• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doa dan Adab membaca Quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Doa dan Adab membaca Quran"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Doa dan Adab membaca Quran

Setelah membaca Quran , bacalah doa berikut:

ام هنم نركذ مهللا .ةمـحرو ىده و اروـن و امامإ ل هلعجاو نأرقلاب نحرا مهللا

ل هلعجاو راهنلا فارطأ و ليللا ءانأ هتولت نقزراو تلهج ام هنم نملعو تيـسن

يـلاعلا بر اي ةجح

Allahumma rahmana bil qurana wa …. imaamaa wanuuraa wa hadii wa rahmah. Allahumma ….. wa ‘alimnii minhuu maa …. wa razaqna ……… rabbul’alamiin.

“Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al-Quran. Jadikanlah ia pimpinan bagiku, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al-Quran apa-apa yang aku terlupa; ajarkan kepadaku melaluinya apa-apa-apa-apa yang aku tidak tahu; berilah

aku kefahaman dari pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta alam.” (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )

Adab Membaca Quran

1. Disunnahkan berwudhu 2. Menghadap kiblat

3. Ada sikap penghormatan hati untuk :

a. Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran, b. Membenarkan dan meyakini

c. dan berniat mengamalkan Al-Quran

d. berniat untuk menyampaikan/mengajarkan lagi kepada orang lain 4. Memilih tempat yang bersih

5. Disunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan. Firman Allah :

ِميِجّرلا ِناَطْيّشلا َنِم ِهّللاِب ْذِعَتْساَف َناَءْرُقْلا َتْأَرَق اَذِإَف

Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl : 98)

6. Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai membaca Al-Quran pun dengan membaca Basmallah.

7. Sabda Nabi SAW :

مذجأ وهف ميـحرلا نـحرلا لا مسبب هيف أدبي ل رمأ لك

“Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota

badan yang terkena kusta) (H.R. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Mardawaih)

8. Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar 9. Berusaha untuk menangis atau pura-pura menangis 10. Membaca dengan suara merdu

11. Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh sendiri)

12. Memenuhi hak-hak Al-Quran

13. Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain 14. Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi 15. Tidak menjadikan Al-Quran untuk bantal

(2)

Postingan artikel terkait:

[DKMB] scReensaveR back tO

Al-Qur’an

[DKMB] al-quR’an scReen

saveR

Links:

[kewajiban membaca al-quRan]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm

[al-quR’an beRbicaRa tentang al-quR’an]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204

[adab teRhadap al-quRan]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77

[disunnahkan mempeRbanyak membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0

[ta'awudz dan basmalah tidak peRlu untuk membaca al-quR'an?]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm

[meRenungkan isi al-quR'an]

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319

[tidak taRtil dalam membaca al-quRan, bOlehkah?]

http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-quran-bolehkah.html

[hukum tidak membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0

[beRusahalah untuk mempeRbaiki bacaan al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0

[wajib sungguh-sungguh dalam mengeluaRkan semua huRuf dari makhRajnya]

http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0

[bisakah mengaji lewat mp3 playeR?]

http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm

[peRbaikilah niat anda dan peRbanyaklah membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0

[membaca al-quR'an bagi wanita haid]

http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0

[hukum membaca al-quR'an bagi yang sedang junub]

http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0

[seyOgyanya menjaga hafalan al-quR'an sehingga tidak lupa]

http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

[ORang yang mahiR membaca al-quR'an beRsama paRa malaikat yang mulia]

http://www.almanhaj.or.id/content/610/slash/0

[hukum mengucapkan shadaqallahul azhim ketika selesai membaca al-quR'an]

http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

[hukum membaca al-quR'an beRsama-sama, membagi bacaan al-quR'an untuk orang-orang yang hadiR]

http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0

[caRa mudah hafal al quRan]

http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/

[hafizh qur’an]

(3)

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm

Kewajiban Membaca Al-Quran

Kamis, 6 Jul 06 17:48 WIB

Assalamualaikum ustaz,

Saya ingin menanyakan apakah yang mendasari kewajiban muslim/at membaca Al-Quran? Hal ini sehubungan dengan teman dekat saya yang meyakini bahwa kita cukup membaca terjemahannya saja tanpa perlu membaca Al-Quran (arabic). Apakah ada dalam surat di Al-Quran itu sendiri atau hadist mengenai kewajiban ini? Atas jawaban ustaz saya ucapkan terima kasih.

Salam Dizzie diy Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Membaca Al-Quran Al-Kariem merupakan kewajiban tiap muslim, paling tidak di dalam shalat. Yaitu surat Al-Fatihah yang wajib dibaca saat melaksanakan ibadah shalat 5 waktu.

Adapun perintah untuk membaca Al-Quran, tentu saja begitu banyak kita dapati di dalam dalil-dalil. Di antaranya adalah firman Allah SWT:

اَي

اَهّيَأ

ُلّمّزُمْلا

ِمُق

َلْيّللا

ّلِإ

ًليِلَق

ُهَفْصِن

ِوَأ

ْصُقنا

ُهْنِم

ًليِلَق

ْوَأ

ْدِز

ِهْيَلَع

ِلّتَرَو

َنآْرُقْلا

ًليِتْرَت

Hai orang yang berselimut (Muhammad),bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari

seperdua itu sedikit,atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al-Muzzammil: 1-4)

ُلْتا

اَم

َيِحوُأ

َكْيَلِإ

َنِم

ِباَتِكْلا

ِمِقَأَو

َةَلّصلا

ّنِإ

َةَلّصلا

ىَهْنَت

ِنَع

ءاَشْحَفْلا

ِرَكنُمْلاَو

ُرْكِذَلَو

ِّلا

ُرَبْكَأ

ُّلاَو

ُمَلْعَي

اَم

َنوُعَنْصَت

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut: 45)

.karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an... (QS Al-Muzzammil: 20) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

(4)

Selain itu di dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita menemukan begitu banyak dalil yang memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran, bahkan diberi semangat dengan pahala yang berlipat, meski kita tidak memahami apa yang kita baca itu. Di antaranya yang paling populer adalah:

نم

أرق

افرح

نم

باتك

لا

هلف

هب

ةنسح

ةنسحلاو

رشعب

اهلاثمأ

ل

لوقأ

ملأ

فرح

نكلو

فلأ

فرح

ملو

فرح

ميمو

فرح

Dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirimizy dan

Baihaqi)

Al-Quran yang Berbahasa Arab

Seluruh ulama dan umat Islam sepakat bahwa yang disebut dengan Al-Quran adalah yang berbahasa Arab, bukan terjemahnya. Terjemah dari Al-Quran bukan Al-Quran. Sehingga bila terjemahan itu dibaca, tidak mendatangkan pahala secara khusus. Berbeda dengan teks aslinya dalam bahasa Arab yang mendatangkan pahala. Tiap hurufnya mendatangkan pahala yang dilipat-gandakan dengan 10 kebaikan. Bukti bahwa terjemahanan itu bukan Al-Quran adalah bahwa terjemahan itu mungkin saja berbeda-beda antara satu versi dengan versi lainnya. Setiap negeri bisa saja punya terjemahan Al-Quran yang berbeda-beda.

Padahal yang namanya kitab suci itu tidak boleh berubah-ubah dan berbeda-beda. Jangan samakan Al-Quran sebagai kitab suci dengan komik Tin-tin yang

diterjemahkan ke sekian puluh bahasa. Sementara tiap bahasa punya rasa yang berbeda-beda. Perbedaan rasa bahasa ini tentu saja sangat mempengaruhi makna dan pengertian.

Bila suatu buku diterjemahkan ke dalam bahasa lain, ada sekian banyak rasa bahasa yang hilang di dalamnya. Otomatis pesan-pesan yang terkandung di dalamnya akan mengalami korupsi dan degradasi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204

Artikel Buletin An-Nur :

Kita Dan Al Qur'an Rabu, 07 April 04

(5)

AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG AL-QUR’AN

1. Al-Qur’an Merupakan Obat dan Rahmat

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. 17:82)

2. Al-Qur’an adalah Petunjuk dan Cahaya.

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (QS. 5:16)

3. Al-Qur’an Merupakan Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman, bahwa Mereka Memperoleh Pahala yang Besar.

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. 17:9)

4. Al-Qur’an Merupakan Hikmah yang Amat Agung.

“Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur’an yang penuh hikmah”. (QS. 3:58) 5. Al-Qur’an Merupakan Peringatan dan Pelajaran.

“Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada anca-man-Ku”. (QS. 50:45)

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10:57)

6. Al-Qur’an adalah Ruh dan Kehidupan

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh/wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami”.

7. Al-Qur’an Merupakan Samudra Ilmu Pengetahuan dan Penjelasan “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan”. (QS. 6:38)

"Dan sesungguhnya Kami telah meng-ulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpa-maan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. 18:54)

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.

(6)

8. Allah Telah Bersumpah dengan Al-Qur’an dan Menyifatinya dengan Kemuliaan.

“Qaaf Demi Al-Qur’an yang sangat mulia”. (QS. 50:1)

Selanjutnya Allah memerintahkan hambaNya untuk mempelajari Al-Qur’an, dan Dia menyifati orang yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an sebagai orang yang gelap hatinya dan buta nuraninya.

“Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci” (QS. 47:24)

Apa yang telah disebutkan di atas merupakan penjelasan tentang betapa agung dan mulianya keberadaan Al-Qur’an, serta besarnya keutamaan orang yang menaruh perhatian terha-dapnya, baik itu dengan membaca, menghafal, mempelajari, memahami serta mengamalkan serta mengajar-kannya.

Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,

“Berkatalah orang-orang kafir, “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab”. (QS. 13:43)

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda,

“Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(HR. Al-Bukhari)

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi," (QS. 35:29)

Nabi telah bersabda,

“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesung-guhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim)

Dan sabdanya yang lain,

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka dia bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata serta ia mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an, Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya,

[ii]“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan, “Hasan shahih”) Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an,

“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an, ibarat rumah kosong dan rusak.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan Shahih”) Adab-Adab Membaca Al-Qur’an

• Mengikhlaskan niat dalam membaca Al-Qur’an semata-mata karena Allah, sebagaimana juga yang dituntut dalam ibadah-ibadah yang lain.

(7)

• Bersuci dan bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an.

• Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti kamar mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub. • Berlindung kepada Allah dari syetan ketika memulai membaca-nya yaitu

mengucap ta’awudz atau isti’adzah.

• Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali surat At-Taubah. • Membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai kemampuan, juga hendak-nya

membaca dengan memelas, khusyu’ dan disertai tangisan. • Bersujud ketika melewati ayat-ayat Sajadah.

• Menghentikan bacaan ketika ke luar angin, menguap dan merasa ngantuk. • Membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum

dalam ilmu tajwid.

• Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya dan meng-gambarkan seolah-olah Allah sedang berfirman dengan bacaan tersebut. • Disunnahkan bagi yang membaca Al-Qur’an, ketika melewati ayat-ayat

tentang rahmat supaya memohonnya kepada Allah, dan berlindung kepada-Nya tatkala melewati ayat-ayat adzab.

Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an

Apabila kita mau memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya.

Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mau membaca Al-Qur’an

seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja, ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak jarang pula di anta-ranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya. Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin. Ada beberapa bentuk sikap menjauhi Al-Qur’an, di antaranya sebagaimana

dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayim adalah sebagai berikut:

• Tidak mau mendengarkan, meng-imani dan perhatian terhadapnya.

• Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepada-nya.

(8)

• Tidak mau berhukum dan memu-tuskan perkara dengannya, baik dalam masalah ushul (pokok) agama maupun cabang-cabangnya.

• Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari apa yang dike-hendaki oleh Allah dalam firman tersebut.

• Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagi penyakit hati.

Keseluruhan yang telah tersebut di atas, masuk pada kategori firman Allah,

“Berkatalah Rasul, “Ya Rabbku, sesung-guhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuh-kan”. (QS. 25:30)

Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpe-dulian) tersebut antara satu dengan yang lain berbeda-beda tingkatannya.

Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemu-dian

mengamalkannya, amin ya Rabbal ‘alamain.

Sumber : Buletin, “Haluna Ma’al Qur’an, Al-Qism, Al-Ilmi Darul Wathan. Abu Abdillah Tata)

Netter Muslim yang dimuliakan Allah.

Setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut berdakwah adalah menyampaikan Buletin ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya.

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77

Artikel Buletin An-Nur :

Adab Terhadap Al-Quran

Rabu, 03 Maret 04

Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan

keutamaannya di atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah yang di dalamnya tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala.

Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya." (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-Qur'an itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)." (HR.

(9)

Muslim).

Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq terhadapnya. Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur'an:

Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis, diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan

mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama. (At-Tibyan, hal.58-59).

• Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan). Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-Qur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah

memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan

Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.

• Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita atau menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Rasulullah n bersabda:

"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR. Al-Bazzar).

Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih:

" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).

• Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan:

"Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Qur'an" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Maksud hadits di atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah Tajwid.

• Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan bila kamu akan membaca Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98). Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca

(10)

isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.

Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di

dalamnya. Firman Allah Ta'ala:

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 24).

• Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara khusyu'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an, sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ahmad).

Dalam hadits lain dijelaskan:

"Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).

Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah

membaca Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat malam.

• Dengarkan bacaan Al-Qur'an

Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat" (Al-A'raaf: 204).

• Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian.

Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu secara bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan tenang. Rasulullah n bersabda:

"Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat menyertai mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisiNya." (HR. Abu Dawud).

• Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan, bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas selesainya membaca Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam membaca Al-Qur'an, ia mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu Dawud).

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya,

(11)

dipahami dan dilaksanakan sebagai konsekuensi kita beriman ke-pada Al-Qur'an. (Abu Habiburrahman)

Sumber:

Kitab Minhajul Muslim Fiqih Sunnah

At-Tibyan Fi Adaabi Hamlatil Qur'an

http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0

Disunnahkan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an

Rabu, 31 Maret 2004 11:46:25 WIB

DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apakah membaca Al-Qur’an itu wajib atau sunnah ? Dan apa hukum meninggalkannya, apakah haram atau makruh ?.

Jawaban.

Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi, diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya. Manusia terkadang suka meninggalkan Al-Qur’an, dia tidak beriman, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikannya. Terkadang dia mengimaninya, namun tidak mempelajarinya. Terkadang dia mempelajarinya, namun tidak membacanya. Terkadang dia membacanya, namun tidak men-tadabburinya. Terkadang tadabbur sering ia lakukan, namun ia tidak mengamalkannya. Ia tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya. Dia tidak menjadikannya sebagai sandaran dan rujukan hukum. Dia juga tidak berobat dengannya dari penyakit-penyakit hati dan jasmani. Maka hajrul Qur’an (meninggalkan Al-Qur’an) terjadi dari seseorang sesuai dengan kadar keberpalingan dia darinya, sebagaimana yang telah dijelaskan.

Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah dalam (rangka menyelamatkan) dirinya dan hendaknya dia berkemauan keras untuk mengambil manfaat dari Al-Qur’an dalam segala hal yang memungkinkan serta hendaklah dia mengetahui bahwa dia akan kehilangan dari mendapatkan kebaikan sesuai kadar hujran yang dia lakukan.

(12)

Adapun membacanya, maka itu disyari’atkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib. Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

TIDAK PATUT MENINGGALKAN MEMBACA AL-QUR’AN Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Seorang telah belajar membaca Al-Qur’an, akan tetapi sudah lewat satu tahun dia tidak membacanya lagi. Apa hukum syari’at terhadap meninggalkannya itu.

Jawaban.

Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan sahabatnya, wa ba’du.

Tidak pantas (tidak patut) hal itu terjadi dan kewajiban ahli ilmu yang berada di sekitarnya menasihati dia dan menjelaskan keutamaan membacanya, men-tadabburi-nya dan mengambil pelajaran darinya. Mudah-mudahan dia menerima nasihat itu dan mau membacanya lagi.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm

Ta'awudz dan Basmalah tidak Perlu untuk Membaca Al-Qur'an?

Rabu, 14 Jun 06 10:32 WIB

Ass. wr. wb.,

Ustadz mohon maaf apabila pertanyaan ini sudah pernah ada yang menanyakan. Saya mau menanyakan tentang kebenaran isi dari tabloid Khalifah, penerbit PT Khalifah Indomedia Pratama. Alamat Redaksi Jl. Raya Ragunan no. 27 Pasar Minggu Jakarta 12450.

Saya punya edisi 29/Th II/2006. Di rubrik kalam dikatakan bahwa ta'awwudz dan

basmalah tidak perlu dibaca untuk membaca Al-Qur'an. Di tabloid ini juga

merumuskan juz al-Qur'an yang harus dibaca seseorang berdasarkan nama dan tanggal lahir seseorang.

(13)

Ibnjarh ibnjarh Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Membaca ta'awwudz yaitu lafadz a'udzu billahi minasysyaithanirrajib adalah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca Al-Quran. Dalilnya adalah firman Allah SWT berikut ini:

اَذِإَف

َتْأَرَق

َنآْرُقْلا

ْذِعَتْساَف

ّلاِب

َنِم

ِناَطْيّشلا

ِميِجّرلا

Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS An-Nahl: 98)

Demikian juga dengan bacaan basmalah, yang memang juga sangat dianjurkan untuk dibaca pada setiap kesempatan. Salah satunya pada saat hendak membaca Al-Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

لك

رمأ

يذ

لاب

ل

أدبي

هيف

مسبب

لا

نمحرلا

ميحرلا

عطقأ

Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka amal itu terputus. Juz Al-Quran Berdasarkan Tanggal Lahir

Sejarah pengumpulan dan penyusunan Al-Quran secara tegas telah menceritakan kepada kita bahwa jumlah juz dalam Al-Quran adalah 30 buah. Masing-masing disusun dengan berdasarkan bagian-bagian yang memudahkan untuk memilahnya. Namun sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing-masing juz itu terkait dengan tanggal kelahiran seseorang. Rasulallah SAW dan para shahabat hingga para tabi'in dan para pengikut mereka yang shalih sepanjang zaman tidak pernah mengaitkan urutan juz dalam Al-Quran dengan tanggal kelahiran seseorang. Perbuatan ini tidak lebih dari bid'ah yang dibuat-buat oleh para zindiq yang

bertujuan mengacaukan ilmu Al-Quran. Dan hanya orang awam saja yang akan tertipu dengan pola pembagian juz Al-Quran dengan menggunakan tanggal kelahiran.

Bahkan ketika diembel-embeli bahwa tiap orang punya juz tersendiri di dalam Al-Quran, maka kepercayaan itu tidak lebih dari khurafat yang harus diberantas.

Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

(14)

Artikel Buletin An-Nur :

Merenungkan Isi Al-Qur’an

Jumat, 18 Maret 05

Merenungkan makna al-Qur'an pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam Rabbnya, konsentrasi dalam mendengarkan dan

menghadirkan segenap hati terhadap makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaan Nya, meninggalkan ketergantungan

terhadap pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina dengan

kemampuan pemahaman nya. Dengan kondisi yang istiqamah dan hati yang bersih, dengan kekuatan ilmu, kesungguhan pendengaran untuk memahami firman-Nya, seakan-akan menyaksikan jawaban yang Ghaib. Juga dengan doa orang yang merendah diri, merasa banyak kekurangan dan merasa miskin, serta dengan menanti pertolongan dari Dzat yang Maha Menolong dan Maha Tahu, dan dengan memohon pertolongan kepada-Nya agar bacaannya membawa dirinya kepada pemahaman makna. Dia menghadirkan sifat dari Dzat yang berbicara , berupa janji-Nya dengan penuh kerinduan, ancaman-Nya dengan perasaan takut dan peringatan-Nya dengan kesungguhan.

Allah subhanahu wata’alaberfirman,

”Orang-orang yang telah kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.”

(QS.al-Baqarah:121)

Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau mendalam ilmunya, semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk golongan orang seperti ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” (QS. al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197)

Selayaknya bagi orang yang membaca al-Qur'an untuk meresapi setiap ayat sesuai dengan konteksnya, serta berusaha memahaminya. Jika dia membaca ayat,artinya,

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi.” (QS.al:An'am:1).

Maka hendaknya dia menyadari betapa agungnya Allah subhanahu wata’ala, dan terlintas di benaknya kekuasaan Allah subhanahu wata’alaƒndan segala apa yang Dia kehendaki. Kemudian jika membaca ayat, artinya,

“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.” (QS. 56:58)

Maka hendaknya berfikir bagaimana nuthfah (air mani) dapat berubah menjadi bagian-bagian daging dan tulang. Dan jika membaca ayat tentang keadaan orang-orang yang diadzab hendaknya merasakan takut tertimpa, jika lalai dari

mengerjakan perintah-perintah Allah.

Dan selayaknya seseorang yang membaca al-Qur'an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Qur'an itu, dan dirinyalah yang mendapat ancaman. Dan kisah-kisah yang ada bukan sekedar membawakan cerita belaka, namun ia memberikan pelajaran. Maka ketika itu dia membaca al-Qur'an seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya. Maka hendaklah dia merenungkan al-Kitab

(15)

dan mengamal kan apa yang menjadi tuntutannya. (MukhtasharMinhaj al-Qasidin, halaman 68)

Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Merupakan kewajiban bagi siapa saja -yang dikhususkan oleh Allah dengan menghafal al-Qur'an- agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya (haqqa tilawatih), mentadabburi dengan hakikat ibrah dan pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang asing baginya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/ 2)

Al-Hakim at-Tirmidzi rahimahullah berkata tentang kemuliaan al-Qur'an, "Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan al-Qur'an hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga dapat mencerna apa yang difirmankan itu. Termasuk memuliakan al-Qur'an juga hendaknya berhenti pada ayat-ayat janji (wa’d) dan berharap kepada Allah subhanahu wata’ala serta memohon keutamaan dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (wa'id) dan memohon perlindungan kepada Allah darinya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/27, dan dinisbatkan ke kitab Nawadir

al-Ushul)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Apabila membaca al-Qur'an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu meskipun seratus kali, bahkan meskipun semalam suntuk. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada menghatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta rasa manisnya al-Qur'an.” (Miftah Dar as-Sa'adah, hal 402)

Ibnu Muflih rahimahullah berkata, "Berkata al-Qadhi, "Kriteria minimal tartil adalah dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Qur’an, dan yang sempurna adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu, memahaminya, serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih baik daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali.”

Sementara Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Seseorang yang membaca al-Qur'an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan rasa takut dan dengan tadabbur, dan ini merupakan makna dari sabda Nabi, "Tidak

pernah Allah menyeru dengan sesuatu seperti menyerunya kepada Nabi agar membaguskan suara dan memperindah dalam membaca al-Qur'an dengan

mengeraskannya." (HR. al-Bukhari no.5024, Muslim no. 297,233, an- Nasai, 2/180,

Abu Dawud no.1473 dari hadits Abu Hurairah). (al-Adab asy- Syar'iyyah).

Imam as-Suyuthim rahimahullah menyifati wukuf (merenungi) makna-makna al-Qur'an dengan perkataannya, "Hendaknya hati sibuk memikirkan makna-makna ayat yang dilafazhkan, sehingga mengetahui masing masing ayat, lalu merenungkan perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima itu semua. Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut dan meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih kepada Allah subhanahu wata’ala,ƒnmaka hendak nya menyucikan dan

mengagungkan-Nya, atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah diri dan memintanya. (al-Itqan fi Ulum al-Qur'an 1/ 140)

(16)

Berkata al-’Allamah as-Sa'di rahimahullah, "Dan selayaknya dalam masalah itu (membaca al-Qur'an) hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafazh adalah sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada siyaqul kalam (arah pembicaraan) serta kepada siapa pembicaraan itu ditujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca itu dengan pendapatnya dalam tempat (ayat) yang lainnya. Dan hedaknya dia mengetahui bahwa al-Qur'an ditujukan untuk memberi petunjuk kepada manusia baik yang 'alim maupun yang bodoh, yang ada di kota maupun yang ada di pelosok. Barang siapa yang

mendapatkan taufik untuk itu maka tidak ada yang tersisa pada dirinya kecuali akan memberikan perhatian untuk mentadabburi dan memahaminya, akan banyak memikirkan lafazh dan maknanya, kewajiban-kewajiban dan kandungan nya, serta petunjuknya baik yang diucapkan atau yang difahami. Jika seorang memang telah mencurahkan seluruh perhatian dalam masalah ini maka Allah subhanahu wata’ala akan memuliakan sebagian di antara hamba-Nya, dan Allahƒnsubhanahu wata’ala tentu akan membukakan ilmu-Nya berupa hal-hal yang tadinya tidak mampu dia usahakan. (Taisir al-Karim ar-Rahman, 12)

Oleh karena itu selayaknya keinginan atau motivasi terbesar orang shalih, baik di bulan Ramadhan atau selainnya, adalah berapa banyak al-Qur'an memberikan pengaruh dalam sikap? Bukan sekedar berapa banyak menghatamkan al-Qur'an.

Sumber: kitab, “Tadabbur al-Qur’an” karya Salman bin Umar al-Sunaidy

http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-quran-bolehkah.html

Posted on 22-07-2007

TIDAK TARTIL DALAM MEMBACA AL-QURAN, BOLEHKAH?

Filed Under (

Tanya Jawab Aktual

) by salam on 22-07-2007

Tanya: Semenjak mendekati bulan Ramadhan ini saya biasakan untuk mengaji

sendiri di rumah. Saya sudah mengenali huruf dan tanda baca al-Qur’an. Tetapi saya mengajinya kurang fasih. Bagaimana hukumnya bila saya salah melafalkan ayat-ayat suci al-qur’an tanpa saya sengaja? mohon jawaban.

Jawab: Mas, saya ucapkan selamat atas keberhasilan mas yang sudah mengenali

huruf dan tanda baca al-Qur’an.

Dalam membaca al-Qur’an disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan-angan maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. Allah SWT berfirman.

“Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil:4) dan

firman-Nya “Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya

mereka memperhatikan ayat-ayatnya”. (QS. Shad:27)

Adapun apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan tanpa sengaja, maka hukumnya tidak apa-apa. Namun bukan berarti boleh terus membaca apa adanya. Anda harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai dengan tuntunan tajwid. Karena

kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu akan merubah makna dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang paling

(17)

urgen dalam membaca al-Qur’an yaitu bertadabbur (mengangan-angan) akan makna dan maksud setiap ayat. (Mutamakkin Billa)

http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0

Hukum Tidak Membaca Al-Qur'an

Selasa, 19 Juni 2007 14:23:38 WIB

HUKUM TIDAK MEMBACA AL-QUR'AN

Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa nasehat Syaikh yang mulia kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya selama sebulan bahkan berbulan-bulan tetapi tidak pernah menyentuh Kitab Allah sama sekali tanpa udzur. Dan, salah seorang di antara mereka akan anda dapatkan sibuk mengikuti edisi-edisi Majalah yang tidak bermanfa'at?

Jawaban

Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak bacaan terhadap Kitabullah disertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf ataupun hafalan. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran," [Shad : 29]

Dan firmanNya,

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." [Fathir :29-30]

Tilawah yang dimaksud mencakup bacaan dan Ittiba' (pengamalan), bacaan dengan tadabbur dan pemahaman, sedangkan ikhlash kepada Allah merupakan sarana di dalam Ittiba ' dan di dalam tilawah tersebut juga terdapat pahala yang besar, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

"Artinya : Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi orang-orang yang membacanya."[1]

(18)

Dan dalam sabda beliau yang lain,

"Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur 'an dan mengajarkannya." [2]

Dan dalam sabda beliau yang lain,

"Artinya : Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali lipatnya, aku tidak mengatakan 'Alif Laam Miim ' sebagai satu huruf, akan tetapi 'Alif sebagai satu huruf, 'Laam ' sebagai satu huruf dan 'miim ' sebagai satu huruf."[3]

Demikian pula telah terdapat hadits yang shahih dari beliau, bahwasanya beliau bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash,

"Bacalah Al-Qur 'an setiap bulannya. " Dia (Abdullah bin Amr bin Al-Ash) berkata, "Aku menjawab, 'Aku menyanggupi lebih banyak dari itu lagi.' Lalu beliau bersabda lagi, 'Bacalah setiap tujuh malam sekali."[4]

Para sahabat Nabi mengkhatamkannya pada setiap seminggu sekali.

Wasiat saya kepada semua para Qari Qur'an agar memperbanyak bacaan Al-Qur'an dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala disertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu. Dan, hendaknya pula dapat mengkhatamkannya setiap bulan sekali dan bila ada keluangan, maka lebih sedikit dari itu lagi sebab yang demikian itulah kebaikan yang banyak. Boleh mengkhatamkannya kurang dari seminggu sekali dan yang utama agar tidak mengkhatamkannya kurang dari tiga hari sekali karena hal seperti itu yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash dan karena membacanya kurang dari tiga hari akan

menyebabkan keterburu-buruan dan tidak dapat mentadabburinya.

Demikian juga, tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci, sedangkan bila membacanya secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa-apa sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu'.

Sedangkan orang yang sedang junub, maka dia tidak boleh membacanya baik melalui mushaf ataupun secara hafalan sampai dia mandi bersih dulu. Hal ini berdasarkan riwayat Imam Ahmad dan para pengarang buku-buku As-Sunan dengan sanad Hasan dari 'Ali , bahwasanya dia berkata, "Tidak ada sesuatupun yang

menahan (dalam versi riwayat yang lain: menghalangi) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari membaca Al-Qur'an selain jinabah."

Wa billahi at-Tawfiq.

[Fatawa al-Mar'ah, h.96-97, Dari fatwa Syaikh ibn Baz]

[Disalin dari kitab Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Masa’il Ashriyyah Min Fatawa Ulama. Balad Al-Haram, Edisi Indonesia, Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq]

__________ Foote Note

[1]. HR. Muslim, Shalah al-Musafirin (804). [2]. HR. Al-Bukhari, Fadha’il al-Qur’an (5027). [3]. HR. At-Tirmidzi, Fadha'il al-Qur 'an (2910).

(19)

[4]. HR. Al-Bukhari, Fadha 'il al-Qur'an (5052); Muslim, ash-Shiyam (1159).

http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0

Berusahalah Untuk Memperbaiki Bacaan Al-Qur'an

Kamis, 21 April 2005 08:04:57 WIB

BERUSAHALAH UNTUK MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR'AN

Oleh

Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.

Lajnah Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Saya asli orang Yaman, sudah sepuluh tahun menetap di Saudi. Kedua orang tua saya sudah meninggal dunia dan saya senang sekali membaca Al-Qur'an Al-Karim, saya sering membacanya di masjid, namun pada ayat-ayat tertentu saya tidak bisa melafalkannya dengan benar (fasih), dikarenakan saya tidak pernah duduk di bangku sekolah. Apakah bacaan Al-Qur'an Al-Karim yang saya lakukan dengan seadanya, masih banyak salah dalam sebagian ayat menimbulkan dosa bagi saya ? Saya mohon penjelasan.

Jawaban

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba'du

Berusahalah untuk memperbaiki bacaanmu dengan cara belajar kepada salah seorang ahli Al-Qur'an (Al-Qura) yang sudah mu'tabar (dianggap keberadaannya) dan perbanyaklah membaca apa-apa yang telah engkau kuasai di masjid dan di tempat lain. Bila engkau berusaha untuk itu, maka pasti Allah memudahkan urusanmu. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Orang yang mahir (membaca) Al-Qur'an, dia bersama para malaikat yang mulia lagi jujur, dan orang yang membacanya sambil terbata-bata serta mengalami kesulitan, maka dia mendapatkan dua pahala". [1]

Wabillah at-taufiq wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur'an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur'an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

__________ Foote Note

[1]. Bagian dari hadits riwayat Muslim dan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha No. 244-(898), Kitab Shalah Al-Musafirin wa Qashruha, bab 38

(20)

Wajib Sungguh-Sungguh Dalam Mengeluarkan Semua Huruf Dari

Makhrajnya

Rabu, 13 April 2005 13:01:51 WIB

WAJIB BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENGELUARKAN SEMUA HURUF DARI MAKHRAJNYA

Oleh

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Bagaimana hukum orang yang tidak mampu melafalkan huruf [dhadh] dari makhrajnya. Orang-orang berselisih dalam masalah ini, di antaranya mereka ada yang mengatakan bahwa orang yang tidak mampu mengucapkan [dhadh] harus melafalkan [zha’], ada pula yang berpendapat bahwa dia harus melafalkan [dal], tolonglah beri kami penjelasan yang benar.

Jawaban

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du

Wajib bagi orang yang tidak mampu melafalkan [dhadh] dari makhrajnya berusaha semaksimal mungkin dan mengerahkan kemampuannya untuk melatih lidah

melafalkan [dhadh] dari makhrajnya dan mengucapkannya dengan ucapan yang benar. Bila ia tetap tidak mampu padahal sudah berusaha semampunya, maka dia itu dimaafkan dan tidak ada kewajiban. Kecuali mengucapkan sesuai

kemampuannya. Dia tidak dibebani mengucapkannya menjadi huruf [zha’] atau [dal] secara khusus, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai kemampuannya” [Al-Baqarah : 286]

Dan firmanNya.

“Artinya : Dan dia tidak menjadikan sedikit kesulitanpun atas kalian di dalam agama (ini)” [Al-Hajj : 78]

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm

(21)

Kamis, 4 Mei 06 12:37 WIB

Asslamu'alaikum,

Pak Ustadz yang saya hormati, saya ada beberapa pertanyaan.

Saya seorang pekerja yang sibuk dan saya sadar saya harus memiliki ilmu agama makanya saya memiliki MP3 yang berisi tilawah Al-Qur'an dan saya mengikuti

bacaan dari MP3 itu dengan Al-Qur'an yang saya miliki sendiri, bolehkah hal itu saya lakukan?

Saya harapkan jawaban dari pak Ustadz dan atas perhatiaanya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Taufiq

pengawal_fajar Jawaban

Assalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh,

Belajar membaca Al-Quran memang bisa dibantu lewat fasilitas multimedia, seperti yang anda sebutkan. Ada beberapa keunggulan yang bisa anda petik dari

mendengarkan bacaan Al-Quran lewat MP3 itu. Misalnya, pendengaran anda akan lebih terlatih menyimpan memori bacaan Al-Quran yang baik dan benar. Terutama bila qari'-nya memang seorang yang berkualitas dari segi bacaan. Dan tentunya bila dilakukan dengan frekuensi yang cukup tinggi.

Suara bacaan Al-Quran yang baik dan standar itu, bila diterus menerus didengarkan, secara alam bawah sadar akan terekam di dalam memori otak. Rekaman di otak ini penting, sebagai modal buat kita yang mendengarkan untuk bisa menirukannya, dengan bacaan yang sama.

Sebenarnya kalau kita telusuri sejarah, akan kita dapati bahwa pengajaran bacaan Al-Quran lebih awal dengan oral system, ketimbang dengan cara mengeja dari huruf-hurufnya. Dan memang umumnya bangsa Arab di masa lalu buta huruf, namun tetap mampu membaca Al-Quran dalam arti mampu membunyikannya dengan benar. Bukan dengan mengeja huruf-hurufnya. Maka Al-Quran yang terdiri dari 6.000-an ayat lebih itu pun mereka hafal di luar kepala. Meski mereka tidak mampu mengeja hurufnya.

Dan memang yang lebih penting dari Al-Quran itu bukan semata-mata kemampuan kita mengejanya, melainkan mampu membunyikannya dengan benar, sesuai dengan hak masing-masing huruf. Seseorang mampu membaca Al-Quran tanpa mengeja, berarti dia hafal Al-Quran. Dan hal itu tentu lebih utama dari sekedar mampu mengeja hurufnya semata.

Di masa lalu, para ahli Al-Quran itu identik dengan penghafal Al-Quran. Boleh jadi mereka buta huruf, tetapi yang penting mereka mampu membunyikan tiap ayat Al-Quran dengan sempurna.

(22)

Namun di masa lalu, oral system ini berhasil lantara ada guru yang berfungsi selain memasukkan memori suara bacaan, juga melakukan evaluasi dan

perbaikan-perbaikan secara real time. Seorang murid bukan hanya diminta mendengarkan bacaan guru, tetapi pada saat yang sama, sang guru langsung mengevaluasi bacaan muridnya. Murid diminta untuk membacanya, lalu si guru saat itu juga mengoreksi bila masih ada yang salah. Bahkan dalam hal ini, yang lebih menonjol adalah aktifitas murid. Sebab merekam lebih mudah daripada memainkan atau membunyikan.

Maka fungsi sang guru yang tidak mungkin tergantikan oleh MP3 dan beragam perangkat multi media yang lainnya terletak di sini. Hingga hari ini belum ada program cerdas (artificial inteligent) yang bisa secara interaktif mampu mendengarkan dan mengevaluasi bacaan murid, lalu menegurnya dan membetulkannya saat itu juga.

Jadi memang tidak salah bila anda memanfaatkan MP3 player untuk belajar Al-Quran, tapi ketahuilah bahwa masih ada satu fungsi mendasar yang belum bisa dicover olehnya. Yaitu fungsi untuk mengevaluasi atau membetulkan bacaan si murid. Padahal fungsi ini sangat vital dan tidak mungkin ditinggalkan. apalagi artinya belajar Al-Quran, kalau tidak mampu mengoreksi bacaan yang salah?

Jadi sampai hari ini, rasanya anda masih membutuhkan guru berupa manusia biasa, yang mampu dengan cerdas memeriksa dan mengevaluasi bacaan anda, lalu

membetulkan bahkan melakukannya berulang-ulang hingga bacaan anda memenuhi standar baku pembacaan Al-Quran.

Mungkin suatu ketika, bila para ahli programmer komputer sudah mampu membuat program belajar baca Al-Quran yang bersifat interaktif, insya Allah anda bisa memanfaatkannya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alakum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0

Perbaikilah Niat Anda Dan Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an

Rabu, 22 September 2004 22:45:17 WIB

PERBAIKILAH NIAT ANDA DAN PERBANYAKLAH MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.

(23)

Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ?

Jawaban.

Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim

Kedua : Perbanyaklah membaca Qur’an Karim, karena sesunggguhnya Al-Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [1]

Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan

mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap).

Ringkasnya adalah :

[1]. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman.

“Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282] [2]. Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an).

[3]. Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

__________

Foote Note

[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0

Membaca Al-Qur'an Bagi Wanita Haid

Senin, 12 Juli 2004 22:18:15 WIB

MEMBACA AL-QUR'AN BAGI WANITA HAID

Oleh

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kami pernah mendengar fatwa Anda yang menyatakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haid adalah

(24)

tidak membaca Al-Qur'an kecuali untuk suatu kebutuhan, mengapa tidak membaca Al-Qur'an yang lebih utama, sementara dalil-dalil yang ada menunjukkan hal yang bertentangan dengan yang Anda katakan ?

Jawaban

Saya tidak tahu yang dimaksud oleh penanya, apakah ia menginginkan dalil-dalil yang dijadikan alasan oleh yang melarangnya ataukah penanya ini mnginginkan dalil-dalil yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Qur'an, tapi yang perlu saya sampaikan di sini adalah bahwa ada beberapa hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

"Artinya : Wanita haidh tidak boleh membaca suatu apapun dari Al-Qur'an".

Akan tetapi hadits-hadits seperti ini yang menyatakan larangan bagi wanita haidh untuk membaca Al-Qur'an bukan hadits-hadits shahih, jika hadits-hadits tersebut bukan hadits-hadits shahih, maka hadits-hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak boleh melarang wanita haidh membaca Al-Qur'an hanya berdasarkan hadits-hadits yang tidak shahih ini, tapi adanya hadits-hadits seperti ini menjadikan adanya syubhat, maka berdasarkan inilah kami katakan bahwa yang lebih utama bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Qur'an kecuali jika hal itu dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasi-situasi lain yang serupa dengan guru dan pelajar itu.

[Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Makki, Ibnu Utsaimin, 2/278]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, hal. 60-61 terbitan Darul Haq penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0

Hukum Membaca Al-Qur'an Bagi Yang Sedang Junub

Kamis, 22 Juli 2004 21:20:23 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BAGI YANG SEDANG JUNUB

Oleh

Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'

Pertanyaan

Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya : Apa hukumnya membaca Al-qur'an dengan hafalan atau dengan melihat mushaf bagi orang yang sedang junub?

Jawaban

Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Qur'an sebelum ia mandi junub, baik dengan cara melihat Al-Qur'an ataupun yang sudah dihafalnya. Dan tidak boleh baginya membaca Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci yang

(25)

sempurna , yaitu suci dari hadats yang paling besar sampai hadats yang paling kecil.

[Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta',5/328]

HUKUM MENYENTUH BUKU ATAU MAJALAH YANG DIDALAMNYA TERDAPAT AYAT-AYAT SUCI AL-QUR'AN BAGI WANITA HAIDH

Oleh

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah diharamkan bagi orang yang sedang junub, atau haidh untuk menyentuh buku-buku serta majalah-majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat suci Al-Qur'an ?

Jawaban

Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur'an , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Qur'an .

[Majmu' Fatawa wa Rasai'il Asy-syaikh Ibnu Utsaimin]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan hal.64 terbitan Darul Haq Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

Seyogyanya Menjaga Hafalan Al-Qur'an Sehingga Tidak Lupa

Sabtu, 5 Juni 2004 08:41:58 WIB

SEYOGYANYA MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN SEHINGGA TIDAK TERLUPAKAN.

Oleh

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan siksa atau tidak ?

(26)

Jawaban.

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.

“Artinya : Jangalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari ikatannya” [1]

Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka dia tidak berdosa.

Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]

__________ Foote Note

[1]. Dikeluarkan oleh Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

Hukum Mengucapkan Shadaqallahul Azhim Ketika Selesai

Membaca Al-Qur'an

Rabu, 21 Juni 2006 01:29:32 WIB

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM

Oleh

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

Pertanyaan.

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Apa hukum mengucapkan “shadaqallahul azhim” setelah selesai membaca Al-Qur’an?

(27)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du.

Ucapan, “Shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al Qur’an adalah bid’ah, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya, demikian juga para khulafa’ur rasyidin, seluruh sahabat radhiyallaHu ‘anHum dan imam para salafus shalih, padahal mereka banyak membaca Al Qur’an, sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan mendawamkan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang diada – adakan.

Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Artinya : Barangsiapa membuat suatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Ash Shulh (2697) dan Muslim dalam Al Aqdhiyah(1718)

Hanya Allah-lah yang mampu memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.

[Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah, fatwa no. 3303]

HUKUM MENGUCAPKAN SHADAQALLAHUL AZHIM KETIKA SESELSAI MEMBACA AL-QUR’AN

Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya sering mendengar bahwa mengucapkan “shadaqallahul azhim ketika selesai membaca Al-Qur’an adalah perbuatan bid’ah. Namun sebagian orang yang mengatakan bahwa itu boleh, mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Katakanlah : ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali-Imran : 95] Kemudian dari itu, sebagian orang terpelajar mengatakan kepada saya, bahwa apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menghentikan bacaan Al-Qur’an seseorang, beliau mengatakan, “cukup” dan beliau tidak mengatakan,

‘shadaqallahul azhim”. Pertanyaan saya : Apakah ucapan “shadaqallahul azhim” dibolehkan setelah selesai membaca Al-Qur’an Kairm. Sya mohon perkenan Syaikh menjelaskannya.

Jawaban.

Mayoritas orang terbiasa mengucapkan, “Shadaqallahul ‘azhim” ketika selesai membaca al Qur’an, padahal ini tidak ada asalnya, maka tidak boleh dibiasakan, bahkan menurut kaidah syar’iyah hal ini termasuk bid’ah bila yang mengucapkan berkeyakinan bahwa hal ini sunnah. Maka hendaknya ditinggalkan dan tidak membiasakannya karena tidak adanya dalil yang menunjukkannya.

(28)

“Artinya : Katakanlah, ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah” [Ali Imran : 95]. Bukan mengenai masalah ini, tapi merupakan perintah Allah Ta’ala untuk menjelaskan kepada manusia bahwa apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu benar yaitu yang disebutkan di dalam kitab – kitab-Nya yang agung yakni Taurat dan lainnya, dan bahwa Allah Ta’ala itu Maha Benar dalam ucapan-Nya terhadap para hamba-Nya di dalam kitab-Nya yang agung, al Qur’an.

Tetapi ayat ini bukan dalil yang menunjukkan sunnahnya mengucapkan,

“ShadaqallaH” setelah selesai membaca al Qur’an atau membaca beberapa ayatnya atau membaca salah satu suratnya, karena hal ini tidak pernah ditetapkan dan tidak pernah dikenal dari Nabi ShallallHu ‘alaiHi wa sallam dan tidak pula dari para sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum.

Ketika Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu membaca awal Surat An-Nisa di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga sampai pada ayat,

“Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu” (Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]

Beliau berkata pada Ibnu Mas’ud, “cukup”, Ibnu Mas’ud menceritakan, “Lalu aku menoleh kepada beliau, ternyata matanya meneteskan air mata” [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5050)]

Maksudnya, bahwa beliau menangis saat disebutkannya kedudukan yang agung itu pada hari Kiamat kelak, yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tadi. “Artinya : Maka bagaimanakah (halnya orang – orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap – tiap umat dan Kami mendatangkan kamu” (Hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu” [An Nisaa’ : 41]

Yaitu terhadap umat beliau. Dan sejauh yang kami ketahui, tidak ada seorang ahlul ilmi pun yang menukil dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu bahwa ia mengucapkan “shadaqallahul azhim” ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “cukup”. Maksudnya, bahwa, mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan ucapan

“shadaqallahu azhim” tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci. Tapi jika seorang melakukannya sekali-kali karena kebutuhan, maka tidak apa-apa.

[Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Ibnu Baz (7/329-331]

[Disalin dari kitab Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Masa’il Ashriyyah Min Fatawa Ulama Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa – Fatwa Terkini Jilid 2, Penyusun : Syaikh Khalid al Juraisiy, Penerbit Darul Haq, Jakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1424 H/Februari 2004 M]

http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0

Hukum Membaca Qur'an Bersama-Sama, Membagi Bacaan

Al-Qur'an Untuk Orang-Orang Yang Hadir

(29)

Sabtu, 30 September 2006 00:42:25 WIB

HUKUM MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA

Oleh

Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz

Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada dasarnya membaca Al-Qur'an haruslah dengan tatacara sebagaimana Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkannya bersama para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada satupun riwayat dari beliau dan para shabatnya bahwa mereka membacanya dengan cara bersama-sama dengan satu suara. Akan tetapi mereka membacanya sendiri-sendiri atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya.

Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunnah para Al-Khulafa'ur Rasyidun setelahku" [1]

Sabda beliau lainnya.

"Artinya : Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia itu tertolak" [2]

Dalam riwayat lain disebutkan.

"Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak" [3]

Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau

memerintahkan kepada Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Ia berkata kepada beliau. "Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacakan Al-Qur'an di hadapanmu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan

kepadamu?" Beliau menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain" [4] BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA. Jika yang dimaksud adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara dengan 'waqaf' dan berhenti yang sama, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maupun para shahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal tersebut tidak apa-apa.

Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah

seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing membaca sendiri-sendiri dengan tidak menyamai suara orang lain, maka ini

disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Tesis dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Dengan Prestasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Qur`an Hadits Siswa Kelas XI IPA MAN Gumawang

(Abu Daud No. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan, dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud , No. 3575, berkata: Hadits ini hasan shahih gharib. Syaikh Al Albani menghasankan dalam

Bagi mereka yang mengkhatamkan Al-Quran di luar waktu solat, atau secara berjemaah, waktu yang lebih utama untuk mereka lakukannya adalah pada awal siang atau pada

Kemampuan membaca Al- Qur‟an merupakan keterampilan yang wajib dikuasai siswa sebagai harapan untuk menjadi anak saleh yang di antaranya pandai membaca Al- Qur‟an

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode yanbu‟a dapat meningkatkan hasil belajar al- Qur‟an dan al -Hadits materi membaca surat al-Kafirun pada

2) Kurangnya semangat dari diri siswa sendiri, mereka tidak ada niat untuk belajar membaca Al-Qur‟an. Dari hasil wawancara dan observasi dengan guru Al-Qur‟an Hadits MTs Al-Huda

Untuk itu perlu sekolah mengupayakan pembiasaan kepada siswa-siswi khususnya yang beragama Islam untuk membaca al-Qur „an, dengan bacaaan al-Qur‟an itu selain melembutkan hati manusia

Upaya-upaya yang dilakukan orangtua untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca al-Qur‟an di desa Huta Baru adalah: memberikan pendidikan al-Qur‟an anak di rumah, memberikan