• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kerja BPIPI 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Kerja BPIPI 2015"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Kerja 2015

Rencana

Kerja

BPIPI

2015

Rencana kerja BPIPI sebagai bagian dari Rencana Strategi Jangka Menengah BPIPI 2015 -2019. Rencana Kerja ini berisi program dan kegiatan BPIPI selama periode 2015 beserta alokasi dananya

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan Rencana Kerja ( RENJA ) Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indoensia 2015 dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Penyusunan Rencana Kerja ( RENJA ) Tahun 2015 ini didasarkan atas pelaksanaan kegiatan yang mengarah pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Stratejik (RENSTRA) Tahun 2015 – 2019 Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia.

Dengan berbekal pengalaman tahun 2014, optimis kinerja tahun 2015 BPIPI semakin baik. Kinerja kegiatan terpenuhi dan terlaksana, dari sisi dana terserap dengan optimal dan efisien dan output serta dari kegiatan dapat dicapai dan dirasakan langsung oleh masyarakat

Demikian Rencana Kerja ( RENJA ) Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia yang dapat kami sampaikan, dengan harapan masukan dan saran serta petunjuk. Akhirnya dengan memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT semoga Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia mampu melaksanakan tugas dan pengabdian dengan sebaik – baiknya serta mampu meningkatkan prestasi kerja.

Sidoarjo, Februari 2015

KEPALA BPIPI

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR,……….... i

DAFTAR ISI………... ii

BAB I : PENDAHULUAN………...

1. SEJARAH ... 2. PROGRAM DAN KEGIATAN...

BAB II : A. PERENCANAAN STRATEJIK………...

1. VISI... 2. MISI. ... 3. TUJUAN. ... 4. SASARAN. ... 5. PROGRAM. ...

BAB III : RENCANA KINERJA TAHUN 2015...

1. LAYANAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

PERSEPATUAN INDONESIA... 2. LAYANAN PERKANTORAN...

(4)

RENCANA KERJA TAHUN 2015

BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN

SEJARAH

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

103/M-IND/PER/12/2008 tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, tugas pokok Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan, pengembangan desain dan pelayanan konsultasi di bidang persepatuan.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana, program dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang persepatuan .

2. Pelaksanaan layanan bimbingan teknis produksi sepatu dan manajemen persepatuan.

3. Pelaksanaan pengembangan desain di bidang persepatuan. 4. Pelayanan informasi teknologi persepatuan.

5. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, inventarisasi barang milik negara, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan, serta pengelolaan perpustakaan Balai Pengembangan Industri Perseptuan Indonesia.

(5)

1. Subbagian Tata Usaha

Subbagian tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, inventarisasi barang milik negara, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan, serta pengelolaan perpustakaan Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia.

2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan

Seksi Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan :

a. Penyiapan bahan penyusunan silabi/materi, kebutuhan sarana dan prasarana, rencana anggaran, kerjasama, pelaksanaan, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang persepatuan.

b. Pelayanan bimbingan teknis produksi sepatu dan manajemen persepatuan.

3. Seksi Desain dan Pengembangan

Seksi Desain dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan :

a. Penyiapan bahan penyusunan rencana, kebutuhan sarana dan prasarana, rencana anggaran, kerjasama, pelaksanaan, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan desain di bidang persepatuan.

b. Pelayanan informasi teknologi persepatuan.

Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia mempunyai posisi penting dalam rantai nilai industri alas kaki nasional baik pada skala industri kecil hingga besar. Peranan BPIPI dalam industri hulu alas kaki terletak pada bagaimana proses dan kualitas produk bahan baku alas kaki terjamin dan menunjang produk jadi alas kaki. Di pusat rantai nilai industri alas kaki, BPIPI bertanggungjawab pada penyiapan SDM dan standardisasi proses produksi. Sedangkan di sektor hulu, BPIPI mampu memberikan jaminan bahwa poduk akhir alas kaki berkualitas, mampu diterima pasar dengan baik dan menjadi produk unggulan nasional.

(6)

Sesuai tugas pokok dan fungsinya, BPIPI sebagai pusat pendidikan dan pelatihan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan sumber daya manusia khususnya di bidang persepatuan sehingga diharapkan terciptanya tenaga kerja kompeten dan trampil berdasarkan standar yang berlaku internasional. Didukung dengan seperangkat mesin dan peralatan modern untuk memproduksi persepatuan sesuai standar internasional. Misi pelatihan ini merupakan salah satu fokus penting BPIPI untuk memberikan kontribusi pada pemberdayaan tenaga kerja sekaligus bagian strategi investasi SDM (sumber daya manusia) di industri persepatuan. Mengapa strategi ini penting karena salah satu unsur penting daya saing industri adalah SDM. Tujuan utama dari pemberdayaan ini ialah bagaimana menanamkan budaya kerja yang produktif dan efisien. Kedua, budaya tersebut sangat dibutuhkan pada level industri dimana unsur manusia merupakan faktor terpeniting yang harus dibangun terlebih dahulu ialah membangun sejak dini budaya kerja konstruktif baik bagi SDM maupun industri. Karena bagaimanapun membangun budaya kerja membutuhkan variabel waktu cukup lama dan faktor keberlanjutan yang konsisten. Hal tersebut membutuhkan energi yang besar untuk paling tidak bertahan (survive) apalagi keberadaan BPIPI mampu memberikan nilai tambah bagi industri khususnya persepatuan di Indonesia. Dan yang terpenting lagi ialah hasil pelatihan SDM di BPIPI sudah dapat dimanfaatkan langsung oleh beberapa perusahaan alas kaki nasional. Dalam upaya semakin memperkuat fungsi pendidikan ini, BPIPI harus melakukan strategic partnership dengan akademi/perguruan tinggi yang lebih intensif. Dengan mengedepankan fungsi pendidikan, BPIPI berharap sebagai academic centre persepatuan nasional dan kontributor utamanya adalah akademi/perguruan tinggi

BPIPI sebagai pusat pengujian dan sertifikasi produk dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan peningkatan kualitas hasil produksi persepatuan agar sesuai dengan standar internasional. Sebagai bagian dari paket layanan industri persepatuan di Indonesia, BPIPI juga akan dilengkapi peralatan uji produk kulit atau laboratorium. Pada periode 2006 BPIPI masih dilengkapi alat uji kekuatan

(7)

sepatu dan beberapa IKM dan industri sepatu sudah mengujikan kekuatan produk sepatu. Pada akhir tahun 2013 beberapa peralatan standar pengujian laboratorium sudah dapat dilengkapi sehingga diharapkan sosialisasi mengenai standarisasi produk alas kaki dengan sadar uji produk dapat segera dilaksanakan. Dengan adanya fasilitas laboratorium ini diharapkan semakin melengkapi pelayanan BPIPI sebagai salah satu lembaga uji dan sertifikasi produk alas kaki. Namun beberapa hal yang menjadi hambatan dalam menjalankan fungsi laboratorium adalah belum adanya tenaga khusus untuk manajemen laboratorium yang baik dan sesuai standar industri dengan jasa klasifikasi produk dan flow certification yang jelas. Program kerjasama dengan lembaga riset industri seperti SATRA akan menjadi nilai tambah bagi BPIPI dalam upaya rebranding organisasi dimata industri besar, tentunya dengan harapan segmen industri besar dan menengah ini lebih banyak memanfaatkan fasilitas testing di BPIPI. Bagaimana dengan industri kecil, untuk IKM diharapkan mendapatkan fasilitas testing dengan pendekatan intervensi, dengan harapan meningkatkan kualitas produk alas kaki domestik.

BPIPI sebagai pusat penelitian dan pengembangan dapat memberikan kontribusi di bidang pengembangan desain produk persepatuan yang up to date serta dapat memberikan dukungan di dalam hal pembuatan pola dan grading hingga ke pembuatan Shoe Last dan Clicking Knifes yang effisien dalam waktu singkat. Didukung dengan seperangkat peralatan CAD / CAM dan seperangkat mesin pembuatan Shoe Last dan Clicking Knifes. Sebagai lembaga jasa aktifitas penting pada sisi internal ialah penelitian dan pengembangan (R&D). Proses ini membutuhkan kesiapan SDM internal BPIPI dan peralatan pendukung yang memadai. Sebagai fokus pengembangan, aktifitas R&D BPIPI difokuskan pada pengembangan–pengembangan peralatan/permesinan pada industri alas kaki yang tepat guna (TTG) dan pengembangan desain model sepatu casual (kulit) secara. Pada setiap aktifitas pelatihan sepatu khususnya desain pada tiap-tiap angkatan pelatihan akan diterapkan desain dan model yang terbaru.

(8)

BPIPI sebagai pusat konsultasi teknis persepatuan dapat memberikan kontribusi dalam hal penyuluhan teknis atau bimbingan teknis serta konsultasi kepada produsen persepatuan agar dapat meningkatkan kualitas, manajerial, dan efisiensi. Bentuk pelayanan yang dijalankan oleh BPIPI ialah memberikan jasa konsultasi teknis persepatuan dan manajemen. Aktifitas ini merupakan wujud kepedulian terhadap keberlanjutan program-program yang telah dikembangkan. Fokus aktifitas ini lebih pada pendampingan dan pembinaan industri alas kaki baik kecil, menengah dan besar. Sebagai bentuk korelasi dengan layanan pertama BPIPI yaitu pelatihan dan pendidikan. Konsultasi teknis dan menejemen yang diberikan lebih dititikberatkan pada bagaimana para alumni sekaligus mitra atau partner yang tergabung pada rantai nilai industri alas kaki dapat menjalankan budaya kerja produktif dan efisien di lapangan. Salah satu alat atau metode penting yang BPIPI gunakan adalah bagaimana setiap entitas SDM atau perusahaan dapat menjalankan budaya 7S (Short, Set in Order, Shine, Sustain, Standart, Safety, Smile). Dengan pendampingan industri baik kecil, menengah, besar alas kaki, metode 7S cukup memberikan nilai tambah pada peningkatan produktifitas dan efisiensi. Tentunya penerapan metode ini tidak semuanya dapat disamakan untuk masing-masing entitas. Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan budaya tersebut, disamping BPIPI juga harus mempunyai budaya tersebut. Sehingga aplikasi dilapangan akan sangat berbeda untuk masing-masing perusahaan.

BPIPI sebagai pusat informasi dan perdagangan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal penyebaran informasi tentang trend dan perdagangan internasional yang berkenaan dengan persepatuan dunia sehingga diharapkan para produsen persepatuan dalam negeri dapat selalu up to date dengan perkembangan persepatuan di luar negeri. Di samping itu BPIPI berfungsi sebagai penghubung perdagangan antara pembeli dari luar negeri dengan produsen persepatuan dalam negeri. Terdapat dua aktifitas penting yang dilakukan yaitu mengikuti pameran dan misi dagang. Pada setiap pameran yang BPIPI ikuti selalu

(9)

mengikutsertakan setidaknya industri kecil dan menengah untuk memamerkan produk unggulannya sekaligus memperkenalkan profile perusahaan, disamping misi BPIPI untuk sosialisasi kelembagaan kepada calon-calon mitra/partner BPIPI. Dengan demikian maka melihat fungsi dari BPIPI maka sangat bermanfaat bagi produsen persepatuan di Indonesia untuk lebih mampu bersaing dalam percaturan perdagangan global.

PROGRAM DAN KEGIATAN

Organisasi, saat ini BPIPI sedang fokus pada strategi pembinaan IKM dan industri alas kaki dengan 2 (dua) pendekatan sekaligus.

1. Pertama, pendekatan perkuatan kelembagaan IKM. Strategi ini dilakukan untuk memperkuat kapasitas SDM dan organisasi IKM khususnya pada sentra atau unit usaha yang sudah ada. Pada umumnya, pembinaan dengan pendekatan ini dilakukan pada IKM dan sentra di Wilayah II (Jawa & Bali). Hal ini didasarkan pada strategi utama Kementerian Perindustrian dalam upayanya menyeimbangkan proporsi potensi wirausaha baru yang ada di wilayah Jawa Bali yang semula 60:40 menjadi 40:60 untuk wilayah luar Jawa dan Bali

2. Mendukung hal tersebut di atas, pendekatan pembinaan IKM (Industri Kecil Menengah) dan industri alas kaki BPIPI berikutnya adalah penumbuhan wirausaha baru dengan fokus pada pembinaan start up busineess bagi IKM pemula diwilayah luar Jawa dan Bali. Program – program pembinaan yang diberikan akan banyak melibatkan pelaku usaha/IKM pemula untuk terlibat aktif dalam mengembangkan usahanya melalui dialog proaktif dan berani dalam mengambil keputusan bisnis.

Salah satu potensi yang mampu menggerakkan sektor industri alas kaki adalah IKM yang didukung penuh oleh industri besar yang dibingkai dalam hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Mengacu roadmap yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian RI, Tahun 2030 Indonesia akan menjadi pusat manufaktur alas kaki yang berkualitas dunia. Sebuah tantangan sekaligus

(10)

ancaman. Tergantung perspektif sisi mana kita gunakan sebagai masyarakat industri alas kaki Indonesia. Perspektif ini harus digunakan secara proporsional, karena keduanya (tantangan dan ancaman) akan sangat berguna untuk menyusun strategi kedepan secara sistematis dan terukur.

Perspektif Tantangan, adalah sebuah sudut pandang positif bagaimana melihat masa depan industri alas kaki dari sisi skenario/gambaran/kondisi terbaik yang akan dicapai. Berawal dari titik ini, Industri Alas Kaki harus menyiapkan diri dan potensi internalnya untuk memperoleh manfaat dan nilai tambah sebesar-sebesarnya bagi masyarakat. Diperlukan strategi untuk menangkap peluang di masa depan. Perspektif Ancaman, sebuah sudut pandang (bukan negatif) yang melihat masa depan industri alas kaki dari sisi skenario/gambaran/kondisi terburuk yang akan diterima atas konsekuensi perubahan di masa depan.

Volume pasar, sumber daya manusia dan ketersediaan bahan baku merupakan potensi natural yang dimiliki oleh masyarakat industri alas kaki Indonesia. Keunggulan tersebut harus dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh industri lokal dan menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Namun yang perlu diwasapadai, dalam jangka panjang potensi natural industri alas kaki nasional (Volume pasar, sumber daya manusia dan ketersediaan bahan baku) tidak bisa menjadi acuan utama strategi pengembangan industri, akan lebih banyak faktor eksternal (tantangan sekaligus ancaman) yang akan mereduksi nilai manfaat potensi tersebut. Faktor eksternal tersebut seperti perubahan demografi, perilaku dan struktur pasar, perkembangan teknologi dan perubahan pada etika dan aturan bisnis bahkan lingkungan.

Layanan BPIPI di masa depan tergantung pada tumbuhnya industri persepatuan yang ditarik lokomotif yang bernama pasar. Menurut data industri alas kaki Indonesia, pasar industri alas kaki Indonesia menggarap dua pasar yaitu domestik

(11)

dan luar negeri. Pasar domestik masih memegang peran yang sangat besar untuk menyerap hasil produk domestik.

Untuk pengembangan layanan BPIPI di masa depan, orientasi dua pasar yang menjadi fokus dalam menentukan desain dan kualitas layanan yang hendak diberikan kepada industri persepatuan. Tetapi pertanyaan yang harus diajukan, apakah pasar domestik dan luar negeri memiliki daya tarik bagi industri alas kaki? Cara menganalisisnya adalah dengan memperhatikan pola konsumsi pasar domestik dan global.

 Konsumsi sepatu dunia menurut data World Footwear (APICCAPS), digambarkan sebagai berikut :

2010 2011 2013

Jumlah pasang alas kaki (juta) 10.900 10.735 11.751 Share 10 negara konsumsi terbesar 62.3% 61.7% 60,7% Konsumsi total (juta pasang) 17.496 17.399 19.359

Berdasarkan data tersebut di atas, tingkat pertumbuhan konsumsi alas kaki dunia rata-rata 5,6% (2011-2013). Dan di masa mendatang konsumsi alas kaki akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan tingkat kemakmuran. Berapa jumlah konsumsi dunia dengan kenaikan rata-rata moderat 3 %, 4%, 5% ?

2015 2020 2025 2030

Konsumsi alas kaki dunia (juta pasang) asumsi kenaikan 3%

20.538 23.809 27.601 31.066

Konsumsi alas kaki dunia (juta pasang) asumsi kenaikan 4%

20.939 25.475 30.994 37.709

Konsumsi alas kaki dunia (juta pasang) asumsi kenaikan 5%

21.343 27.240 34.766 44.371

Mencermati perkembangan pasar global saat ini dan di masa yang akan datang, ke mana pasar akan bergerak ?

 Pasar produk alas kaki global dan domestik masih memiliki daya tarik dari sisi permintaan. Produk alas kaki merupakan kebutuhan primer dan sekunder

(12)

(tergantung pada posisi masing-masing budaya dan kemakmuran setiap kawasan)

 Kawasan Eropa, Amerika Utara (USA), Asia memiliki daya tarik sebagai pasar industri alas kaki karena kawasan tersebut merupakan penghela perekonomian dunia, yang menjadikan kawasan tersebut memiliki tingkat kemakmuran yang lebih dibandingkan dengan kawasan dunia lainnya.

Prediksi potensi pasar alas kaki dunia pada tahun 2030 menurut kawasan sebagai berikut

 Prediksi sebaran jumlah penduduk Indonesia pada tahun s/d tahun 2030 menurut kawasan sebagai berikut :

Proyeksi Penduduk Indonesia (ribuan)

2015 2020 2025 2030

Sumatera 55.272,9 59.337,1 62.898,6 65.938,3

Jawa 145.143,6 152.449,9 158.738,0 163.754,8

Bali & Nusa Tenggara 14.108,6 15.047,8 15.932,4 16.751,4 Kalimantan 15.343,0 16.769,7 18.082,6 19.264,0 Sulawesi 18.724,0 19.934,0 21.019,8 21.953,5 Maluku 2.848,8 3.110,7 3.363,7 3.603,6 Papua 4.020,9 4.417,2 4.793,9 5.139,5 Total 255.461,7 271.066,4 284.829,0 296.405,0

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas – BPS – UN Population Fund) Jakarta 2013

Penduduk Indonesia yang Hidup di Daerah Perkotaan

2015 2020 2025 2030

53,3% 56,7% 60,0% 63,4%

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas – BPS – UN Population Fund) Jakarta 2013 (diolah)

Proyeksi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin (ribuan), digambarkan pada tabel berikut ini :

2015 2020 2025 2030

Laki-laki 128.366,7 136.142,5 142.924,9 148.547,3

Perempuan 127.095,0 134.923,9 141.904,1 147.857,8

L +P 255.461,7 271.066,4 284.829,0 296.405,0

(13)

Penduduk perempuan memiliki porsi 49,8% dibandingkan penduduk dengan jenis kelamin pria/laki-laki. Proyeksi penduduk Indonesia menurut struktur umur,

digambarkan pada tabel berikut ini :

Usia 2015 2025 Di bawah 9 th 18,55% 16,18% 10-19 th 17,44% 16,54% 20-29 th 16,54% 15,50% 30-39 th 15,76% 14,64% 40 – 49 th 13,53% 13,81% 50 – 59 th 9,68% 11,48% Di atas 60 th 8,59% 11,84%

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas – BPS – UN Population Fund) Jakarta 2013(diolah)

Prediksi konsumsi alas kaki domestik s/d 2030

2015 2020 2025 2030

Prediksi jumlah penduduk (ribuan) 255.461,7 271.066,4 284.829,0 296.405,0 Prediksi konsumsi alas kaki (dalam ribuan

pasang) dengan asumsi 1 penduduk konsumsi 1,5 pasang per tahun

383.191,5 406.599,6 427.243,5 444.607,5

Prediksi konsumsi alas kaki (dalam ribuan pasang) dengan asumsi 1 penduduk konsumsi 2 pasang per tahun

510.923,4 542.132,8 569.658,0 592.810,0

Beberapa tren penduduk Indonesia sebagai pasar pengguna alas kaki :

 Hampir 57% penduduk Indonesia berdiam di pulau Jawa, dan ini berkonsekuensi bahwa pasar produk alas kaki berpusat di pulau Jawa.

 Penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan berkisar 60% dari total penduduk Indonesia, dan ini membawa pada gaya hidup perkotaan bila mengkonsumsi alas kaki.

 Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki akan lebih banyak dibandingkan perempuan, dengan angka 50,2 % (laki-laki) dan 49,8% (perempuan). Tetapi secara emosional, pasar dengan jenis kelamin perempuan akan mengkonsumsi alas kaki lebih banyak dibandingkan laki-laki.

(14)

 Menurut struktur umum penduduk, penduduk dengan usia muda tetap mendominasi tetapi ada kecenderungan menurun komposisinya. Ini berarti pasar anak – remaja – dewasa adalah pasar potensi untuk dilayani oleh industri alas kaki.

Secara umum, produk alas kaki yang ada di pasar domestik dibagi dalam 5 tipe :

Tipe Oxford Tipe Derby/Gibson Tipe Boot

Tipe Moccasin Tipe Sandal Tipe Ladies pump

(15)

Prediksi perilaku konsumen produk alas kaki global

Prediksi perilaku perilaku konsumen produk alas kaki domestik  Pengguna muda untuk penggunaan multi

aktivitas, menjadi penghela

pertumbuhan alas kaki dunia

 Alas kaki untuk kebutuhan khusus akan tersegmentasi menurut budaya, standarisasi hidup, pengetahuan, serta daya beli pada setiap kawasan.

 Produk alas kaki ramah lingkungan menjadi isu seksi yang akan semakin menguat di masa yang akan datang (Green product)

 Faktor teknologi informasi akan menjadi pemicu perubahan tren yang semakin cepat, tetapi ada kawasan yang menjadi pionir dan sebagian kawasan menjadi follower.

 Pengguna fungsional lebih dominan seperti untuk sekolah akan berkembang karena pertumbuhan penduduk secara alamiah.

Istilah one for all untuk menggambarkan penggunaan sepatu untuk semua kegiatan, mulai dari aktivitas informal sampai dengan formal. Di masa depan, pengguna alas kaki multifunction akan meningkat searah dengan makin tidak tidak tersegmennya produk alas kaki.  Pengguna sepatu casual/fashion lebih

mengarah pada high end customer dan akan berkembang mengikuti industri fesyen lainnya - garmen

Layanan BPIPI di masa mendatang ditentukan peta bisnis yang dihadapi industri alas kaki di Indonesia. Indonesia terikat dengan kawasan Masyarakat Ekonomi Asean pada

(16)

tahun 2015. Arus barang, SDM, modal akan semakin bebas berpindah di kawasan ASEAN tanpa ada restriksi/barrier tarif.

Beberapa data mengenai profil industri alas kaki di beberapa negara ASEAN :

Indonesia Vietnam Cambodia Malaysia Philipina Singapore Thailand

Populasi (juta jiwa) 248 90 15 30 97 5 68 GDP per capita (USD) 3.510 1.902 1.016 10.548 2.790 54.776 5.674 Ekspor alas kaki (juta pasang) 178 650 58 12 1 31 127 Impor alas kaki (juta pasang) 18 25 8 34 122 80 67 Rata-rata harga ekspor alas

kaki (USD) 21.12 15.44 16.39 12.85 23.89 10.39 5.44 Rata-rata harga impor alas

kaki (USD) 13.49 8.04 2.37 7.65 1.31 8.41 3.36 Produksi alas kaki (juta

pasang) 700 770 74 62 70 12 127 Konsumsi alas kaki (juta

pasang) 540 148 24 84 191 61 67 Jumlah industri alas kaki

yang beroperasi (unit) 200 1.000 38 970 2.000 n.a 550 Jumlah TK yang bekerja di

industri alas kaki (orng) 415.000 350.000 67.000 30.000 25.000 n.a 83.000 Rata-rata TK per industri alas

kaki (orng) 2.075 350 1.763 31 13 n.a 151 Konsumsi alas kaki per kapita 1.55 0.99 1.03 2.33 1.67 n.a 2.12

Catatan : Laos, Myanmar, Brunei (data tidak tersedia)

Sumber : Portuguese Shoes, World Footwear, 2014, world Foorware Market – SATRA Technology, 2012

Beberapa fakta mengenai industri alas kaki di negara ASEAN :

 Jumlah penduduk Indonesia terbesar di negara ASEAN, dengan perkapita USD 3,510. Konsumsi alas kaki akan memiliki relasi dengan jumlah penduduk. Ini berarti, pasar domestik bagi industri alas kaki Indonesia sangatlah menjanjikan. Negara di ASEAN yang masih menjanjikan dari sisi konsumsi produk alas kaki adalah Philipina, dimana jumlah produksi totalnya sebanyak 79 juta pasang sedangkan konsumsi mencapai 191 juta pasang. Yang perlu diperhatikan bila memasuki pasar Philipina adalah daya beli yang dikaitkan dengan perkapita sebesar USD 2.790.

 Vietnam memiliki negara potensial pemasok di pasar ASEAN, dimana sudah memiliki pengalaman sebagai pemasok dunia. Vietnam sudah memasok 650 juta pasang alas kaki, sedangkan konsumsi domestik hanya 148 juta pasang alas kaki. Walaupun disinyalir Vietnam sebagai negara transaksi transhipment produk alas kaki dari China, tetapi pertumbuhan industri domestik perlu dicermati.

(17)

 Risiko biaya operasional akibat kenaikan biaya tenaga kerja akan menjadi ancaman daya saing dari suatu negara. Indonesia adalah negara yang paling rawan ada risiko kenaikan biaya tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja per industri sebanyak 2.075 pekerja, akan mendorong terjadinya pengelompokan kekuatan untuk mempengaruhi pemerintah maupun pengusaha terkait dengan upah. Industri alas kaki (padat karya) sangatlah ditentukan oleh porsi biaya tenaga kerja langsung.

 Hasil diskusi dengan pelaku usaha menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi penghasil alas kaki untuk produk alas kaki yang membutuhkan jahit. Ketrampilan tenaga kerja Indonesia lebih menonjol dibandingkan dengan beberapa negara industri alas kaki. Pekerja Indonesia memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang lebih halus, rapi, dan mampu memasukan aspek seni ke dalam produk yang dibuatnya,

 Vietnam memiliki daya saing dari sisi kedekatan dengan China sebagai main player industri alas kaki dunia. Kedekatan geografis antara China dan Vietnam akan mampu menurunkan biaya logistik, yang berujung pada daya saing biaya produksi.

 Vietnam memproduksi dan menjual 24% produk alas kaki berbahan baku karet dan plastik, 44% produk alas kaki berbahan baku kulit, dan 30% produk alas kaki berbahan tekstil dari keseluruhan total ekspor. Sedangkan Indonesia memproduksi dan menjual 14% produk alas kaki berbahan baku karet dan plastik, 61% produk alas kaki berbahan baku kulit, dan 24% produk alas kaki berbahan tekstil dari keseluruhan total ekspor. Ini berarti, produk yang dihasilkan Indonesia memiliki daya saing di berbahan baku kulit, bila dibandingkan dengan Vietnam.

(18)

BAB II

PERENCANAAN STRATEJIK

A. RENCANA STRATEJIK

1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS,

Visi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia

V I S I :

”Mewujudkan Pusat Pelayanan yang Profesional Menuju Industri Persepatuan Berdaya Saing Global”

Deskripsi Organisasi :

1. Mewujudkan : Merupakan bentuk lain dari komitmen semangat tim baik secara fisik maupun spirit terhadap sasaran dan tujuan bersama

2. Pusat Pelayanan : Sebuah konsep sekaligus implementasi bagaimana secara total memberikan penghargaan kepada pelanggan dengan layanan, dimana masing-masing personil organisasi adalah pelayan dengan sebaik-baiknya melayani orang lain dan diri sendiri.

3. Profesional : Sebuah tahapan organisasi atau personil yang sudah melalui proses panjang pengabdian kepada ilmu pengetahuan dan lingkungan sehingga sangat layak baik secara organisasi atau personil memberikan layanan sesuai kapasitas dan wewenangnya

4. Industri Persepatuan : Sebuah potensi bangsa yang layak untuk dijadikan pengabdian bagi generasi bangsa. Sebuah potensi yang menggerakkan sumber daya dan ekonomi lokal, yang harus terus menerus dikembangkan guna kepeningan bangsa.

5. Berdaya : Tidak hanya tuntutan semata, menjadi organisasi sekaligus yang berdaya, mempunyai kekuatan, energi positif, kapasitas, wewenang, fokus dan kejujuran sudah menjadi kewajiban.

(19)

6. Saing : Merupakan konteks kompetitif bagaimana posisi tawar organisasi/personil di mata pihak lain, sekaligus merupakan konten komparatif bagaimana organisasi/personil mempunyai kinerja yang mampu di nilai oleh ukuran-ukuran normatif.

7. Global : Ruang lingkup organisasi yang semakin hari semakin tiada batas dan dinamis menuntut perubahan pola pikir/paradigma yang inivatif dan tiada batas.

M I S I :

- Memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan - Memberikan bantuan konsultasi teknis dan manajemen - Mengembangkan pusat desain persepatuan

- Memberikan informasi teknologi dan promosi persepatuan - Memberikan pelayanan pengujian mutu / sertifikasi

1. Memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan menjadi salah satu fokus program BPIPI dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Sebagai salah satu misi utama organisasi, pendidikan dan pelatihan yang diberikan BPIPI. Saat ini BPIPI sudah menyusuan kurikulum dan silabus pelatihan untuk desain, pecah pola, teknologi produksi, manajemen produksi, jahit sepatu ”upper” dan lean manufacture. Kedepan masih sangat memungkinkan adanya perbaikan dan perbaruan kurikulum sesuai standard industri.

2. Memberikan bantuan konsultasi teknis dan manajemen

Program konsultasi ini terkait dengan tugas dan fungsi pokok pembinaan industri persepatuan. Tidak hanya terbatas pada konsultasi teknis, tim BPIPI dengan kompetensi masing-masing juga memberikan konsultasi manajemen kepada industri, terutama manajemen produksi.

(20)

Salah satu program organisasi kedepan ialah, bagaimana menyiapkan database design dengan didukung piranti hardware dan software sebagai salah satu referensi model dan desain untuk sepatu casual (berbahan kulit) di Indonesia.

4. Memberikan informasi teknologi dan promosi persepatuan

Sebagai salah satu tugas penting lembaga pelayanan ialah menyediakan informasi yang cukup mengenai perkembangan teknologi produksi, kondisi pasar, design terbaru dan informasi perdagangan dengan tujuan membantu percepatan penyampaian informasi.

5. Memberikan pelayanan pengujian mutu dan sertifikasi

Untuk memenuhi kebutuhan industri terhadap pelayanan uji produk, maka BPIPI memberikan jasa layanan tes uji laboratorium untuk produk sepatu. Pelayanan uji ini penting untuk peningkatan kualitas dan pelaksanaan standard produk sepatu.

TUJUAN :

- Meningkatkan daya saing industri persepatuan

- Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM untuk kebutuhan industri persepatuan

- Memperkuat struktur industri persepatuan

- Menyediakan jasa layanan desain, kualitas dan uji produk persepatuan yang prima

SASARAN STRATEGIS :

- Terciptanya SDM persepatuan yang kompeten - Meningkatnya mutu produk sepatu dalam negeri - Terciptanya desain-desain yang inovatif

- Terwujudnya sepatu sebagai produk unggulan nasional - Tersedianya sertifikasi hasil uji mutu produk sepatu

(21)

2. PROGRAM /KEGIATAN

A. Layanan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia Dengan kegiatan :

1. Penunjang Perkantoran

a. Pembayaran Honorarium Kegiatan BPIPI (Tenaga Ahli & Operator) b. Belanja Penunjang Perkantoran

c. Administrasi Kegiatan

d. Perjalanan Dinas Dalam Rangka Kordinasi Pusat & Daerah 2. Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan

a. Pemeliharaan Sertifikasi ISO 9001 – 2008 b. Pemeliharaan Akreditasi ISO 17025 – 2005

c. Penyelenggaraan Rapat Kerja Internal Implementasi Program d. Pemeliharaan Akreditasi Laboratorium SATRA 2015

e. Belanja Modal Perkantoran dan Laboratorium

3. Keikutsertaan dalam Pemeran dan Kegiatan Promosi BPIPI a. Pameran Dalam Negeri

b. Studi Banding/ Pameran Luar Negeri c. Media Promosi

d. Temu Bisnis Sektor Industri Alas Kaki Wilayah I e. Temu Bisnis Sektor Industri Alas Kaki Wilayah II f. Temu Pelanggan BPIPI

4. Peningkatan Kompetensi dan Pelatihan SDM BPIPI a. Pelatihan Peningkatan Kompetensi SDM BPIPI

5. Rekruitmen dan Monitoring Evaluasi Peserta Pelatihan BPIPI a. Program Rekruitmen Monitoring Peserta Pelatihan

b. Program Monitoring Peserta Pelatihan & Alumni BPIPI 6. Program Peningkatan Kualitas Desain Produk Alas Kaki

a. Lomba Desain Alas Kaki Tingkat Nasional 7. Pelatihan IKM Alas Kaki

(22)

a. Pelatihan Grading Alas Kaki b. Pelatihan Jahit Upper Alas Kaki c. Pelatihan Desain Alas Kaki d. Pelatihan Manajemen Alas Kaki

e. Pelatihan Pembuatan Barang Jadi Kulit f. Pelatihan Teknisi Mesin Jahit

g. Pelatihan Teknologi Produksi untuk IKM dan TPL h. Pelatihan Teknolohi Acuan Alas Kaki

i. Pelatihan Teknisi Mesin Industri Alas Kaki j. Pelatihan Assembling Alas Kaki

k. Tim Pelaksana kegiatan

8. Program Penumbuhan dan Perkuatan Wirausaha Baru (WUB) a. Program Perkuatan dan Pendampingan Wirausaha

B. Layanan Perkantoran Dengan kegiatan :

1. Pembayaran Gaji & Tunjangan

(23)

BAB III

RENCANA KINERJA TAHUN 2015

Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Program serta kegiatan yang telah ditetapkan pada Renstra, maka Rencana Kinerja Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

A. Layanan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia

Dengan kegiatan :

1. Penunjang Perkantoran

Kegiatan ini akan membiayai kegiatan penunjang kinerja dan layana personil BPIPI (Tenaga Ahli dan Operator), Belanja bahan untuk desain dan pengembangan model sepatu dan barang jadi kulit, kebutuhan perangkat seragam personil dan K3 (keamanan & keselamatan kerja), keanggotaan SATRA, perjalanan dinas BPIPI, Honor tim panitia kegiatan dan literatur referensi/buku BPIPI. Kegiatan ini meliputi :

a. Pembayaran honorarium kegiatan BPIPI (Tenaga Ahli & Operator), anggaran ini meliputi pembayaran honor personial non PNS yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga bidang dan operator sebanyak 10 personil dengan total anggaran Rp. 469.200.000,-

b. Belanja penunjang perkantoran, anggaran ini meliputi belanja bahan untuk pembuatan prototype alas kaki untuk kebutuhan membuat desain sepatu, biaya keanggotaan SATRA, termasuk biaya untuk perawatan mesin, workshop, laboratorium uji dan desain dan pemeliharaan jaringan listrik dan komputer dengan total anggaran Rp. 350.000.000,-

c. Adminitrasi kegiatan, anggaran ini meliputi pembayaran honor terkait operasional satuan kerja yang meliputi Tim pengelola BMN dan Tim Penerima Pekerjaan dengan total anggaran Rp. 102.720.000,-

(24)

d. Perjalanan dinas dalam rangka kordinasi pusat/daerah anggaran ini meliputi kegiatan untuk membiayai perjalanan dinas dalam negeri baik ke pusat maupun kedaerah dengan total anggaran Rp. 239.664.000,-

e. Penyusunan modul pelatihan, anggaran ini akan membiayai kegiatan penyusunan modul pembantu pelatihan yang dibutuhkan sebagai alat bantu pelatihan, dan dianggarkan sebesar Rp. 50.000.000,-

2. Perkuatan dan Peningkatan Kinerja & Standard Layanan

a. Pemeliharaan sertifikasi ISO 9001-2008, anggaran ini meliputi kegiatan pemeliharaan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008. BPIPI sebagai Satker Baru di Kementerian Perindustrian harus mampu menunjukkan kinerja yang baik. Salah satu upaya meningkatkan kinerja dan layanan untuk masyarakat. BPIPI mengalokasikan dana untuk proses pemeliharaan rutin tahunan ISO 9001-2008 sebesar Rp. 43.250.000,- b. Pemeliharaan akreditasi ISO 17025-2005, anggatan ini meliputi kegiatan

pemeliharaan Akreditasi Laboratorium Uji Alas Kaki ISO 17025-2005. Demikian pula untuk melengkapi infrastruktur laboartorium yang sudah ada, maka sudah seharusnya BPIPI melengkapi Laboratorium BPIPI dengan kembali mendapatkan pengakuan Akreditasi ISO 17025-2005. Kegiatan ini dialokasikan dana sebesar Rp. 58.250.000,-

c. Penyelenggaraan rapat kerja internal implementasi program, anggaran ini meliputi pelaksanaan kegiatan rapat kerja karyawan BPIPI dalam mengevaluasi kegiatan tahun berjalan, dan merencanakan kegiatan tahun depan di luar kantor dengan anggaran dana sebesar Rp. 78.200.000,- d. Pemeliharaan akreditasi laboratorium SATRA, anggaran ini meliputi biaya

jasa dalam rangka mempersiapkan laboratorium BPIPI untuk mendapatkan akreditasi dari SATRA, dialokasikan dana sebesar Rp. 100.000.000,-

(25)

e. Revitalisasi Mesin dan Peralatan BPIPI, kegiatan ini akan meliputi pengadaan alat laboratorium uji dan desain. Paket ini akan melengkapi alat dan mesin yang sebelumnya sudah disediakan. Dengan semakin lengkapnya fasilitas alat dan mesin BPIPI, harapannya tingkat layanan juga akan semakin meningkat. Anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 754.032.000,-.

3. Keikutsertaan dalam Pemeran dan Kegiatan Promosi BPIPI

Sebagai program rutin di BPIPI, kegiatan akses pasar dan promosi ini mendapatkan perhatian khusus untuk semakin ditingkatkan kinerjanya. Dalam Program ini akan ada kegiatan yaitu pameran dalam negeri, pameran luar negeri, pengadaan media promosi dan penyelenggaraan temu bisnis IKM alas kaki. Berikut rincian kegiatannya :

a. Pameran dalam negeri. Ditargetkan minimal mengikuti 2 (dua) even pameran dalam negeri skala nasional. Dialokasikan anggaran sebesar Rp. 83.469.000,-

b. Studi Banding/ Pameran luar negeri. Keikutsertaan BPIPI dalam even pameran skala internasional penting untuk di tindak lanjuti. Rencana keikutsertaan pameran ini akan dilaksanakan di Asia dan dialokasikan anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-.

c. Pengadaan Media Promosi, untuk melengkapi kegiatan promosi BPIPI, maka perlu kiranya melengkapi kegiatan tersebut dengan kebutuhan media/alat promosi. Kegiatan ini akan dialokasikan anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-

d. Temu Bisnis di 3 (tiga) wilayah kerja. Setelah sukses dengan temu bisnis di tahun 2013, BPIPI kembali berencana mengadakan even temu bisnis di 3 (tiga) wilayah kerja yakni Padang, Jogjakarta dan Kupang. Dialokasikan anggaran sebesar Rp. 177.200.000,-

(26)

e. Temu Pelanggan BPIPI, kegiatan ini akan fokus pada sosialisasi layanan BPIPI kepada industri alas kaki baik industri skala kecil, menengah dan besar untuk semaksimal mungkin menggunakan layanan BPIPI yang meliputi jasa uji laboratorium, jasa pelatihan dan jasa teknis mesin. Kegiatan ini dialokasikan anggaran sebesar Rp. 52.600.000,- 4. Peningkatan Kompetensi dan Pelatihan SDM BPIPI. Pelatihan Peningkatan

Kompetensi SDM BPIPI, kegiatan ini merupakan pelatihan rutin bagi seluruh karyawan BPIPI untuk tetap menjaga semangat, kerja, etos kerja dan menjaga kekompakan tim dengan anggaran sejumlah Rp. 98.250.000,-

5. Rekruitmen dan Monitoring Evaluasi Peserta Pelatihan BPIPI

a. Pertama, Rekruitmen Peserta Pelatihan, kegiatan ini sebagai kegiatan yang terntegrasi dengan Program Pelatihan IKM Alas Kaki. Dimana inti dari kegiatan ini adalah melakukan training need assesment di lapangan/sentra IKM alas kaki di 14 (empat belas) provinsi di Indonesia. Anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 169.570.000,-.

