• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Landasan Teori

1. Ibu Hamil a. Pengertian

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita yang sudah bersuami, panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Kehamilan adalah hasil “kencan” sperma dan sel telur (Maulana, 2008). Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo, 2005). Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).

b. Klasifikasi Umur Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

(Prawirohardjo, 2007). Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :

1) Trimester I (0-12 minggu) 2) Trimester II (12-28 minggu) 3) Trimester III (28-40 minggu)

(2)

c. Perubahan Pe rilaku Seksual Ibu Hamil tiap Trimester

Menurut Pantikawati (2010) perubahan psikologis pada wanita hamil menurut trimester kehamilan adalah:

1) Trimester I

Trimester pertama ini sering dirujuk pada masa penentuan membuat fakta bahwa wanita itu hamil. Kebanyakan wanita bingung tentang kehamilannya. Kebingungan itu secara normal akan berakhir spontan ketika ibu hamil tersebut menerima kehamilannya. Wanita hamil juga memiliki perubahan keinginan seksual. Dalam trimester I ini, adalah waktu penurunan libido. Libido dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi, sakit dan pembesaran payudara, kehawatiran, kekecewaan, dan kepriha-tinan yang semua merupakan bagian yang normal pada TM I. 2) Trimester II

Selama TM II ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. TM II dibagi menjadi fase prequickening dan postquickening. Quickening (pergerakan janin) sebagai fakta kehidupan, menambah daya dorong psikologi wanita. Kebanyakan wanita merasa lebih erotis selama TM II, hampir 80% wanita hamil mengalami peningkatan dalam hubungan seks.

3) Trimester III

Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membuncit membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah se mbap membuat

(3)

calon ibu merasa tidak hot lagi dimata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai ibu dan janin (Suryoprajogo, 2008)

2. Perilaku Seksual a. Pengertian

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan seksual merupakan hal yang berkenaan dengan seks serta perkara persetubuhan antara laki – laki dan perempuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama (Sarwono, 2012). Perilaku seksual adalah hubungan yang bukan alat kelamin saja yang berperan, akan tetapi psikologi dan emosi ikut berperan dalam mencapai kepuasan hubungan seksual (Komandoko, 2010). Perilaku seksual pada ibu hamil adalah segala tingkah laku yang didasari oleh hasrat untuk memenuhi kebutuhan seksual atau untuk memuaskan suami baik itu dengan cara kontak fisik atau psikologis.

b. Tahapan Perilaku Seksual

Menurut Duvall dan Miller dalam Ariyanto (2008), perilaku seksual dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1) Touching : berpegangan Tangan

2) Kissing : berciuman, stimulasi antara bibir oleh pasangan. Dapat terjadi secara singkat dari hanya menggunakan bibir hingga menggunakan lidah dalam ciuman.

3) Petting : ciuman dan usapan pada area erotis pasangan, bertahap dimulai dari ciuman ringan sampai bersentuhan pada area genital. Petting juga merupakan kontak fisik yang didalamnya

(4)

termasuk ciuman, bersentuhan, serta menstimulus area genital secara manual maupun oral, tetapi tidak sampai coitus.

4) Sexual intercourse : masuknya penis kedalam vagina.

c. Komplikasi yang Menghalangi Hubungan Seksual selama Hamil

1) Menurut Astuti (2011), hubungan seksual biasanya ditunda atau dilarang pada saat terjadi kondisi yang membahayakan kesehatan ibu kandungannya, yaitu :

a) Jika ibu tidak nyaman dan siap secara psikologis b) Jika ibu mengalami plasenta previa

c) Jika ibu mengalami perdarahan pervaginam d) Jika ibu pernah mengalami keguguran

e) Jika terjadi pengeluaran cairan disertai darah atau pecah air ketuban

2) Menurut Zerlina (2013), membagi kehamilan yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual adalah :

a) Kehamilan dengan plasenta previa terutama jika ibu mengalami pendarahan

b) Kehamilan ektopik, berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi resiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik

c) Kehamilan ganda, setelah kehamilan 30 minggu, perjalanan jauh dan koitus sebaiknya dihindari karena dapat merupakan faktor predisposisi partus prematurus.

(5)

d. Akibat Hubungan Seksual pada Kehamilan

Hubungan seksual juga tidak membahayakan janin yang ada di dalam kandungan. Bayi didalam rahim ibu aman karena dilindungi oleh kantong ketuban yang berfungsi untuk melindungi bayi dari infeksi dan goncangan sehingga tidak mungkin bagi bayi untuk mengalami infeksi atau tertekan akibat hubungan seksual. Jika hasil konsepsi berada dan menempel pada tempat yang baik di dalam rahim, kemungkinan terjadi keguguran atau persalinan sangat kecil. Jika terjadi keguguran atau persalinan prematur ( persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu ), hal tersebut berarti terdapat penyebab lain karena hubungan seksual tidak begitu saja menyebabkan persalinan (Astuti, 2011).

e. Fase Perubahan Seksual

Siklus respons seksual dibagi menjadi empat fase : fase excitement, fase plateau, fase orgasme dan fase resolusi (Potter & Perry, 2005) 1) Fase Excitement (peningkatan bertahap dalam rangsangan

seksual) a) Wanita

(1) Lubrikasi vaginal : dinding vaginal “berkeringat” (2) Ekspansi dua pertiga bagian dalam lorong vaginal (3) Peningkatan sensitivitas dan perbesaran klitoris serta

labia

(4) Ereksi puting dan peningkatan ukuran payudara b) Pria

(1) Ereksi penis

(2) Penebalan dan elevasi skrotum

(3) Elevasi dan perbesaran moderat pada testis (4) Ereksi pada puting dan tumescence

2) Fase Plateau (penguatan respon fase excitement) a) Wanita

(6)

(2) Pembentukan platform orgasmus : pembengkakan sepertiga bagian luar vagina dan labia minora

(3) Elevasi serviks dan uterus : efek “tenting”

(4) “Kulit seks” : perubahan warna kulit yang tampak hidup pada labia minora

(5) Perbesaran areolar dan payudara

(6) Peningkatan dalam tegangan otot dan pernapasan (7) Peningkatan frekuensi jantung, pembuluh darah, dan

frekuensi pernapasan b) Pria

(1) Peningkatan ukuran glans (ujung) penis (2) Peningkatan intensitas warna glans

(3) Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis

(4) Emisi mukoid kelenjar Cowper, kemungkinan oleh sperma

(5) Peningkatan tegangan otot dan pernapasan

(6) Peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan

3) Fase Orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan pada otot)

a) Wanita

(1) Kontraksi involunter platform orgasmik, uterus, rektal, dan stingter uretral, dan kelompok otot lain.

(2) Hiperventilasi dan peningkatan frekuensi jantung (3) Memuncaknya frekuensi jantung, tekanan darah, dan

frekuensi pernapasan b) Pria

(1) Penutupan stingter urinarius internal (2) Sensasi ejakulasi yang tidak tertahankan

(3) Kontraksi duktus deferens vesikel seminalis prostat, dan duktus ejakulatori

(7)

(4) Relaksasi stingter kandung kemih eksternal (5) Kontraksi otot uretra dan stingter rektal

(6) Pemuncakan frekuensi jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan

(7) ejakulasi

4) Fase Resolusi (fisiologi dan psikologis kembali pada keadaan tidak terangsang)

a) Wanita

(1) Relaksasi bertahap dinding vaginal

(2) Perubahan warna yang cepat pada labia minora (3) Berkeringat

(4) Bertahap kembali pada pernapasan normal, frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan otot normal

(5) Sering, kemampuan untuk kembali mengalami

orgasmus karena wanita tidak mengalami periode refraktori seperti yang sering terjadi pada pria

b) Pria

(1) Kehilangan ereksi penis

(2) Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak nyaman

(3) Reaksi berkeringat (4) Penurunan testis

(5) Pernapasan, frekuensi jantung, tekanan darah, dan tegangan otot kembali ke normal

f. Posisi Hubungan Seksual selama Hamil

1) Posisi selama hubungan seksual menentukan kenikmatan dan kepuasan yang akan diperoleh baik suami maupun istri (Manuaba, 2009). Berikut ini beberapa posisi hubungan seksual selama kehamilan (Suryoprajogo, 2008) :

(8)

a) Perempuan di atas, pria dibawah (woman on top)

Dengan posisi ini perut wanita bisa bersandar diatas perut pria dan si pria bisa menopang perut si wanita saat diperlukan, gaya ini juga memberikan wanita kendali terhadap kedalaman penetrasi dan bisa membuatnya bebas mengatur jarak

b) Posisi sendok

Posisi ini sesuai untuk dilakukan pada perut istri yang sudah membesar atau saat istri tidak dapat lagi berperan aktif selama bercinta.

c) Posisi sendok berhadapan

Seperti posisi sendok sebelumnya, akan tetapi posisi ini dilakukan menyamping dan berhadapan dengan pasangan. Posisi ini sangat cocok dilakukan pada saat trimester pertama saat perut istri belum terlalu besar.

d) Posisi duduk

Saat perut istri yang semakin membesar posisi berhadapan jadi lebih sulit dilakukan. Posisi ini dapat dikatakan cukup nyaman baik istri maupun suami. Idealnya posisi ini dilakukan pada saat trimester kedua dan ketiga, pada saat perut semakin membesar

e) Doggie style

Posisi ini tidak memberikan tekanan langsung pada perut, karena posisi ini dilakukan dengan merangkak. Hanya saja apabila perut istri sudah membesar bisa saja perut tetap menyentuh alas.

f) Posisi pinggir ranjang

Pada posisi ini, istri diminta untuk berbaring pada punggung disisi ranjang tempat tidur dengan kaki sedikit tertekuk kebelakang. Pantat serta telapak kaki menumpu pada sisi tempat tidur atau kasur

(9)

g) Posisi misionaris

Menempatkan tubuh istri dibawah suami ini jika dirasa cukup nyaman dan aman bagi kehamilan istri. Suami pun harus bisa menyesuaikan dengan tidak menimpakan seluruh berat badan pada tubuh istri melainkan bersangga dengan tangan dan lutut.

2) Berikut ini alternatif posisi yang aman dan nyaman untuk ibu selama kehamilan, menurut Astuti (2011) :

a) Saling berhadapan, dengan posisi suami di atas dan istri dibawah. Suami menindih istri, tetapi sambil menahan berat badan dengan bertumpu pada kedua siku dan tangan. Istri membuka pahanya lebar. Dapat juga divariasikan dengan lutu terlipat ke atas atau diletakkan di pinggang suami. Untuk mengangkat pinggul, ibu dapat meletakkan bantal di bawah bokong. Berbagai variasi dapat dilakukan dalam posisi ini.

b) Saling berhadapan, dengan posisi suami di bawah dan istri di atas. Pada posisi ini, suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok di atasnya dan membantu kemaluan suami masuk. Dapat juga istri mengubah posisi menjadi telungkup dengan berat badan bertumpu pada suami atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring lurus, mengangkat tubuh dengan lengannya, atau sambil melingkari pinggang istri dan melakukan sntuhan dan rangsangan di bokong istri. Untuk menambah kenikmatan, istri dapat melakukan gerakan menjepit selama kemaluan suami berada di dalam sambil melakukan gerakan bebas.

c) Tidur miring (menyamping), dengan posisi suami di belakang istri (penetrasi penis dari belakang). Suami berada di belakang istri, tangan memluk atau meraba payudara,

(10)

mengelus perut istri atau merangsang bagian kemaluan istri. Kemaluan suami dimasukkan ke dalam vagina dari arah belakang, dan setelah masuk, istri menenkankan kedua pahanya dan mendorong bokong ke belakang sehingga bokong istri bersentuhan dengan kuat ke perut bawah dan skrotum (kemaluan) suami.

d) Berhadapan, dengan posisi setengah miring. Pada hamil muda, posisi ini masih dapat dilakukan karena perut ibu belum terlalu besar. Kaki suami- istri saling mengunci dan suami berbaring miring dengan bertumpu pada sebagian besar punggungnya. Istri berbaring pada dada suami dan satu paha istri di bawah paha suami. Sebaiknya, istri yang berada pada posisi miring kiri agar peredaran darah ke janin tetap lancar.

e) Posisi duduk, suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur sambil memangku istri dan saling berhadapan. Istri membantu kemaluan suami untuk masuk ke da lam vagina, lengan sambil merangkul. Selanjutnya, suami dapat membuat gerakan menarik dan mendorong pinggulnya. Istri juga dapat menggerakkan pinggulnya dengan gerakan memutar sambil bercumbu dengan suami.

g. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual saat

kehamilan, menurut Eisenberg (2006) dalam (Harahap, 2012) a) Kondisi fisik

(1) Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila rasa mual terjadi pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual

(2) Keletihan, biasanya terjadi pada bulan keempat (minggu ke-16), ini dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta.

(11)

Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi dengan bercinta.

(3) Perubahan bentuk fisik tubuh, seperti perut buncit, kaki bengkak, wajah sembab, hal ini menyebabkan hubungan seksual menjadi susah karena terhalang oleh perut yang membesar.

(4) Penyempitan genetal (terjadi pada hamil tua), dapat menyebabkan seks kurang memuaskan karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria penyempitan alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya.

(5) Kebocoran kolostrum, pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena rangsangan payudara.

b) Kondisi psikologis

(1) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak menyebabkan keguguran karena janin terlindung oleh cairan amnion dan rahim.

(2) Takut bahwa orgasme dapat menyebabkan keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. (3) Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk dalam vagina.

Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi pada ibu dan janin melalui hubungan seksual, selama kantong amnion tetap utuh.

Untuk pencegahan infeksi pasangan dianjurkan

(12)

(4) Takut menyakiti janin karena kepala janin sudah masuk rongga panggul. Pada beberapa pasangan tidak dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Hubungan seksual tidak menyakiti janin asalkan tidak melakukan penetrasi yang terlalu dalam. (5) Anggapan jika berhubungan seksual dalam 6 minggu

terakhir dapat menyebabkan proses persalinan. Kontraksi yang disebabkan karena orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua, tetapi jika leher rahim kuat ini tidak akan menyebabkan terjadinya proses persalinan.

2) Faktor – Faktor yang mempengaruhi seksual ibu hamil, menurut Potter dan Perry (2005) yaitu :

a) Faktor fisik

Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual.

b) Faktor hubungan

Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka.

c) Faktor gaya hidup

Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi keinginan seksual. Dalam periklanan

(13)

alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks.

d) Faktor harga diri

Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negative atau menyebabkan tekanan perasaan seksual.

3) Menurut teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :

a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai.

b) Faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan.

c) Faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

h. Mitos Hubungan Seksual Selama Kehamilan

1) Banyak mitos tentang hubungan seksual selama kehamilan yang beredar luas di masyarakat dan sering dianggap sebagai suatu kebenaran. Hubungan seksual saat hamil muda misalnya, dikatakan bisa mengakibatkan keguguran atau bayi lahir cacat sedangkan dikehamilan tua, dikatakan dapat menyebabkan infeksi, bahkan keguguran. Berikut ini beberapa mitos yang ada dalam masyarakat kita, meskipun tak sepenuhnya benar, banyak

(14)

pasangan yang ternyata mempercayai mitos – mitos ini (Suryoprajogo, 2008) :

a) Harus sering berhubungan seksual

Hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Pada kenyataannya kualitas spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur yang mempengaruhi kesehatan dan perkembangan bayi di dala m rahim.

b) Posisi kanan dan kiri mempengaruhi jenis kelamin

Konon jika posisi pria ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri sebelah kanan, maka bayi laki – laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri sisi kiri maka bayi yang akan lahir adalah bayi perempuan. Kenyataannya kandungan kromosomlah yang mempengaruhi jenis kelamin bayi.

c) Boleh tidaknya berhubungan seksual

Hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama kehamilan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual menggangu perkembangan bayi. Sebenarnya boleh tidaknya hubungan seksual dilakukan selama masa kehamilan lebih ditentukan oleh kondisi kehamilan dan hasil konsultasi dengan dokter.

2) Menurut Tino (2009), mitos hubungan seksual selama hamil adalah:

a) Banyak berhubungan seks bayi sehat

Mitos tersebut tidaklah benar. Pernyataan tersebut sering beredar dalam masyarakat dengan alasan bahwa pada saat

(15)

melakukan hubungan seksual bayi di dalam rahim akan mendapatkan siraman pertama sperma sehingga bayi menjadi subur. Kesuburan dan kesehatan bayi tidak ditentukan oleh siraman sperma pada saat berhubungan seksual. Akan tetapi, kualitas kesehatan dan kesuburan bayi dipengaruhi oleh kualitas spermatozoa yang telah berhasil membuahi sel telur dan kualitas makanan yang dikonsumsi ibu.

b) Bayi cepat lahir

Berhubungan seks pada saat bayi dalam kandungan sudah berumur diindikasikan dapat mengakibatkan kontraksi rahim. Adanya kontraksi rahim bisa memicu kelahiran bayi yang sudah berumur, namun jika umur bayi dalam kandungan

belum cukup, maka berhubungan seks tidak akan

mengakibatkan bayi cepat lahir. Kontraksi rahim tersebut disebabkan oleh hormon prostaglandin yang terdapat pada cairan semen yang dikeluarkan suami pada saat ejakulasi. c) Berhubungan seks mengganggu bayi

Hubungan seks tidak akan menganggu perkembangan bayi. Akan tetapi, perlu diingat kondisi kehamilannya juga perlu tetap dijaga. Selama hamil tidak dilarang untuk berhubungan seks. Melakukan hubungan seksual tidak akan bermasalah karena janin terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Dengan catatan hubungan seks yang wajar atau dengan kata lain tidak terlalu ekstrem.

d) Libido tinggi

Keinginan berhubungan seks yang tinggi antara ibu hamil yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti faktor hormonal, psikologis, dan lain- lain. Tinggi atau tidaknya libido seks ketika hamil merupakan hal wajar yang sering dialami. Hubungan yang harmonis dengan suami juga sangat

(16)

memungkinkan libido seks ibu hamil tinggi. Hal terpenting adalah saling pengertian dan komunikasi dengan pasangan anda sehingga sama-sama terpuaskan ketika berhubungan seks.

e) Posisi menentukan jenis kelamin bayi

Banyak yang mengatakan bahwa jika posisi seorang pria dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki- laki. Namun, jika dimulai dari sebelah kanan dan diakhiri sebelah kiri, maka bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan. Seorang laki- laki memiliki dua tipe kromosom dalam spermatozoa. Kedua kromosom tersebut adalah kromosom X dan Y. Jika yang membuahi sel telur adalah kromosom Y, maka bayi yang dilahirkan adalah laki- laki. Namun, jika yang membuahi sel telur adalah kromosom X, maka bayi yang dilahirkan adalah perempuan.

3. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui/kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan peginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo P. D., 2007). Pengetahuan adalah struktur organisasi pengetahuan yang biasanya merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi kinerja yang mungkin (Gordon, 2012). Pengetahuan merupakan ingatan atas bahan – bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan

(17)

bahan yang luas dari hal – hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai (Ngatimin, 2012).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam 6 tingkatan doamain kognitif, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih

(18)

di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitam dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo S. , 2005) cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Cara Tradisional

a) Cara Coba Salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba – coba saja, cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemunginan keempat dan seterusnya, sampai masalah

(19)

tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial ( coba ) dan error ( gagal atau salah ). b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apaka h yang dilakukannya tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. d) Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan – pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. 2) Cara Modern

Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan metode berpikir

(20)

induktif. Mula – mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklasifikasikan akhirnya diambil kesimpulan umum.

(21)

B. Kerangka Teori

Bagan 2.1

Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

Faktor Predis posisi

1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Kepercayaan (mitos, psikologi, adat istiadat) 4) Keyakinan 5) Nilai – nilai 6) Pendidikan Faktor pembentuk 1) Lingkungan fisik 2) Fasilitas kesehatan (ketersedian sarana, klinis kespro) Faktor Pendorong

Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Perilaku Seksual Ibu Hamil Trimester III

(22)

Perilaku Seksual pada Ibu hamil trimester III

C. Kerangka Konsep Bagan 2.2

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan Seksual pada Ibu Hamil trimester III

D. Hipotesis

Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku seksual pada ibu hamil trimester III.

Referensi

Dokumen terkait

Sinyal CH 1 pada osiloskop menampilkan hasil pengukuran sinyal tegangan pada tahanan 50 kΩ , dimana tegangan pada tahanan ini digunakan untuk mengukur arus maka

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa di Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang sudah memenuhi kriteria

*$lusi dari permasalahan yang terakhir yaitu dengan )ara mengadakan kegiatan umat bersih. "al ini bertujuan agar mush$la disini kembali terawat dan dapat dimanfaatkan

Website ini akan berisikan informasi-informasi mengenai UKM SADAYA yang dibutuhkan oleh mahasiswa, baik yang berasal dari dalam maupun luar kampus UNIKOM

1) Cita-cita merupakan ungkapan dari dalam pikiran manusia. Kalau keinginan untuk berperikehidupan yang berkecukupan ternyata dirumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945,

Yazim Yaqub, SpOG beserta seluruh staf medis dan non medis yang telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan dan

KECAMATAN PAGADEN BARAT KABUPATEN

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi