting. Pelanggan demikian memiliki beberapa keluhan seperti koneksi Internet mereka tiba-tiba menjadi lambat (dikarenakan bandwitdh terpakai maksimal oleh banyak pelanggan yang lainnya) dan juga keluhan mengenai biaya yang terlalu mahal untuk aktivitas pemakaian seperti mereka.

Billing system yang digunakan oleh PT. Bonet Utama untuk pelanggan RT/RW-Net adalah sistem pembayaran setiap bulan sebesar Rp 350.000,-. Dengan biaya tersebut, pelanggan akan dapat menggunakan fasilitas Internet selama 24 jam nonstop. Namun biaya sebesar ini cenderung memberatkan beberapa pelanggan.

(30)

3.6 Usulan Pemecahan Masalah

Melihat permasalahan yang dialami oleh PT. Bonet Utama, sebagai berikut adalah usulan yang diberikan :

3.6.1 Koneksi Dial Up dengan PPPoE

Berdasarkan masalah-masalah yang terdapat diatas, maka ditawarkan solusi sebagai berikut :

o Menerapkan konsep mengenai dial-up melalui media kabel atau nirkabel dengan protokol PPPoE. Maksud dari Dial Up melalui media kabel ataupun nirkabel dengan menggunakan protokol PPPoE adalah agar pelanggan tidak perlu lagi menggunakan jalur kabel telepon, cable, dsb (contoh : Telkom, Kabelvision), melainkan menggunakan jalur kabel Twisted Pair atau wireless dengan IEEE 802.11a/b/g sebagai standar teknologi Wireless LAN sehingga pelanggan tidak terbebani lagi dengan biaya pulsa telepon yang cukup mahal. PPPoE sendiri merupakan gabungan dari konsep Dial Up (dengan PPP) yang menggunakan media Ethernet.

o Pembatasan bandwidth akses ke Internet pada setiap pelanggan menggunakan teknik Queue Tree.

o Mengimplementasikan server RADIUS yang digunakan untuk Authentication, Authorization dan Accounting (AAA). Digunakan server RADIUS yang bernama FreeRADIUS (http://www.freeradius.org/) .

o Memisahkan antara akses LAN dengan akses internet, sehingga pelanggan yang hanya menggunakan akses LAN untuk bermain game LAN (contoh :

(31)

Counter Strike, StarCraft, WarCraft DotA, dsb), VoIP (Voice over IP), chatting, streaming, dsb dengan seluruh pelanggan PT. Bonet Utama di kota Bogor tidak akan tercatat sebagai akses ke Internet.

3.6.2 Billing System Dengan Sistem Paket

Untuk mengatasi masalah biaya yang memberatkan user yang hanya menggunakan Internet untuk fasilitas yang minim seperti sekedar memeriksa email, chatting atau browsing, diusulkan untuk menggunakan perhitungan biaya dengan menggunakan dua pilihan, yaitu berdasarkan lamanya durasi dan berdasarkan besar packet yang ditransfer user ketika online (upload & download). Billing system yang digunakan dapat menjurnal setiap aktivitas akses ke Internet setiap pelanggan.

Gambar

Gambar 3.1 Struktur organisasi PT. Bonet Utama 2005– 2010
Gambar 3.2 Jaringan Topologi PT. Bonet Utama
Gambar 3.3 Alur Transmisi Data Dari Kantor Utama PT. Bonet Utama ke BSI
Gambar 3.4 Ruang Server di Kantor Utama PT Bonet Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Periksalah apakah kabel terhubung dengan benar dan steker terpasang dengan baik pada soketnya, periksa juga apakah ada tombol on/off dibelakang tepatnya dibelakang

Pada topologi ini, device yang dipakai adalah router untuk melakukan koneksi internet, switch yang berfungsi sebagai pusat penghubung komputer client ke server, dan access

Pada saat ini PT Indomobil sudah terhubung dengan internet dengan menggunakan ISP Telkom yang letaknya di Sunter.. Empat buah gedung yang berada di PT Indomobil yaitu Wisma

Jaringan LAN Indonusa pada sisi data center Gedung Wisma Indovision menggunakan 1 buah switch D-Link pada kantor pusat Indonusa yang terhubung langsung pada modem VDSL... M

Pada layar menu utama ada beberapa tombol yang menghubungkan ke layar yang lain seperti tombol momentum akan terhubung ke layar materi momentum, tombol impuls akan terhubung ke

Router CISCO seri 2610XM yang digunakan perusahaan tidak memiliki fasilitas monitoring dan maintenance jaringan seperti yang diharapkan oleh pegawai bagian Project &amp;

Peringkat tersebut diberikan berdasarkan beberapa ketentuan, antara lain: (1) usability yaitu tingkat kegunaan dari software tersebut, (2) basic features yaitu fitur dasar

Hardware yang digunakan di Kementerian Kelautan dan Perikanan sama seperti yang sudah dijelaskan di subbab 3.2.2 yaitu 2 buah router, 4 switch dan beberapa