b. Kedua, Monitoring dan Evaluasi Alumni. Sebagai kegiatan lanjutan dari rekruitmen, kegiatan monitoring dan evaluasi akan melihat sejauh mana alumni BPIPI dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah diterima selama pelatihan, sekaligus melihat sejauh mana perkembangan usaha alumni BPIPI di daerah. Dialokasikan anggaran sebesar Rp. 144.892.000,-

6. Program Peningkatan Kualitas Desain Produk Alas Kaki, sebagai kegiatan tahunan, lomba desain BPIPI 2015 akan mengambil tema ‘transportation’ sudah menjadi agenda utama yang harus dilaksanakan sebagai salah satu aplikasi dari tupoksi BPIPI. Untuk kegiatan ini akan dialokasikan anggaran sebesar Rp. 144.450.000.000,-

7. Pelatihan IKM Alas Kaki, salah satu tupoksi utama BPIPI adalah pendidikan dan pelatihan. Tahun 2015 BPIPI kembali menyelenggarakan 16 (enam belas) angkatan pelatihan dengan tema dan topik yang bervariasi. Tema dan

(27)

topik tersebut didasarkan pada evaluasi dan kebutuhan IKM alas kaki. Berikut kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan tahun 2013

a. Pelatihan Grading Alas Kaki sebanyak 1 angkatan untuk 20 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 230.520.000,-

b. Pelatihan Jahit Upper Alas Kaki sebanyak 2 angkatan untuk 40 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 413.000.000,-

c. Pelatihan Desain Alas Kaki sebanyak 3 angkatan untuk 60 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 680.040.000,-

d. Pelatihan Manajemen IKM Alas Kaki sebanyak 2 angkatan untuk 40 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 370.440.000,-

e. Pelatihan Pembuatan Barang Jadi Kulit sebanyak 1 angkatan untuk 20 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 205.160.000,-

f. Pelatihan Teknis Mesin Jahit sebanyak 1 angkatan untuk 20 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 199.400.000,-

g. Pelatihan Teknologi Produksi Alas Kaki untuk IKM dan TPL sebanyak 3 angkatan untuk 40 IKM dan 20 TPL dengan anggaran 598.200.000,- h. Pelatihan Teknologi Acuan Alas Kaki untuk IKM sebanyak 1 angkatan

untuk 20 IKM dengan anggaran Rp. 205.160.000,-

i. Pelatihan Teknis Mesin Industri Alas Kaki sebanyak 1 angkatan untuk 20 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 199.400.000,-

j. Pelatihan Assembling Alas Kaki untuk IKM sebanyak 1 angkatan untuk 20 IKM selama 12 hari dengan anggaran Rp. 206.500.000

k. Tim Pelaksana Kegiatan, kegiatan ini untuk mengakomodasi kepanitiaan untuk seluruh angkatan pelatihan reguler alas kaki di BPIPI. Dialokasikan anggaran sebesar Rp. 21.000.000,-

8. Program Penumbuhan dan Perkuatan Wirausaha Baru (WUB), kegiatan ini sebagai bagian dari program perkuatan sekaligus penumbuhan wirausaha baru di wilayah II (Provinsi Jawa – Bali) yang fokus pada perkuatan dan

(28)

pembentukan KUB (kelompok usaha bersama) jahit upper sepatu. Adapun anggaran kegiatan dialokasikan sejumlah Rp. 153.550.000,-

B. Layanan Perkantoran

Dengan kegiatan :

1. Pembayaran Gaji & Tunjangan

Pembayaran Gaji Pokok dan Tunjangan PNS dengan total anggaran Rp. 984.896.000,-

2. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

a. Perawatan Mesin, kegiatan ini meliputi pemeliharaan personal komputer/ notebook, mesin fotocopy, pemeliharaan instalasi listrik/ alat-alat AC dan operasional kendaraan roda 6, 4 dan 2 yang dianggarkan senilai Rp. 111.320.000,-

b. Perawatan Perkantoran, kegiatan ini meliputi pembiayaan untuk langganan daya listrik, telepon dan pemeliharaan gedung & bangunan dengan total anggaran Rp. 655.640.000,-

(29)

BAB IV P E N U T U P

Demikian Rencana Kerja ( RENJA ) Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indoensia Tahun Anggaran 2015 yang dapat kami sampaikan, dengan harapan masukan dan saran serta petunjuk. Akhirnya dengan memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT semoga Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia mampu melaksanakan tugas dan pengabdian dengan sebaik – baiknya serta mampu meningkatkan prestasi kerja.

KEPALA BPIPI

Referensi

Dokumen terkait

Ketika angin kerusuhan bertiup di pertengan bulan Mei 1998 yang penuh asap dan api, ternyata telah terjadi berbagai kekerasan dengan cara yang demikian kejam dan getir justru di

mengganggu aktifitas sehari-hari dalam bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi produktifitas dan keadaan mental dari penderita. Kurang

Berdasarkan simulasi, dapat disimpul- kan bahwa semakin tinggi tekanan dan temperatur maka gas pengotor yang tertangkap dalam Mo- lecular Sieve semakin besar

Rangkuman dari hasil wawancara antara penulis dengan narasumber, yaitu Pak Yudha (Sekretaris pelopor Pak Rangga Umara), Pak Anto (Manager cabang Binus), dan Mas Adi

Beton ringan tanpa pasir (No Fines Concrete) adalah beton yang tidak menggunakan aggregat halus (pasir) pada campuran pastanya atau sering disebut beton non pasir,

Perbedaan atau karakteristik yag khas juga ditemui dalam konteks kondisu dan permasalahan kemiskinan di kalangan perempuan petani, perempuan nelayan atau perempuan yang

Berdasarkan hasil uji t dan hasil uji regresi lnear berganda dapat diketahui Bahwa semakin tinggi nilai EPS yang diperoleh perusahaan maka harga saham juga

Penelitian ini bertujuan 1) Menganalisis kemampuan PAD Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam penerimaan daerah. 2) Menganalisis faktor-faktor