• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1 Marketing vs Technical

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1 Marketing vs Technical"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 1

Frequency Response dari sebuah loudspeaker adalah salah satu bagian terpenting dari sebuah specification sheet. Banyak seluk-beluk mengenai frequency response dari sebuah loudspeaker. Artikel ini akan terbagi menjadi beberapa part untuk mengulik mitos dan fakta apa yang dilihat dan didengar. Pembahasan ini ditujukan untuk membuat pembaca sadar bahwa BANYAK ‘sesuatu’ dibalik parameter frequency response.

Mari kita cermati ke-3 grafik dibawah ini. Frequency Response Loudspeaker A:

(2)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 2

Frequency Response Loudspeaker C:

Dari ke-3 gambar diatas, manakah grafik frequency response dari sebuah loudspeaker (selanjutkan disingkat spkr) yang anda suka? Gambar diatas tidak menjebak, semua parameter dari grafiknya ada disitu semua. Grafik B terlihat seperti sebuah spkr yang mempunyai frequency response yang sangat baik bukan? Mungkin anda akan menjauhi spkr C karena responsnya terlihat sangat jelek. Spkr A mungkin menjadi kandidat ke-2.

Betul atau salah? Mari kita bahas. Sebelum lanjut, saya mau tekankan bahwa 3 grafik diatas adalah SAMA. Proses windowing, smoothing dan scaling adalah tiga kunci yang membuat grafik frequency response terlihat berbeda! Mari kita bahas satu persatu.

Scaling terlihat pada axis X dan Y grafik diatas. Perhatikan bahwa axis X adalah frekuensi dan Y adalah amplituda yang diukur dengan dB (SPL). Perhatikan Y nya. Grafik A mempunyai skala/scale 90-120dB (range nya 30dB), grafik B mempunyai skala 80-120dB (range nya 50dB) dan grafik C mempunyai skala 100-115dB (range nya 15dB).

Sekali lagi, 3 grafik tersebut adalah data sebuah spkr yang SAMA! Mari kita lihat bagaimanakah grafik diatas dengan scaling axis Y yang mempunyai range 70dB dan bagaimana kalau grafik nya kita perkecil sehingga pembaca susah melihat? Lihat dibawah ini:

(3)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 3

Grafik diatas lagi-lagi adalah spkr yang sama yang kita bicarakan. Perhatikan bahwa specification sheet tidak akan memuat grafik frequency response sebesar yang tertera di halaman 1. Hal ini menjadi senjata yang sangat kuat untuk bagian marketing ber-‘main-main’ dengan data teknikal sebuah spkr!! Apalagi dengan scaling yang mempunyai jarak/range besar, dan besar grafik yang kecil.

Selanjutnya, smoothing. Apakah arti kata smooth? Secara harafiah artinya adalah rata atau mulus. Dalam frequency

response (selanjutnya disingkat FR), smoothing adalah me-rata2-kan amplituda dalam sebuah band yang ditentukan. Misalnya 1 octave band smoothing. Dengan kondisi ini, energi dalam 1 octave band akan di rata2. Mari kita lihat contoh speaker diatas dengan range axis Y 50dB dan berbagai macam smoothing, mulai dari tanpa smoothing.

(4)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(5)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 5

Smoothing bukanlah suatu hal yang harus dihindari. Smoothing dibutuhkan untuk melihat data dengan lebih mudah, Namun sayang fungsi ini sering disalahgunakan.

Satu hal terakhir yang sangat berpengaruh dalam visualisasi FR adalah windowing dan resolution. Kedua hal tersebut

memang berbeda, namun memberi efek yang hampir sama terhadap visualisasi FR sebuah spkr. Windowing ditujukan untuk membatasi waktu (time domain) dimana sebuah impulse response dianalisa, dan dapat membuang noise atau artifacts lain-lain dalam suatu impulse response spkr. Bagaimanapun, jika waktunya terlalu singkat, low frequency menjadi terlalu smooth. Mari kita lihat contoh diatas dengan window time yang berbeda-beda.

(6)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 6

Pada halaman ini, gambar pertama tidak menggunakan time window. Gambar dibawahnya menggunakan 50ms time window.

(7)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 7

Pada halaman ini, gambar diatas menggunakan 40ms time window dan gambar dibawah menggunakan 30ms time window.

(8)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 8

Pada halaman ini, gambar diatas menggunakan 20ms time window dan gambar dibawah menggunakan 10ms time window.

Perhatikan apa yang terjadi pada low frequency nya. Frekuensi rendah mempunyai panjang gelombang yang panjang, dengan mengaplikasi time window yang singkat, banyak informasi pada frekuensi response itu yang hilang. Perhatikan bahwa smoothing tidak dapat membuat keakuratan frekuensi rendah bertambah. Misalnya 20ms time window. Dengan impulse response yang dibatasi sejauh 20ms, keakuratan grafik FR tersebut hanyalah diatas 100Hz. Kita bisa

menyimpulkan bahwa grafik pada halaman ini tidak mempunyai informasi APAPUN dibawah 100Hz. Perhatikan daerah 100Hz – 500Hz. Bandingkan grafik 20ms time window dengan 50ms time window. Semua keakuratan data 100-500Hz (dan bahkan diatas 500Hz) banyak yang hilang dengan menggunakan 20ms time window!

