• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

1. Definisi Perikarditis

Perikarditis adalah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

Perikarditis merupakan inflamasi pericardium, yaitu sakus fibroserosa membungkus, menopang, dan melindungi jantung. Perikarditis muncul dalam bentuk akut maupun kronis. Perikarditis akut bisa fibrinosa atau efusit, disertai eksudat purulen, serosa atau hemoragi, sedangkan perikarditis konstriktif kronis ditandai dengan penebalan pericardial fibrosa padat. Prognosisnya tergantung pada penyebab tetapi umumnya perikarditis akut memiliki prognosis baik, kecuali jika terjadi konstriksi.

2. Faktor Penyebab

Peradangan pada daerah perikardium dapat menyebabkan cairan dan produk darah (fibrin , sel darah merah dan sel darah putih) memenuhi rongga perikardium. Perikarditis memiliki bermacam-macam penyebab, mulai dari virus sampai kanker.

Penyebabnya antara lain adalah :

a. Aneurisma aortic disertai kebocoran pericardial

b. Penyakit autoimun (demam reumatik akut, lupus eritematosus sistemik, AIDS )

c. Infeksi bakteri, virus, atau fungus (perikarditis menular)

d. Obat, misalnya : hydralazine, nydrazid, phenytoin, dan procainamide e. Radiasi dosis tinggi pada dada

f. Hipersensitivitas

(2)

2

h. Miksedema dengan endapan kolesterol dalam pericardium i. Neoplasma (primer atau metastasis)

j. Cedera post kardiak (infarkasi miokardial yang menyebabkan syndrom dressler ;trauma atau pembedahan)

k. Atritis rheumatoid l. Penyakit sistemik m. Uremia

3. Faktor Pencetus

a. Penyakit baru-baru ini seperti serangan jantung, penyakit akibat virus, atau demam rematik.

b. Riwayat medik tuberculosis.

4. Epidemiologi

Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis. Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah sakit, terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi. Bahkan kejadian perikardial akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul.

Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun terakhir spektrum klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar 9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstriktif. Frekuensi itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya secara klinis didiagnosis pada 1 dari 1.000 pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan frekuensi diagnosis perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah sakit (Sidney, 2010).

5. Patofisiologi

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga pericardium dan kenaikan tekanan intracardial,kenaikan tekanan

(3)

3

tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi jantung,akhirnya menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama kelamaan terjadi kontriksi pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung secara kronis menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.

Karena dekatnya proximal perikardium dengan beberapa struktur seperti pleura, paru-paru, sternum, diafragma dan miokardium, perikarditis mungkin diakibatkan oleh inflamasi atau proses peradangan / infeksi. Penyebab yang lain yaitu idiophatic, virus dan dapat didiagnosa dengan baik. Adanya agent menyebabkan inflamasi pericardial dan kerjanya meluas sampai terjadi iritasi. Kondisi dibawah normal bila naiknya volume ciaran di atas 50 ml dalam kantong perikardial. Ketika terjadi injury, exudat fibulu, sel darah putih dan endothelial sel dilepaskan untuk menutupi lapisan parietal dan viseral perikardial. Gesekan antara lapisan perikardial menyebabkan iritasi dan inflamasi sekeliling pleura dan jaringan. Exudat fibrin mungkin lokasinya hanya pada satu tempat di jantung atau mengisi ke seluruh tempat. Perikarditis akut dapat menjadi kering atau obstruksi vena-vena jantung dan drainage limpha, menyebabkan rembesan fibrin exudat dan serous cairan di kantong perikardial yang mana dapat menyebabkan terjadinya efusi purulent.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG (elektrokardiografi)

Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia (peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR, gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi. Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.

b. Ekokardiografi

Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup, dilatasi ruang. Dalam efusi pericardial, ekokardiografi bisa mendiagnosis jika menunjukkan ruang bebas-gaung antara dinding ventricular dan pericardium.

(4)

4

c. Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan , memastikan diagnosis.

d. Angiografi

Dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan gerak dinding.

e. Sinar X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi pulmonal.

f. JDL : Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia. g. Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi

tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.

Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.

h. Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.

Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan

(5)

5

kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

i. Foto Thoraks

Dilakukan untuk mengetahui adanya cairan perikard.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Penatalaksanaan dari perikarditis akut bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Pelaksanaan medisnya yaitu :

a) Penderita kanker mungkin memberikan respon terhadap kemoterapi (obat anti kanker) atau terapi penyinaran; tetapi biasanya penderita menjalani pembedahan untuk mengangkat perikardium.

b) Penderita gagal ginjal mungkin akan memberikan respon terhadap perubahan program dialisa yang dijalaninya.

c) Infeksi bakteri diobati dengan antibiotik dan nanah dari perikardium dibuang melalui pembedahan.

d) Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat tersebut segera dihentikan.

e) Aspirin, ibuprofen atau corticosteroid diberikan kepada penderita yang mengalami perikarditis berulang yang disebabkan oleh virus. Pada beberapa kasus diberikan colchicine.

f) Jika penanganan dengan obat-obatan gagal, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.

2) Penatalaksanaan medis dari perikarditis kronis adalah :

a) Diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa

memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.

b) 85% penderita yang menjalani pembedahan mengalami

penyembuhan. Pembedahan memiliki resiko kematian sebesar 5-15%, karena itu pembedahan hanya dilakukan jika penyakit ini telah sangat mengganggu aktivitas penderita sehari-hari.

(6)

6

3) Penatalaksanaan medis dari perikarditis konstriktif adalah : Operasi dapat dilakukan melalui 2 insisi:

a) Sternotomi mediana : insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan

pilihan bila akan dilakukan cardiopulmonary bypass

sedangkan Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau

torakotomi anterior bilateral) : memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.

b) Setelah insisi sternotomi, dilakukan pembebasan outflow tract yaitu arteri pulmonalis diikuti aorta.

c) Kemudian dilakukan pembebasan inflow tract yaitu vena kava superior dan vena kava inferior. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien jatuh ke dalam edema paru dan gagal jantung kanan jika inflow tract dibebaskan lebih dahulu.

d) Bila pembebasan outflow tract gagal karena perlengketan berat, maka dilakukan draping dengan preservasi arteri dan vena femoralis untuk pemasangan kanula cardiopulmonary bypass.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Istirahatkan pasien di ranjang secara menyeluruh.

2) Kaji nyeri dalam hubungannya dengan respirasi dan posisi tubuh untuk membedakan nyeri epikarditis dengan nyeri iskemik miokardial. 3) Tempatkan pasien dalam posisi tegak lurus untuk meringankan

dispnea dan nyeri dada. Beri analgesik dan oksigen.

4) Yakinkan penderita perikarditas bahwa kondisinya bersifat sementara dan bisa ditangani.

5) Jelaskan uji dan penanganan pada pasien.

6) Lakukan perawatan preoperatif dan postoperatif sesuai indikasi; hampir sama dengan perawatan dengan pembedahan kardiotoraks.

7) Pasein dengan infeksi perikardium harus segera diobati dengan anti mikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi. Perikarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik

(7)

7

dengan pinisilin. Perikarditis akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol hidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi . ampoterisin B digunakan untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus eritematosus diseminata.

8) Bila kondisi pasien sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien harus segera tirah baring.

9) Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik, sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada pasien dengan perikarditis rematik. Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengontrol gejala, memperepat resolusi proses inflamasi dalam perikordium dan mencegah kekambuhan efusi perikard.

(8)

8

B. KONSEP DASAR (TEORI) ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PERIKARDITIS

I. DATA FOKUS

Analisa Data

Data Fokus Data Standar Masalah

Subyektif : pasien mengeluh nyeri dada Obyektif : - CRT > 3 detik - Skala nyeri 7 - Penurunan TD - Terdapat aritmia

Pasien tidak mengeluh nyeri di bagian dada - CRT < 2 detik - Skala nyeri 0

- TD normal : sistole

110-120 mmHG,

diastole 80-90 mmHG - Tidak terdapat aritmia

Nyeri

Subyektif : pasien

mengeluh nyeri dada Obyektif : - CRT > 3 detik - Pengeluaran urine inadekuat - Penurunan TD - Terdapat aritmia

Pasien tidak mengeluh nyeri di bagian dada

- CRT < 2 detik

- Pengeluaran urine

yang adekuat (intake = output)

- TD normal : sistole

110-120 mmHG,

diastole 80-90 mmHG - Tidak terdapat aritmia

Penurunan curah jantung

Subyektif : Pasien

mengeluh lemah karena hipoksia

Obyektif : Pasien terlihat lemah karena O2 jaringan

- Pasien tidak

mengeluh lemah - Pasien terlihat segar

dan bertenaga

Gangguan Perfusi Jaringan

(9)

9 menurun.

Subyektif : pasien

mengeluh badannya terasa lemah

Obyektif : klien tidak mampu bermobilisasi di tempat tidur - Pasien tidak mengeluh lemah - Pasien mampu melakukan mobilisasi secara bebas Intoleransi Aktifitas Subyektif : -

Obyektif : terjadi akumulasi cairan di perikardium - Tidak terdapat akumulasi cairan dalam perikardium Resiko tinggi infeksi

II. MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial 3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah jantung

menurun

4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi cairan di

perikardium

III. RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan sklaa Kolaborasi : - Berikan oksigen suplemen sesuai - Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan

(10)

10 nyeri kurang dari 2.

