• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 C IRWAN WIJAYA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi

UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 °C

IRWAN WIJAYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Irwan Wijaya

(4)

ABSTRAK

IRWAN WIJAYA. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan

HARTON ARFAH.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan suhu terbaik untuk produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Penelitian menggunakan empat perlakuan yaitu 28 °C, 30 °C, 32 °C, dan suhu ruang dengan tiga ulangan. Benih ikan neon tetra yang digunakan termasuk ukuran small yang memiliki ukuran panjang rata rata 1,16±0,06 cm dan bobot rata rata 0,05±0,01 gram, dihasilkan oleh petani dari Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Pemeliharaan Ikan neon tetra dilakukan pada akuarium yang diisi air tawar sebanyak 10 liter. Pemeliharaan berlangsung selama 28 hari. Pakan yang diberikan berupa cacing sutera dengan pemberian pakan pada pagi dan sore hari secara at satiation. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari total volume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi diperoleh pada suhu 28 °C, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada suhu ruang

Kata kunci:keuntungan, kelangsungan hidup, neon tetra, pertumbuhan, suhu

ABSTRACT

IRWAN WIJAYA. Production of Neon Tetra Fish Paracheirodon innesi Size M At Room Temperature to 32 °C. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and

HARTON ARFAH.

This study was conducted to determine the best temperature for production of neon tetra fish Paracheirodon innesi . The research consisted of four treatments i.e. 28 °C, 30 °C, 32 °C and room temperature with three replications. The Neon tetra fry was small size category, had average length of 1,16±0,06 cm and average weight of 0,05±0,01 g were produced by farmer from Cibeureum, Bogor, West Java. Neon tetra fry were reared in aquarium filled with 10 liters of fresh water. Period time of rearing was 28 days. The fry were fed at satiation with tubifex twice a day in the morning and evening. Water media exchanged was 30% of total volume every two days. The results showed that temperature affected the growth and survival of the neon tetra. The highest survival rate and growth was obtained at a temperature of 28 °C, however the highest profit was obtained at room temperature

(5)

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PRODUKSI IKAN NEON TETRA

Paracheirodon innesi

UKURAN M PADA SUHU RUANG HINGGA 32 °C

IRWAN WIJAYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

5

Judul Skripsi : Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C

Nama : Irwan Wijaya

NIM : C14080091

Disetujui oleh

Ir. Dadang Shafruddin, MS. Pembimbing I

Ir. Harton Arfah, M.Si. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M. Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah produksi, dengan judul Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M Pada Suhu Ruang Hingga 32 °C.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah Hangky dan bunda Asih serta kakak Indira atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Ir. Dadang Shafruddin, MS. selaku Pembimbing I dan Ir. Harton Arfah M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Pak Ranta, Kang Abe, Pak Wasjan, Mbak Retno atas kerjasamanya yang baik dalam menyelesaikan skripsi.

4. Gary, Fikri, Mayya, Adya, Yoga, Rio,dan teman teman kenanga 14 terima kasih atas motivasi dan bantuan serta memberi semangat hingga skripsi dapat diselesaikan.

5. Keluarga besar BDP 45 terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2015

(9)

7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2

BAHAN DAN METODE ... 2

Rancangan Penelitian ... 2

Prosedur Penelitian... 2

Persiapan Wadah ... 2

Penebaran Benih... 2

Pemberian Pakan ... 2

Pengelolaan Kualitas Air... 3

Parameter Uji ... 3

Kelangsungan Hidup ... 3

Pertumbuhan Panjang... 3

Laju Pertumbuhan Harian ... 3

Koefisien Keragaman ... 4

Efisiensi Pakan ... 4

Analisis Usaha ... 4

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Kelangsungan Hidup ... 5

Pertumbuhan Panjang... 5

Laju Pertumbuhan Harian ... 6

Koefisien Keragaman ... 6

Efisiensi Pakan ... 7

Kualitas Air ... 7

Keuntungan Usaha ... 7

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 11 Kesimpulan ... 11 Saran ... 11 DAFTAR PUSTAKA ... 11 LAMPIRAN ... 13 RIWAYAT HIDUP ... 23

(11)

9

DAFTAR TABEL

1 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon

innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 7

2 Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 5

2 Pertumbuhan panjang ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 5

3 Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 6

4 Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 6

5 Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis data Kelangsungan Hidup ... 14

2 Analisis data Laju Pertumbuhan Harian ... 15

3 Analisis data Pertumbuhan Panjang ... 16

4 Analisis data Koefisien Keragaman ... 17

5 Analisis data Efisiensi Pakan ... 18

6 Kualitas Air ... 19

7 Biaya Pakan ... 20

(12)

0

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan juga menjadi komoditas andalan untuk ekspor di Indonesia. Menurut data KKP, produksi ikan hias semakin meningkat dan melampaui target tiap tahunnya. Tahun 2011 target ekspor 700 juta ekor dan realisasi sebesar 945,3 juta ekor. Tahun 2012 target ekspor 850 juta dan realisasi sebesar 1,3 miliar ekor. Proporsi ekspor ikan hias air tawar mencapai 80%. Negara penerima ekspor ikan hias Indonesia adalah Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki permintaan pasar tinggi dan juga harga yang relatif stabil adalah ikan neon tetra (Paracheirodon innesi). Ikan ini merupakan ikan asli Sungai Amazon yang memiliki ciri ciri khusus yaitu garis horizontal berwarna biru hijau sepanjang kedua sisi ikan dan warna kemerah merahan disepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh.

Dalam membudidayakan ikan neon tetra para petani umumnya sudah menggunakan teknik intensif. Ikan dipelihara di dalam akuarium dalam kondisi suhu ruang dengan padat penebaran 5 ekor/L selama pemeliharaan 1 bulan (Hadiroseyani 2003). Walaupun demikian suhu ruang seringkali berubah-ubah seiring dengan keadaan cuaca. Keadaan ini diduga mempengaruhi laju metabolisme ikan sehingga pertumbuhan kurang maksimal.

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi yakni melalui teknik rekayasa lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah suhu. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu perairan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme, sesuai dengan hukum Van’t Hoof yang menyatakan untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2-3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10 °C. Menurut Wardoyo (1975) ikan dapat beraklimatisasi pada suhu relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat kenaikan suhu tertentu dapat menyebabkan kematian ikan. Penelitian Oliviera et al. (2008) menunjukkan ikan cardinal tetra dapat menolerir suhu dari 21 °C hingga 33 °C. Penelitian Kelabora (2009) menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap pertumbuhan hidup dan kelangsungan hidup pada ikan mas. Pertumbuhan ikan mas baik panjang dan berat tertinggi dicapai pada perlakuan suhu 28 °C dan terendah pada suhu 32 °C. Sedangkan kelangsungan hidup ikan mas tertinggi dicapai pada suhu 28 °C dan diikuti penurunan tingkat kelangsungan hidup pada suhu 30 °C dan 32 °C.

Berdasarkan uraian di atas pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra akan dipengaruhi oleh suhu, sehingga produktivitas tertinggi ikan neon tetra akan dicapai pada suhu tertentu.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu yang paling baik dalam memproduksi ikan neon tetra berdasarkan parameter tingkat kelangsungan hidup, efesiensi pakan, tingkat pertumbuhan serta keuntungan produksi.

BAHAN DAN METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu kontrol, yakni media yang suhunya bergantung pada suhu ruangan dan tiga perlakuan suhu media pemeliharaan berbeda yang diatur menggunakan

heater/thermostat.

Perlakuan perlakuan tersebut adalah: 1) Perlakuan K atau suhu ruang 2) Perlakuan A atau suhu air 28 °C 3) Perlakuan B atau suhu air 30 °C 4) Perlakuan C atau suhu air 32 °C

Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus Steel dan Torrie (1991) yaitu :

Keterangan:

Yij= Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = Nilai tengah dari pengamatan. σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i.

εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium yang berukuran 30 x 20 x 20 cm3 sebanyak 12 akuarium. Akuarium dicuci kemudian didesinfeksi dengan klorin, dijemur selama satu hari dan dibilas dengan air bersih. Dua hari sebelum ditebar ikan, akuarium kecil diisi air hingga mencapai volume 10 L.

Penebaran Benih

Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan Neon Tetra

Paracheirodon innesi yang berasal dari Cibereum, Bogor. Ikan berukuran panjang dan bobot rata rata masing-masing 1,16±0,06 cm dan 0,05±0,01 gram atau dikenal sebagai ukuran S. Ikan Neon Tetra dipelihara selama 28 hari hingga ukuran M dengan padat penebaran 7 ekor/L. Sebelum ikan ditebar, dilakukan aklimatisasi. Setelah ikan ditebar, heater dipasang dan diatur suhunya serta dipertahankan selama pemeliharaan sehingga sesuai dengan perlakuan.

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan yaitu cacing sutra berasal dari daerah Cimanggu. Pakan diberikan secara at satiation atau sekenyangnya. Sebelum diberikan pakan

(15)

3

dicuci bersih terlebih dahulu agar kotoran di cacing hilang, kemudian ditimbang. Satu jam setelah diberikan sisa pakan ditimbang kembali. Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan dihitung berdasarkan berat pakan yang diberikan dan yang tersisa. Pakan diberikan sebanyak dua kali yaitu pada pagi jam 7.00 WIB dan sore jam 17.00 WIB.

Pengelolaan Kualitas Air

Air yang digunakan untuk pergantian air adalah air yang sudah diendapkan selama dua hari di dalam tandon. Selama pemeliharaan air diaerasi agar oksigennya tercukupi. Suhu air dipantau sebanyak empat kali sehari yang dilakukan pada jam 6.00 WIB, 12.00 WIB, 18.00 WIB, dan 22.00 WIB. Pergantian air dilakukan seiring dengan penyiponan kotoran. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 30% dari volume total air.

Kualitas air lain diukur pada awal penelitian, kemudian diulang setiap 7 hari sekali. Parameter kualitas air ini adalah kadar amoniak,nitrit, DO, pH, dan alkalinitas.

Parameter Uji

Kelangsungan Hidup

Setiap hari keadaan ikan dipantau, kemudian ikan yang mati diambil, dihitung, dan ditimbang. Berdasarkan data ikan yang hidup pada awal dan akhir pengamatan dihitung kelangsungan hidup yaitu perbandingan ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

Keterangan: SR = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)

N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Pertumbuhan Panjang

Panjang total ikan diukur dengan menggunakan penggaris. Ikan yang diukur sebanyak 30 ekor/akuarium. Pengukuran dilakukan 7 hari sekali. Selanjutnya pertumbuhan panjang dihitung menggunakan rumus (Effendie 1979):

Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang = Panjang rata-rata akhir = Panjang rata-rata awal

Laju Pertumbuhan Harian

Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengambilan contoh sebanyak 30 ekor per akuarium Laju pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al.(1991) :

=

Keterangan : = Laju pertumbuhan harian individu (%/hari)

 ln( )ln( )100% t o t   

(16)

4

Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor)

W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor)

t = Periode pemeliharaan (hari)

Koefisien Keragaman

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, yang dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1981):

Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran pakan cacing sutra selama pemeliharaan. Hal ini dapat dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

Keterangan: EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan panen (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) Wo = Biomassa ikan tebar (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

Analisis Usaha

Analisis usaha dihitung dilakukan untuk mengetahui perlakuan suhu yang paling menguntungkan selama pemeliharaan. Produksi ikan neon tetra meliputi dari pembelian ikan dan juga jumlah pembelian pakan selama penelitian. Keuntungan atau kerugian dapat dihitung dari total penjualan ikan neon tetra diakhir penelitian dikurangi total biaya produksi yang meliputi pembelian ikan awal serta biaya jumlah pakan untuk produksi ikan tersebut serta biaya penggunaan listrik dari heater.

Analisis Data

Parameter penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan dianalisis menggunakan uji ANOVA dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program SPSS 16.0 kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan.

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup rata-rata ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 76,2±2,2 % hingga 97,6±2,2 % (Gambar 1). Kelangsungan hidup kontrol lebih rendah dibandingkan suhu 28 °C dan 30 °C. Sedangkan peningkatan suhu dari 30 °C diikuti dengan penurunan kelangsungan hidup. Suhu 28 °C dan 30 °C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan juga suhu 32 °C (P<0,05) (lampiran 1).

Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 1. Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C

Pertumbuhan Panjang

Pertumbuhan panjang ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 0,67±0,04 cm hingga 0,99±0,03 cm (Gambar 2). Pertumbuhan panjang saling berbeda nyata ditiap perlakuan (P<0,05) (lampiran 3).

Keterangan: K : kontrol , huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 2. Pertumbuhan panjang ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C 90,0 97,6 96,2 76,2 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 K 28 30 32 K ELA N GSU N GAN H ID UP (% ) SUHU(°C)

c

b

a

c

b

a

a

0,84 0,99 0,94 0,67 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 k 28 30 32 PE R TU M B UH A N PA N JA N G (c m ) SUHU (°C)

d

b

a

c

(18)

6

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 5,88±0,13 %/hari hingga 7,21±0,04 %/hari (Gambar 3). Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 7,21±0,04 %/hari. Laju pertumbuhan bobot harian pada tiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata satu sama lain (P<0,05) (lampiran 2).

Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 3. Laju pertumbuhan harian ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C

Koefisien Keragaman

Koefisien keragaman ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 3,11±0,27 % hingga 4,87±0,31 % (Gambar 4). Koefisien keragaman tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 4,87±0,31 %. Koefisien keragaman panjang pada perlakuan suhu 28 °C dan 30 °C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu ruang dan 32 °C (P<0,05) (lampiran 4).

Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 4. Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C 6,64 7,21 6,99 5,88 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 K 28 30 32 LA JU PE R TU M B UH A N H A R IA N (% /h ar i) SUHU (°C)

c

a

b

d

3,40 4,87 4,81 3,11 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 K 28 30 32 K OE FI SIE N K ER A GAM A N (% ) SUHU (°C)

b

a

a

b

(19)

7

Efisiensi Pakan

Efisiensi ikan neon tetra yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 24,59±0,75 % hingga 31,72±0,55 % (Gambar 5). Efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 28 °C dengan nilai 31,72±0,55 %. Nilai efisiensi pakan perlakuan suhu ruang dan 28 °C memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan suhu 30 °C dan 32 °C (P<0,05) (lampiran 5).

Keterangan: K : kontrol , Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 5. Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C

Kualitas Air

Kualitas air yang diperoleh dari masing-masing perlakuan suhu ruang, 28 °C, 30 °C, dan 32 °C selama pemeliharaan 28 hari yang tercantum pada tabel 1 dan terperinci pada lampiran 6.

Tabel 1. Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C

Parameter Tandon Suhu (°C)

ruang 28 30 32 Suhu (°C) 26 – 27,5 24,5 – 27,5 27,5 – 28,5 31,5 – 32,5 31,98 – 32,02 Oksigen terlarut (mg/L) 5,90 – 6,60 5,60 – 5,87 4,90 – 5,40 4,53 – 5,10 4,13 – 4,73 pH 7,32 – 7,90 7,19 – 7,86 7,09 – 7,61 7,04 – 7,87 6,96 – 7,77 Alkalinitas (mg/L) 12,00 – 16,00 14,67 – 21,33 13,33 – 20,00 17,33 – 24,00 20,00 – 26,67 Nitrit (mg/L) 0,01 – 0,030 0,175 – 0,507 0,164 – 0,643 0,204 – 0,620 0,114 – 0,253 Amonia (mg/L) 0,005 - 0,018 0,011 - 0,017 0,01 - 0,017 0,013 - 0,021 0,012 - 0,026 Keuntungan Usaha

Hasil analisa usaha menunjukkan perhitungan keuntungan tiap perlakuan. Harga benih awal Rp 110/ekor dengan panjang rata rata 1,16±0,06 cm. Setiap perlakuan memiliki kepadatan akuarium 70 ekor. Pada akhir pemeliharaan dapat diketahui perlakuan suhu ruang memberikan keuntungan yang paling besar dengan nilai Rp 53784,89 per siklus. Perlakuan dengan nilai pendapatan terendah yakni pada perlakuan suhu 32 °C dengan nilai Rp 659,42 per siklus. Salah satu

30,44 31,72 27,48 24,59 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 K 28 30 32 EFI SIE N SI PA K A N (% ) SUHU (°C)

c

b

a

a

(20)

8

faktor penyebab rendahnya pendapatan adalah kelangsungan hidup yang rendah dan juga tingkat pertumbuhan yang rendah. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup karena suhu air yang terlalu tinggi untuk ikan neon tetra. Biaya pakan setiap perlakuan dapat dilihat pada lampiran 7. Analisa usaha terperinci dapat dilihat pada lampiran 8

Tabel 1. Keuntungan usaha ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang hingga 32 °C

Parameter

Suhu (°C)

ruang 28 30 32

Penerimaan

Jumlah ikan sz M (ekor) 630 683 673 533

harga ikan (Rp) 285 285 285 285

Total penerimaan (Rp) 179550,00 194750,00 191900,00 152000,00

Total Biaya (Rp) 125765,11 146024,15 152475,97 151340,58

Laba (Rp) 53784,89 48725,85 39424,03 659,42

Pembahasan

Kelangsungan hidup neon tetra pada suhu ruang atau kontrol lebih rendah dibanding pada suhu 28 °C dan 30 °C. Suhu air yang mengikuti suhu ruangan berkisar antara 24,5 °C hingga 27,5 °C. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu ruangan cenderung berfluktuasi dan lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kelabora (2009) pada ikan mas yang diberi perlakuan suhu yang menyatakan bahwa suhu yang tidak stabil merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada larva ikan mas dengan fluktuasi suhu harian mencapai 5 °C.

Penurunan tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan suhu 32 °C mengindikasikan berada di luar suhu pemeliharaan optimum bagi ikan neon tetra. Pada penelitian Kelabora (2009) terhadap ikan mas yang diberi perlakuan suhu menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah pada perlakuan suhu tertinggi yakni suhu 32 °C. Oliveira et al. (2008) mendapatkan ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) bertahan hidup pada suhu 29 °C hingga 33 °C dengan tingkat kelangsungan hidup rendah. Hepher (1988) menambahkan seiring peningkatan suhu, tingkat metabolisme akan meningkat dan mencapai puncaknya sesuai dengan karakteristik spesies ikan pada suhu tertentu, di atas suhu tersebut metabolisme akan menurun tajam dan biasanya diasosiasikan dengan kematian ikan.

Laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang tertinggi dicapai pada suhu 28 °C, setelah itu mengalami penurunan pada suhu 30 °C dan 32 °C. Hal ini menunjukkan ikan neon tetra tumbuh optimal pada suhu 28 °C. Cholik et al. (1986) menyatakan kenaikan suhu perairan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme hingga batas suhu tertinggi untuk pertumbuhan. Fujaya (2008) menyatakan tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), dan sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi. Dengan demikian pada suhu 28 °C dapat diindikasikan penggunaan

(21)

9

energi digunakan secara maksimal untuk pertumbuhan mengingat pada suhu 30 °C dan 32 °C pertumbuhan lebih rendah. Wedemeyer (2001) menambahkan suhu yang konstan dapat memaksimalkan pertumbuhan ikan pada masa larva.

Koefisien keragaman panjang ikan neon tetra pada penelitian ini memiliki nilai keragaman yang rendah atau seragam. Kisaran nilai keseragaman selama penelitian berkisar 3,11 % hingga 4,87 %. Perlakuan suhu 28 °C memiliki nilai koefisien keragaman tertinggi. Keseragaman ukuran ikan sangat penting dalam produksi ikan. Ikan dengan ukuran seragam memiliki harga yang lebih tinggi. Koefisien keragaman menunjukkan variasi ukuran. Nilai koefisien keragaman yang kecil menunjukkan variasi ukuran ikan yang seragam. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), nilai koefisien keragaman yang nilainya berada di bawah 20-25% dianggap homogen dan seragam. Rendahnya nilai keragaman menunjukkan bahwa kompetisi pakan dan ruang masih dalam batas yang dapat ditolerir ikan neon tetra sehingga pakan yang diberikan dimanfaatkan merata dan cukup. Selain itu rendahnya nilai keragaman menunjukkan kepadatan ikan neon tetra selama pemeliharaan belum mencapai batas maksimum.

Efisiensi pakan tertinggi ikan neon tetra dicapai pada suhu 28 °C dengan nilai 31,72 %. Penurunan nilai efisiensi terjadi pada suhu 30 °C dan 32 °C. Menurut Cholik et al. (1986) kenaikan suhu diikuti oleh derajat metabolisme, akan tetapi pada suhu tertentu akan terjadi penurunan pertumbuhan karena ikan mempunyai selera makan pada suhu yang optimal. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menambahkan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27 °C. Pada penelitian ini ikan disediakan pakan yang secukupnya. Houlihan et al.

(2001) menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan biasanya lebih rendah dari suhu dimana konsumsi pakan maksimal. Dengan demikian penurunan efisiensi pakan sejalan dengan penurunan pertumbuhan pada suhu yang meningkat, juga menunjukkan adanya alokasi energi yang dimakan untuk perawatan tubuh yang meningkat yang diakibatkan ketidak nyamanan hidup ikan pada suhu yang lebih tinggi dari 28 °C.

Suhu ruang yang merupakan perlakuan suhu paling rendah pada penelitian masih berada dalam batas toleransi ikan neon tetra. Menurut Hepher (1988) kebanyakan ikan air hangat tingkat pertumbuhannya dimulai ketika suhu 17-18 °C dan mencapai puncaknya pada suhu 28-30 °C. Pada perlakuan suhu ruang dapat dilihat bahwa suhu ruang yang berkisar antara 25-27,5 °C bukan titik optimal untuk pertumbuhan ikan neon tetra.

Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan ikan stres sehingga energi yang berasal dari pakan digunakan untuk perawatan. Salah satu indikasinya adalah penurunan jumlah konsumsi pakan. Hepher (1988) menyatakan ketika temperatur melebihi tingkat optimal, maka konsumsi pakan akan menurun. Percobaan yang dilakukan pada ikan trout menunjukkan ikan trout kehilangan nafsu makan pada suhu 23 °C yang merupakan suhu batas kematian.

Kualitas air selama pemeliharaan ikan neon tetra selama 28 hari menunjukkan hasil yang cukup baik. Suhu pemeliharaan berkisar pada 26– 32,02 °C. Suhu mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air (Zonneveld et al. 1991). Tingkat nafsu makan ikan tergantung oleh suhu. Penelitian menunjukkan hasil yang sesuai dimana pertumbuhan meningkat seiring dengan peningkatan suhu media. Penurunan pertumbuhan mulai terjadi pada suhu 30 °C dan 32 °C. Effendi (2003) menyatakan peningkatan suhu menyebabkan

(22)

10

peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada perairan yang memiliki suhu 20-25 °C. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dimana ikan neon tetra dapat tumbuh optimal pada suhu 28 °C.

Nilai kelarutan oksigen (DO) pada penelitian ini berkisar antara 4,13-5,87 mg/L. Menurut Boyd (1990) kisaran optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan ikan adalah lebih dari 5 ppm. Nilai kelarutan oksigen pada perlakuan mengalami penurunan setiap minggunya. Peningkatan suhu pada tiap perlakuan menurunkan nilai kelarutan oksigen. Hal ini sesuai pernyataan Cole (1983) dalam Effendi (2003) bahwa semakin tinggi suhu perairan, maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Pencegahan terhadap kurangnya pasokan oksigen dilakukan dengan pergantian air sebanyak 30% setiap dua hari sekali. Berdasarkan hasil penelitian meliputi tingkat kelangsungan hidup dan juga pertumbuhan, nilai kelarutan oksigen selama pemeliharaan masi dapat ditolerir oleh ikan neon tetra. Kadar amoniak dalam air selama pemeliharaan ikan neon tetra berkisar antara 0,005– 0,021 mg/L. Menurut Effendi et al. (2008) kadar amoniak yang baik untuk budidaya ikan yakni kurang dari 0,1 mg/L. Selama pemeliharaan dapat dilihat nilai amoniak meningkat nilainya seiring tingginya suhu perlakuan. Hal ini menunjukkan tingginya metabolisme ikan karena perlakuan suhu diikuti dengan meningkatnya buangan metabolit.

Nilai kisaran nitrit pada pemeliharaan ikan neon tetra yakni 0,114-0,643 mg/L. Nilai nitrit selama pemeliharaan ikan neon tetra pada media bersuhu masih berada dalam kisaran yang baik untuk kehidupan ikan. Hal ini didukung oleh Boyd (1990) yang menyatakan nitrit yang aman di perairan adalah 0,5-5 mg/L NO2-N dengan tanpa meperhatikan nitrit tersebut dihasilkan dari oksidasi amonia

atau reduksi nitrat. Nilai pH selama pemeliharaan satu bulan berkisar antara 6,96– 7,87. Kisaran nilai pH selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimum untuk ikan neon tetra. Menurut Solehudin (2006) ikan neon tetra hidup optimal pada suhu perairan dengan kisaran 5,5–7,5. Selain itu Effendi (2003) menyatakan sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar antara 13,33–26,67 mg/L CaCO3. Menurut Effendi

(2003) perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/L CaCO3 disebut

perairan lunak. Kisaran alkalinitas selama pemeliharaan berada diluar kisaran yang baik yakni 30–500 mg/L CaCO3 namun hal ini tidak berpengaruh pada

kelangsungan hidup ikan neon tetra karena ikan neon tetra selama pemeliharaan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.

Pada penelitian ini dilakukan analisa usaha untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh pada setiap perlakuan. Total penerimaan tertinggi dicapai pada suhu 28 °C dengan nilai Rp. 194750,- namun keuntungan tertinggi dicapai pada suhu ruang dengan nilai Rp.53784,-. Hal ini disebabkan tidak adanya biaya listrik dari penggunaan heater pada suhu ruang sehingga menghemat biaya. Adapun biaya listrik dari penggunaan heater pada perlakuan suhu 28 °C yakni Rp. 18634,- (lampiran 8). Keuntungan terendah diperoleh pada 32 °C dengan nilai Rp. 659,-. Rendahnya keuntungan disebabkan rendahnya kelangsungan hidup ikan neon tetra yakni 76,2 %, selain itu biaya listrik dari heater pada perlakuan 32 °C juga tinggi yakni Rp. 26019,- (lampiran 8).

(23)

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Peningkatan suhu dari 28 °C hingga 32 °C pada produksi ikan neon tetra ukuran M berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, efisiensi pakan, koefisien keragaman, dan keuntungan. Pertumbuhan dan juga kelangsungan hidup terbaik dicapai pada suhu 28 °C, tetapi secara ekonomi keuntungan terbesar dicapai pada suhu ruang.

Saran

Dalam meningkatkan keuntungan, perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan sumber energi pemanas yang lebih ekonomis dan optimasi produksi melalui peningkatan kepadatan pada pemeliharaan dengan media 28 °C.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama (US): Auburn University.

Cholik F, Artati, Arifudin R. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Jakarta (ID): Dirjen Perikanan.

Djajasewaka H, Djajadiredja R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia dan Cara Pengembangannya. Jakarta(ID): Lembaga Penelitian perikanan darat

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendi H. 2003. Telaah kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Jakarta (ID): Kanisius.

Effendi I, Ratih TD, Kadarini T. 2008. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) di Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia

7(2): 189-197.

Fujaya Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta (ID): Rineka cipta.

Hadiroseyani Y. 2003. Budidaya Ikan hias jenis tetra. Modul pemeliharaan larva sampai ukuran pasar. Jakarta (ID): Direktorat pendidikan nasional.

Hepher B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge (UK): Cambridge University Press

(24)

12

Houlihan D, Boujard T,Jobling M. 2001. Food Intake In Fish. Oxford (UK): Blackwell Science Ltd.

Kelabora DM. 2009. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan Terubuk

38: 71-81

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Oliveira S, Souza R, Nunes E, Carvalho C, Menezes G, Marcon J, Akifumi O, Affonso E. 2008. Tolerance to temperature, pH, ammonia and nitrite in cardinal tetra, Paracheirodon axelrodi, an amazonian ornamental fish. Instituto de pesquisas da amazonia. 38: 773-780

Solehudin MA. 2006. Produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran M dengan padat tebar 25, 50, 75, dan 100 ekor/liter dalam sistem resirkulasi.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Steel GD, Torrie JH. 1993. Prinsip-prinsip dan prosedur statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wardoyo STH. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Bogor (ID): IPB press.

Wedemeyer GA. 2001. Fish Hatchery Management, Second edition. Maryland (US): American Fisheries Society.

Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

(25)

13

(26)

14

Lampiran 1. Analisis data Kelangsungan Hidup

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan 861.137 3 287.046 37.407 .000 Galat 61.226 8 7.653 Total 922.363 11 Uji Duncan

Perlakuan (I) Perlakuan (J)

Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P kontrol 28 -7.61763* 2.25879 .039 30 -6.19097 2.25879 .096 32 13.80903* 2.25879 .001 28 kontrol 7.61763* 2.25879 .039 30 1.42667 2.25879 .919 32 21.42667* 2.25879 .000 30 kontrol 6.19097 2.25879 .096 28 -1.42667 2.25879 .919 32 20.00000* 2.25879 .000 32 kontrol -13.80903* 2.25879 .001 28 -21.42667* 2.25879 .000 30 -20.00000* 2.25879 .000

(27)

15

Lampiran 2. Analisis data Laju Pertumbuhan Harian

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan 3.056 3 1.019 79.995 .000 Galat .102 8 .013 Total 3.158 11 Uji Duncan

Perlakuan (I) Perlakuan (J)

Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P kontrol 28 -7.61763* 2.25879 .039 30 -6.19097 2.25879 .096 32 13.80903* 2.25879 .001 28 kontrol 7.61763* 2.25879 .039 30 1.42667 2.25879 .919 32 21.42667* 2.25879 .000 30 kontrol 6.19097 2.25879 .096 28 -1.42667 2.25879 .919 32 20.00000* 2.25879 .000 32 kontrol -13.80903* 2.25879 .001 28 -21.42667* 2.25879 .000 30 -20.00000* 2.25879 .000

(28)

16

Lampiran 3. Analisis data Pertumbuhan Panjang

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan .182 3 .061 84.481 .000 Galat .006 8 .001 Total .187 11 Uji Duncan

Perlakuan (I) Perlakuan (J)

Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P kontrol 28 -.15000* .02186 .001 30 -.09667* .02186 .010 32 .17333* .02186 .000 28 kontrol .15000* .02186 .001 30 .05333 .02186 .146 32 .32333* .02186 .000 30 kontrol .09667* .02186 .010 28 -.05333 .02186 .146 32 .27000* .02186 .000 32 kontrol -.17333* .02186 .000 28 -.32333* .02186 .000 30 -.27000* .02186 .000

(29)

17

Lampiran 4. Analisis data Koefisien Keragaman

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan 7.679 3 2.560 21.849 .000 Galat .937 8 .117 Total 8.616 11 Uji Duncan

Perlakuan (I) Perlakuan (J)

Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P kontrol 28 -1.4749333* .2794702 .003 30 -1.4106000* .2794702 .004 32 .2871333 .2794702 .739 28 kontrol 1.4749333* .2794702 .003 30 .0643333 .2794702 .995 32 1.7620667* .2794702 .001 30 kontrol 1.4106000* .2794702 .004 28 -.0643333 .2794702 .995 32 1.6977333* .2794702 .001 32 kontrol -.2871333 .2794702 .739 28 -1.7620667* .2794702 .001 30 -1.6977333* .2794702 .001

(30)

18

Lampiran 5. Analisis data Efisiensi Pakan

Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F P Perlakuan 91.336 3 30.445 63.808 .000 Galat 3.817 8 .477 Total 95.154 11 Uji Duncan

Perlakuan (I) Perlakuan (J)

Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku P kontrol 28 -1.27667 .56400 .186 30 2.95667* .56400 .003 32 5.85333* .56400 .000 28 kontrol 1.27667 .56400 .186 30 4.23333* .56400 .000 32 7.13000* .56400 .000 30 kontrol -2.95667* .56400 .003 28 -4.23333* .56400 .000 32 2.89667* .56400 .004 32 kontrol -5.85333* .56400 .000 28 -7.13000* .56400 .000 30 -2.89667* .56400 .004

(31)

19

Lampiran 6. Kualitas Air

Parameter Asal Sampel Masa Pemeliharaan Hari ke – 0 Hari ke - 7 Hari ke - 14 Hari ke - 21 Hari ke - 28 DO Tandon 5,90 6,00 6,20 6,50 6,60 ruang 5,87 5,77 5,77 5,63 5,60 28 5,40 5,37 5,20 5,07 4,90 30 5,10 4,97 4,87 4,77 4,53 32 4,73 4,63 4,33 4,20 4,13 pH Tandon 7,90 7,76 7,80 7,40 7,32 ruang 7,86 7,59 7,55 7,41 7,19 28 7,61 7,58 7,48 7,36 7,09 30 7,87 7,57 7,49 7,24 7,04 32 7,77 7,69 7,43 7,08 6,96 Suhu Tandon 26,50 26,45 26,64 26,63 26,57 ruang 26,00 26,55 26,46 26,59 26,52 28 28,00 28,05 27,95 28,00 28,04 30 30,00 30,05 30,04 30,04 30,05 32 32,00 32,00 31,98 32,02 32,02 Amonia Tandon 0,0184 0,0124 0,0139 0,0059 0,0049 ruang 0,0165 0,0111 0,0166 0,0159 0,0115 28 0,0099 0,0137 0,0155 0,0171 0,0118 30 0,0212 0,0162 0,0192 0,0153 0,0128 32 0,0181 0,0259 0,0187 0,0122 0,0137 Nitrit Tandon 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 ruang 0,17 0,32 0,45 0,50 0,51 28 0,16 0,32 0,56 0,57 0,64 30 0,20 0,41 0,58 0,57 0,62 32 0,11 0,20 0,22 0,24 0,25 Alkalinitas Tandon 16,00 12,00 12,00 16,00 16,00 K 16,00 18,67 14,67 18,67 21,33 28 16,00 17,33 13,33 18,67 20,00 30 20,00 17,33 21,33 22,67 24,00 32 20,00 21,33 22,67 24,00 26,67

(32)

20

Lampiran 7. Biaya Pakan

Biaya kebutuhan Pakan

1 takar 450 Gram

1 takar 7000 rupiah

Perlakuan Kebutuhan Pakan 1 takar (gr)

