BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar BelaLatar Belakang Perlindunkang Perlindungan Konsumgan Konsumenen
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan
barang/pelayanan jasa jasa yang yang dipasarkan dipasarkan kepada kepada konsumen konsumen di di tanah tanah air, air, baik baik melaluimelalui promosi, iklan, maupun penawaran barang s
promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung. Jiecara langsung. Jika tidak berhati-hati ka tidak berhati-hati dalamdalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa
menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinyyang dikonsumsinya.a.
Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian hari kian Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian hari kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen karena ada meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen karena ada beragam
beragam variasi variasi produk produk barang barang dan dan jasa jasa yang yang biasa biasa dikonsumsi. dikonsumsi. PerkembanganPerkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh teknologi informasi dan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh teknologi informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas dalam setiap transaksi telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang
perdagangan, sehingga barang/jasa yang dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi./jasa yang dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang,
barang, tetapi tetapi jauh jauh lebih lebih kompleks kompleks dari dari itu itu yang yang menyangkut menyangkut pada pada kesadaran kesadaran semuasemua pihak,
pihak, baik baik pengusaha, pengusaha, pemerintah pemerintah maupun maupun konsumen konsumen itu itu sendiri sendiri tentang tentang pentingnyapentingnya perlindungan konsumen. Peng
perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hakusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik.
tersebut dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempuny
mereka mempunyai hak yai hak yang ang dilindungi odilindungi oleh undang-undang leh undang-undang perlindungan konsumenperlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan sehingga dapat melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah.
Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
diperhatikan.
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana perlindungan
perlindungan terhadap terhadap konsumen konsumen serta serta apa apa saja saja hak hak dan dan kewajiban kewajiban konsumen. konsumen. DalamDalam makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip, asas-asas dan tujuan makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip, asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen serta studi terhadap kasus y
perlindungan konsumen serta studi terhadap kasus yang terkait.ang terkait. 1.2
1.2 Rumusan Rumusan MasalahMasalah
Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen), faktor utama yang menjadi Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen), faktor utama yang menjadi penyebab
penyebab eksploitasi eksploitasi terhadap terhadap konsumen konsumen sering sering terjadi terjadi adalah adalah masih masih rendahnya rendahnya tingkattingkat kesadaran konsumen akan haknya. Tentunya, hal tersebut terkait erat dengan rendahnya kesadaran konsumen akan haknya. Tentunya, hal tersebut terkait erat dengan rendahnya pendidikan konsumen.
pendidikan konsumen. Selain Selain kurangnya tingkat kurangnya tingkat kesadaran konsumen kesadaran konsumen akan hakakan hak-hak dan-hak dan kewajibanya yang terkait dengan tingkat pendidikannya yang rendah, pemerintah selaku kewajibanya yang terkait dengan tingkat pendidikannya yang rendah, pemerintah selaku penentu
penentu kebijakan, kebijakan, perumus, perumus, pelaksana pelaksana sekaligus sekaligus pengawas pengawas atas atas jalanya jalanya peraturan peraturan yangyang telah dibuat sepertinya masih kurang serius dalam menjalankan kewajibannya. Produsen telah dibuat sepertinya masih kurang serius dalam menjalankan kewajibannya. Produsen yang yang mencari keuntungan pun masih membandel dengan menghalalkan segala cara yang yang mencari keuntungan pun masih membandel dengan menghalalkan segala cara untuk memaksimalkan laba yang diperoleh tanpa memperhatikan undang-undang yang untuk memaksimalkan laba yang diperoleh tanpa memperhatikan undang-undang yang berlaku serta keselamatan konsumennya.
berlaku serta keselamatan konsumennya. 1.3
1.3 Metode Metode PembahasanPembahasan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode literatur kaji pustaka Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan juga terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan juga bersumber dari beberapa artikel dari internet.
BAB II BAB II
LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI
2.1
2.1 Pengertian Pengertian KonsumenKonsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli barang
barang tertentu tertentu atau atau menggunakan menggunakan jasa jasa tertentu, tertentu, atau atau sesuatu sesuatu atau atau seseorang seseorang yangyang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8 menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa.
orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa. 2.2
2.2 Dasar Hukum Dasar Hukum Perindungan Perindungan KonsumenKonsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan
perlindungan terhadap terhadap hak-hak hak-hak konsumen konsumen bisa bisa dilakukan dilakukan dengan dengan penuh penuh optimisme.optimisme. Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, Hukum Perlindungan Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, permasalahan
permasalahan yang yang diatur diatur dalam dalam hukum hukum konsumen konsumen berkaitan berkaitan erat erat dengan dengan pemenuhanpemenuhan kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen telah menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 2
baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april 1999.0 april 1999.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:
perlindungan adalah: 1.
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Pasal 27 , dan Pasal 33. 2.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (LembaranUndang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia tahun Indonesia tahun 1999 No. 42 1999 No. 42 Tambahan lembaran Tambahan lembaran Negara RepublikNegara Republik Indonesia No. 3821
Indonesia No. 3821 3.
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli danUndang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat. 4.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif PenyelesianUndang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa
Sengketa 5.
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan danPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen 6.
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 TentangSurat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
7.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya
perkaranya secara secara hukum hukum di di badan badan penyelesaian penyelesaian sengketa sengketa konsumen konsumen (BPSK). (BPSK). DasarDasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan perlindungan konsumen
perlindungan konsumen..
Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut : hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut : 1.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 JuliPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 JuliPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PerlindungaN Konsumen. 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PerlindungaN Konsumen. 3.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 JuliPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 4.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat,
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, KotaKota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar. 5.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia NomorKeputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Swadaya Masyarakat. 6.
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia NomorKeputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan. 2.3.
2.3. Perlindungan Perlindungan KonsumeKonsumenn
Berdasarkan UU no.8 Pasal 1
Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumenButir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hukum kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-wenang yang selalu memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen.Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen beserta merugikan hak konsumen.Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen beserta perangkat
perangkat hukum hukum lainnya, lainnya, konsumen konsumen memiliki memiliki hak hak dan dan posisi posisi yang yang berimbang, berimbang, dandan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha. Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang dilanggar oleh pelaku usaha. Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, ini adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya segala kebutuhan diantara keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya
berdasarkab atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan berdasarkab atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas
pilihannya atas barang dan/atau barang dan/atau jasa kebutuhannya jasa kebutuhannya serta mempertahankan serta mempertahankan atau membelaatau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku
hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.usaha penyedia kebutuhan konsumen. Di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai Di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan
perdagangan bebas bebas yang yang didukung didukung oleh oleh kemajuan kemajuan teknologi teknologi telekomunikasi telekomunikasi dandan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas
batas-batas wilayah wilayah suatu suatu negara, negara, sehingga sehingga barang barang dan/atau dan/atau jasa jasa yang yang ditawarkanditawarkan bervariasi
bervariasi baik baik produksi produksi luar luar negeri negeri maupun maupun produksi produksi dalam dalam negeri. negeri. Kondisi Kondisi yangyang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasayang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin konsumen akan barang dan/atau jasayang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Di sisi lain, kondisi dan fenomena sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
konsumen.
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan
pendidikan konsumen. konsumen. Oleh Oleh karena karena itu, itu, Undang-undang Undang-undang Perlindungan Perlindungan KonsumenKonsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan
perlindungan konsumen konsumen swadaya swadaya masyarakat masyarakat untuk untuk melakukan melakukan upaya upaya pemberdayaanpemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena
penting karena tidak tidak mudah mengharapkan mudah mengharapkan kesadaran kesadaran pelaku pelaku usaha usaha yang pada yang pada dasarnyadasarnya prinsip
prinsip ekonomi ekonomi pelaku pelaku usaha usaha adalah adalah mendapat mendapat kentungan kentungan yang yang semaksimal semaksimal mungkinmungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu upaya pemberdayaan Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen secara integrative dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di konsumen secara integrative dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk masyarakat. Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.
berkualitas. Di Di samping samping itu, itu, Undang-undang tentang Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen Perlindungan Konsumen ini ini dalamdalam pelaksanaannya
pelaksanaannya tetap tetap memberikan memberikan perhatian perhatian khusus khusus kepada kepada pelaku pelaku usaha usaha kecil kecil dandan menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya.
pelanggarannya. Undang-undang Undang-undang tentang tentang Perlindungan Perlindungan Konsumen Konsumen ini ini dirumuskandirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu, Undang-undang tentang negara Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa undang-undang Undang-undang tentang Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen, seperti:
yang materinya melindungi kepentingan konsumen, seperti: 1.
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan PemerintahUndang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang, menjadi Pengganti undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang, menjadi Undang-undang;
undang; 2.
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang HUndang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;ygiene; 3.
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah;Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah; 4.
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal; 5.
5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; 6.
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 7.
7. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 8.
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan IndustriUndang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri 9.
9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 10.
10. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The WorldUndang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); 11.
11. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas; 12.
12. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil; 13.
13. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; 14.
14. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang HakUndang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Hak Cipta sebagai mana telah
Cipta sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987; 15.
15. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undangUndang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1
Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;989 tentang Paten; 16.
16. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undangUndang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun
Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;1989 tentang Merek; 17.
17. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;Lingkungan Hidup; 18.
18. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran; 19.
19. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan; 20.
20. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undangUndang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan992 tentang Perbankan
Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena sudah diatur
ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta,dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan Undang-undang Nomor 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang melarang menghasilkan ata
Tahun 1997 tentang Merek, yang melarang menghasilkan ata u memperdagangkan barangu memperdagangkan barang dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tentang HAKI. Demikian juga perlindungan dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tentang HAKI. Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur dalam Undang-undang tentang konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkung
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.an hidup.
Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang- undang baru Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang- undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan upaya yang demikian, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan upaya yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. 2.4
2.4 Asas Asas dan dan tujuan tujuan Perlindungan Perlindungan KonsumenKonsumen
Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan yang telah diyakini bisa memberikan arahan dalam implementasinya ditingkatan praktis. yang telah diyakini bisa memberikan arahan dalam implementasinya ditingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar kuat.
dasar pijakan yang benar-benar kuat. 2.4.1
2.4.1 Asas Asas Perlindungan Perlindungan KonsumenKonsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan konsumen, yaitu :
konsumen, yaitu : 1.
1. Asas manfaatAsas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan perlindungan perlindungan konsumen konsumen harus harus memberikan memberikan manfaat manfaat sebesar- sebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2.
2. Asas keadilanAsas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3.
3. Asas keseimbanganAsas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual. konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual. 4.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumenAsas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau dig
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.unakan. 5.
5. Asas kepastian hukumAsas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.
2.4.2
2.4.2 Tujuan PTujuan Perlindungan erlindungan KonsumenKonsumen
Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah sebagai b
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :erikut : 1.
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untukMeningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
melindungi diri. 2.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannyaMengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa. 3.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak-Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
haknya sebagai konsumen. 4.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastianMenciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 5.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindunganMenumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjami
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksin kelangsungan usaha produksi barang
barang dan dan jasa, jasa, kesehatan, kesehatan, kenyamanan, kenyamanan, keamanan, keamanan, dan dan keselamatankeselamatan konsumen.
konsumen. 2.5
2.5 Hak dan Hak dan Kewajiban Kewajiban KonsumenKonsumen 2.5.1 Hak
2.5.1 Hak
–
–
hak Konsumen hak KonsumenSebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
dilanggar oleh pelaku usaha.
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut : Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut : 1.
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa. 2.
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar danHak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
kondisi serta jaminan yang dijanjikan . 3.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminanHak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa.
barang/jasa. 4.
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.yang digunakan. 5.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketaHak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
perlindungan konsumen secara patut. 6.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatiHak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainati f.f. 8.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasaHak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mes
9.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perHak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.aturan perundang-undangan lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan
pertimbangan bahwa bahwa kegiatan kegiatan bisnis bisnis yang yang dilakukan dilakukan oleh oleh pengusaha pengusaha sering sering dilakukandilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”. secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.
Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, juga dalam pasal 382 bis larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, juga dalam pasal 382 bis KUHP. Dengan demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini KUHP. Dengan demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti telah diaturnya hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha terbukti telah diaturnya hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga diatur tentang segala sesuatu yang berkaitan apabila hak konsumen.
diatur tentang segala sesuatu yang berkaitan apabila hak konsumen. 2.5.2 Kewajiban
2.5.2 Kewajiban
–
–
kewajiban Konsumen kewajiban KonsumenKewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :
Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah : 1.
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atauMembaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; 3.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 4.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secaraMengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
patut. 2.6 Prinsip
2.6 Prinsip
–
–
prinsip prinsip Perlindungan KonsumPerlindungan Konsumenen2.6.1
2.6.1 Prinsip BertPrinsip Bertanggung jawab Beranggung jawab Berdasarkan Kdasarkan Kelalaianelalaian
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung jawab Tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab yang ditentukan oleh perilaku yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab yang ditentukan oleh perilaku produsen. Sifat
produsen. Sifat subjektifitas subjektifitas muncul pada muncul pada kategori bahwa kategori bahwa seseorang seseorang yang bersikapyang bersikap hati-hati mencegah timbulnya kerugian pada konsumen. Berdasarkan teori ters hati-hati mencegah timbulnya kerugian pada konsumen. Berdasarkan teori ters ebut,ebut, kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya kerugian konsumen merupakan kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya kerugian konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen untuk mengajukan tuntutan kerugian kepada faktor penentu adanya hak konsumen untuk mengajukan tuntutan kerugian kepada produsen.
produsen. Di Di samping samping faktor faktor kesalahan kesalahan dan dan kelalaian kelalaian produsen, produsen, tuntutan tuntutan gantiganti kerugian berdasarkan kelalaian produsen diajukan dengan bukti-bukti, yaitu :
kerugian berdasarkan kelalaian produsen diajukan dengan bukti-bukti, yaitu : 1.
1. Pihak tergugat merupakan produsen yang benar-benar mempunyai kewajibanPihak tergugat merupakan produsen yang benar-benar mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan yang dapat menghindari terjadinya kerugian untuk melakukan tindakan yang dapat menghindari terjadinya kerugian konsumen.
konsumen. 2.
2. Produsen tidak melaksanakan kewajiban untuk menjamin kualitas produknyaProdusen tidak melaksanakan kewajiban untuk menjamin kualitas produknya sesuai dengan standar yang aman untuk di konsumsi atau digunakan.
3.
3. Konsumen penderita kerugian.Konsumen penderita kerugian.
Kelalaian produsen merupakan faktor yang mengakibatkan adanya kerugian Kelalaian produsen merupakan faktor yang mengakibatkan adanya kerugian pada
pada konsumen konsumen (hubungan (hubungan sebab sebab akibat akibat antara antara kelalaian kelalaian dan dan kerugiankerugian konsumen). Dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian juga konsumen). Dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian juga mengalami perkembangan dengan tingkat responsibilitas yang berbeda terhadap mengalami perkembangan dengan tingkat responsibilitas yang berbeda terhadap kepentingan konsumen, yaitu:
kepentingan konsumen, yaitu: a)
a) Tanggung Jawab atas Kelalaian dengan Persyaratan Hubungan KontrakTanggung Jawab atas Kelalaian dengan Persyaratan Hubungan Kontrak Teori murni prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu Teori murni prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah suatu tanggung jawab yang didasarkan pada adanya unsur kesalahan dan tanggung jawab yang didasarkan pada adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak. Teori ini sangat merugikan konsumen karena gugatan hubungan kontrak. Teori ini sangat merugikan konsumen karena gugatan baru
baru dapat dapat diajukan diajukan jika jika telah telah memenuhi memenuhi dua dua syarat, syarat, yaitu yaitu adanya adanya unsurunsur kesalahan atau kelalaian dan hubungan kontrak antara produsen dan kesalahan atau kelalaian dan hubungan kontrak antara produsen dan konsumen. Teori tanggung jawab produk berdasarkan kelalaian tidak konsumen. Teori tanggung jawab produk berdasarkan kelalaian tidak memberikan perlindungan yang maksimal kepada konsumen, karena memberikan perlindungan yang maksimal kepada konsumen, karena konsumen dihadapkan pada dua kesulitan dalam mengajukan gugatan konsumen dihadapkan pada dua kesulitan dalam mengajukan gugatan kepada
kepada produsen yaitu pertama, produsen yaitu pertama, tuntutan adanya htuntutan adanya hubungan kubungan kontrak antaraontrak antara konsumen sebagai penggugat dengan produsen sebagai tergugat. Kedua, konsumen sebagai penggugat dengan produsen sebagai tergugat. Kedua, argumentasi produsen bahwa kerugian konsumen diakibatkan oleh argumentasi produsen bahwa kerugian konsumen diakibatkan oleh kerusakan barang yang tidak diketahui.
kerusakan barang yang tidak diketahui. b)
b) Kelalaian Dengan Beberapa Pengecualian Terhadap PersyaratanKelalaian Dengan Beberapa Pengecualian Terhadap Persyaratan Hubungan Kontrak
Hubungan Kontrak
Perkembangan tahap kedua teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian Perkembangan tahap kedua teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah prinsip tanggung jawab yang tetap berdasarkan kelalaian namun adalah prinsip tanggung jawab yang tetap berdasarkan kelalaian namun untuk beberapa kasus terdapat pengecualian terhadap persyaratan untuk beberapa kasus terdapat pengecualian terhadap persyaratan hubungan kontrak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hubungan kontrak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa persyaratan
persyaratan hubungan kontrak hubungan kontrak merupakan merupakan salah salah satu satu hambatan hambatan konsumenkonsumen untuk mengajukan ganti kerugian kepada produsen. Prinsip ini tidak untuk mengajukan ganti kerugian kepada produsen. Prinsip ini tidak memihak kepada kepentingan konsumen, karena pada kenyataanya memihak kepada kepentingan konsumen, karena pada kenyataanya konsumen yang sering mengalami kerugian atas pemakaian suatu produk konsumen yang sering mengalami kerugian atas pemakaian suatu produk adalah konsumen yang tidak memiliki kepentingan hukum dengan adalah konsumen yang tidak memiliki kepentingan hukum dengan produsen.
produsen. c)
c) Kelalaian Tanpa Persyaratan Hubungan KontrakKelalaian Tanpa Persyaratan Hubungan Kontrak
Setelah prinsip tanggung jawab atas dasar kelalaian dengan beberapa Setelah prinsip tanggung jawab atas dasar kelalaian dengan beberapa pengecualian
pengecualian terhadap terhadap hubungan hubungan kontrak kontrak sebagai sebagai tahap tahap kedua kedua dalamdalam perkembangan
perkembangan substansi substansi hukum hukum tanggung tanggung jawab jawab produk, produk, maka maka tahaptahap berikutnya
berikutnya adalah adalah tahap tahap ketiga ketiga yaitu yaitu sistem sistem tanggung tanggung jawab jawab yang yang teteptetep berdasarkan
berdasarkan kelalaian, kelalaian, tetapi tetapi sudah sudah tidak tidak mensyaratkan mensyaratkan adanya adanya hubunganhubungan kontrak.
kontrak. d)
d) Prinsip Praduga Lalai dan Prinsip Bertanggung Jawab dengan PembuktianPrinsip Praduga Lalai dan Prinsip Bertanggung Jawab dengan Pembuktian Terbaik
Terbaik
Tahap pekembangan terakhir dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan Tahap pekembangan terakhir dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah dalam bentuk modifikasi terhadap prinsip tanggung jawab kelalaian adalah dalam bentuk modifikasi terhadap prinsip tanggung jawab berdasarkan
berdasarkan kesalahan. kesalahan. Modifikasi Modifikasi ini ini bermakna, bermakna, adanya adanya keringanan- keringanan-keringanan bagi konsumen dalam penerapan tanggung jawab berdasarkan keringanan bagi konsumen dalam penerapan tanggung jawab berdasarkan
kelalaian, namun prinsip tanggung jawab ini masih berdasarkan kesalahan. kelalaian, namun prinsip tanggung jawab ini masih berdasarkan kesalahan. Modifikasi ini merupakan masa transisi menuju pembentukan tanggung Modifikasi ini merupakan masa transisi menuju pembentukan tanggung jawab mutlak.
jawab mutlak. 2.6.2
2.6.2 Prinsip Tanggung Prinsip Tanggung Jawab BerdasaJawab Berdasarkan Wanprerkan Wanprestasistasi
Selain mengajukan gugatan terhadap kelalaian produsen, ajaran hukum juga Selain mengajukan gugatan terhadap kelalaian produsen, ajaran hukum juga memperkenalkan konsumen untuk mengajukan gugatan atas wanprestasi. memperkenalkan konsumen untuk mengajukan gugatan atas wanprestasi. Tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi adalah tanggung Tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi adalah tanggung jawab
jawab berdasarkan berdasarkan kontrak. kontrak. Ketika Ketika suatu suatu produk produk rusak rusak dan dan mengakibatkanmengakibatkan kerugian, konsumen biasanya melihat isi kontrak atau perjanjian atau jaminan yang kerugian, konsumen biasanya melihat isi kontrak atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis maupun lisan. Keuntungan bagi merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis maupun lisan. Keuntungan bagi konsumen dalam gugatan berdasarkan teori ini adalah penerapan kewajiban yang konsumen dalam gugatan berdasarkan teori ini adalah penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak, yaitu suatu kewajiban yang tidak didasarkan pada upaya yang sifatnya mutlak, yaitu suatu kewajiban yang tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukan penjual untuk memenuhi janjinya. Itu berati apabila produsen telah telah dilakukan penjual untuk memenuhi janjinya. Itu berati apabila produsen telah berupaya
berupaya memenuhi memenuhi janjinya janjinya tetapi tetapi konsumen konsumen tetap tetap menderita menderita kerugian, kerugian, makamaka produsen
produsen tetap tetap dibebani dibebani tanggung tanggung jawab jawab untuk untuk mengganti mengganti kerugian. kerugian. Akan Akan tetapi,tetapi, dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi terdapat beberapa dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi terdapat beberapa kelemahan yang dapat mengurangi bentuk perlindungan hukum terdapat kelemahan yang dapat mengurangi bentuk perlindungan hukum terdapat kepentingan konsumen, yaitu :
kepentingan konsumen, yaitu : 1.
1. Pembatasan waktu gugatan.Pembatasan waktu gugatan. 2.
2. Persyaratan pemberitahuan.Persyaratan pemberitahuan. 3.
3. Kemungkinan adanya bantahan.Kemungkinan adanya bantahan. 4.
4. Persyaratan hubungan kontrak, baik hubungaan kontrak secara horizontalPersyaratan hubungan kontrak, baik hubungaan kontrak secara horizontal maupun vertikal.
maupun vertikal. 2.6.3
2.6.3 Prinsip TangPrinsip Tanggung Jagung Jawab Mutlakwab Mutlak
Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama
Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product product liabilityliability. Menurut. Menurut prinsip
prinsip ini, ini, produsen produsen wajib wajib bertanggung bertanggung jawab jawab atas atas kerugian kerugian yang yang dideritadiderita konsumen atas penggunaan produk yang beredar dipasaran. Tanggung jawab konsumen atas penggunaan produk yang beredar dipasaran. Tanggung jawab mutlak
mutlak strict strict liabilityliability, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat
penggugat sebagai sebagai dasar dasar ganti ganti kerugian, kerugian, ketentuan ketentuan ini ini merupakanmerupakan lex specialislex specialis dalam gugatan tentang melanggar hukum pada umumnya. Penggugat (konsumen) dalam gugatan tentang melanggar hukum pada umumnya. Penggugat (konsumen) hanya perlu membuktikan adanya hubungan klausalitas antara perbuatan produsen hanya perlu membuktikan adanya hubungan klausalitas antara perbuatan produsen dan kerugian yang dideritanya. Dengan diterapkannya prinsip tanggung jawab ini, dan kerugian yang dideritanya. Dengan diterapkannya prinsip tanggung jawab ini, maka setiap konsumen yang merasa dirugikan akibat produk barang yang cacat maka setiap konsumen yang merasa dirugikan akibat produk barang yang cacat atau tidak aman dapat menuntut kompensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidak aman dapat menuntut kompensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidaknya unsur kesalahan di pihak produsen.
atau tidaknya unsur kesalahan di pihak produsen.
Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan dalam Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan dalam hukum tentang
hukum tentang product liability product liability adalah : adalah : 1.
1. Diantara korban / konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak, bebanDiantara korban / konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak, beban kerugian seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi.
2.
2. Dengan menempatkan / mengedarkan barang-barang dipasaran, berartiDengan menempatkan / mengedarkan barang-barang dipasaran, berarti produsen
produsen menjamin menjamin bahwa bahwa barang-barang barang-barang tersebut tersebut aman aman dan dan pantas pantas untukuntuk digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus bertanggung jawab. digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus bertanggung jawab. 2.7
2.7 SANKSISANKSI
Sanksi atas pelanggaran UUPK diatur dalam Pasal 60 ayat (1), (2), (3) mengenai sanksi Sanksi atas pelanggaran UUPK diatur dalam Pasal 60 ayat (1), (2), (3) mengenai sanksi administratif dan Pasal 61, 62 ayat (1), (2), (3), dan Pasal
administratif dan Pasal 61, 62 ayat (1), (2), (3), dan Pasal 63.63. 2.7.1
2.7.1 Sanksi AdministratifSanksi Administratif 1)
1) Badan Penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksiBadan Penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar pasal 19 ayat (2) dan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20, pasal 25, dan pasal 26.
ayat (3), pasal 20, pasal 25, dan pasal 26. 2)
2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak RpSanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
200.000.000 (dua ratus juta rupiah). 3)
3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayatTata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
(1) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan. 2.7.2
2.7.2 Sanksi PidanaSanksi Pidana 1)
1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan pasal 18 dipidana dengan huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan pasal 18 dipidana dengan pidana
pidana penjara penjara paling paling lama lama 5 5 tahun tahun atau atau pidana pidana denda denda paling paling banyak banyak RpRp 2.000.000.00
2.000.000.000 (dua miliar 0 (dua miliar rupiah).rupiah). 2)
2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
rupiah). 3)
3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacatTerhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
BAB III BAB III STUDI KASUS STUDI KASUS 3.1 Latar Belakang 3.1 Latar Belakang
Perjalanan panjang yang telah ditempuh Lion Air berawal dari penerbangan domestik Perjalanan panjang yang telah ditempuh Lion Air berawal dari penerbangan domestik yang kecil. Setelah 13 tahun pengalaman di bisnis wisata yang ditandai dengan kesuksesan yang kecil. Setelah 13 tahun pengalaman di bisnis wisata yang ditandai dengan kesuksesan biro
biro perjalanan perjalanan Lion Lion Tours, Tours, kakak-beradik kakak-beradik Kusnan Kusnan dan dan Rusdi Rusdi Kirana Kirana bertekad bertekad menjadikanmenjadikan impian mereka untuk memiliki usaha penerbangan menjadi kenyataan. Dibekali ambisi yang impian mereka untuk memiliki usaha penerbangan menjadi kenyataan. Dibekali ambisi yang tinggi dan modal awal 10 juta dolar Amerika Serikat, Lion Air secara hukum didirikan pada tinggi dan modal awal 10 juta dolar Amerika Serikat, Lion Air secara hukum didirikan pada bulan Oktober tahun 1999. Namun peng
bulan Oktober tahun 1999. Namun pengoperasian baru berjalan di mulai pada tanggal 30 Junioperasian baru berjalan di mulai pada tanggal 30 Juni tahun 2000. Saat ini, Rusdi Kirana sebagai salah satu pemilik Lion Air memegang jabatan tahun 2000. Saat ini, Rusdi Kirana sebagai salah satu pemilik Lion Air memegang jabatan sebagai Presiden dan juga Direktur. Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan sebagai Presiden dan juga Direktur. Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan internasional lainnya, Lion Air menempati Terminal Dua Bandara Sukarno-Hatta; sedangkan internasional lainnya, Lion Air menempati Terminal Dua Bandara Sukarno-Hatta; sedangkan perusahaan penerbangan
perusahaan penerbangan lokal atau lokal atau penerbangan domestik penerbangan domestik menempati Terminal menempati Terminal Satu. Satu. FaktorFaktor tersebut, selain mampu
tersebut, selain mampu memberikan para penumpang kemudahan penerbangan sambungan kememberikan para penumpang kemudahan penerbangan sambungan ke Indonesia atau dari Indonesia ke tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan Indonesia atau dari Indonesia ke tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan lebih dari segi prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal Satu, hingga saat lebih dari segi prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal Satu, hingga saat ini. Pada 2005, Lion Air memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri dari 19 seri MD80 ini. Pada 2005, Lion Air memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri dari 19 seri MD80 dan lima pesawat DHC-8-301. Untuk memenuhi layanan yang rendah biaya, Armada Lion dan lima pesawat DHC-8-301. Untuk memenuhi layanan yang rendah biaya, Armada Lion Air didominasi oleh MD80 karena efisiensi.
Air didominasi oleh MD80 karena efisiensi.
Dalam upaya meremajakan armadanya, Lion Air telah memesan 60 Boeing 737-900ER Dalam upaya meremajakan armadanya, Lion Air telah memesan 60 Boeing 737-900ER yang akan diantar bertahap dari 2007 hingga 2010. Pada Juni 2008, Lion air akan berubah yang akan diantar bertahap dari 2007 hingga 2010. Pada Juni 2008, Lion air akan berubah menjadi full-service. Lion air juga berencana bersaing baik dengan garuda maupun saudi menjadi full-service. Lion air juga berencana bersaing baik dengan garuda maupun saudi arabia air untuk menerbangi rute-rute umroh bahkan haji dengan pesawat 777. Namun dalam arabia air untuk menerbangi rute-rute umroh bahkan haji dengan pesawat 777. Namun dalam rangka peningkatan kualitas dari Lion Air sendiri masih banyak hal-hal yang harus dibenahi rangka peningkatan kualitas dari Lion Air sendiri masih banyak hal-hal yang harus dibenahi dalam hal pelayanan dan jaminan dalam penggunaan Lion Air sebagai jasa transportasi dalam hal pelayanan dan jaminan dalam penggunaan Lion Air sebagai jasa transportasi pengangkutan.
pengangkutan. Salah Salah satu satu contoh contoh konkrit konkrit adalah adalah masih masih digunakannya digunakannya klausula klausula baku baku dalamdalam tiket Lion Air yang dapat memberikan citra kurang baik bagi maskapai itu sendiri. Dalam tiket Lion Air yang dapat memberikan citra kurang baik bagi maskapai itu sendiri. Dalam tulisan ini penulis akan membahas kasus yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu kasus yang tulisan ini penulis akan membahas kasus yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu kasus yang terjadi antara PT. Lion Air dengan David M.L. Tobing,S.H., M.Kn perihal pembatalan terjadi antara PT. Lion Air dengan David M.L. Tobing,S.H., M.Kn perihal pembatalan klausula baku yang digunakan oleh Lion Air
klausula baku yang digunakan oleh Lion Air yang masih ”berbau” mengalihkan tanggungyang masih ”berbau” mengalihkan tanggung jawabnya
jawabnya sebagai sebagai pelaku pelaku usaha usaha oleh oleh Pengadilan Pengadilan Negeri Negeri Jakarta Jakarta Pusat. Pusat. Pembahasan Pembahasan yangyang dilakukan oleh penulis akan memfokuskan pada bagian putusan pengadilan mengenai dilakukan oleh penulis akan memfokuskan pada bagian putusan pengadilan mengenai pembatalan
pembatalan klausula klausula baku baku pada pada Tiket Tiket Lion Lion Air. Air. Dimana Dimana klausula klausula baku baku tersebut tersebut merupakanmerupakan bagian
bagian dari dari hukum hukum perjanjian perjanjian dan dan juga juga pembahasan pembahasan mengenai mengenai hal hal tersebut tersebut akan akan didasarkandidasarkan atas dua sisi yaitu dilihat dari sisi KUH Perdata dan UUPK. Pembahsan akan dimulai oleh atas dua sisi yaitu dilihat dari sisi KUH Perdata dan UUPK. Pembahsan akan dimulai oleh penulis dengan memaparkan terlebih dahulu b
3.2
3.2 Kronologis KejadianKronologis Kejadian
Pada sub bab ini penulis akan memaparkan mengenai bagaimana kronologis kasus yang Pada sub bab ini penulis akan memaparkan mengenai bagaimana kronologis kasus yang akan penulis angkat sebagai pembahasan mengenai perjanjian baku dalam penulisan akan penulis angkat sebagai pembahasan mengenai perjanjian baku dalam penulisan makalah ini.
makalah ini.
Kronologis kasus tersebut sebagai berikut : Kronologis kasus tersebut sebagai berikut :
Penggugat bernama David M.L. Tobing, S.H., M.Kn adalah seorang advokat padaPenggugat bernama David M.L. Tobing, S.H., M.Kn adalah seorang advokat pada kantor ADAMS & Co, Counsellors At Law, beralamat di Wisma Bumiputera Lt. 15, kantor ADAMS & Co, Counsellors At Law, beralamat di Wisma Bumiputera Lt. 15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75 Jakarta Selatan sedangkan Tergugat adalah PT. LION Jl. Jend. Sudirman Kav. 75 Jakarta Selatan sedangkan Tergugat adalah PT. LION MENTARI AIRLINES yang beralamat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7, MENTARI AIRLINES yang beralamat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7, Jakarta Pusat 10130, suatu perusahaan angkutan udara yang mengoperasikan pesawat Jakarta Pusat 10130, suatu perusahaan angkutan udara yang mengoperasikan pesawat Lion Air dan Wings Air. Pada saat menjalankan profesinya penggugat mempunyai Lion Air dan Wings Air. Pada saat menjalankan profesinya penggugat mempunyai jadwal
jadwal sidang sidang pada pada hari hari kamis kamis tanggal tanggal 16 16 agustus agustus 2007 2007 di di Pengadilan Pengadilan NegeriNegeri Surabaya dan oleh karenanya pada tanggal 14 Agustus 2007 penggugat memesan dan Surabaya dan oleh karenanya pada tanggal 14 Agustus 2007 penggugat memesan dan membeli tiket pesawat melalui PT. Bintang Jaya Pesona Wisata Biro Perjalanan membeli tiket pesawat melalui PT. Bintang Jaya Pesona Wisata Biro Perjalanan Wisata untuk penerbangan tanggal 16 Agustus dari Jakarta ke Surabaya pukul 08.35 Wisata untuk penerbangan tanggal 16 Agustus dari Jakarta ke Surabaya pukul 08.35 dengan pesawat Wings Air IW 8972 dan untuk penerbangan dari Surabaya ke Jakarta dengan pesawat Wings Air IW 8972 dan untuk penerbangan dari Surabaya ke Jakarta pada hari dan tanggal yang sama puk
pada hari dan tanggal yang sama pukul 16.15 dengan ul 16.15 dengan pesawat Wings Air IW 8985.pesawat Wings Air IW 8985.
Pada hari kamis tanggal 16 Agustus 2007 pukul 06.50 penggugat telah tiba diPada hari kamis tanggal 16 Agustus 2007 pukul 06.50 penggugat telah tiba di Terminal 1 A Bandara Soekarno Hatta dan langsung mengurus Pas Naik ( Boarding Terminal 1 A Bandara Soekarno Hatta dan langsung mengurus Pas Naik ( Boarding Pas) di meja kantor Wings Air.
Pas) di meja kantor Wings Air.
Pada saat yang sama (pengambilan Pas Naik) penggugat menanyakan kepada pegawaiPada saat yang sama (pengambilan Pas Naik) penggugat menanyakan kepada pegawai tergugat apakah pesawat masih on schedule dan dijawab oleh pegawai tergugat masih tergugat apakah pesawat masih on schedule dan dijawab oleh pegawai tergugat masih on schedule.
on schedule.
Namun pada Namun pada saat saat penggugat berada penggugat berada di pintu di pintu keberangkatan A keberangkatan A 4, penggugat 4, penggugat diberikandiberikan informasi oleh pegawai tergugat bahwa pesawat ditunda keberangkatannya selama 90 informasi oleh pegawai tergugat bahwa pesawat ditunda keberangkatannya selama 90 menit karena pesawat belum tiba dari Yogya.
menit karena pesawat belum tiba dari Yogya.
Selanjutnya penggugat pergi kekantor tergugat dan menemui pegawai tergugat yangSelanjutnya penggugat pergi kekantor tergugat dan menemui pegawai tergugat yang bernama Asty Widyapuri untuk menany
bernama Asty Widyapuri untuk menanyakan perihal keterlambatan tersebut-danakan perihal keterlambatan tersebut-dan pegawai
pegawai tergugat tergugat tersebut tersebut juga juga menerangkan menerangkan bahwa bahwa pesawat pesawat terlambat terlambat kira-kira kira-kira 9090 menit karena masih di Yogya dan menyatakan permohonan maaf.
menit karena masih di Yogya dan menyatakan permohonan maaf.
Setelah dimintai pertanggungjawaban atas keterlambatan tersebut oleh penggugat.Setelah dimintai pertanggungjawaban atas keterlambatan tersebut oleh penggugat. Pegawai tergugat tidak memberikan pelayanan yang layak baik berupa solusi Pegawai tergugat tidak memberikan pelayanan yang layak baik berupa solusi keberangkatan penggugat dengan maskapai lain. Alih-alih tergugat menganggap keberangkatan penggugat dengan maskapai lain. Alih-alih tergugat menganggap keterlambatan merupakan hal yang biasa dan harus diterima