• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Pedoman Pertanyaan Staff LSM Kampoeng Percik Salatiga 1. Nama dan posisi di LSM Kampoeng Percik

2. Langkah awal dibentuk program COP/POLMAS 3. Dimana pertama kali program ini berjalan

4. Tujuan program COP/POLMAS

5. Langkah awal pengenalan COP/POLMAS menggunakan metode apa 6. Ada berapa kelurahan yang sudah melaksanakan program COP/POLMAS 7. Manfaat COP/POLMAS

8. Hambatan yang ditemukan selama program COP/POLMAS berlangsung 9. Intensitas bertemu kepengurusan

10.Harapan yang dicapai

(2)

69 LAMPIRAN 2 : Pedoman Pertanyaan Bagi Pengurus FKPM Pulutan

1. Nama dan posisi kepengurusan di FKPM Pulutan 2. Bagimana sikap sebelum ada program COP/POLMAS 3. Sejak tahun berapa program COP/POLMAS

4. Langkah awal pengenalan COP/POLMAS

5. Pengenalan COP/POLMAS menggunakan metode apa 6. Tujuan dibentuk program COP/POLMAS

7. Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam program ini 8. Ada berapa anggota kepengurusan

9. Intensitas bertemu kepengurusan

10.Adakah konflik besar yang terjadi di Pulutan 11.Manfaat program COP/POLMAS

12.Dimana saja program ini berlangsung

13.Hambatan yang dialami selama program ini berlangsung 14.Harapan yang ingin dicapai

(3)

70 LAMPIRAN 3 : Hasil Wawancara Staff LSM Kampoeng Percik

Bapak Heri W.Trisaksono ( Wakil Direktur LSM Kampoeng Percik Salatiga), Jadi begini, Pada masa Orde Baru, polisi cenderung melihat dirinya dipandang memiliki kekuasaan dan kewenangan. Tetapi, setelah terjadi pemisahan Polri dan TNI pada tahun 1999, Polri terus berusaha mereformasi dirinya dari organisasi yang militeristik ke polisi sipil yang lebih mengedepankan pelayanannya kepada masyarakat. Salah satu strategi Polri untuk mereformasi dirinya adalah dengan menerapkan Perpolisian Masyarakat (POLMAS) yang secara formal dituangkan dalam SKEP Kapolri No. Pol.: SKEP/737/X/2005.

LSM Kampoeng Percik Salatiga mulai mendirikan program ini pada tahun 2004 sampai tahun 2013 menginisiasi program Community Oriented Policing/Perpolisian Masyarakat (POLMAS). Lembaga Percik mengawali pilot project pelaksanaan COP/POLMAS di dua kampung di kota Salatiga, yaitu kampung Nobowetan (Kel.Noborejo, Kec. Argomulyo) untuk mewakili wilayah pedesaan dan kampung Turusan (Kel.Salatiga, kec.Sidorejo) untuk mewakili kampung dengan karakteristik perkotaan. Program peningkatan fungsi kepolisian berorientasi masyarakat perlu memahami tentang kesulitan reformasi kepolisian karena berbagai kompleksitas faktor yang melingkupi salah satunya kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian. Tetapi, ini hanya sampai tahun berapa 2007 habis itu kegiatan ini tidak berjalan mandeg (berhenti) ditengah jalan kemudian pada tahun 2007 kami satu tim dari LSM Kampoeng Percik mencoba melakukan terobosan ke wilayah kelurahan Pulutan kecamatan Sidorejo dengan COP/POLMAS berbasis kemerdekaan beragama.

Tujuan dari LSM Kampoeng Percik dalam melaksanakan Program COP/POLMAS adalah yang pertama bahwa masyarakat memandang kinerja polisi saat ini negatif, masyarakat tidak percaya dengan kinerja polisi gini Rika seperti kasus yang ada di Jawa Timur bulan puasa diadakan swepping tempat - tempat makan oleh ormas walaupun saya sendiri itu islam tapi saya tidak setuju karena apa selalu ada kekerasan, merusak tempat makan, pihak kepolisian yang

(4)

71 ada ditempat mereka itu takut, mereka hanya melihat sambil udat udut (merokok) apa – apaan itu. Sebagai aparat polisi seharusnya bertindak netral dalam hal ini bukan malah diam dan hanya melihat dari jauh. Jadi, sekarang ini perlu adanya pelatihan bagi polisi untuk bisa bersikap netral dalam hal keagamaan. Maka, pihak LSM Kampoeng percik bekerjasama dengan kepolisian untuk dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, sosialisasi, pengalaman yang berbau HAM dalam kemerdekaan beragama agar pandangan masyarakat mengenai polisi tidak semata-mata yang memiliki kekuasaan tetapi yang diharapkan agar kedudukan polisi dan masyarakat bisa setara, saling percaya dan bisa saling membutuhkan dalam mengurangi konflik yang ada di lingkungan sekitar. Dan juga yang perlu digarisbawahi pelayanan publik polisi yang perlu ditingkatkan.

Pengenalan program COP/POLMAS kami selalu menggunakan metode yang sering masyarakat lihat atau alami misalnya, saja saat kami melakukan pilot project di Turusan dan Nobowetan sosialisasi yang digunakan dengan cultural event, yaitu dengan ketoprak kegiatan itu melibatkan peranan masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda karena biasanya masyarakat itu luluh dengan perkataan orang yg dituakan didaerah tersebut. Bukan hanya ketoprak saja tetapi ada juga dalam kerja bakti, jalan santai, sarasehan diharapkan polisi dan masyarakat dapat membaur jadi satu agar visi dan misi COP/POLMAS bisa diaplikasikan.

COP/POLMAS sudah tersebar di 22 kelurahan tetapi program yang terlihat sangat aktif ya di Pulutan itu, karena apa tanpa harus menunggu kegiatan dari LSM Kampong Percik masyarakat di sana itu bisa mandiri, bisa mengembangkan program COP/POLMAS tanpa harus di oyak-oyak (dikejar). Sana itu bagus Rika program COP/POLMASnya salah satunya manajemen yang dilakukan transparan jadi ya semua pengurus itu tahu pengeluaran, pemasukan. Wilayah ini yang sering dijadikan contoh di beberapa wilayah. Makanya kenapa saya menyarankan untuk datang ke Pulutan. Sana itu unik Rika, padahal Pulutan itu dikenal dengan “Serambi Mekah”, tetapi, toleransi beragamanya bisa diacungi

(5)

72 jempol. Bahkah keaktifan pengurus FKPM Pulutan sering mendapat undangan diluar kota untuk dapat memberikan pelatihan maupun sosialisasi.

Manfaat dari program ini sangat terlihat karena adanya COP/POLMAS yang membentuk FKPM ini menjadi salah satu cara untuk mengurangi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Peranan FKPM menjadi alat penengah yang menggunakan metode kekeluargaan. Jadi yang diharapkan masyarakat itu tercapai dengan adanya program ini. Manfaat program COP/POLMAS dirasa sangat terlihat dalam kehidupan mereka.

Tetapi, Rika juga harus mengetahui hal-hal yang terkadang menghambat program ini. Salah satunya saat Percik mengadakan pelatihan bersama polisi dan masyarakat, kami mengundang beberapa narasumber dari kepolisian dan tokoh masyarakat. Ada salah satu kejadian yaitu, kami mengundang Bp. NN (kami tidak bisa menyebutkan namanya) beliau ini adalah salah satu petinggi di kepolisian, beliau sempat mengatakan : “Kenapa ya pak Percik kalau buat kegiatan menyudutkan pihak kepolisian?”, ya saya sempat mengutarakan dengan nada tinggi itu Rika, “Lo… landasan Bapak mengatakan seperti itu apa? Bukan Percik yang menyudutkan pihak polisi tetapi, itu semua penilaian masyarakat mengenai kinerja kepolisian selama ini”. Itu saya sempat mau marah tapi ada salah satu teman yang mencoba untuk ngleremke (menyabarkan) saya. Selain itu, ada juga masyarakat yang tiap kali diberi undangan tidak pernah hadir. Tetapi yang masih disayangkan Secara keseluruhan masih lemahnya dukungan kelembagaan yang disebabkan belum adanya kebijakan dan rencana implementasi yang jelas dan memadai tetapi juga terkait dengan masih lemahnya kepemimpinan dan sumberdaya.

Laporan yang sering saya terima dari ketua FKPM itu setiap bulan mereka pasti ada pertemuan dengan pengurus atau dengan seluruh anggota FKPM di wilayah mereka masing – masing. Karena setiap kali ada pertemuan tak jarang juga LSM Kampoeng Percik itu diundang untuk melihat perkembangan dan

(6)

73 pertemuan yang dilakukan setiap bulan itu penting untuk mengontrol keadaan lingkungan. Jadi, ya bukan pas ada agenda kegiatan saja ada pertemuan.

Harapan COP/POLMAS yaitu, pencapaian adanya nilai - nilai yang sudah diberikan mengenai apa itu POLMAS apa itu kemerdekaan beragama sudah tersosialisasi, kemudian penginternalisasi dari nilai - nilai itu, lalu implementasi bahwa adanya persoalan di masyarakat adanya komunikasi antara tokoh – tokoh dengan polisi dan terbukanya pandangan mereka mengenai perbedaan. Misal, ada satu kasus sudah sampai kantor polisi, justru polisi mengembalikan ke masyarakat bisa diselesaikan dengan jalur mediasi yaitu dengan POLMAS. Lalu ada keberanian masyarakat yang berkata bahwa pelayanan polisi kurang baik, Misal pembuatan SIM, dll”.

Kesadaran masyarakat dalam hal COP/POLMAS perlu ditingkatkan, pengenalan COP/POLMAS perlu disosialisasikan diseluruh lapisan masyarakat agar masyarakat itu tahu hukum dan tindakan yang tepat seperti apa dalam menangani konflik. Selain itu, perlu dukungan dan partisipasi dari kelembagaan, masyarakat dan pihak kepolisian untuk menjadikan program ini semakin membuka pandangan semua masyarakat.

(7)

74 LAMPIRAN 4 : Hasil Wawancara Pengurus FKPM Pulutan

1. Nama dan posisi kepengurusan FKPM Pulutan Bapak HM. Syafii (ketua FKPM Pulutan)

2. Bagimana sikap sebelum ada program COP/POLMAS?

Bapak HM. Syafii (ketua FKPM Pulutan), sebelum masuknya program COP ini warga tertutup mbak, kebanyakan dari mereka ya acuh tak acuh dengan sekitar. Kehidupannya itu seperti ngelompok – ngelompok mbak kurang bisa menyatu dengan orang lain. Jadi ya sing disenengi sing dicedaki (jadi yang disukai yang didekati), kondisi tidak pernah aman, banyak maling (pencuri), warga sendiri banyak yang tidak taat hukum.

3. Sejak tahun berapa program COP/POLMAS dan langkah awal apa yang dilakukan dalam pengenalan COP/POLMAS

Bapak HM. Syafii (Ketua FKPM Pulutan), “POLMAS/COP berbasis kemerdekaan beragama di desa Pulutan sudah ada sejak tahun 2007, kegiatan pertama kali yang dilakukan pentas seni itu kita wayangan mbak, tujuannya ya biar masyarakat smua datang, menyaksikan karena penyampaian POLMAS/COP melalui wayangan ini di sambut positif oleh warga kami. Bukan hanya itu saja mbak, kegiatan seperti diskusi, kemudian aksi donor darah, jalan sehat, resik deso (bersih desa), siaran di radio pun mendapat apresiasi yang positif oleh warga di sini . Malahan POLMAS/COP di Pulutan juga mengadakan program kerja di daerah – daerah lain seperti Solo, Jogja jika pengurus di panggil untuk melakukan aksi sosial menyembuhkan orang depresi/stress, pengurus POLMAS/COP entah itu kristen, islam kami kumpul jadi satu. Karena sejak awal sudah saya tekankan kepada masyarakat di sini jangan pernah ada yang menyinggung masalah agama, “awak dewe ki kabeh podo, agama mung

kanggo pedoman urip sing penting ora gawe congkak siji lan sijine (kita semua itu sama, agama hanya untuk pegangan hidup yang penting tidak

(8)

75 membuat onar antara satu dengan yang lainnya), hak asasi manusia untuk memeluk agama apapun yang penting sekarang kita itu hidup damai.

Di kelurahan Pulutan ini memang banyak orang yang menyebutnya Serambi Mekah, tetapi kerukunan dan toleransi beragama di daerah kami membuat warga semakin terbuka dengan perbedaan.

4. Tujuan dibentuk program COP/POLMAS ?

Bp. HM Syafii (Ketua FKPM Pulutan), Program ini ya sesuai dengan harapan masyarakat mbak, tujuan dibentuknya COP/POLMAS membuat kesetaraan antara polisi dan masyarakat sehingga pandangan masyarakat mengenai polisi semakin terbuka, ini membantu warga untuk bisa tahu hukum, supaya kondisi pulutan juga aman. Program ini memberikan dampak yang positif bagi warga kami.

5. Ada berapa anggota kepengurusan

Kepengurusan FKPM Pulutan ada 13 terdiri dari :

Ketua : Bp. HM Syafii Sie Agama : Bp. Muslih Wakil Ketua : Bp. Windu Darmadi Sie Sosial : Bp. HM Sucipto Sekertaris : Bp. Agus Suprihadi Sie pemuda: Kamami

Bendahara : Ibu Kadariyah Sie Kebudayaan: Bp. Mutardio Sie Ideologi : Sutarti Suroso Sie Wanita : Ibu Umi Kolifah

Sie Keamanan : Bp As’adi Ibu Tri Wahyuningsih

Bp. Kusumanhaji

6. Intensitas bertemu kepengurusan?

Bapak HM. Syafii (Ketua FKPM Pulutan) dalam setiap bulan pengurus FKPM Pulutan mengadakan pertemuan intensif mbak, terkadang kami juga mengundang pihak kepolisian dan LSM Percik untuk memberikan masukan, melihat perkembangan dan program COP/POLMAS

(9)

76 direncanakan oleh pengurusdi sini. Tetapi, jika ada agenda kegiatan pertemuan ya kami pengurus juga sering untuk rapat dan bertemu.

7. Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam program ini?

Bp. Syafii (Ketua FKPM Pulutan), itu karena kebutuhan mbak kita butuh hukum, karena kalau masyarakat tidak butuh hukum masyarakat tidak mengalami kerukunan beragama, tidak mengalami kepedulian.

8. Adakah konflik besar yang terjadi di Pulutan?

Bp. Syafii (Ketua FKPM), ya konflik saat itu maraknya minum – minuman keras di wilayah Pulutan. Saya hanya melakukan pendekatan dengan warga dan saya lakukan terus menerus. Pernah saat itu waktu ada pertemuan dengan kepolisian ada salah satu warga yang membawa minum-minuman keras sebelum rapat, saya datangi saya dekati saya bicara pelan-pelan terhadap orang ini dan akhirnya orang ini lama-lama sungkan dengan saya. Sejak adanya COP/POLMAS di kampung ini pandangan masyarakat mulai berubah sudah berkurangnya minum-minuman keras, judi juga sudah mulai dihilangkan. Ada lagi itu mbak tahun berapa itu dulu konflik mengenai SARA, pas ada pengajian di masjid itu ceramahnya menyinggung mengenai hal-hal yang berbau SARA, saya yang mendengarpun kok seperti ini saya pun tidak nyaman, lalu pada akhirnya melalui pendekatan sekarang sudah tidak ada lagi, dulu sampe ada warga yang datang jerumah karena takut mbak.

9. Dimana saja program ini berlangsung?

Bapak HM. Syafii (Ketua FKPM Pulutan), ya ini mbak, terbukanya FKPM Pulutanmembuat kepengurusan kami sering di panggil di luar kota, baru-baru ini kami mengunjungi di Kab. Semarang ada salah seorang warga yang datang untuk meminta bantuan karena ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan, lalu kami datang dan membawa orang ini ke RS untuk mendapat penanganan, ya saya dengan keluarganya memberi

(10)

77 pengertian untuk tidak ditungguin, karena mereka itu takut mbak jadinya akan ditungguin karena kalau sakit seperti itu tidak tahu sembuhnya. Sekarang ini ya bapak itu sudah sembuh malahan sekarang bisa bekerja lagi.FKPM Pulutan sudah menangani 8 pasien seperti ini di luar kota Salatiga.

10.Hambatan yang dialami selama program ini berlangsung?

Bapak HM. Syafii (ketua FKPM Pulutan), Ya selama program ini berlangsung hambatan yang mencolok itu tidak ada dari warga Pulutan sendiri mbak. Tetapi, masih adanya warga yang tidak mengetahui tentang norma-norma hukum, sumber daya manusia (dalam hal ini pengurus) belum semuanya optimal jadi hanya masih bekerja sesuai dengan pemahaman mereka sendiri mengenai COP, yang masih jadi kekhawatiran sekarang itu ancaman dari eksternal, misalnya saja pas kemarin itu mbak, disini kalau sholat tarawih semua warga datang ke masjid, tetapi di lapangan Pulutan ada banyak anak-anak muda di luar Pulutan yang pacaran di lapangan situ mbak, waktu saya di masjid perasaan saya tidak enak, saya keluar dan segera kelapangan saya senteri itu mbak langsung pada bingung dan bubar, pacarannya diatas motor dan mengarah ke hubungan seperti itu, ini saya sempat bicarakan di pertemuan FKPM keputusan bersama dari pengurus untuk setiap warga yang melihat untuk diberi teguran, warga kami mbak sudah bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung pada COP keputusan bersama dan sadarnya dengan mengambil tindakan yang bijak memberikan dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat.”

11.Harapan yang ingin dicapai,

Bapak HM. Syafii (Ketua FKPM Pulutan) Harapan kedepan meratanya hukum di Pulutan, bisa menyelesaikan konflik dengan kekeluargaan, damai. Bisa terus berpartisipasi dengan program ini, tumbuh rasa bebas dari gangguan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sosok polisi di masyarakat Pulutan sudah merupakan mitra di dalam mengemban tugas bersama, FKPM diharapkan menjadi rujukan masyarakat di berbagai persoalan kemasyarakatan. Masyarakat bisa menjadi polisi dalam

(11)

78 keluarganya dan kampung. Sekarang ini FKPM Pulutan menjadi pilot project tingkat Nasional.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

Berdasarkan pengujian variabel dengan menggunakan uji F secara simultan F hitung sebesar 30,114 dan F tabel sebesar 2,975 yang menunjukkan ada pengaruh antara

BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN ANGGARAN 2012. No Kegiatan / Paket Peker jaan Lokasi Volume

Di antara ketiga elemen yang berada di sekolah, yaitu gaya kepemimpinan, budaya oragisasi, dan kompetensi yang paling berperan penting bagi sekolah adalah

Metode analisis yang digunakan Analisis Deskriptif, yaitu menjelaskan pengaruh kualitas produk dan kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pengguna ponsel Samsung di

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA. KABUPATEN ACEH BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA. UNIT LAYANAN

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Pengawasan Pembangunan Lanjutan Pemecah Ombak (Break Water) Blok Barat PPI