Dengan kriteria hasil sebagai berikut: - CRT < 3 detik - TD normal - Tidak terdapat aritmia jantung - Penurunan curah jantung teratasi

indikasi dan menurunkan

ketidaknyamanan

berhungan dengan

iskemia. Mandiri :

- Palpasi nadi perifer

- Mengontrol

penurunan curah

jantung

- Istirahatkan klien

dengan tirah baring optimal - Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung - Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penuruna tingkat kesadaran - Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang

mungkin terjadi pada

perikarditis ketika

akumulasi cairan

eksudat pada rongga perikardial. - Pantau perubahan pada sensorik - Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sebagai dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung - Kolaborasi

- Pemberian diet jantung

- Pembatasan natrium

untuk mencegah,

mengatur, atau

mengurangi edema

- Pemberian vasodilator - Meningkatkan curah

jantung, menurunkan volume sirkulasi dan

(11)

11

sistemik, juga kerja ventrikel

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penurunan curah jantung teratasi. Dengan kriteria hasil sebagai berikut: - CRT < 3 detik - Pengeluaran urine adekuat - TD normal - Tidak terdapat aritmia jantung Mandiri

- - Palpasi nadi perifer

- Mengontrol

penurunan curah

jantung

- Pantau output urine - Mengetahui respon

ginjal dalam

menurunkan curah

jantung

- Istirahatkan klien

dengan tirah baring optimal - Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung - Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penurunan tingkat kesadaran - Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang

mungkin terjadi pada

perikarditis ketika

akumulasi cairan

eksudat pada rongga perikardial. - Kaji perubahan pada sensorik - Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebralk sebagai dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung

(12)

12 Kolaborasi - Pemberian diet jantung - Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema - Pemberian vasodilator - Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan

tahanan vaskular

sistemik, juga kerja ventrikel

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan perfusi

jaringan kembali

normal. Dengan kriteria hasil sebagai berikut : - Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda

vital stabil, kulit

Mandiri - Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.

- Selidiki nyeri dada,

dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, pucat - Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak. - Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan atau

organ vital lain,

dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit

(13)

13 hangat dan kering,

nadi perifer`ada atau kuat, masukan atau haluaran seimbang.

- Tingkatkan tirah

baring dengan tepat

- Dorong latihan aktif atau bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.

katup, dan atau

disritmia kronis.

- Dapat mencegah

pembentukan atau

migrasi emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring lama, membawa resikonya

sendiri tentang

terjadinya fenomena tromboembolic.

- Meningkatkan

sirkulasi perifer dan

aliran balik vena

karenanya menurunkan resiko pembentukan thrombus. - Kolaborasi - Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (coumadin) - Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama,

mengalami sepsis

atau GJK, dan atau

sebelum atau

(14)

14 penggantian katup. - Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung.

Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi

setelah penggantian

katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer.

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan beraktifitas dengan kriteria hasil sebagai berikut :  Klien mampu bermobilisasi di tempat tidur.  Aktivitas sehari- hari klien - Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

- Anjurkan menghindari tekanan abdomen, seperti mengejan saat defekasi - Mengurangi kebutuhan oksigen - Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardi, serta peningkatan TD

(15)

15 terpenuhi

- Tingkatkan klien

duduk di kursi dan tinggikan kaki klien

- Pertahankan

rentang gerak pasif selama sakit krisis

- Bantu mobilisasi pasien - Untuk meningkatkan vena balik - Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu vena balik - Mencegah dekubitus

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi bakteri di perikardium

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan

asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan tidak

terjadi infeksi

dengan kriteria hasil sebagai berikut : - Tidak terdapat akumulasi cairan - Tidak terdapat tanda-tanda infeksi Mandiri

- Pantau suhu pasien

Kolaborasi - Lakukan tindakan perikardiosentesis. - Lakukan tindakan pungsi perikardium - Suhu pasien merupakan tanda -tanda terjadinya infeksi. - Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi - Fungsi perikardium untuk konfirmasi

(16)

16

dan mencari etiologi

efusi sebagai

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Carpentino, Lynda Juall. 2001. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan edisi : 8 Penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester. EGC:Jakarta

Paramita. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. PT Indeks : Jakarta

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin

- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)?.

dengan nyeri ringan sampai sedang diobati dengan analgesik non opioid, yang harus dikombinasikan dengan obat-obat tambahan jika ada indikasi, 2) Bila nyeri meningkat atau

Berdasarkan literatur diproleh beberapa komplikasi yang berhubungan terhadap nilai saturasi oksigen yaitu; hipotensi, kram otot, pusing, demam, nyeri dada dan

- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam

Karena kondisinya membaik maka klien dipindahkan ke ruang ASOKA pada tanggal 23 Mei 2017 Saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 jam 10.30 wib, pasien mengeluh nyeri

Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang