• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSIAPAN MENULIS ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSIAPAN MENULIS ARTIKEL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERSIAPAN MENULIS ARTIKEL Oleh: H. Ucu Jamaludin A.

Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan ketika akan memulai menjlis artikel untuk surat pembaca, tabloid, atau majalah, diantaranya yaitu:

A. Tiga tahap menulis Artikel

Sebagai proses kreatif, menulis artikel ke dalam tiga tahap: 1. Persiapan menulis (prewriting)

Pada tahap ini, kita harus menyiapkan beberapa hal,antara lain:

a. Aspek administrasi: persiapan barang dan alat: mesin tik, komputer, tinta, kertaspinsil, stabilo, dan sumber-sumber rujukan yang diperlukan seperti: buku, surat kabar, majalah, jurnal, kliping berita, kliping artikel. Semua sumber rujukan itu sebaiknya sudah diberi tanda agar kita dengan cepat dan mudah membaca serta mengutipnya pada saat pengetikan nanti. Patstikan tak ada yang terlewat.

b. Aspek teknis: Pastikan peralatan kerja yang kita perlukan berpungsi dengan baik. Tentukan kita akan mengetik pada program apa, dan hindari penggunaan program yang akan lebih banyak memberikan peluang kepada kita untuk meraba-raba, coba-coba hanya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

c. Aspek akademis

Buatlah kerangka karangan (out line) sederhana untuk memudahkan kita menulis sekaligus menghindari tumpang tindih bahasan. Gunakan pola 3 P dan Rumusan ABC. Setelah membuat kerangka karangan, kita juga harus menyiapkan daftar referensi, sumber rujukan. d. Aspek psikologis. Menulis adalah kegiatan kreatif yang sangat mengasyikkan. Jangan

pernah menganggap menulis adalah pekerjaan yang memberatkan atau menjengkelkan. Karena itu buatlah suasana menulis menjadi menyenangkan. Dalam menulis kita dianjurkan bisa duduk menghadapi konputer selama 5-6 jam nonstop. Setelah itu barulah istirahat 1 jam, dan pekerjaan mengeti dilanjutkan lagi selama 3-4 jam. Untuk bisa menjadi penulis produktif, kita harus disiplin. Jangan sampai baru 15 menit mengetik kita sudah ke pekerjaan lain, misalnya menonton televisi.

Keempat aspek itu, menurut para penulis dan kolumnis sukses, merupakan persyaratan elementer yang wajib ditempuh dan dipatuhi oleh para calon penulis dan penulis pemula. Menulis memang proses kreatif, tetapi hasilnya tidak akan memuaskan selama tidak ditunjang oleh pemenuhan persyaratan yang sifatnya administratif.

2. Pelaksanaan penulisan (writing)

Yaitu kita harus memusatkan perhatian hanya kepada lisan dan menghindari gangguan yang bisa membatalkan aktifitas kreatif kita. Denga berpedoman pada kerangka karangan (out line) yang sudah kita buat disertai daftar referensi yang sudah gtersusun di atas meja, maka pekerjaan kita hanya satu: menulis dan terus menulis. Jangan lagi menengok ke kiri dan ke kanan. Jangan hiraukan gangguan yang bisa membatalkan aktifitas menulis kita. Saat rangkaian kata mengalir deras, tak ada lagi kekuatan yang bisa menghentikannya kecuali kata itu sendiri. Berhentilah pada titik penghabisan. Ingat, menulis artikel harus utuh dan tuntas. Utuh gagasannya, tuntas

pembahasannya.

3. Perbaikan materi tulisan (editing)

Yiatu kita harus memabaca, memperhatikan, mengoreksi, serta melakukan revisi terhadap beberapa hal yang menyangkut asppek teknis dan aspek substansi (materi isi) tulisan.

a. Revisi Judul: sementara menjadi permanen, perbaikan atau penggantian.

b. Revisi Intro: bagian pembuka/pendahuluan sebagai pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup 3 paragraf dan sekaligus memenuhi syarat ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dengan bahasa jurnalistik yang baik.

c. Revisi Komposisi:susunan yang teratur secara baik serta tunduk pada hukum komposisi yang menentukan tiga prinsip dasar :

1) Kesatuan (unity): yang prinsipnya mencakup tiga unsur: sifat, isi, tujuan. Artinya masalah apa pun yang kita kupas dalam artikel tidak boleh keluar dari karodor ini.

2) Pertautan (coherence):prisipnya menunjukan keharusan pesan yang kita uraikan

mengalir lancar dari kalimat yang satu ke kalimat yang lain dari paragraf satu ke paragraf yang lain.

3) Titik Berat (emphasis): memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu yang dianggap penting oleh penulis atau harus mendapat perhatian khusus oleh khalayak pembaca. a. Revisi Akurasi dan Relevansi Data: Telitilah dalam mengutip nama seseorang, jabatan,

(2)

angka, besar akibatnya. Jangan sampai muncul tudingan kita sebagai penulis ceroboh. Biasakan bekerja dengan cepat tetapi juga tepat dan akurat.

b. Revisi Ejaan dan Istilah Teknik: Untuk menghindari adanya istilah-istilah teknis yang tidak dimengerti dan dipahami oleh pihak khalayak media masa (yang heterogen) yang pada dasarnya sedang berkomunikasi.

c. Revisi Gramatika: untuk menghindari bahasa lisan lebih banyak menekankan pada struktur dan makna. Karena itu, menganggap kecil masalah tata bahasa, struktur kalimat, paragraf, kata ejaan, merupakan salah satu dosa besar dalam dunia jurnalistik yang pada dasarnya bahasa artikel tunduk kepada bahasa jurnalistik. Pangkas paragraf-paragraf panjang. Gunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederahana, dan mudah dimengerti. d. Revisi Bobot dan Substansi Materi Tulisan: sebagai penulis, kita tidak sekedar untuk

memberi tahu, meyakinkan, membujuk, atau memengaruhi dan menghibur khalayak, tapi sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas kita. Karangannya sesuai dengan disiplin ilmu kita, pengetahuan kita, keahlian kita, atau bidang pengalaman kita.

e. Asumsi Dampak yang Diharapkan: Harapan penulis, artikel yang kita tulis dan ternyata dimuat itu, pembaca diharapkan setuju dengan gagasan kita dan memberi dukungan, bersikap netral tetapi memahami duduk perkara yang sebenarnya, atau bahkan mungkin saja menentangnya karena alasan-alasan tertentu yang tidak kita ketahui.

B. Carilah ide yang menarik

Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita. Sifatnya masih sangat umum yang nantinya muncullah gagasan. Secara sederhana, gagasan adalah cikal bakal suatu kegiatan atau pekerjaan yang akan kita lakukan. Dalam bahasa psikologi,gagasan adalah sesuatu hal yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu pernyataan, sikap, atau tindakan tertentu.

Hal-hal yang menentukan ide artikel, yaitu: 1. Sumber ide artikel

Bagi seorang penulis, tidak ada istilah kekeringan atau kehabisan ide, asalkan selalu memperhatikan dan melaksanakan cara-cara yang dianggap terpenting, diantaranya banyak membaca, banyak melihat, banyak mendengar, banyak bernuat atau mengalami sesuatu hal secara langsung.

Menurut Prof. Wayne N. Thompson adalah Fundamentals of Communication (1957) seperti dikutip Rakhmat (1992:20-21), sumber ide yang kemudian diangkat menjadi sumber topik dapat dilacak dari, antara lain:

a. Pengalaman pribadi b. Hobi atau keterampilan

c. Pengalaman pekerjaan, atau profesi, pelajaran sekolah dll.

d. Pendapat dan hasil pengamatan pribadi seperti kritikan pada permainan, pertunjukan, pameran, film, senetron, dll.

e. Peristiwa aktual, yakni peristiwa yang sedang atau baru terjadidan menjadi sorotanatau pembicaraan publik, seperti berita halaman muka surat kabar, berita radio dan televisi, ceramah, penemuan mutakhir, dll.

f. Peristiwa yang bakal terjadi

g. Masalah abadi seperti agama, pendidikan, kemanusiaan.

h. Masalah masyarakat yang belum selesai seperti polusi, korupsi, dll. i. Kejadian khusus sperti peringatan atau perayaan hari-hari bersejarah.

j. Minat khalayak seperti kesehatan, penampilan, mode, pengembngan diri, tambahan ilmu, tambahan penghasilan.

2. Menyeleksi dan menetapkan ide

Tidak semua ide ditulis untuk artikel surat kabar, tabloid, atau majalah walau ide itu menarik dan orisinal. Ide barulah ide gagasan liar yang bersifat abstrak, konseptual. Ide harus ditingkatkan menjadi topik/tema secara kongkret sehingga operasional. Syarat ide yang baik menunjuk pada tiga hal:

a. Aktual

Maksudnya apa pun gagasan yang muncul harus mengandung unsur kebaruan, bukan sesuatu yang sudah usang dan lapuk.

b. Relepan

Ditulis sesuai dengan disiplin ilmu, latar belakang pendidikan, pengetahuan, atau bidang keahlian kita.

c. Terjangkau

Menunjuk kepada daya dukung tenaga, biaya, sarana, referensi. Ide boleh saja menarik, tetapi kalau referensinya tidak ada atau tidak memadai kita tak boleh memaksakan untuk menjadi artikel.

(3)

C. Tetapkan Topik secara spesifik:

1. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan, pendidikan, atau bidang keakhlian kita. Sehingga memungkinkan kita untuk lebih tahu dibandingka dengan rata-rata khalayak

pembaca.

2. Topik harus menarik minat kita sekaligus menarik minat khalayak sehingga terjadi titik singgung kepentingan.

3. Topik harus sesuai dengan bingkai pengetahuan khalayak sehingga dengan mudah mengikuti jalan pikiran dan seluruh uraian artikel kita.

4. Topik harus aktual, penomenal, atau kontroversial sehingga dengan cepat dan mudah mencai motivasi kepada khalayak pembaca

D. Tentukan Judul Artikel

Judul adalah identitas sebuah artikel. Kepentingan judul dapat dilihat dari dua sisi kepentingan: Pertama : bagi artikel itu sendiri. Tanpa judul, ia adalah sesuatu yang anonim, tak dikenal, abstrak, sehingga tak akan bicara apa-apa. Tak mampu memberi pesan, padahal salah satu inti komunikasi adalah pesan.

Kedua : bagi khalayak pembaca, judul adalah pemicu daya tarikpertama bagi pembaca untuk membaca artikel kita atau justru segera melewati dan melupakannya..

Judul artikel yang baik konsumsi pers harus memenuhi tujuh syarat:

1. Provokatif, berarti judul yang kita buat harus mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca tergoda seketika untuk membaca artikel kita.

2. Singkat dan padat, berarti langsung menusuk jantung, tegas, lugas, terfokus , menukik pada pokok bahasan, tidak bertele (to the point).

3. Relevan, artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok bahasan. Tidak menyimpang dari topik dengan kata lain judul harus diambil dari topik.

4. Fungsional, artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri, berdiri sendiri, tidak tergantung kepada kata yang lain, serta memiliki arti yang tegas dan jelas.

5. Informal, berarti menghindari pola penulisan judul yang sifatnya kaku (rigid), dingin, formal, sebagaimana ditemukan pada judul laporan penelitian, kertas kerja, makalah, skripsi, atau disertasi. Informal mengandung arti judul yang kita sajikan menarik, atraktif, hidup, dan segar. 6. Representatif, berarti judul yang sudah kita tetapkan memang mewakili pokok bahasan. Merujuk

pada logika dan kaidah penelitian ilmiah, juda artikel harus mengandung dua variabel: variabel bebas (indevendent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

7. Merujuk pada bahasa baku. Judul merupakan identitas awal sebuah artikel. Sebagai identitas, tentu posisi dan prestasi penulisnya dipertaruhkan. Bahkan karakter sang penulis sedikit-banyak tercermin di sana. Seorang penulis yang kapabel (cakap/mampu) dan kredibel (dapat

dipercaya), tidak mungkin membuat judul yang bertolak belakang dengan kapasitas dan reputasinya.

E. Rumuskan Tesis secara ringkas:

Tesis adalah pendapat utama dari keseluruhan uraian artikel yang kita tulis. Tesis disebut juga kesimpulan. Setiap artikel harus memiliki tesis. Secara teknis, tesis terbagi atas tesis utama yang biasanya hanya terdapat pada artikel yang relatif panjang atau lebih dari 10 halaman hvs A4 dengan ketikan spasi (single). Tesis artikel yang baiik harus memenuhi tiga sarat:

1. Ringkas dan jelas: kesimpulan dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, jernih, mudah dipahami maksudnya, serta tidak menimbulkan salah pengertian tterhadap siapa pun yang membacanya. Merujuk kepada bahasa metode penelitian, tesis artikel harus operasional, bukan pernyataan konseptual yang masih harus dirumuskan secara spesifik serta dirinci indikator-indokatornya. Perlu senantiasa dipahami, artikel adalah karya intelektual populer. Sehingga karya artikel harus dapat dibaca sekali jalan dalam situasi yang serba bergegas..

2. Mencerminkan topik: Tesis yang baik harus mencerminkan pokok persoalan yang dinyatakan dalam kalimat topik.

3. Mengandung kebaruan: Ingatlah, jangan sampai terjadi pengulangan (tudingan tak punya pendapat dan sikap selain mengekor pendapat olrang lain yang sudah ada / epigon), atau tak ada sesuatu yang baru terhadap tesis yang kita tawarkan kepada khalayak pembaca.

F. Buatlah kerangka sederhana

Membuat kerangka karangan (out line) ibarat membangun rumah, kita harus punya gambar terlebih dahulu. Kita harus tahu persis, rumah kita akan dibangun di atas tanah berapa puluh atau ratus meter persegi, berapa lantai, berapa kamar, di mana letak ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, gudang, tempat jemuran, dan seterusnya. Kita juga harus tahu persis, bangunan rumah sebesar itu memerlukan biaya berapa besar, diselesaikan dalam beberapa hari kerja, dan melibatkan beberapa banyak tenaga kerja?

(4)

Dengan menyiapkan gambar, semuanya menjadi mudah dan tertata dengan baik. Begitu juga dengan artikel, semuanya akan terasa ringan dan menyenangkan kalau kita menyiapkan kerangka karangan terlebih dahulu. Buatlah kerangka karangan itu di atas satu lembar kertas kuarto atau folio. Lembar kerangka ini, secara berurutan berisi pernyataan tentang: (1) ide, (2) topik, (3) tesis, (4) judul, (5) kerangka karangan dengan merujuk pada pola 3P dan rumus ABC, dan (6) referensi.

1. Pola 3P

Apa yang dimaksud dengan 3P? Sederhana saja, 3P sekadar singkatan dan pendahuluan, pernbahasan, dan penutup. Maksudnya, secara sederhana, anatomi tubuh artikel dibagi ke dalam tiga bagian besar:

a. Pendahuluan b. Pembahasan c. Penutup

Bagian pendahuluan atau pembukaan, Iazim disebut juga intro. Sedangkan bagian penutup kerap dinamakan kesimpulan. Tentu saja dengan catatan apabila artikel yang ditulis tersebut menggunakan pendekatan induktif. Pola 3P mengasumsikan, sebagai sebuah bangunan gagasan utuh, kerangka artikel harus memiliki tiga tiang penyangga utama agar dapat berdiri kokoh. Tiang pertama disebut pendahuluan. Tiang kedua dinamakan pembahasan. Tiang ketiga dijuluki penutup.

Apakah cukup sampai di situ? Tidak. Pola 3P baru mensyaratkan perlunya tiga tiang penyangga utama. Sama sekali belum disinggung tentang apa saja yang harus dilekatkan dalam

masing-masing tiang penyangga tersebut sehingga akhirnya membentuk sebuah bangunan utuh dan kokoh. Di sinilah rumus ABC berperan secara struktural dan fungsional.

2. Rumus ABC

Apakah ABC juga sebuah singkatan? Tidak. ABC hanya sebuah urutan pekerjaan yang sifatnya alfabetis. Secara numerik, ABC sama dengan 123. Tidak lebih dan itu. Kalau pun dilacak

maknanya, maka A berarti atau sama dengan P1. (pendahuluafi). B berarti P2 (pembahasan), dan C berarti P3 (penutup). Hanya yang berbeda, apabila pada P1, P2, P3 baru terdapat kerangka yang belum berisi apa-apa sehingga hanya sebatas konseptual, pada A kerangka itu justru harus sudah diisi pernyataan tertentu sehingga menjadi operasional dan fungsional.

Rumus ABC, begitu juga dengan pola 3P, merupakan pendekatan yang sangat sederhana dan praktis dalam menyusun kerangka karangan artikel sehingga siapa pun merasa mudah dan bisa untuk mengikuti dan melakukannya sendiri. Tak perlu bantuan atau bimbingan orang lain. Berikut, disajikan contoh kerangka karangan artikel dengan merujuk pada pola 3P dan rumus ABC tersebut:

1. Ide : Amien Rais

2. Topik : Meneropong peluang Amien Rais untuk bisa terpilih menjadi presiden periode 2004-2009 dibandingkan dengan empat kandidat presiclen pesaingnya, Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Hamzah Haz.

3. Tesis : Peluang Amien Rais untuk bisa terpilih menjadi presiden sangat besar selama tokoh reformasi yang dikenal bersih, jujur, vokal, serta tak bermasalah secara moral dan hukum ini mampu menggalang kerja sama dan dukungan dan kalangan kaum muda perkotaan, Muhammadiyah, dan NU.

4. Judul : Peluang Amien Rais Menjadi Presiden 5. Kerangka Karangan:

(Pendahuluan)

A.. Kesiapan Jadi Kandidat Presiden - Deklarasi kesiapan jadi presiden - Reaksi pro-kontra berbagai kalangan - Pilihan manis dan pahit

(Pembahasan)

B. Peluang dan Tantangan yang Dihadapi - Rekam jejak sebagai tokoh reformasi - Peluang dukungan suara terbesar - Tantangan dan para pesaing (Penutup)

C. Program Kerja dan Strategi Kampanye - Program kerja yang ditawarkan - Strategi kampanye yang dipilih - Asumsi sikap politik masyanakat

(5)

6. Referensi:

1. Harian Pagi Kompas 11 17 April 2004, Harian Pagi Republika 21 April 2004, Bandung Post 1 Mei 2004.

2. Majalah Tempo edisi 6 April dan 13 Mei 2004.

3. Wien Amalia, Amien Rais Tokoh Reformasi, Bandung, Penerbit Anonim Press, 2004.

4. AS Haris Sumadiria, NU: Melihat Peran Politik Kiai, Bandung, Penerbit Anonim Press, 2001. 5. M. Ekazaki Kurnia, Muhammadiyah: Bermain dalam Politik Tinggi, Bandung,

PenerbitAnonim Press, 2002.

6. Kliping artikel tentang Amien Rais pada Harian Pagi Kompas, Republika, Media Indonesia, 1999-2004, Perpustakaan Fakultas Dakwah IAN SGD Bandung, 2004.

Catatan:

Untuk menunjukkan aktualitas dan mendekatkan relevansinya dengan topik artikel yang dibahas, daftar rujukan sengaja dibuat fiktif.

G. Pilih referensi yang relevan

Mengutip sumber untuk artikel sebagai karya intelektual populer, tidak perlu sama dengan ketika mengutip sumber untuk makalah, skripsi atau tesis sebagai karya ilmiah. Cara pengutipan untuk artikel Iebih sederhana dan praktis. Cara pengutipan untuk karya ilmiah lebih rinci dan akademis. Betapapun demikian, terdapat beberapa cara yang bisa klta pakai ketika menulis kutipan untuk artikel:

1. Kutipan lengkap.

Rita menyebutkan secara lengkap mulai dan nama penulis, judul buku, sampai kepada nama penerbit dan tahun terbit. Kutipan jenis ini sangat berharga bagi karangan intelektuaI atau

akademisi yang menginginkan untuk segera mengetahui identitas buku disertai nomor urut halaman yang dikutip.

Contoh

Menurut AS Haris Sumadiria dalam buku Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004 (19-41), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

2. Kuttpan lengkap tetapi tanpa menyebutkan halaman yang dikutip. Nama penulis, judul buku, kota penerbit, nama penerbit, dan tahun, terbit, tetap disertakan sebagai kelengkapan kutipan. Kutipan jenis ini sangat berharga bagi kalangan intelektual atau akademisi yang berminat memiliki buku yang dikutip tersebut. Nomor urut halaman dianggap tak diperlukan lagi.

Contoh.’

Menurut AS Haris Sumadiria dalam buku Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004, persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

3. Kutipan yang hanya menyebutkan nama penulis dan judul buku serta tahun terbit. Rota penerbit dan nama penerbit tidak dicantumkan. Kutipan jenis ini cukup sederhana. Para penulis artikel menyukainya.

Contoh:

Menurut AS Haris Sumadiria dalam buku Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (2004), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

4. Kutipan yang hanya menyebutkan nama penulis secara lengkap tetapi tidak mencantumkan judul buku, kota, dan nama penerbtt. Halaman yang dlkutip dicaritumkan. Kutipan

jenis mi tak banyak memberikan informasi kepada khalayak pembaca. Coritoh:

Menurut AS Haris Sumadiria (2004:112), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

5. Kutipan yang hanya menyebutkan nama penulis tetapi tidak mencantumkan judu buku Halaman yang dikutip pun tidak disertakan. Kutipan jenis ini tentu saja miskin informasi dan menyulitkan para pembaca untuk bisa melacaknya.

Contoh:

Menurut AS Haris Sumadiria (2004), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

(6)

6. Kutipan yang hanya menyebutkan nama belakang penulis. Halaman yang dikutip masih disertakan. Kutipan jenis ini sangat tidak informatif. Sebagian kecil kalangan intelektual dan akademisi, menyukai cara pengutipan demikian.

Contoh:

Menurut Sumadiria (2004:112), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

7. Kutipan yang hanya menyebutkan nama belakang penulis. Halaman yang dikutip sama sekali tidak disertakan. Kutipan jenis ini juga sangat tidak informatif. Para pembaca sangat tidak menyukai cara pengutipan demikian,

Contoh.

Menurut Sumadiria (2004), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah pekerjaan yang harus dilakukan secara berurutan.

Mengutip referensi untuk artikel, sama sekali tidak memerlukan catatan kaki serta berbagai istilah teknis lain yang lazim ditemukan dalam tata cara pengutipan penulis karya ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Sebagai karya intelektual populer, penyajian artikel harus sedekat mungkin dengan suasana batin pembaca. Akrab.

Referensi yang kita kutip harus rnemenuhi tiga syarat: (1) relevan, (2) aktual), dan (3) representatif. Relevan, berarti sumber rujukan yang kita gunakan sesuai dengan topik atau pokok bahasan artikel kita. Aktual, berarti sumber rujukan yang dikutip itu haruslah yang paling baru atau terkini, misalnya tentang teort, model, atau pendekatan yang digunakan. Begitu juga data-data yang disajikannya haruslah data yang paling mutakhir, bukan yang sudah kadaluwarsa sehingga tidak nampu

mencerminkan kondisi dan situasi sekarang. Representatif, berarti mewakili dan memadai. Misalnya, menulis topik artikel tentang gejala makin maraknya kasus korupsi yang dilakukan para anggota DPRD di daerah-daerah, sama sekali tidak mewakili dan tidak memadai apabila kita hanya merujuk kepada satu buku yang mengulas tentang otonomi daerah. Logika akal sehat mengatakan, penyebab korupsi tidak hanya otonomi daerah tetapi masih ada sedikitnya lima faktor lain. Kelima faktor lain itu, dengan sendirinya harus dicari dari sumber rujukan yang berbeda. Bahkan mungkin dengan pendekatan yang berbeda pula.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat kecenderungan individu jantan Drosophila sp tangkapan lokal Probolinggo, Jember, Lamongan memilih betina homogami, karena dari perhitungan indeks isolasi

Semestinya keahlian eksternal yang terdapat dalam penelitian Ifinedo (2008) kedua konstruk tersebut harus dipisah, karena konstruk dukungan pemasok dan keefektifan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi lobster pasir di perairan Tabanan yang meliputi nisbah kelamin, sebaran ukuran panjang karapas, sebaran matang kelamin,

Jari-jari kovalen adalah setengah dari jarak antara dua inti atom homonuklear yang berikatan kovalen atau setengah dari jarak ikatan antara dua atom yang sama.. Panjang

Arah datang gelombang yang disimulasikan dengan CGWAVE berasal dari lima arah yaitu arah selatan, barat daya, barat, barat laut, dan utara.. Untuk keperluan desain digunakan

Faktor pemanfaatan pedestrian ways di koridor komersial dari landasan teori digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan karakteristik dari kondisi eksisting

Dari hasil pengimplementasian perencanaan jalur pada Qbot mobile robot menggunakan metode jaringan saraf tiruan dengan kontroler PID dapat disimpulkan bahwa sistem