• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 Kecamatan dengan 294 Desa Kelurahan, terdiri dari 251 Desa dan 43 Kelurahan. Kabupaten Wonogiri memiliki topografi berbukit dengan sekitar 20% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada di wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar topografi bergelombang dengan kemiringan rata-rata 30o (BPS 2012). Perbedaan topografi antar kawasan di Kabupaten Wonogiri inilah yang menjadikan adanya perbedaan keberadaan sumberdaya alam pada tiap-tiap kawasan. Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai jenis tanah antara lain Aluvial, Litosol, Regosol, Andosol, Grumusol, Mediterian dan Latosol. Tindakan pemupukan yang dilakukan pada berbagai jenis tanah tersebut akan berbeda antara satu jenis tanah dengan lainnya.

Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Suhu rata-rata di Kabupaten Wonogiri berkisar antara 24oC hingga 32oC. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Wonogiri sebesar

157.29 mm/tahun. Menurut pembagian iklim yang dikemukakan oleh Schmidt-Ferguson sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masuk kedalam tipe iklim C, yaitu tipe iklim dengan daerah agak basah yang meliputi 12 Kecamatan. Sembilan Kecamatan masuk kedalam tipe iklim D yaitu tipe iklim dengan curah hujan sedang dan 4 kecamatan masuk kedalam tipe iklim E yaitu tipe iklim dengan curah hujan yang agak kering. Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan oleh Oldeman Kabupaten Wonogiri terdiri atas empat tipe iklim yaitu C2, D2, D3 dan E. Klasifikasi iklim oleh Oldeman ditujukan untuk tanaman pangan terutama padi dan tanaman palawija. Klasifikasi iklim Oldeman sendiri didasari oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering yang terjadi berturut-turut. Tipe iklim C2 meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Jatipurno. Pada tipe iklim C2 budidaya padi dapat dilakukan sekali dalam setahun dan palawija dua kali dalam setahun dengan berhati-hati tidak melakukan budidaya di bulan-bulan kering. Tipe iklim D2 meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Tirtomoyo.

(2)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masuk kedalam tipe iklim D3 yang meliputi 14 Kecamatan. Pada iklim D2 dan D3 budidaya tanaman pangan hanya dimungkinkan dilakukan satu kali dalam setahun, satu kali padi atau satu kali palawija tergantung dengan sarana irigasi yang ada. Tipe iklim E pada Kabupaten Wonogiri meliputi 9 Kecamatan. Tipe iklim E merupakan tipe iklim yang kering yang dimungkinkan satu kali kegiatan budidaya tanaman palawija.

B. Ketersediaan Unsur Hara 1. Tanah Litosols

Tanah Litosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi 5 Kecamatan, antaralain Kecamatan Slogohimo, Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Pracimantoro dan Kecamatan Manyaran secara umum memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Kandungan Nitrogen dalam tanah berkisar antara 0.055% sampai dengan 0.07% dengan Kecamatan Pracimantoro yang memiliki kandungan Nitrogen tertinggi yaitu 0.07% dan yang terendah yaitu Kecamatan Nguntoronadi sebesar 0.055%. Setyorini, et al (2006) menerangkan bahwa N yang dikandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain kadarnya rendah, N dalam tanah mempunyai sifatnya yang dinamis dan mudah hilang menguap dan tercuci bersama air drainase.

Kandungan Fosfor (P) pada tanah litosol yang berada di kelima kecamatan ini juga sangat rendah (<10 ppm). Kecamatan yang memiliki Fosfor tersedia tertinggi adalah Kecamatan Nguntoronadi sebesar 8.57 ppm dan yang terendah terdapat di Kecamatan Slogohimo dengan 6.05 ppm. Kandungan Kalium (K) tertukar yang terdapat di lima Kecamatan ini sangat rendah (<0.3 me/100), berkisar antara 0.149 me/100 sampai 0.258 me/100.

Kecamatan Manyaran memiliki kandungan Kalium (K) tertinggi (0.258 me/100) sedangkan yang terendah terdapat pada Kecamatan Giriwoyo (0.149 me/100). Kandungan unsur Kalsium (Ca) di kelima Kecamatan ini rendah (≤ 5 me/100) berkisar antara 2.308 me/100 hingga 4.48 me/100, dengan Kecamatan Mayaran sebagai kecamatan yang memiliki nilai Kalsium

(3)

tertukar tertinggi (4.48 me/100) dan kecamatan Nguntoronadi yang terendah (2.308 me/100). Unsur Magnesium (Mg) tertukar rendah (≤ 1 me/100) sampai tinggi (≤ 7 me/100) dengan Kecamatan Nguntoronadi yang tertinggi 5.509 me/100 dan Kecamatan Pracimantoro yang terendah 0.87 me/100. Tanah Litosols yang berada di kelima Kecamatan ini memiliki Kandungan Sulfur (S) yang sangat rendah (SR) dengan Kecamatan Pracimantoro yang terendah 0.00711% dan yang tertinggi berada di Kecamatan 0.01145%.

2. Tanah Latosols

Tanah Latosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi 4 Kecamatan yang melipuli Kecamatan Manyaran, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Karangtengah. Secara umum kandungan kesuburan di keempat kecamatan tersebut berkisar antara sangat rendah hingga rendah. Kandungan Nitrogen dalam tanah berkisar antara 0.05% hingga 0.17%, dengan Kecamatan Ngadirojo yang memiliki kandungan Nitrogen tertinggi (0.017%) dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Manyaran (0.05%). Fosfor tersedia di empat Kecamatan tersebut berkisar antara 6.54 ppm hingga 7.92 ppm dengan Kecamatan Jatisrono yang memiliki kandungan Fosfor tersedia terendah (6.54 ppm) dan tertinggi berada di Kecamatan Ngadirojo (7.92 ppm). Kandungan Kalium tertukar yang ada di empat Kecamatan ini berkisar antara 0.25 me/100 hingga 0.411 me/100 dengan Kecamatan Manyaran yang memiliki kandungan Kalium tertukar terendah (0.25 me/100) dan tertinggi berada di Kecamatan Karangtengah (0.411 me/100).

Kandungan Kalsium (Ca) tertukar yang berada di Kecamatan Manyaran, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Karangtengah rendah (≤ 5 me/100) berkisar antara 2.96 me/100 hingga 4.72 me/100. Kandungan Kalium tertukar tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Ngadirojo sebesar 4.72 me/100 dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Karangtengah sebesar 2.96 me/100. Unsur Magnesium tertukar di empat kecamatan ini sedang (≤3 me/100) dengan Kecamatan Ngadirojo memiliki kandungan tertinggi (2.65 me/100) dan terendah berada di Kecamatan

(4)

Karangtengah (1.17 me/100). Tanah Latosol yang berada di empat kecamatan ini memiliki kandungan Sulfur (S) yang sangat rendah (<5%). Kecamatan Jatisrono memiliki kandungan Sulfur tertinggi 0.0083% dan yang terendah berada di Kecamatan Karangtengah 0.0035%.

3. Tanah Mediteran

Tanah Mediteran di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi tiga Kecamatan, antaralain Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Wuryantoro dan Kecamatan Purwantoro. Secara umum Kecamatan Giriwoyo dan Kecamatan Wuryantoro memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah, sedangkan Kecamatan Purwantoro memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Kandungan Nitrogen tertinggi berada di Kecamatan Purwantoro sebesar 0.12%, Kecamatan Giriwoyo sebesar 0.08% dan terendah berada di Kecamatan Wuryantoro sebesar 0.03%. Fosfor tersedia di tiga Kecamatan ini sangat rendah (<10 ppm). Kecamatan Wuryantoro memilik kandungan Fosfor tersedia sebesar 8.51 ppm, Kecamatan Purwantoro sebesar 7.94 ppm, sedangkan Kecamatan Giriwoyo sebesar 7.76 ppm. Kandungan Kalium (K) tertukar tertinggi diantara ketiga kecamatan tersebut dimiliki oleh kecamatan Purwantoro 0.307 me/100 dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Wuryantoro 0.15 me/100, sedangkan Kecamatan Giriwoyo memiliki kandungan Kalium tertukar sebesar 0.16 me/100.

Kandungan Kalsium (Ca) tertukar di tiga Kecamatan ini dikategorikan sedang (≤10 me/100). Nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Wuryantoro sebesar 7.56 me/100, Kecamatan Purwantoro sebesar 6.56 me/100 sedengkan Kecamatan Giriwoyo sebesar 6.40 me/100. Unsur Magnesium tertinggi di tiga Kecamatan ini terdapat di Kecamatan Giriwoyo sebesar 4.74 me/100 lalu Kecamatan Wuryantoro sebesar 3.39 me/100 yang dapat diketegorikan memiliki kandungan Magnesium tertukar yang tinggi (3> me/100 dan ≤7 me/100). Sedangkan kandungan Magnesium di Kecamatan Purwantoro sebesar 2.29 me/100, yang dikategorikan kedalam kandungan Magnesium sedang (≤3 me/100). Tanah Mediteran yang berada di tiga Kecamatan ini memiliki kandungan Sulfur (S) yang dapat dikategorikan sangat rendah

(5)

(≤5%). Kecamatan Giriwoyo memiliki kandungan Sulfur sebesar 0.0067%, Kecamatan Purwantoro sebesar 0.0064% sedangkan Kecamatan Wuryantoro sebesar 0.0059%.

4. Tanah Grumosols

Tanah Grumosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro. Kecamatan Selogiri memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0.13% dan Kecamatan Kismantoro sebesar 0.04%. Kecamatan Selogiri dapat dikategorikan memiliki kandungan Nitrogen yang rendah (<0.3%), sedangkan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan memiliki kandungan Nitrogen yang sangat rendah karena memiliki kandungan Nitrogen kurang dari 0.1%. Kandungan Fosfor tersedia di Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan sangat rendah, hal ini dikarenakan kandungan Fosfor pada kedua kecamatan ini kurang dari 10 ppm. Kandungan Fosfor tersedia di Kecamatan Selogiri sebesar 7.21 ppm, sedangkan Kecamatan Kismantoro sebesar 7.92 ppm. Kalium (K) tertukar yang berada di dua kecamatan ini dapat dikategorikan sangat rendah (<0.3 me/100) dengan kandungan Kalium tertukar pada Kecamatan Selogiri sebesar 0.17 me/100, sedangkan Kecamatan Kismantoro sebesar 0.14 me/100.

Kandungan Kalsium (Ca) tertukar di Kecamatan Selogiri sebesar 2.51 me/100 dan Kecamatan Kismantoro sebesar 2.90 me/100. kandungan kalium tertukar di Kecamatan Selogiri dapat dikategorikan rendah (≤5 me/100) sedangkan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan memiliki kandungan Kalsium yang sangat rendah (≤2 me/100). Jenis tanah Grumosol yang berada di Kecamatan Selogiri memiliki kandungan Magnesium (Mg) sebesar 1.31 me/100, dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Magnesium yang sedang. Kecamatan Kismantoro memiliki kandungan Magnesium sebesar 3.57 me/100 yang dapat dikategorikan memiliki kandungan Magnesium yang tinggi. Sulfur (S) yang terkandung pada tanah Grumosol yang terdapat di Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan sangat rendah, hal ini dikarenakan di dua Kecamatan tersebut

(6)

memiliki kandungan Sulfur kurang dari 5%. Kandungan Sulfur di Kecamatan Selogiri sebesar 0.0106%, sedangkan Kecamatan Kismantoro memiliki kandungan Sulfur sebesar 0.0113%.

5. Tanah Regosols

Tanah Regosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Wuryantoro. Jenis tanah regosol yang berada di Kecamatan Wuryantoro memiliki kandungan Nitrogen sangat rendah yaitu sebesar 0.05%. Kandungan Fosfor tersedia pada tanah Regosol yang berada di wilayah Kecamatan Wuryantoro dapat dikategorikan sangat rendah (≤10 ppm) yaitu sebesar 8.51 ppm. Selain memiliki kandungan Nitrogen dan Fosfat yang sangat rendah jenis tanah Regosol yang berada di Kecamatan ini memiliki kandungan Kalium tertukar yang juga dikategorikan sangat rendah yaitu sebesar 0.13 me/100.

Kalsium (K) tertukar yang terkandung tanah Regosol yang berada diwilayah Kecamatan Wuryantoro masuk kedalam kategori sedang (≤10 me/100), dengan kandungan kalsium sebesar 7.80 me/100. Tanah Regosol diwilayah Kecamatan ini memiliki kandungan Magnesium (Mg) sebesar 3.29 me/100 yang dikategorikan mengandung Magnesium (Mg) yang tinggi, sedangkan kandungan Sulfur (S) masuk kedalam kategori sangat rendah dengan besaran 0.0069%.

6. Tanah Andosols

Tanah Andosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Jatipuro. Kandungan Nitrogen dalam tanah pada tanah andosol di Kecamatan Jatipuro sebesar 0.17%, dapat dikategorikan sebagai tanah memiliki Nitrogen (N) terkandung yang rendah. Kategori Nitrogen rendah yaitu apabila didalam tanah mengandung Nitrogen lebih besar dari 0.1% (0.1%<) dan lebih kecil atau sama dengan 0.3%(≤0.3%). Fosfor tersedia masuk kedalam ketegori sangat rendah (≤10 ppm) yaitu sebesar 7.13 ppm, sedangkan untuk Kalium tertukar pada jenis tanah andosol ini masuk kedalam kategori rendah dengan nilai sebesar 0.32 me/100.

(7)

Nilai Kalsium (Ca) tertukar pada tanah Andosol yang berada diwilayah Kecamatan Jatipuro sebesar 4.69 me/100, yang dikategorikan sebagai tanah yang mengandung Kalsium tertukar yang rendah. Magnesium (Mg) tertukar yang terkandung pada tanah andosol sebesar 2.28 me/100, yang dapat dikategorikan sedang. Kandungan Sulfur (S) yang ada di Kecamatan Jatipuro sebesar 0.0083% yang dikategorikan sangat rendah.

7. Tanah Aluvial

Tanah Aluvial di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Baturetno. Nitrogen terkandung dalam tanah pada tanah Aluvial yang terletak di Kecamatan Baturetno dapat dikatakan sangat rendah (<0.1%) yaitu sebesar 0.06%. Fosfor tersedia didalam tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno masuk kedalam kategori sangat rendah dikarenakan jumlah tersedia didalam tanah kurang dari 10 ppm, dengan besaran 8.15 ppm. Kalium tertukar pada jenis tanah ini juga masuk kedalam kategori sangat rendah (<0.3 me/100) dengan besaran 0.14 me/100.

Kalsium (Ca) tertukar pada tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno sebesar 0.33 me/100, yang dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Kalsium tertukar yang sangat rendah. Magnesium (Mg) tertukar yang terkandung pada jenis tanah ini sebesar 2.56 me/100 yang dapat dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Magnesium yang sedang, sedangkan untuk kandungan Sulfuf (S) tanah Aluvial yang berada diwilayah Kecamatan Baturetno masuk kedalam kategori sangat rendah dengan besaran 0.013%.

(8)

Tabel 3. Ketersediaan Unsur Hara Jenis Tanah Kecamatan Unsur Hara N % P ppm K me/100 Ca me/100 Mg me/100 S % Litosol Slogohimo 0.03 6.05 0.181 3.32 4.53 0.0081 Nguntoronadi 0.055 8.58 0.187 2.31 5.51 0.0115 Giriwoyo 0.03 7.30 0.150 2.43 4.20 0.0084 Pracimantoro 0.07 8.36 0.150 3.75 0.87 0.0071 Manyaran 0.05 7.25 0.259 4.49 2.13 0.0055 Latosol Jatisrono 0.11 6.55 0.328 4.49 2.45 0.0083 Ngadirojo 0.17 7.93 0.306 4.72 2.66 0.0071 Karangtengah 0.11 7.67 0.411 2.96 1.18 0.0036 Mediteran Giriwoyo 0.08 7.76 0.161 6.40 4.74 0.0068 Wuryantoro 0.03 8.51 0.150 7.56 3.39 0.0059 Purwantoro 0.12 7.95 0.307 6.57 2.29 0.0064 Grumosol Selogiri 0.13 7.21 0.176 2.51 1.31 0.0107 Kismantoro 0.04 7.93 0.142 2.90 3.57 0.0114 Regosol Wuryantoro 0.05 8.51 0.134 7.81 3.30 0.0069 Andosol Jatipurno 0.17 7.13 0.322 4.70 2.28 0.0084 Aluvial Baturetno 0.06 8.15 0.146 0.33 2.56 0.0131

Sumber : analisis laboratorium

C. Kondisi Kesuburan

Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar, dengan wilayah yang memiliki topografi berbukit yang sebagian besar tidak rata. Perbedaan topografi antar wilayah di Kabupaten Wonogiri mengakibatkan adanya perbedaan sumberdaya alam, perbedaan tersebut juga berpengaruh kepada perbedaan kesuburan tanah pada tiap-tiap daerah yang ada di wilayah Kabupaten Wonogiri selain faktor bahan induk, iklim, organisme dan waktu pembentukan tanah.

Kesuburan tanah sendiri dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi dari tanaman. Kesuburan tanah sendiri ditentukan oleh sifat kimia, sifat biologi dan sifat fisika tanah. Kesuburan tanah sendiri dapat dilihat dari produktivitas tanaman yag dibududayakan, apabila produksi tanaman tinggi dapat dikatakan memiliki kesuburanyang tinggi pula, begitu sebaliknya.

(9)

Kesuburan tanah ditentukan oleh interaksi dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Umumnya kesuburan tanah banyak dikaitkan dengan sifat kimia tanah. Sifat kimia dikaitkan dengan kesuburan dikarenakan melalui sifat kimia tanah dapat diketahui kelimpahan kandungan unsur hara dalam tanah. Secara umum, tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Wonogiri adalah sangat rendah hingga rendah. Hal ini berdasarkan harkat ketersediaan unsur N total, P tersedia, K tersedia, kapasitas tukar kation, kandungan bahan organik, pH tanah dan unsur hara makro sekunder Ca, Mg dan S. Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kebutuhan unsur hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan tanah (Rosmarkam dan Yunowo 2002).

Jenis tanah Litosol yang meliputi kecamatan Slogohimo, Nguntoronadi, Giriwoyo, Pracimantoro dan Manyaran memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Latosol yang ada di kabupaten Wonogiri meliputi Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang Tengah. Ketiga Kecamatan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah Mediterania meliputi tiga Kecamatan yaitu, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Wuryantoro dan Kecamatan Purwantoro. Kecamatan Giriwoyo dan Wuryantoro memiliki tingkat kesuburan sangat rendah, sedangkan Kecamatan Purwantoro memiliki tingkat kesuburan yang rendah.

Wilayah Kabupaten Wonogiri yang memiliki jenis tanah Grumosol meliputi dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Selogiri dan Kismantoro. Dua kecamatan ini memiliki tingkat kesuburan yang berbeda, Kecamatan Selogiri memiliki tingkat kesuburan rendah sedangkan Kecamatan Kismantoro memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Regosol meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Wuryantoro dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Andosol yang berada di wilayah Kecamatan Jatipurno memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Wilayah Kecamatan Baturetno yang

(10)

merupakan daerah dengan jenis tanah Aluvial memiliki tingkat kesuburan sangat rendah.

Kadar bahan organik tanah dari berbagai lokasi di Kabupaten Wonogiri rata - rata sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam praktek budidaya pertanian yang selama ini dilakukan jarang atau tidak pernah sama sekali diberikan pupuk organik ke lahan pertanian, sehingga dengan penanaman yang intensif akan mendorong penurunan ketersediaan unsur hara dan bahan organik (Mulyono 2013), sedangkan menurut Nursyamsi (2005) rendahnya kadar bahan organik tanah dikarenakan di daerah tropika tingkat pelapukan bahan organik sangat tinggi sehingga turn over C-organik dalam tanah berlangsung singkat. Tabel 4. Status Unsur Hara

Jenis

Tanah Kecamatan

Status Unsur Hara

N P K Ca Mg S BO pH Litosol Slogohimo SR SR SR R T SR SR AM Nguntoronadi SR SR SR R T SR SR AM Giriwoyo SR SR SR R T SR SR AM Pracimantoro SR SR SR R R SR SR N Manyaran SR SR SR R S SR SR AM Latosol Jatisrono R SR R R S SR SR AM Ngadirojo R SR R R S SR SR M Karangtengah R SR R R S SR SR M Mediteran Giriwoyo SR SR SR S T SR SR N Wuryantoro SR SR SR S T SR SR N Purwantoro R SR R S S SR SR AM Grumosol Selogiri R SR SR R S SR SR N Kismantoro SR SR SR R T SR R AM Regosol Wuryantoro SR SR SR S T SR SR N Andosol Jatipurno R SR R R S SR SR M Aluvial Baturetno SR SR SR SR S SR SR N

Sumber : Analisis laboratorium Ket : SR (Sangat Rendah), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi), AM (Agak Masam). M (Masam ) dan N (Netral)

(11)

D. Kebutuhan dan Rekomendasi Pemupukan

Tanaman budidaya dalam satu siklus produksinya memerlukan unsur-unsur hara, baik unsur-unsur hara makro maupun mikro. Asupan nutrisi untuk tanaman yang dibudidayakan oleh manusia biasanya ditambahkan dalam bentuk pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik maupun anorganik sama-sama memiliki unsur hara yang sama, yang membedakan adalah sumber dan jumlah yang dikandungnya. Unsur hara yang biasanya terkandung didalam pupuk yang ditambahkan pada tanaman adalah unsur hara essensial, antaralain N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium), Ca (kalsium), Mg (magnesium) dan S (belerang).

1. Jenis Pupuk

Pupuk dalam kegiatan sehari-hari dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan kedalam media tanam yang diperuntukkan memperbaiki tingkat kesuburan media. Pupuk sendiri mengandung unsur hara yang yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menyusun bagian tubuh tumbuhan dan berproduksi. Pupuk sendiri mengandung berbagai macam unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro.

Pupuk sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk alami dapat diartikan sebagai pupuk yang didapatkan langsung dari alam yang terbentuk secara alami, sebagai contoh fosfat alam dan pupuk organik. Pupuk buatan sendiri dapat diartikan sebagai jenis pupuk yang dibuat dan diproduksi didalam pabrik yang unsur haranya sudah diatur jenis dan kadarnya, sehingga dalam pupuk buatan sudah dapat diketahui kadar keharaan dari suatu unsur hara.

Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu macam jenis unsur hara saja semisal pupuk N, pupuk P dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang memiliki lebih dari satu unsur hara didalamnya, misalnya NP, PK, NPK dan sebagainya.

Berdasarkan senyawa yang dikandungnya pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

(12)

yang berupa senyawa organik. Pupuk organik mencakup semua semua jenis pupuk yang berasal dari sisa metabolisme atau organ dari makhluk hidup. Kebanyakan pupuk alami merupakan pupuk organik, akan tetapi terdapat pupuk alam yang tidak dapat digolongkan kedalam pupuk organik misalnya

rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. Pupuk

anorganik sendiri adalah pupuk yang mengandung senyawa anorganik, semua pupuk buatan tergolong dalam pupuk anorganik.

Pupuk yang digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada penelitian ini menggunakan pupuk antara lain pupuk urea untuk mendapatkan nitrogen (N), pupuk SP-36 untuk mendapatkan fosfor (P), pupuk KCl untuk mendapatkan kalium (K), Dolomit untuk mendapatkan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pupuk ZA untuk mendapatkan sulfur (S).

a. Urea CO(NH2)2

Pupuk urea merupakan pupuk buatan yang memiliki senyawa kimia CO(NH2)2. Pupuk ini berbentuk Kristal berwarna putih dan

berbentuk butiran-butiran kecil. Pupuk urea memiliki kadar nitrogen (N) 45%. Urea bersifat higroskopis dan mulai menarik uap air pada kelembapan 73%, sehingga sering diberi selaput atau coated untuk mengurangi sifatnya yang higroskopis.

b. SP-36

Pupuk SP-36 memiliki kandungan fosfor (P) sebesar 36% dalam bentuk P2O5. pupuk ini nterbuat dari fosfat alam. Memeilki sifat yang agak

sulit larut didalam air dan bereaksi lambat, sehingga biasanya digunakan sebagai pupuk dasar. Sifat karakteristik dari pupuk SP-36 sulit larut atau lama larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 belum dapat digunakan secara maksimal oleh tanaman (Sumaryo 2000).

c. KCl

Pupuk KCl dapat disebut juga dengan pupuk Muriate. Secara teoritis kadar K2O dalam KCl dapat mencapai 60-62%, tetapi pupuk KCl

(13)

yang beredar dipasaran memiliki kandungan K2O sebesar 52-55%.

Memiliki reaksi fisiologis masam lemah. Memiliki sifat yang agak higroskopis, yaitu pupuk ini agak mudah menyerap uap air yang ada diudara.

d. Dolomit

Pupuk dolomit merupakan pupuk yang berasal dari mineral alam yang mengandung unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Dolomit mengandung unsur Ca sebesar 30% dan Mg

sebesar 19%. Penambahan pupuk dolomit dapat meningkatkan jumlah magnesium dan kalsium didalam tanah. Selain dapat meningkatkan Ca dan Mg penambahan dolomit dalam tanah juga memperbaiki kemasaman tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur yang lain misalnya Mo dan P

(Sumaryo 2000). e. ZA (NH2)2SO2

Pupuk ini dikenal dengan nama Zwavelzuure Amoniak (ZA) atau ammonium sulfat. Pupuk ini berbentuk kristal putih dan hampir seluruhnya larut dalam air. Pupuk ZA memiliki kandungan sulfur (S) sebesar 24% dan kandungan nitrogen sebesar 21%. Pupuk ini memiliki potensi menurunkan pH tanah pada saat aplikasinya, sehingga perlu diperhatikan pengaplikasiannya pada tanah yang memiliki pH yang rendah.

2. Kebutuhan Unsur Hara

Aplikasi penggunaan pupuk akan berbeda antara tanaman satu dengan yang lain, Hal ini disebabkan oleh kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda antara satu tanaman komoditas dengan tanaman komoditas yang lainnya (Hardjowigeno 2003). Selain kebutuhan antara tanaman satu dan yang lain, perbedaan jenis tanah dan kandungan unsur hara yang berada didalamnya juga mempengaruhi aplikasi pemberian pupuk. Unsur-unsur hara yang diserap tanaman digunakan untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tumbuhan tersebut

(14)

berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Tingkat produksi tanaman juga dapat berbeda berdasarkan jumlah unsur hara yang digunakan tanaman.

Tabel 5. Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman

Komoditas Unsur yang dibutuhkan kg/ha

N P K Ca Mg S

Cabai (2.5 t/ha) 160 15 183 36 18 10

Bawang Merah (25 t/ha) 100 17 91 21 12 20

Kacang Panjang (12 t/ha) 120 11 58 29 9 10

Sumber :Dierolf et al 2001

Berdasarkan tabel 5 diatas, kebutuhan unsur hara dari tiap-tiap komoditas berbeda antara satu dengan yang lain, untuk mencapai tingkat produksi 2,5 ton/ha cabai memerlukan total nitrogen sebanyak 160 kg/ha, fosfor sebanyak 15 kg/ha, kalium sebanyak 183 kg/ha, kalsium dan magnesium sebanyak 36 kg/ha dan 18 kg/ha serta sulfur sebanyak 10 kg/ha. Produksi bawang merah sebesar 25 ton/ha membutuhkan total unsur nitrogen sebanyak 100 kg/ha, unsur fosfor sebanyak 17 kg/ha, Kalium sebesar 91 kg/ha, unsur kalsium sebesar 21 kg/ha, magnesium sebesar 12 kg/ha dan sulfur sebesar 20 kg/ha. Total unsur hara yang dibutuhkan oleh kacang panjang guna mencapai tingkat produksi 12 ton/ha adalah 120 kg/ha nitrogen, 11 kg/ha fosfor, 58 kg/ha kalium, 29 kg/ha kalsium, 9 kg/ha magnesium dan 10 kg/ha sulfur.

3. Kebutuhan Total Unsur Hara

Kebutuhan akan unsur hara antar tiap tanaman berbeda-beda tiap-tiap tanaman. Selain jenis tanaman, yang memepengaruhi kebutuhan unsur hara adalah ketersediaan unsur hara didalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kebutuhan total unsur hara didasari oleh selisih antara kebutuhan tanaman akan unsur hara dengan ketersediaan hara didalam tanah. Selisih inilah yang nantinya dijadikan sebagai dasar dari sebuah rekomendasi pemupukan.

(15)

a. Cabai

Kebutuhan total unsur hara nitrogen pada tanaman cabai berkisar antara 124.08 kg/ha hingga 148.96 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Giriwoyo yang berjenis tanah Litosol dan yang terendah berada di Kecamatan Ngadirojo dengan jenis tanah Latosol. Rata - rata kebutuhan total unsurhara fosfor adalah sebanyak 12.19 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Slogohimo sebanyak 12.78 kg/ha dan yang terendah berada pada Kecamatan Nguntoronadi sebanyak 11.86 kg/ha.

Kebutuhan unsur hara kalium pada tanaman cabai berkisar antara 133.67 – 166.98 kg/ha. Kebutuhan terendah berada di kecamatan Karang Tengah dan tertinggi di Kecamatan Wuryantoro. Berdasarkan tabel 6. Hanya jenis tanah Aluvial saja yang membutuhkan tambahan unsur hara kalsium, yaitu sebanyak 30.28 kg/ha, hal ini dikarenakan jumlah unsur hara kalsium didalam tanah sangat rendah sehingga dibutuhkan tambahan sebesar 30.28 kg/ha guna memenuhi kebutuhan akan unsur hara kalsium. Kebutuhan total unsur hara sulfur berkisar antara 8.43 kg/hahingga 9.57 kg/ha.

(16)

Tabel 6. KebutuhanUnsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Cabai Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg/ha

N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo 148.71 12.78 161.28 9.03 Nguntoronadi 144.84 11.86 160.56 8.63 Giriwoyo 148.96 12.33 165.03 9.00 Pracimantoro 142.49 11.94 165.04 9.15 Manyaran 144.38 12.35 151.93 9.34 Latosol Jatisrono 135.17 12.60 143.69 9.00 Ngadirojo 124.08 12.10 146.29 9.14 Karang Tengah 133.90 12.19 133.67 9.57 Mediteran Giriwoyo 141.12 12.16 163.64 9.19 Wuryantoro 147.86 11.88 164.94 9.29 Purwantoro 136.00 12.09 146.15 9.23 Grumosol Selogiri 131.10 12.36 161.90 8.72 Kismantoro 147.21 12.10 166.02 8.64 Regosol Wuryantoro 144.66 11.88 166.98 9.17 Andosol Jatipuro 131.16 12.39 144.33 8.99 Aluvial Baturetno 145.63 12.01 165.50 30.28 8.43

Sumber : Perhitungan kebutuhan unsur hara penelitian

b. Bawang Merah

Tanaman bawang merah yang ingin dibudidayakan di Wonogiri membutuhkan unsur hara nitrogen sebanyak 63.46 – 81.32 kg/ha. Kebutuhan unsur hara terendah berada di kecamatan Selogiri ang memeiliki jenis tanah Grumosol dan tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dengan jenis tanah Litosol. Total unsur hara fosfor yan dibutuhkan di Wonogiri berkisar antara 13.86 – 14.78 kg/ha, dengan rata – rata kebutuhan sebanyak 14.18 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada jenis tanah Litosol di Kecamatan Slogohimo dan terendah berada pada jenis tanah Litosol di kecamatan Nguntronadi.

Kebutuhan total unsur hara Kalium pada tanaman Bawang Merah berkisar antara 41.67 kg/ha hingga 74.98 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Wuryantoro yang berjenis tanah Regosol dan yang terendah berada di Kecamatan Karang Tengah dengan jenis tanah Latosol. Kecamatan yang membutuhkan tambahan unsur hara kalsium hanya

(17)

Kecamatan Baturetno dengan jenis tanahnya alluvial, hal ini dikarenakan unsur hara kalsium dalam tanah sudah cukup untuk mencukupi akan kebutuhannya. Kebutuhan total akanunsur hara sulfur pada budidaya tanaman bawang merah di Wonogiri 18.63 – 19.34 kg/ha pada tanah Litosol, 19.00 – 19.57 kg/ha pada tanah Latosol, 19.19 – 19. 29 kg/ha pada tanah Mediteran, 18.72 kg/ha pada tanah Grumosol, pada tanah Regosol sebanyak 19.17 kg/ha, pada tanah Andosol sebanyak 18.99 kg/ha dan pada tanah Aluvial Sebanyak 18.43 kg/ha.

Tabel 7. Kebutuhan Unsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Bawang Merah Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg/ha

N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo 81.06 14.78 69.28 19.03 Nguntoronadi 77.20 13.86 68.56 18.63 Giriwoyo 81.32 14.33 73.03 19.00 Pracimantoro 74.84 13.94 73.04 19.15 Manyaran 76.74 14.35 59.93 19.34 Latosol Jatisrono 67.52 14.60 51.69 19.00 Ngadirojo 56.43 14.10 54.29 19.14 Karang Tengah 66.26 14.19 41.67 19.57 Mediteran Giriwoyo 73.48 14.16 71.64 19.19 Wuryantoro 80.21 13.88 72.94 19.29 Purwantoro 68.36 14.09 54.15 19.23 Grumosol Selogiri 63.46 14.36 69.90 18.72 Kismantoro 79.57 14.10 74.02 18.64 Regosol Wuryantoro 77.02 13.88 74.98 19.17 Andosol Jatipuro 63.52 14.39 52.33 18.99 Aluvial Baturetno 77.98 14.01 73.50 15.28 18.43

Sumber : Perhitungan kebutuhan unsur hara penelitian

c. Kacang Panjang

Kebutuhan total unsur hara nitrogen pada tanaman kacang panjang berkisar antara 84.08 kg/ha hingga 108.96 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dengan jenis tanah Litosol, sedangkan yang terendah berada pada Kecamatan Ngadirojo dengan jenis tanah Latosol. Rata – rata kebutuhan unsur hara fosfor sebesar 18.19 kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Slogohimo sebanyak 8.78

(18)

kg/ha dan terendah terdapat pada Kecamatan Nguntoronado Sebesar 7.86 kg/ha.

Kebutuhan unsur hara kalium pada tanaman kacang panjang berkisar antara 8.67 – 41.98kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Wuryantoro yang berjenis tanah Regosol dan yang terendah berada di Kecamatan Karang Tengah dengan jenis tanah Latosol. Kebutuhan unsur kalium pada budidaya tanaman kacang panjang di Wonogiri sebanyak 23.28 kg/ha. Kebutuhan total unsur hara sulfur berkisar antara 8.43 kg/ha hingga 9.57 kg/ha.

Tabel 8. Kebutuhan Unsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Kacang Panjang

Jenis

Tanah Kecamatan

Kebutuhan unsur hara kg/ha

N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo 108.71 8.78 36.28 9.03 Nguntoronadi 104.84 7.86 35.56 8.63 Giriwoyo 108.96 8.33 40.03 9.00 Pracimantoro 102.49 7.94 40.04 9.15 Manyaran 104.38 8.35 26.93 9.34 Latosol Jatisrono 95.17 8.60 18.69 9.00 Ngadirojo 84.08 8.10 21.29 9.14 Karang Tengah 93.90 8.19 8.67 9.57 Mediteran Giriwoyo 101.12 8.16 38.64 9.19 Wuryantoro 107.86 7.88 39.94 9.29 Purwantoro 96.00 8.09 21.15 9.23 Grumosol Selogiri 91.10 8.36 36.90 8.72 Kismantoro 107.21 8.10 41.02 8.64 Regosol Wuryantoro 104.66 7.88 41.98 9.17 Andosol Jatipuro 91.16 8.39 19.33 8.99 Aluvial Baturetno 105.63 8.01 40.50 23.28 8.43

(19)

4. Rekomendasi Pemupukan

Rekomendasi dapat diartikan sebagai sebagai pemberian masukan atau saran atas suatu hal baik kepada individu maupun kepada sebuah kelompok. Rekomendasi pemupukan sendiri dapat diartikan sebagai pemberian masukan terhadap rancangan pemupukan yang meliputi jenis pupuk dan jumlah yang diberikan dalam suatu luasan areal tertentu. Rekomendasi pemupukan bisa diberikan pada suatu lokasi yang spesifik, seperti lokasi sentra produksi tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Penerapan rekomendasi pemupukan memiliki beberapa keuntungan antaralain : pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai. Selain keuntungan-keuntungan yang sudah disebutkan diatas penerapan rekomendasi pemupukan juga berdampak kepada penggunaan pupuk yang lebih efisien, pencemaran lingkungan dapat dihindari dan dapat mengurangi biaya pembelian pupuk (Abdulrahman et al. 2008).

Kegiatan rekomendasi pemupukan diawali dengan kegiatan survey dan pengambilan sampel tanah yang dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di laboratorium tanah guna mendapatkan status keharaan dari sampel tanah yang telah diambil sebelumnya. Selanjutnya status keharaan yang telah didapatkan dari dari analisis laboratorium diolah dengan memperhitungkan kebutuhan hara bagi tanaman dan potensi kehilangan unsur hara, yang pada akhirnya menghasilkan suatu rekomendasi pemupukan.

a. Rekomendasi Pemupukan Cabai

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia, hal ini dikarenakan tingkat konsumsi cabai yang tinggi serta memiliki harga jual yang cukup tinggi (Prajnanta 2004). Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, cabai juga memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga cabai memiliki sentra produksi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tanaman cabai tumbuh optimal di tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Kadar keasaman (pH) tanah yang cocok untuk budidaya cabai berkisar 6-7

(20)

(Agromedia 2008). Pada umumnya tanaman cabai dapat ditanam pada ketinggian antara 500- 1200 m di atas permukaan laut di seluruh wilayah Indonesia (Syukur 2006).

Curah hujan yang diperlukan dalam budidaya tanaman cabai adalah 1500-2500 mm/tahun. Tanaman cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi dan iklim yang basah karena tanaman akan mudah terserang penyakit. Tanaman cabai dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson) dengan kelembapan berkisar antara 60-89%. Suhu udara optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan cabai antara 210-270C (Duriat et al. 1996).

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 9 didapatkan rekomendasi pemupukan untuk tanaman cabai. Tanah Litosol memerlukan masukan berupa pupuk urea berkisar 309.76 – 323.84 kg/ha. Pupuk SP-36 yang dibutuhkan untuk tanaman cabai pada jenis tanah ini antara 76.00 – 81.39 kg/ha. Rekomendasi untuk pemberian pupuk KCl sebanyak 253.22 kg/ha untuk terendah dan 268.80 kg/ha untuk rekomendasi tertinggi. Pemberian dolomit dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca), pada jenis tanah ini tidak diperlukan lagi input unsur hara kalsium dan magnesium dalam bentuk dolomite dikarenakan kandungan kalsium dan magnesium didalam tanah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman cabai. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sulfur (S) sebesar 148.11kg/ha (Nguntotonadi), 154.49kg/ha (Giriwoyo), 155.05kg/ha (Slogohimo), 157.05kg/ha (Pracimantoro) dan 160.31 (Manyaran). Penggunaan pupuk ZA selain dapat memenuhi kebutuhan unsur hara S (sulfur) juga menambah unsur hara nitrogen. Nitrogen yang didapatkan dari penambahan ZA berkisar antara 8.63 – 9.34 Kg.

Penambahan pupuk urea untuk budidaya tanaman cabai pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebesar 293.84kg/ha, Ngadirojo 269.73kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebesar 291.10kg/ha.

(21)

Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 pada tanah jenis ini sebanyak 80.23kg/ha untuk Kecamatan Jatisrono, 77.02kg/ha untuk Kecamatan Ngadirojo dan 77.61kg/ha untuk Kecamatan Karang Tengah. Pemberian pupuk SP-36 yang tinggi disebabkan oleh kadar unsur hara fosfat yang rendah. Menurut Nurmegawati et al. (2012) Kadar P tanah pada umumnya tergolong rendah, hal ini disebabkan kebiasaan petani yang kurang bahkan tidak menambahkan pupuk P. Kehilangan unsur P pada saat terangkut panen, merupakan jumlah hara tanaman yang hilang karena diserap tanaman dan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Penambahan berupa pupuk KCl sebesar 239.49kg/ha (Jatisrono), 243.82kg/ha (Ngadirojo) dan 222.78kg/ha (Karang Tengah). Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan sulfur tertinggi pada tanah latosol berada di kecamatan Karang Tengah (164.39kg/ha) dan terendah Jatisrono (154.58kg/ha). Unsur nitrogen dan didapatkan dari pemberian pupuk ZA sebesar 6.90–7.31 Kg.

Rekomendasi pemberian pupuk urea untuk tanaman cabai pada tanah Mediteran sebanyak 306.78kg/ha untuk kecamatan Giriwoyo, 321.43kg/ha untuk Kecamatan Wuryantoro dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak 295.66kg/ha. Pemberian pupuk SP-36 terendah berada di Kecamatan Wuryantoro (75.65kg/ha), disusul dengan Kecamatan Purwantoro (76.96kg/ha) dan tertinggi berada di Kecamatan Giriwoyo (77.40kg/ha). Rekomendasi pemberian pupuk KCl untuk Kecamatan Giriwoyo sebanyak 272.74 kg/ha, untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak 274.90kg/ha dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak 243.58 kg/ha. Penggunaan pupuk ZA untuk pemenuhan kebutuhan akan unsur S sebanyak 157.77kg/ha dengan unsur nitrogen yang didapat sebanyak 7.02 Kg untuk Kecamatan Giriwoyo, untuk Kecamatan Wuryantoro pengaplikasian 159.54kg/ha pupuk ZA akan memenuhi kebutuhan sulfur sebesar 9.29kg dan memeberikan unsur nitrogen sebanyak 7.10kg. rekomendasi pemupukan dengan pupuk ZA di

(22)

Kecamatan Purwantoro sebanyak 158.47kg/ha, dengan unsur nitrogen yang didapatkan sebesar 7.05kg.

Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman cabai pada tanah Grumosol sebanyak 285kg/ha untuk kecamatan Selogiri dan 320.03kg/ha untuk Kecamatan Kismantoro. Pemberian pupuk SP-36 pada kedua Kecamatan ini tidaklah jauh berbeda jumlahnya, untuk Selogiri sebanyak 78.68kg/ha dan Kismantoro sebanyak 77.02kg/ha. Rekomendasi yang diberikan untuk aplikasi pupuk KCl sebanyak 269.83kg/ha untuk Kecamatan Selogiri dan 276.70kg/ha untuk pengaplikasian di kecamatan Kismantoro. Pemberian pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur sulfur sebanyak 149.70kg/ha untuk Kecamatan Selogiri dan 148.30kg/ha untuk Kecamatan Kismantoro.

Rekomendasi yang didapatkan untuk tanah regosol yaitu urea sebanyak 314.48kg/ha, SP-36 sebanyak 75.65kg/ha, KCl 278.30kg/ha. Pemberian dolomit tidak dibutuhkan pada jenis tanah ini, dikarenakan unsur hara yang terdapat didalam tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman cabai. Rekomendasi yang diberikan untuk pemupukan dengan menggunakan ZA sebanyak 157.50kg/ha. Selain dapat memenuhi kebutukan akan sulfur sebesar 9.17kg pemberian ZA sebanyak 157.50kg/ha juga memberikan masukan unsur nitrogen sebanyak 7.01kg.

Pemberian pupuk urea untuk tanaman cabai pada tanah Andosol yang direkomendasikan menurut tabel 9 sebanyak 285.13kg/ha. Pemenuhan unsur phosfat diberikan dalam bentuk pupuk SP-36 sebanyak 78.87kg/ha. Rekomendasi untuk pemupukan KCl sebanyak 240.55kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan pupuk ZA sebanyak 154.42kg/ha yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan sulfur sebanyak 6.87kg.

Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman cabai pada tanah Aluvial sebanyak 316.58kg/ha, sedangkan untuk pupuk SP-36 sebanyak 76.49kg/ha dan untuk KCl sebanyak kg/ha kg/ha. Untuk memenuhi kebutuhan akan unsur kalsium dibutuhkan penambahan dolomit sebanyak 100.95 kg/ha. Penambahan dolomit sebanyak 100.95kg/ha sudah cukup

(23)

untuk mencukupi kebutuhan akan unsur kalsium sebesar 30.28kg. Pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan klorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat (Sumaryo dan Suryono 2000). Rekomendasi pemberian pupuk ZA yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 8.43 kg sulfur sebanyak 144.74kg/ha.

Tabel 9. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Cabai

Jenis Tanah Kecamatan Rekomendasi Pemupukan kg/ha

Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 323.27 81.39 268.80 155.05 Nguntoronadi 314.87 75.50 267.60 148.11 Giriwoyo 323.84 78.48 275.05 154.49 Pracimantoro 309.76 76.00 275.06 157.05 Manyaran 313.88 78.60 253.22 160.31 Latosol Jatisrono 293.84 80.23 239.49 154.58 Ngadirojo 269.73 77.02 243.82 156.98 Karang Tengah 291.10 77.61 222.78 164.39 Mediteran Giriwoyo 306.78 77.40 272.74 157.77 Wuryantoro 321.43 75.65 274.90 159.54 Purwantoro 295.66 76.96 243.58 158.47 Grumosol Selogiri 285.00 78.68 269.83 149.70 Kismantoro 320.03 77.02 276.70 148.30 Regosol Wuryantoro 314.48 75.65 278.30 157.50 Andosol Jatipuro 285.13 78.87 240.55 154.42 Aluvial Baturetno 316.58 76.49 275.83 100.95 144.74

Sumber ; Perhitungan rekomendasi unsur hara penelitian

b. Rekomendasi Pemupukan Bawang Merah

Tanaman bawang merah pada pertumbuhannya menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca yang cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 1000) m dpl dengan curah hujan 300 – 2500 mm/ tahun (Rahayu dan Berlian 1999). Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25˚C – 32 ˚C. Suhu rata -rata pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 ˚C.

(24)

Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau berdebu. Hal ini dikarenakan sifat tanah lempung berpasir atau berdebu ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk lahan bawang merah yakni berkisar antara pH 6,0 – 6,8.

Penggunaan pupuk urea yang direkomendasikan berdasarkan perhitungan analisis laboratorium untuk jenis tanah Litosol yang meliputi lima kecamatan sebanyak 176.22 kg/ha untuk Kecamatan Slogohimo, 167.82 kg/ha untuk Kecamatan Nguntoronadi, 176.78 kg/ha untuk Kecamatan Giriwoyo, 162.70 kg/ha untuk Kecamatan Pracimantoro dan 166.83 kg/ha untuk Kecamatan manyaran. Rekomendasi penggunaan pupuk urea tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dan terendah di Kecamatan Pracimantoro. Menurut Ardell (2008) pengaplikasian pupuk nitrogen akan meningkatkan ukuran dari bawang merah. Rekomendasi peggunaan pupuk SP-36 tertinggi berada di Kecamatan Slogohimo sebanyak 94.12 kg/ha, diikuti oleh Kecamatan Giriwoyo (91.22 kg/ha), Kecamatan Pracimantoro (88.74 kg/ha), kecamatan Pracimantoro (88.74 kg/ha) dan terendah beradara di Kecamatan Nguntoronadi sebanyak 88.23 kg/ha. Penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan Kalium berdasarkan rekomendasi yang telah didapatkan berkisar antara 99.89 – 121.73 kg/ha. Penambahan pupuk ZA untuk mengatasi kekurangan unsur sulfur berdasarkan rekomendasi pemupukan yang telah didapat adalah sebesar 326.76 kg/ha untuk Kecamatan Slogohimo, 319.82 kg/ha untuk kecamatan Nguntoronadi, 326.200 kg/ha untuk Kecamatan Giriwoyo, 328.76 kg/ha untuk Kecamatan Pracimantoro dan 332.02kg/ha untuk kecamatan Manyaran.

Rekomendasi pemupukan tanaman bawang merah pada tanah Latosol dilakukan di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang tengah. Penggunaan pupuk urea sesuai rekomendasi untuk Kecamatan Jatisrono sebanak 146.79kg/ha, kecamatan Ngadirojo sebanyak 122.68kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebanyak

(25)

144.04kg/ha. Rekomendasi ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Balitan ataupun Dierolf (2001). Pengunaan pupuk SP-36 untuk tanaman bawang merah pada Kecamatan Jatisrono sebanyak 92.96kg/ha, Kecamatan Ngadirojo 89.75kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah kg/ha Kg/Ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl tertinggi berada pada Kecamatan Ngadirojo (90.49kg/ha) Kecamatan Jatisrono (86.15kg/ha) dan terendah terdapat pada Kecamatan Karang Tengah (69.45 kg/ha). Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan akan unsur sulfuf pada tanaman bawang merah di Kecamatan Jatisrono sebanyak 326.29kg/ha, dengan jumlah unsur nitrogen yang didapat sebesar 14.52kg. Kecamatan Ngadirojo membutuhkan pengaplikasian 328.69kg/ha ZA untuk memenuhi kebutuhan 14.63kg sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk Kecamatan Karang tengah sebanyak 336.10kg/ha.

Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman bawang merah pada tanah Mediteran sekitar 148.60 – 174.38kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 untuk kecamatan giriwoyo, Wuryantoro dan Purwantoro tidak berbeda jauh antara satu dengan yang lain dengan kisaran 88.39 – 90.13kg/ha. Rekomendasi pengunaan pupuk KCl untuk kecamatan Giriwoyo sebanyak 119.41kg/ha, jumlah sebanyak itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan 71.64kg kalium pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak 121.57kg/ha dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak 90.25kg/ha. Penggunaan pupuk ZA dapat menambahkan unsur nitrogen pada tanah selain menambah unsur sulfur, sehingga pada rekomendasi 329.48kg/ha ZA di Kecamatan Giriwoyo selain diperuntukkan untuk menambahkan 19.18kg sulfur juga menambah unsur nitrogen sebesar 14.67kg. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA pada kecamatan Wuryantoro sebanyal 331.25kg/ha dan pada Kecamatan Purwantoro sebanak 330.18kg/ha.

(26)

Rekomendasi pemupukan urea pada tanah Grumosol yang berada di Kecamatan Selogiri sebanyak 137.95kg/ha, sedangkan di Kecamatan Kismantoro sebanyak 172.98kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 yang sesuai dengan rekomendasi pada Kecamatan Selogiri sebanyak 91.41kg/ha dan Kecamatan Kismantoro sebanyak 89.75kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan unsur kalium di Kecamatan Selogiri sebanyak 116.50kg/ha dan Kecamatan Kismantoro sebanyak 123.37kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA di Kecamatan Selogiri sebanyak 321.40kg/ha, yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan 18.72kg/ha sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada Kecamatan Kismantoro adalah sebanyak 320.01kg/ha.

Rekomendasi pemupukan urea untuk tanah Regosol di Kecamatan

Wuryantoro pada budidaya tanaman bawang merah sebanyak

167.42kg/ha. Jumlah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 77.01kg nitrogen pada budidaya tanaman bawang merah. 88.39kg/ha SP-36 direkomendasikan untuk ditambahkan pada budidaya tanaman bawang merah di Kecamatan Wuryantoro. Rekomendasi pemupukan KCl yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan 74.97kg kalium sebanyak 124.96kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada tanah Regosol di Kecamatan Wuryantoro sebanyak 329.20 kg/ha.

Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk urea pada tanah Andosol yang berada di Kecamatan Jatipuro sebanyak 138.08kg/ha, jumlah tersebut ditambahkan guna mencukupi kebutuhan tanaman bawang merah akan62.51kg unsur nitrogen. Penggunaan pupuk SP-36 sesuai dengan rekomendasi adalah sebanyak 91.61kg/ha, jumlah ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan rekomendasi dari Balitan atau rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dierolf. Rekomendasi penggunaan 87.22 kg/ha KCl diberikan untuk memenuhi kebutuhan tanaman bawang merah akan52.33kg/ha unsur kalium. Kecamatan jatipuro memiliki rekomendasi pemupukan ZA sebanyak 326.13kg/ha yang ditujukan memenuhi

(27)

kebutuhan akan 24.19 kg unsur sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Sebanyak 14.51 Kg unsur nitrogen didapatkan dari penggunaan 326.13 kg/ha pupuk ZA.

Pupuk urea yang direkomendasikan untuk tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno sebanyak 169.53 kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 sebanyak 89.22kg/ha. Guna memenuhi kebutuhan 73.49kg/ha unsur kalium, maka dibutuhkan pupuk KCl sebanyak 122.49kg/ha. Rekomendasi penggunaan dolomit untuk tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno pada budidaya tanaman bawang merah sebanyak 50.95kg/ha. Jumlah ini diberikan untuk mencukupi kebutuhan akan15.28 Kg/Ha unsur kalsium. Penggunaan pupuk ZA yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur sulfur pada budidaya tanaman bawang merah di Kecamatan Baturetno adalah sebanyak 316.44kg/ha.

(28)

Tabel 10. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Bawang Merah Jenis

Tanah Kecamatan

Rekomendasi Pemupukan kg/ha

Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 176.22 94.12 115.46 326.76 Nguntoronadi 167.82 88.23 114.27 319.82 Giriwoyo 176.78 91.22 121.72 326.20 Pracimantoro 162.70 88.74 121.73 328.76 Manyaran 166.83 91.33 99.89 332.02 Latosol Jatisrono 146.79 92.96 86.15 326.29 Ngadirojo 122.68 89.75 90.49 328.69 Karang Tengah 144.04 90.34 69.45 336.10 Mediteran Giriwoyo 159.73 90.13 119.41 329.48 Wuryantoro 174.38 88.39 121.57 331.25 Purwantoro 148.60 89.70 90.25 330.18 Grumosol Selogiri 137.95 91.41 116.50 321.40 Kismantoro 172.98 89.75 123.37 320.01 Regosol Wuryantoro 167.42 88.39 124.96 329.20 Andosol Jatipuro 138.08 91.61 87.22 326.13 Aluvial Baturetno 169.53 89.22 122.49 50.95 316.44

Sumber ; Perhitungan rekomendasi unsur hara penelitian

c. Rekomendasi Pemupukan Kacang Panjang

Kacang panjang dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Syarat-syarat yang penting untuk tumbuhnya tanaman ini ialah tanah gembur, kandungan humus banyak, dan pH tanah antara 5,5-6,5. Tanaman kacang panjang akan tumbuh baik pada suhu udara yang optimal antara 25-270 C.

Tanaman kacang panjang yang dibudidayakan pada tanah Litosol yang berada di Kecamatan Slogohimo memiliki rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk urea sebanyak 236.32 Kg/Ha, sedangkan untuk Kecamatan Nguntoronadi (227.92 kg/ha), kecamatan Giriwoyo (236.88 kg/ha), Kecamatan Pracimantoro (222.80 kg/ha) dan Kecamatan Manyaran (226.92 Kg/Ha). Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 pada tanah Litosol berkisar antara 50.03 – 55.92 kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl pada tanah Litosol terendah berada di Kecamatan Manyaran sebanyak 71.05 kg/ha, sedangkan tertinggi berada di Kecamatan Pracimantoro sebanyak 105.63 kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan

(29)

menggunakan pupuk ZA tertinggi berada di Kecamatan Manyaran sebanyak 160.31 kg/ha dan terendah sebanyak 148.11 kg/ha berada di Kecamatan Nguntoronadi.

Rekomendasi pemupukan urea tanaman kacang panjang pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang Tengah adalah sebanyak 206.89 kg/ha, 182.77 kg/ha, dan 204.14 kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 menurut rekomendasi pada tabel 9 berkisar antara 51.55 – 54.76 kg/ha Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan unsur kalium pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebanyak 49.32 kg/ha, Kecamatan Ngadirojo sebanyak 56.18 kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebanyak 22.87 kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebanyak 154.58kg/ha, Kecamatan Ngadirojo sebanyak 156.98kg/ha dan Kecamatan Karang tengah sebanyak 164.39kg/ha.

Budidaya tanaman kacang panjang pada tanah Mediteran di Kecamatan Giriwoyo, Wuryantoro dan Purwantoro memiliki rekomendasi pemupukan urea berturut-turut sebesar 219.83kg/ha, 234.47kg/ha dan 208.70kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 menurut rekomendasi untuk tanah Mediteran di Kecamatan Giriwoyo sebanyak 51.93kg/ha, untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak 50.19kg/ha dan Kecamatan Purwantoro sebanyak 51.50kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk Kecamatan Giriwoyo sebanyak 101.95kg/ha, Kecamatan Wuryantoro sebanyak 105.38kg/ha dan 55.80kg/ha untuk Kecamatan Purwantoro. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA pada tanah Mediteran yang berada di Kecamatan Giriyowo, Wuryantoro dan Purwantoro sebanyak 157.77kg/ha, 159.54kg/ha dan 158.47kg/ha. Jumlah nitrogen yang dihasilkan dari penambahan pupuk ZA dalam jumlah tersebut adalah 7.02kg untuk Kecamatan Giriwoyo, 7.10 kg untuk Kecamatan Wuryantoro dan 7.05kg untuk Kecamatan Purwantoro.

(30)

Rekomendasi pemupukan urea yang dihasilkan untuk tanah Grumosol di Kecamatan Selogiri sebanyak 198.04kg/ha sedangkan di Kecamatan Kismantoro rekomendasi untuk pemupukan urea sebanyak 233.07kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 yang sesuai dengan rekomendasi yang telah dihasilkan untuk Kecamatan Selogiri sebanyak 53.21kg/ha dan Kecamatan Kismantoro sebanyak 51.50kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl pada tanah Grumosol di kecamatan Selogiri sebanyak 97.36kg/ha, jumlah ini ditambahkan guna memenuhi kebutuhan 36.90kg kalium. Penambahan KCl di Kecamatan Kismantoro sebanyak 108.22kg/ha. Penambahan pupuk ZA berdasarkan rekomendasi yang telah dihasilkan adalah 149.70kg/ha untuk Kecamatan Selogiri dan 148.30kg/ha untuk Kecamatan Kismantoro.

Rekomendasi pada tanah Regosol untuk pemupukan dengan menggunakan pupuk urea adalah sebanyak 227.52kg/ha, jumlah ini ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan akan104.66kg nitrogen. Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 pada tanah regosol di Kecamatan Wuryantoro sebesar 50.19kg/ha. Guna memenuhi kebutuhan akan7.88kg kalium di Kecamatan Wuryantoro ini maka diperlukan pemupukan dengan menggunakan pupuk KCl sebanyak 110.75kg/ha. Budidaya tanaman kacang panjang pada tanah Regosol di Kecamatan Wuryantoro direkomendasikan untuk menambahkan 157.50 pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan akan9.17kg unsur sulfur.

Tanah Andosol yang berada di Kecamatan Jatipuro

direkomendasikan untuk menambahkan 198.17kg/ha urea pada saat

melakukan budidaya kacang panjang. Budidaya tanaman kacang panjang pada tanah Andosol di Kecamatan Jatipuro direkomendasikan untuk memberikan 53.41kg/ha pupuk SP-36, jumlah tersebut ditambahkan untuk memenuhi 8.39kg unsur fosfor. Rekomendasi yang diberikan untuk pemupukan KCl adalah sebanyak 106.84kg/ha. Budidayan kacang panjang pada tanah Andosol di kecamatan Jatipuro direkomendasikan untuk menambahkan 154.42kg/ha pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan

(31)

akan8.99kg sulfur. Selain dapat memenuhi kebutuhan akan sulfur, pemberian 199.09 kg/ha pupuk ZA juga dapat menambah unsur nitrogen sebanyak 6.87kg.

Rekomendasi pemupukan urea untuk budidaya kacang panjang pada tanah Aluvial adalah sebanyak 229.62kg/ha. Penambahan SP-36 untuk memenuhi kebutuhan akan unsur fosfat sesuai rekomendasi yang telah didapatkana adalah sebanyak 51.02kg/ha. Guna memenuhi kebutuhan akan40.50 kg unsur kalium pada budidaya kacang panjang di Kecamatan Baturetno maka diperlukan pemupukan dengan menggunakan pupuk KCl sebanyak 106.84 kg/ha. Kebutuhan akan unsur kalsium dan magnesium dalam budidaya kacang panjang dapat diatasi dengan menambahkan dolomit. Rekomendasi pemberian dolomit yang untuk budidaya tanaman kacang panjang pada tanah Aluvial di Baturetno adalah sebanyak 77.61kg/ha, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan 23.28kg kalsium. Rekomendasi yang diberikan untuk pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada tanah Aluvial di Kecamatan Baturetno adalah sebanyak 144.74kg/ha.

(32)

Tabel 11. Rekomendasi Pemupukan Kacang Panjang Jenis

Tanah Kecamatan

Rekomendasi Pemupukan kg/ha

Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo 236.32 55.92 95.71 155.05 Nguntoronadi 227.92 50.03 93.82 148.11 Giriwoyo 236.88 53.02 105.61 154.49 Pracimantoro 222.80 50.54 105.63 157.05 Manyaran 226.92 53.13 71.05 160.31 Latosol Jatisrono 206.89 54.76 49.32 154.58 Ngadirojo 182.77 51.55 56.18 156.98 Karang Tengah 204.14 52.14 22.87 164.39 Mediteran Giriwoyo 219.83 51.93 101.95 157.77 Wuryantoro 234.47 50.19 105.38 159.54 Purwantoro 208.70 51.50 55.80 158.47 Grumosol Selogiri 198.04 53.21 97.36 149.70 Kismantoro 233.07 51.55 108.22 148.30 Regosol Wuryantoro 227.52 50.19 110.75 157.50 Andosol Jatipuro 198.17 53.41 51.00 154.42 Aluvial Baturetno 229.62 51.02 106.84 77.61 144.74

Sumber ; Perhitungan rekomendasi unsur hara penelitian

d. Rekomendasi Lainnya

Rekomendasi lainnya ialah rekomendasi ang dikeluarkan oleh instansi atau perorangan ang nantinya akan menjadi pembanding rekomendasi dari penelitian ini. Terdapat dua rekomendasi lain, yaitu rekomendasi yang dikeluarkan oleh Balitan dan rekomendasi oleh Thomas Dierolf. Rekomendasi – rekomendasi tersebut tersaji pada tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Oleh Balitan dan Dierolf Komoditas

Balitan Dierolf et al.

Kg / Ha

Urea SP-36 KCl ZA Urea SP-36 KCl ZA

Cabai 200 250 150 300 228 333 250 343

Bawang Merah 200 400 100 200 293 333 250 343

Gambar

Tabel 3. Ketersediaan Unsur Hara  Jenis  Tanah  Kecamatan  Unsur Hara  N %  P ppm  K  me/100  Ca  me/100  Mg  me/100   S %  Litosol  Slogohimo  0.03  6.05  0.181  3.32  4.53  0.0081     Nguntoronadi  0.055  8.58  0.187  2.31  5.51  0.0115     Giriwoyo  0.0
Tabel 4. Status Unsur Hara  Jenis
Tabel 6. KebutuhanUnsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Cabai  Jenis
Tabel 7. Kebutuhan Unsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Bawang Merah  Jenis
+5

Referensi

Dokumen terkait

“Ndak aku, nek eneng seng loro yo tak inguk tapi ndak aku seneng karo wonge nek gak seneng ya uwis tak tekke wae, begitu juga kalau Saya diundang jagong manten atau layat di

System harus bisa mengatur jumlah konsumen yang menggunakan sistem ini dalam melakukan pengiriman barang baik perhari, minggu, bulan dan tahunan guna mengetahui persentase

Pola pembentukan kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga pola yakni, (i)pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang oleh berkat, kasih karunia dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan atau dicabut status badan Hukumnya melalui keputusan Kemenkumham Nomor AHU.30.AH.01.08 pada Tanggal 19

Hasil analisis kapasitas bencana tanah longsor di Desa Harapan Jayamengacu pada hasil overlay peta administrasi dan data survei, dari data survei yang diperoleh,

PENGARUH MUSEUM EXPERIENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION WISATAWAN DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian Habib (2008) tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saeedi dan Ebrahimi (2010) yang melakukan penelitian terhadap