(9)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 9

Frequency resolution adalah sebuah parameter yang biasanya sudah disiapkan pada saat pengukuran berlangsung. Parameter ini mempunyai efek visualisasi terhadap FR yang hampir sama dengan time window. Saya tidak akan membahas banyak mengenai ini. Bagaimanapun, sebuah spkr full range yang diambil datanya dengan sebuah (linear) sweep sine dari 50Hz sampai dengan 20.000Hz akan mempunyai perbedaan resolusi pada frekuensi tinggi dan rendah. Misalnya resolusi sebuah pengukuran FR adalah 50Hz. Diatas 500Hz, tiap data poin dapat dibilang akurat sampai dengan 50Hz, tapi bagaimana dengan 500Hz kebawah? Diantara 100Hz sampai dengan 200Hz, hanya ada 3 data poin yang dibilang valid (misal: 100Hz, 150Hz, dan 200Hz). Resolusi ini menjadikan daerah mid low dan low frequency menjadi smooth seperti efek time window. Dalam pengukuran loudspeaker, alangkah baiknya jika dua buah pengukuran dengan resolusi yang berbeda digabung dalam satu grafik, misalnya resolusi 10Hz untuk frekuensi 1000Hz kebawah, dan resolusi 40Hz untuk frekuensi tinggi.

Masih ada banyak hal lain yang sering digunakan untuk marketing dan banyak melenceng dari kondisi technical sebenarnya. Contohnya seperti asumsi DSP yang dipakai, kondisi ruangan dimana tempat pengukuran diambil yang seringkali membatasi frekuensi rendah, teknik pengukuran itu sendiri yang bisa di modifikasi, dan sebagainya. Jangan kaget jika anda mengukur FR dari spkr baru yang anda beli dan mendapatkan hasil yang berbeda, atau bisa saya bilang SANGAT berbeda dengan yang tertera di specification sheetnya (menganggap tidak ada kerusakan). Mari kita bahas beberapa specification sheet manufacture yang berbeda.

(10)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(11)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(12)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(13)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(14)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(15)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(16)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(17)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(18)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(19)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

(20)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 20

Perhatikan FR dari kelima spkr diatas:

Community R2-77Z

Community SLS960

(21)

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part1

– Marketing vs Technical

2008

June 1s, 2008 by YP Hadi Sumoro Kristianto Page 21

JBL PD743

TOA F-605

Dari kelima gambar diatas, dapatkah pembaca memperkirakan seberapa jauh smoothing, resolution, scaling dan time window yang dipakai? Sekali lagi, masih BANYAK hal-hal lain yang sangat mempengaruhi visualisasi FR sebuah spkr dalam specification sheet nya. Artikel ini hanya membahas sampai sini saja. Perlu saya tekankan bahwa FR yang flat dari sebuah spkr BELUM tentu mempunyai phase response yang flat. Phase response ini bukanlah sesuatu yang tertera di suatu specification sheet. Sekarang, apakah flat? Adakah FR yang flat? Masih percayakah anda terhadap kata “flat”? Bersambung ke part 2.

Gambar

Grafik diatas lagi-lagi adalah spkr yang sama yang kita bicarakan. Perhatikan bahwa specification sheet tidak akan  memuat grafik frequency response sebesar yang tertera di halaman 1

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana terungkap dalam deskripsi hasil wawancara, berdirinya gereja tersebut mendapat restu para tokoh Islam dan dukungan masyarakat karena memang sosok seorang Pendeta

Copyright © 2017 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta - All rights reserved Journal of Electrical Technology UMY, Vol.. Proposed full antenna design

Friedrich August Von Hayek (1899-1992) percaya bahwa semua bentuk dari kolektivisme hanya akan dipertahankan oleh bentuk otoritas pemerintah yang terpusat. Pertukaran

Dalam memulai suatu usaha atau untuk mencapai sesuatu harus dilakukan secara totalitas, penuh perhatian dan konsisten terhadap seluruh aspek yang mendukungnya,

menggunakan bahasa tercinta, iaitu Bahasa Arab. Buku nota yang diperam hampir 2 tahun ini akhirnya disalin semula dalam bentuk e-book, perlu diselamatkan sebelum ‘terkitar semula’

(3) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, agar dapat mempunyai kekuatan hukum mengikat, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dengan menambahkan

- Mengingat Sakramen Tobat kali ini diprioritaskan bagi lingkungan yang jauh dari gereja, maka beberapa lingkungan yang dekat dgn gereja akan ada yang digabungkan