1 takar (Rp) rp/gr Biaya pakan (Rp) ruang 1 48,27 450 7000 15,5556 750,87 ruang 2 47,23 450 7000 15,5556 734,69 ruang 3 46,22 450 7000 15,5556 718,98 28 1 58,02 450 7000 15,5556 902,53 28 2 57,74 450 7000 15,5556 898,18 28 3 57,3 450 7000 15,5556 891,33 30 1 60,51 450 7000 15,5556 941,27 30 2 62,28 450 7000 15,5556 968,80 30 3 63,62 450 7000 15,5556 989,64 32 1 43,36 450 7000 15,5556 674,49 32 2 44,48 450 7000 15,5556 691,91 32 3 45,31 450 7000 15,5556 704,82

(33)

21

21

Lampiran 8. Analisa Usaha Ikan Neon Tetra

Parameter Suhu (°C) ruang 28 30 32 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Benih 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 77000 Pakan 7508,67 7346,89 7189,78 9025,33 8981,78 8913,33 9412,67 9688,00 9896,44 6744,89 6919,11 7048,22 Akuarium 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 1666,67 Pompa air 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 833,33 Blower 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 1333,33 Rak akuarium 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 1166,67 Set aerasi 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 1083,33 Heater 100 watt 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 10666,67 Alat sortir 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 2666,67 Tenaga kerja 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 Sewa lahan 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 Listrik 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 Listrik dari heater 0 0 0 18634 18634 18634 24393,6 24393,6 24393,6 26019,84 26019,84 26019,84 Total Biaya 125925,34 125763,56 125606,45 146076,00 146032,45 145964,00 152222,94 152498,27 152706,71 151181,40 151355,62 151484,73 (1 s/d 13) Produksi (ekor) 650 630 610 700 680 670 650 670 700 520 550 530 Harga jual/ekor 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285 285 Pendapatan 185250 179550 173850 199500 193800 190950 185250 190950 199500 148200 156750 151050 Keuntungan 59324,66 53786,44 48243,55 53424,00 47767,55 44986,00 33027,06 38451,73 46793,29 -2981,40 5394,38 -434,73

(34)

22

22

Keterangan :

Asumsi : Semua perhitungan budidaya didasarkan pada volume akuarium 100 liter, total akuarium 50, dan daya listrik di tempat budidaya 900 watt

No Uraian Biaya (rp/bulan)

1 Akuarium

Harga Rp 100.000 kekuatan 5 tahun 1666,67

2 Pompa air

Harga Rp 250.000 kekuatan 6 bulan 833,33

3 Blower

Harga Rp 400.000 kekuatan 6 bulan 1333,33

4 Rak akuarium

Harga Rp 3.500.000 (50 lubang) 1166,67

kekuatan 5 tahun

5 Set aerasi (selang,batu,kran)

Harga Rp 6500 kekuatan 6 bulan 1083,33

6 Heater 100 watt

Harga Rp 64000 kekuatan 6 bulan 10666,67

7 alat sortir (baskom,centong)

Harga Rp 8000 kekuatan 3 bulan 2666,67

8 tenaga kerja Rp 800.000/bulan 16000 9 sewa lahan Rp 200.000/bulan 4000 10 Listrik Rp 100.000/bulan 2000

(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 1990 dari Ayah Hengky Wijaya dan Ibu Asih Suwarni. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SMP Santa Maria I (2002-2005) dan SMA Setia Bhakti (2005-2008). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN. Selama kuliah di IPB penulis aktif di UKM bola basket IPB dan bergabung dengan tim IPB yang berkompetisi di “LA Light Campus League” Bandung. Penulis juga berprestasi dalam olahraga bola basket dengan menjadi runner up

pada acara PORIKAN. Selain itu penulis pernah melakukan praktik kerja lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Penulis melakukan penelitian dengan judul Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon

innesi) Ukuran M pada Suhu Ruang Hingga 32 °C.

Gambar

Gambar 1. Kelangsungan hidup ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu  ruang hingga 32 °C
Gambar 4. Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu  ruang hingga 32 °C 6,64  7,21  6,99  5,88 0.001.002.003.004.005.006.007.008.00K283032
Gambar 5. Efisiensi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada suhu ruang  hingga 32 °C

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas yang dilakukan orang tua dalam proses pemberian pendidikan akhlak terhadap anak-anak di lingkungan keluarga dengan memberikan pendidikan akhlak kepada

Menurut Yananda dan Salamah (2014, h.34) city branding adalah strategi yang membuat suatu tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat, dengan city branding sebuah kota

procedural justice yaitu keadilan yang mengacu pada kebijakan, peraturan dan waktu yang digunakan dalam proses penanganan keluhan seperti proses pengendalian,

Rendemen minyak sawit kasar (Rcpo) dan inti sawit (Ris) adalah berat minyak sawit kasar dan inti sawit yang dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan

TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RUAS JALAN KRASAK – PRINGAPUS)..

pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada, memperbaharui proses belajar mengajar, menganalisis hasil belajar siswa serta

yang bergerak dalam bidang pertambangan perusahaan tersebut dipilih peneliti menjadi tempat penelitian karena memeiliki masalah yang sesuai dengan yang yang akan

Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa