• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Laporan Study Kelayakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isi Laporan Study Kelayakan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1843 oleh Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban manusia yang sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin meningkat untuk menunjang industri-industri dunia.

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih Besi, dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral cukup banyak adalah Pulau Sulawesi.

Kabupaten Polewali Mandar (Polman) adalah salah satu kabupaten yang terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya berada di provinsi Sulawesi Barat dengan luas wilayah ± 2.022,30km2. Kabupaten Polewali Mandar juga termasuk memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup, termasuk Bijih Besi. Bijih Besi di Kabupaten Polman tersebar di beberapa daerah, salah satu diantaranya adalah di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Berdasarkan SK Bupati No. 126 Tahun 2007 tentang Izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi PT. ISCO Polman Resources, perusahaan kami melakukan penelitian keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dan sekitarnya.

(2)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 2

Keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dinilai cukup ekonomis, dengan kadar Bijih Besi yang memenuhi standar industri serta cadangan Bijih Besi yang cukup. Perusahaan kami menilai bahwa kegiatan pertambangan di Kabupaten Polewali Mandar khususnya Kecamatan Tapango dapat dilaksanakan.

Untuk mendukung pelaksanaan pertambangan menuju tahap eksploitasi, perusahaan telah melakukan studi kelayakan tambang. Studi kelayakan ini mengkaji keadaan umum, morfologi, geologi, geoteknik dan hidrogeologi, cadangan dan kualitas mineral Bijih Besi, desain tambang, transportasi, lingkungan, K-3, organisasi kerja, pemasaran dan investasi, serta analisis ekonomi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan kajian adalah untuk mengkaji nilai ekonomis serta layak atau tidaknya rencana kegiatan penambangan mineral, baik dipandang dari aspek kualitas dan kuantitas, metode penambangan, peralatan yang digunakan, penimbunan, transportasi, fasilitas pengolahan, pemasaran, lingkungan dan K-3, tenaga kerja, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan maupun biaya investasi.

Hasil studi kelayakan dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan untuk menyusun program-program dan prioritas kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan. Di samping itu, hasil studi ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat dan panduan bagi pemerintah untuk menilai dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

1.3 Ruang Lingkup dan Metode Studi

Kajian kelayakan yang dilakukan akan meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan usaha peningkatan produksi mineral Bijih Besi pada wilayah penambangan yang akan beroperasi. Adapun studi ini antara lain terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

(3)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 3

1.3.1 Penilaian dan Pengkajian Data Yang Tersedia

Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:

1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan, sarana transportasi dan tenaga kerja

2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan

3. Kondisi endapan mineral Bijih Besi yang meliputi kedudukan dan penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya

1.3.2 Pengkajian Data Yang Diperoleh Dari Lapangan

Dalam rangka penambangan mineral Bijih Besi ini, maka diperlukan data tambahan untuk mendukung teknis penambangan. Adapun data tambahan yang diperlukan adalah data pengamatan lapangan secara langsung dan data yang berkaitan dengan geologi teknik. Data ini beserta pengolahannya diperlukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi hidrologi, hidrogeologi dan kestabilan lereng. Untuk kegiatan penyelidikan geologi teknik (geoteknik), pihak perusahaan telah melakukan pemboran dengan kedalaman 130m.

Dari data sekunder yang telah tersedia dan tambahan data lapangan beserta data geoteknik dan hidrogeologi, maka lingkup kajian akan meliputi:

a. Aspek penambangan yang mencakup tambang, metode, dan tahapan penambangan, penimbunan mineral Bijih Besi, jumlah dan jenis peralatan yang diperlukan, rencana dan jadwal produksi.

b. Aspek pengangkutan dan penimbunan mineral Bijih Besi atau tanah buangan yang meliputi jarak angkut, kondisi jalan, serta lokasi dan kapasitas tempat penimbunan.

c. Aspek pengolahan mineral Bijih Besi, kapasitas pengolahan, jumlah dan jenis peralatan yang digunakan, pengangkutan lewat darat dan laut untuk tujuan pemasaran, dan kondisi dermaga/pelabuhan untuk sarana pemuatan mineral Bijih Besi.

(4)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 4

1.3.3 Deskripsi Kegiatan

Dari uraian tersebut di atas, maka kegiatan pekerjaan kajian akan berbagai kondisi kegiatan penambangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Geologi Tambang

1. Tujuan

Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi yang tersedia baik yang lama maupun yang baru termasuk data bor sehingga dapat digunakan untuk desain tambang.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Kajian topografi/morfologi b. Stratigrafi

c. Struktur geologi

d. Pemetaan penyebaran mineral Bijih Besi

e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang terbuka f. Kondisi pit

g. Cadangan mineral Bijih Besi

B. Geoteknik

1. Tujuan

Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan mekanik baik batuan yang menyusun overburden, interburden dan batuan dasar maupun lapisan mineral Bijih Besi. Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan perancangan tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng. 2. Lingkup Pekerjaan

a. Pengujian geoteknik

 Pengujian sifat fisik

 Pengujian ultrasonik

 Pengujian kuat tekan uniaxial

 Pengujian geser langsung b. Analisis kestabilan lereng

(5)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 5

C. Hidrologi dan Hidrogeologi

1. Tujuan

Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk menganalisis pengaruh air tanah terhadap tambang, mempelajari fluktuasi muka air tanah dan mempelajari karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan untuk lanjutan perancangan sistem pengaliran tambang.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Analisis data hidrologi dan hidrogeologi

b. Perancangan sistem pengaliran tambang yang sesuai dengan strategi dan sistem penambangan yang direncanakan

D. Analisis Kualitas Mineral Bijih Besi

1. Tujuan

Analisis kualitas mineral Bijih Besi bertujuan untuk menentukan kualitas lapisan-lapisan mineral Bijih Besi yang potensial untuk pengeboran. Data ini sangat berguna untuk mengantisipasi permintaan pihak konsumen.

2. Lingkup Pekerjaan a. Nilai kadar Fe b. Kandungan Sulfur c. Kandungan Aluminium d. Kandungan Silica E. Perencanaan Tambang 1. Tujuan

Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan penambangan mineral Bijih Besi di batas elevasi yang masih menguntungkan.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi geometri lereng

b. Penentuan batas tambang baik ke arah lateral maupun vertikal c. Perhitungan nisbah pengupasan

(6)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 6

e. Perencanaan pembuangan tanah penutup f. Perencanaan peralatan

g. Perencanaan peledakan

F. Transportasi

1. Tujuan

Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi pengangkutan tanah buangan (overburden) dan mineral Bijih Besi masing-masing ke waste dump

area (WDA) dan stockpile pabrik pengolahan (crushing plant) beserta

pengangkutan mineral Bijih Besi dan pengolahan ke tujuan akhir atau pelabuhan/shipment.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi kelayakan teknis jalur pengangkutan b. Jadwal waktu pengangkutan

c. Evaluasi daya tampung waste dump area d. Evaluasi daya angkut dump truck

e. Kajian finansial dan ekonomi setiap alternatif f. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih

G. Pengolahan Mineral Bijih Besi

1. Tujuan

Kajian pengolahan mineral Bijih Besi bertujuan untuk memisahkan mineral berharga (Bijih Besi) dari pengotor (impurities) sebagai produk siap jual. 2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi kapasitas crushing plant b. Jumlah crushing plant yang diperlukan c. Kapasitas stockpile di crushing plant

(7)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 7

H. Kelayakan Ekonomi

1. Tujuan

Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan endapan mineral Bijih Besi di daerah PT. ISCO Polman Resources secara ekonomi. 2. Lingkup Pekerjaan

a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja b. Analisis pasar mineral Bijih Besi

c. Analisis ekonomi d. Analisis finansial

e. Analisis ekonomi pasca penambangan dan reklamasi

1.3.4 Metode Studi

Metode studi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut: a. Pengamatan dan pengukuran lapangan

 Morfologi lapangan dan singkapan mineral Bijih Besi  Jalur transportasi dan lain-lain

b. Penggunaan data primer  Percontohan geoteknik

 Percontohan mineral Bijih Besi c. Penggunaan data sekunder

 Curah hujan

 Data peralatan tambang  Data geologi dan eksplorasi d. Asumsi

 Bunga bank

 Ekskalasi pendapatan dan biaya  Data peralatan tambang

(8)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 8

1.4 Pelaksana Studi 1.4.1 Pemrakarsa Kegiatan

Nama Perusahaan : PT. ISCO Polman Resources Alamat Perusahaan : Jl. Budi Utomo No. 77 Polewali

Kelurahan Darma - Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar

Sulawesi Barat 91313 Penanggung Jawab : Taufik Surya Hidayat

Jabatan : Direktur Operasi

Lokasi Proyek : Desa Tapango - Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali Mandar

Provinsi Sulawesi Barat.

Bidang Usaha : Penambangan Mineral Bijih Besi

1.4.2 Penyusun Laporan

Nama Perusahaan : PT. ISCO Polman Resources Alamat Perusahaan : Jl. Budi Utomo No. 77 Polewali Penanggung Jawab : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si.

Jabatan : Ketua Tim

Lokasi Proyek : Desa Tapango - Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali

Provinsi Sulawesi Barat.

Bidang Usaha : Penambangan Mineral Bijih Besi

Telah membentuk tim penyusun/pelaksana untuk pekerjaan ini, dengan susunan sebagai berikut:

Koordinator Tim : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si. Tenaga Ahli Eksplorasi : Liu Shifu

Tenaga Ahli Geologi : Huang Jing Yi Tenaga Ahli Tambang : Ir. Sakar Rasyid Tenaga Ahli Pengolahan : Nuraeni ST, MT Tenaga Ahli Geologi Teknik : Ir. Ilham ,S MT

(9)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 9

Tenaga Ahli Hidrogeologi & Hidrologi : Ir. Syamsul Arifin Lias, M.Si Tenaga Ahli Managemen/Keuangan : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si Tenaga Ahli Lingkungan Fisika kimia : Ir. Daud Thana, M.Si

Tenaga Ahli Biologi : Drs. Ambeng, M.Si

Tenaga Ahli Soskesmas : Dr. Aty Uleng Hamid, M.Kes

Juru Gambar : M. Rezki Bages, ST.

Editor : Ilyas

Tenaga Administrasi : Mabrur

1.5 Waktu Studi

Studi kelayakan dalam rangka perkembangan Bijih Besi ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan seperti tertera pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan No. Kegiatan Bulan Ke- I II III IV V 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Kajian Geologi 2. Kajian Geoteknik 3. Analisis Kualitas

Mineral Bijih Besi 4. Kajian Hidrologi &

Hidrogeologi 5. Perancangan Tambang Terbuka 6. Kajian Transportasi 7. Kajian Kelayakan Ekonomi 8. Penyerahan Draft Laporan 9. Presentasi 10. Perbaikan Laporan 11. Penyerahan Laporan Akhir

(10)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 10

1.6 Permohonan Izin

Studi kelayakan ini disusun sebagai salah satu syarat pengajuan permohonan izin eksploitasi. Diharapkan hasil studi ini mendapat respon positif dari pihak yang berwenang sehingga dapat melanjutkan ke tahap eksploitasi (operasi produksi) sekaligus dapat menciptakan tambahan tenaga kerja baru, serta akan berperan meningkatkan dukungan terhadap perekonomian. Khususnya kepada masyarakat di sekitar lokasi tambang, perekonomian daerah serta perekonomian negara pada umumnya.

(11)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 11

BAB 2

KEADAAN UMUM

2.1 Wilayah Kerja Pertambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources sampai pada tahap kajian kelayakan memiliki areal seluas ± 1.501Ha (Berdasarkan Keputusan Bupati Polewali Mandar No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi kepada PT. ISCO Polman Resources), yang terletak di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

2.1.1 Lokasi Daerah Kajian

Lokasi daerah kajian (Gambar 2.1) terletak di antara 1190 14’ 45’ BT – 1190 19’ 00’’ BT dan 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS yang secara rinci sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Lokasi Daerah Kajian

Titik Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)

IP-01 1190 14’ 45’’ 0030 18’ 59’’ IP-02 1190 19’ 00’’ 0030 18’ 59’’ IP-03 1190 19’ 00’’ 0030 19’ 59’’ IP-04 1190 14’ 45’’ 0030 19’ 59’’

(12)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 12

Gambar 2.1

Peta Wilayah KP PT. ISCO Polman Resources Tahap Kajian Kelayakan

2.1.2 Kesampaian Daerah Kajian

Secara geografis pada koordinat 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS dan 1190 14’ 45’ BT - 1190 19’ 00’’ BT dengan luas keseluruhan sekitar ± 1.501Ha,

secara administratif lokasi penyelidikan termasuk dalam wilayah Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Lokasi penyelidikan berjarak sekitar 240km ke arah utara Kota Makassar. Akses dari jalan utama ke arah jalan poros Makassar- Mamuju hanya berjarak 9km berupa jalan kelas III. Dari lokasi prospek Tapango ke lokasi rencana pelabuhan (Tanjung Mampie) sekitar 18km.

(13)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 13

Gambar 2.2

Kondisi Akses Jalan Tapango Menuju Poros Makassar - Mamuju

Gambar 2.3

Kondisi Akses Jalan Pengerasan Menuju Dermaga Tg. Mampie

Akses jalan menuju lokasi penyelidikan pada umumnya dapat dijangkau dengan memakai kendaraan roda empat pada bagian selatan dan barat. Sedangkan dalam lokasi penelitian sebagian daerah dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua dan sebagian lagi hanya dapat ditempuh

(14)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 14

dengan jalan kaki. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat setempat pada wilayah KP eksplorasi ini sebagian besar berupa perkebunan coklat.

2.1.3 Potensi Wilayah

Berdasarkan kondisi geografis dan bentang alamnya, maka sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Tapango. Hampir seluruh areal dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, mulai dari wilayah pedataran hingga perbukitan. Dapat dikatakan bahwa kedua sektor tersebut masih memberikan konstribusi terbesar dalam pembangunan di wilayah ini, disamping sektor yang lain.

Disamping potensi pertanian dan perkebunan, wilayah ini juga memiliki potensi pertambangan yang melimpah, namun sampai saat sekarang ini potensi tersebut belum tersentuh dan dimanfaatkan. Pada wilayah eksplorasi, disamping Bijih Besi sebagai primadona, masih terdapat bahan galian yang lain seperti: Granit dan Tufa yang dapat diolah menjadi "building stone". Bahan galian tersebut pada kenyataannya memiliki prospek pasar yang bagus. PT. ISCO Polman Resources hadir di daerah ini untuk mengelola potensi tambang Bijih Besi, agar dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Geomorfologi

Daerah penelitian secara umum berada pada ketinggian 50-750meter di atas permukaan laut (dpl) di bagian barat Kota Polewali. Kenampakan umum morfologi daerah penelitian menunjukkan puncak-puncak bukit di bagian utara dan melandai ke bagian selatan. Pembahasan morfologi daerah penelitian meliputi pembagian satuan morfologi berdasarkan kenampakan dari permukaan bumi dengan memperlihatkan beberapa faktor yang mempengaruhi selama proses pembentukannya, sungai dan stadia daerah penelitian.

(15)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 15

Morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi berdasarkan beda tinggi, antara lain yaitu Satuan Perbukitan Landai Denudasional, Satuan Perbukitan Intrusi Curam, dan Satuan Perbukitan Memanjang Sangat Curam.

2.2.1 Satuan Perbukitan Landai Denudasional

Satuan Perbukitan Landai Denudasional yang terbentuk akibat proses peneplainisasi (erosional) dengan kemiringan lereng 80–110, yang tersebar di bagian barat memanjang kearah barat laut daerah penelitian. Pola aliran sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada anak Sungai Riso.

2.2.2 Satuan Perbukitan Intrusi Curam

Satuan Perbukitan Intrusi Curam terdapat pada bagian barat daya daerah penelitian, di sekitar Buttu Talise dengan kemiringan lereng 250–510. Pola aliran sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada stadium sungai tahap muda (intermitten) yang hanya berair pada musin hujan. Pemanfaatan lahan dipergunakan sebagai perkebunan coklat, maupun palawija lainnya.

2.2.3 Satuan Perbukitan Memanjang Sangat Curam

Satuan geomorfologi Perbukitan Memanjang Sangat Curam menutupi bagian tengah memanjang hingga ke timur daerah penelitian. Kemiringan lereng berkisar 44º-103º dengan pola aliran sungai yang berkembang berupa parallel hingga sub-parallel. Satuan perbukitan ini dimanfaatkan juga sebagai lahan perkebunan coklat dan palawija lainnya yang mendominasi terdapat di daerah penelitian.

2.3 Iklim

Secara umum Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat merupakan daerah yang beriklim tropika basah (tipe iklim A menurut KOPPEN) yang pada musim kemarau masih terjadi hujan. Adapun jumlah curah hujan dan hari hujan terlihat pada tabel 2.2.

(16)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 16

Suhu rata-rata berkisar antara 18° sampai 30°, musim penghujan dari bulan September sampai Februari dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 1800mm sampai 2000mm dengan rata-rata hari hujan setiap tahun sekitar 120 hari. Kelembaban udara berkisar antara 50 sampai 55%, musim kemarau sekitar bulan Maret sampai Agustus.

Tabel 2.2

Curah Hujan Dengan Hari Hujan Tahun 2006

No. Bulan Tapango dan Sekitarnya Curah Hujan Hari Hujan

1. Januari 379 19 2. Februari 244 14 3. Maret 294 12 4. April 106 13 5. Mei 212 9 6. Juni 15 2 7. Juli 14 4 8. Agustus 76 5 9. September 180 9 10. Oktober 117 8 11. Nopember 220 14 12. Desember 261 18 Rata-rata 176,5 10,6 2.4 Infrastruktur

Sarana-sarana infrastruktur yang terdapat di daerah penambangan berupa sarana transportasi berupa jalan dan angkutan/kendaraan roda empat dan roda dua, penerangan berupa listrik. Sarana pendidikan dari SD sampai SMP.

(17)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 17

BAB 3

GEOLOGI & ENDAPAN BIJIH BESI

3.1 Geologi dan Struktur Regional Daerah Penelitian

Daerah Polewali dan sekitarnya meliputi Formasi Latimojong (TK1) yang berumur Kapur. Formasi batuan ini meliputi Serpih, Fillit, Rijang, Marmer, Kwarsa dan Breksi terkersikkan serta beberapa intrusi menengah - hingga basa. Di beberapa tempat terdapat intrusi yang terdiri dari Granit - Granodiorit – Sienit.

Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan bagian barat Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh batuan Terobosan (Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya batuan beku bersusun asam sampai menengah, seperti Granit, Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit, Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya diduga Pliosen karena menerobos batuan gunung api Waylimbong yang berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat daya disusun oleh satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan Kerikil. Umurnya diperkirakan Holosen.

Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung api Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai andesit, sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung Feldspatoid di beberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan laut, diduga berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi skala yang berumur Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter. Umur diperkirakan Pliosen awal sampai Miosen akhir.

(18)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 18

3.2 Pemetaan Geologi

Survei lapangan dilakukan oleh PT. ISCO Polman Resources. Pada beberapa singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi ditemukannya endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun lepas-lepas berukuran gravel hingga boulder. Bijih Besi yang ditemukan berwarna segar hitam, pucat, warna lapuk hitam kecoklatan, kilap kusam, padat, belahan/fracture concoidal, walaupun masih terdapat rekahan yang tupis,

streak/goresan hitam, sifat magnet sedang hingga kuat.

Batuan yang ditemukan di lapangan, pada umumnya didominasi oleh intrusi Granodiorit, Diorite dengan kontak yang tegas pada satuan lava basalt yang diterobosnya. Batuan Granodiorit ini dicirikan warna segar putih – putih keabuan, segar hingga terlapukkan kuat, faneritik, butiran medium – coarse, hypocristalin, fenokris kwarsa, amphibole, biotit, pyrite yang tersementasi oleh silica yang tinggi, butiran equigranular, anhedral – subhedral disekitarnya, kontak yang tegas terhadap lava basalt maupun batuan Siltstone yang dilalui. Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari magma andesitic yang mengalami proses pendinginan/cooling magma. Pembentukan granodiorit ini erat kaitannya dengan pembekuan lava andesitic tadi di permukan bumi, atau mengalami proses cooling yang sangat cepat atau tiba-tiba setelah kontak dengan batuan disekitarnya yang lebih dingin. Hal ini dapat terlihat dari beberapa singkapan batuan yang ditemukan di lapangan, dimana terdapatnya bekas/ jejak aliran seperti slicken sided pada tubuh batuan, yang diakibatkan oleh luncuran massa batuan diatasnya. Pada singkapan batuan, semakin kearah timur dan tenggara dijumpai granodiorit yang memiliki ukuran butir yang lebih kasar dan kandungan kwarsa yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa semakin kearah tersebut mendekati terhadap sumber instrusi magma. Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari zona intrusi dangkal magmatis pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah. Sedangkan lava basaltis yang ditemukan di lapangan, memiliki cirri fisik berwarna segar abu hingga hitam, massif, segar hingga terlapukkan sedang, afanitik, kontak yang tegas dengan granodiorit, glassy, setempat-setempat terdapat struktur Columnar joint, Fenokris kwarsa, Pyrite, dalam masssa dasar yang

(19)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 19

tersemenkan oleh Silica, Holohyalin, dan sering berasosiasi dengan endapan Magnetit. Lava basaltis ini diperkirakan lebih dahulu terbentuk daripada Granodiorit dan terobosan Granodiorit yang memiliki kandungan viskositas magma lebih tinggi menyebabkan Lava basaltis ini tertransportasi ke permukaan. Mineral Magnetit yang dominan ikut tertransport merupakan bagian magma Basaltis yang miskin akan Silica, tetapi kaya akan unsure Fe, terbawa bersama-sama dan terendapkan pada rekahan-rekahan, seperti Sill dan Dyke.

Batuan Magnetit yang ditemukan berwarna segar abu-abu, sebagai batuan yang sudah mengalami oksidasi memberikan warna lapuk abu-abu kecoklatan sebagai Limonitic dengan sifat magnetisasi bervariasi rendah sangat kuat atau tinggi, segar hingga terlapukkan sedang, pecahan Concoidal, padat, streak hitam, kilap kusam, ditemukan sebagai endapan

stockwork maupun lepas-lepas pada beberapa lokasi.

3.3 Stratigrafi

Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, maka litologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu:

1. Satuan Meta-sedimen 2. Satuan Vulkanik

3. Satuan Granit

3.3.1 Satuan Meta-Sedimen

Satuan ini menempati sekitar 20% di bagian timur-laut sampai utara daerah penelitian dan membentuk morfologi perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di lereng-lereng bukit terjal dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini disusun oleh serpih yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai adanya sufficed rock.

Serpih menunjukkan kenampakan lapangan berwarna coklat sampai coklat kehitaman, tekstur wastik halus, ukuran butir <1/256mm, tebal perlapisan

(20)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 20

sekitar 20-40cm, struktur berlapis (kedudukan N45°E), permeabilitas rendah, porositas sedang, komposisi mineral berupa lempung dan oksida besi.

Setempat dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah penelitian. Oksida besi dan mineral-mineral yang kaya akan ferromagnesium lainnya hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh intrusi batuan beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai menunjukkan warna segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai pada zona struktur dan kontak dengan batuan intrusif, struktur non-foliasi, komposisi mineral kwarsa, umumnya dijumpai dalam bentuk bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan bagian dari Formasi Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil penelitian dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.

3.3.2 Satuan Vulkanik

Satuan ini dapat dijumpai di bagian barat memanjang sampai ke barat laut dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi singkapan pada umumnya mengalami pelapukan terutama di bagian permukaan. Disusun oleh tufa dan intrusi andesit dengan kenampakan lapangan menunjukkan warna segar coklat kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi mineral berupa material vulkaniklasi, feldspar~plagioklas dan biotit. Dijumpai mineralisasi mineral yang bersifat ferromagnesiun seperti Bijih Besi dan Hematit dalam jumlah sedikit yang terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona kontak batuan intrusif. Umur satuan batuan ini adalah Miosen - Pliosen yang didasarkan pada peta geologi regional (Djuri, dkk, 1974).

3.3.3 Satuan Granit

Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas daerah penelitian, memanjang di bagian utara sampai selatan dan barat yang membentuk satuan morfologi perbukitan bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike yang memotong perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi. Secara

(21)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 21

petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa macam antara lain granit-biotit dan granit.

Mineral ubahan yang dijumpai setempat berupa mineral lempung dan klorit yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian telah berubah menjadi oksida besi. Kondisi singkapan Granit umumnya lapuk, terutama pada bagian selatan. Granit biotit banyak tersebar di daerah selatan dengan warna umumnya abu-abu, sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu kemerahan. Komposisi Granit Biotit disusun oleh mineral Kwarsa, Orthoklas Plagioklas, Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta beberapa mineral-mineral alterasi lainnya mempunyai tekstur afanitik sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam bentuk bongkah-bongkah dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh dominan Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di beberapa tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak dijumpai mineral-mineral hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-vein atau urat-urat kwarsa yang menunjukkan struktur khusus berupa vug dan comb. Struktur khusus ini terdapat pada batuan Granit yang berada di zona struktur, terutama mengisi kekar-kekar. Batuan beku yang bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai setempat dalam bentuk sill, juga di daerah-daerah zona struktur. Pada beberapa block Granit banyak dijumpai Xenolith dengan komposisi basaltik serta proses silisifikasi.

3.3.4 Satuan Alluvium

Dijumpai dalam bentuk endapan sungai berupa pasir hingga bongkah. Kondisi endapan berwarna abu-abu dan hitam, berukuran pasir dan batu (seperti berukuran kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis material terdiri dari Granit, Bijih Besi, Aplit dan Batuan Riolitik).

(22)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 22

Gambar 3.1

Peta Geologi Regional

3.4 Struktur Geologi

Perkembangan struktur geologi daerah eksplorasi Tapango sangat dipengaruhi oleh struktur regional yang berkembang di daerah lengan barat Pulau Sulawesi. Hal ini dapat dilihat pada pola perkembangan struktur geologi yang telah terpetakan secara regional pada Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo Sulawesi Selatan (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Perkembangan struktur geologi pada daerah eksplorasi dan sekitarnya dapat teramati terutama dari gejala-gejala deformasi batuan dan kenampakan

(23)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 23

bentang alam ekstrim yang dihasilkan. Gejala deformasi batuan yang dimaksud berupa perlipatan (folding), pengkekaran (jointing), penggerusan, breksiasi, orientasi bidang sesar, orientasi zona hancuran batuan, dan sebagainya. Sedang gejala kenampakan bentang alam ekstrim yang dimaksud berupa pelurusan bentang alam, orientasi dan penjajaran gawir-gawir sesar, undak-undak perbukitan, perkembangan pola aliran sungai dan sebagainya. Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa struktur geologi yang berkembang pada daerah eksplorasi berupa perlipatan (folding), pengkekaran (jointing) dan atau pensesaran batuan

(faulting).

Struktur kekar yang umum dijumpai pada daerah eksplorasi dapat diklasifikasikan dalam jenis kekar-kekar gerus (shear joint) yang umumnya sistematis dengan arah tegasan utama relatif timur barat, spasi kekar berkisar antara 10-50cm dengan lebar bukaan antara 1-10mm. Pada beberapa tempat bukaan kekar-kekar tersebut telah mengalami pengisian dalam bentuk urat-urat halus Kwarsa (veinlet) dan sebagian dalam bentuk retas-retas Aplite. Sesar-sesar yang berkembang pada daerah eksplorasi umumnya berupa sesar-sesar mendatar (transform fault) dan sesar-sesar normal (normal fault). Indikasi sesar mendatar yang dapat teramati berupa orientasi zona breksiasi, bidang sesar, steriasi pada batuan, serta orientasi zona-zona hancuran. Sedang pada sesar normal diindikasikan oleh kenampakan bidang-bidang sesar yang relatif tegak, gawir sesar, dan undak-undak batuan. Arah umum pergerakan dari sesar-sesar mendatar relatif timur laut – barat daya dan kebanyakan berkembang sebagai daerah aliran sungai berpola denrito-rektangular.

3.5 Mineralisasi Jebakan Bijih Besi 3.5.1 Pendekatan Teoritis

Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi

(24)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 24

baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.

Selama pergerakan magma ke permukaan, maka proses diferensiasi, asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan temperatur pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses pembekuan. Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk masing-masing didirikan oleh komposisi mineral yang berbeda sesuai dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi magma yang terjadi, maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non-logam.

Proses pembentukan jebakan mineral logam karena diferensiasi magma secara umum digambarkan oleh Alan M. Bateman (1951) dalam tiga stadium sebagai berikut:

Stadium Likwido Magmatis ( > 600°C ). Stadium ini merupakan awal pembentukan mineral-mineral baik logam maupun non-logam yang dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang votatil berupa mineral-mineral silica. Dengan penurunan temperatur yang berlangsung terus-menerus, maka kecepatan pembentukan mineral berikutnya dicirikan oleh unsur-unsur yang lebih volatil pada kondisi tekanan yang semakin besar. Jebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini disebut jebakan magmatis.

Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis (600°C - 450°C). Pada stadium ini terjadi pemisahan yang luar biasa dan unsur-unsur volatil larutan sisa magma pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan sisa magma ini sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan kemudian membentuk jebakan pegmatis. Setelah temperatur mulai menurun (550°C - 450°C), akumulasi gas mulai membentuk mineral. Pada penurunan temperatur selanjutnya, volume unsur volatil semakin menurun dan membentuk endapan mineral yang disebut jebakan pneumatolitis atau jebakan metasomatis kontak dan tinggallah larutan sisa magma yang sangat encer.

(25)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 25

Stadium Hydrothermal (450°C-350°C), merupakan stadium terakhir dimana keadaan larutan sisa magma sangat encer. Pada stadium ini tekanan gas menurun secara cepat dan setelah mencapai temperatur kritis air (± 372°C), mulailah terbentuk jebakan hidrothermal. Proses pembentukan mineral berlangsung terus sampai mencapai tahap akhir pembekuan semua larutan sisa magma (100°C-50°C).

3.5.2 Pendekatan Genetik Jebakan

Keterdapatan mineralisasi berupa jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango diperkirakan sangat berhubungan atau berasosiasi dengan aktivitas

volcanic-intrusive selama terjadinya injeksi magmatisme dan proses

pembentukan batuan berlangsung. Dari asosiasi batuan yang terbentuk dan tersingkap di daerah eksplorasi, serta indikasi mineralisasi dan hasil ubahan batuan yang ditimbulkan menunjukkan bahwa terbentuknya jebakan mineralisasi tersebut diperkirakan berhubungan erat dengan pembentukan batuan plutonik granit.

Batuan intrusi granit yang tersingkap dan melampar sangat luas pada daerah eksplorasi dan sekitarnya diperkirakan merupakan sebuah massa plutonik besar yang keberadaannya juga berhubungan atau merupakan bagian dari proses pembentukan pegunungan di kawasan ini. Karena proses tektonik dan erosi yang berlangsung terus-menerus, massa plutonik ini kemudian tersingkap ke permukaan yang kemudian disebut dengan tubuh batholit granit.

Berdasarkan posisi penempatan zonasi mineralisasinya, menunjukkan bahwa jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango memperlihatkan suatu karakteristik endapan tipe greisen yang secara genetik terbentuk pada tubuh batuan beku plutonik sebagai batuan induk atau batuan sumber (source rock). Penyebaran endapan tersebut dijumpai setempat-setempat (sporadis), dimana umumnya menempati dan tersingkap pada bagian punggungan-punggungan bukit yang diperkirakan merupakan bagian atap dari tubuh batolit granit atau menyerupai roof pendant.

(26)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 26

Indikasi mineralisasi yang dijumpai terutama berupa tubuh bijih (ore body) yang sangat kompak atau dikenal dengan endapan bijih massif (massive ore). Endapan ini umumnya dicirikan oleh tekstur yang kasar - sangat kasar, dimana komposisi mineral utama terdiri dari magnetit yang saling tumbuh bersama (intergrowth) dengan hematite. Kandungan minor minerals lainnya yang dijumpai dalam persentasi sangat kecil terutama terdiri dari copper minerals (malacite dan azurite), serta kwarsa yang umumnya hadir dalam bentuk urat-urat halus - sangat halus (veinlet dan microveinlet). Bentuk endapan secara umum memperlihatkan kesan menyerupai lapisan/layer (stratiform) ataupun bentuk melensa (fensis) dengan ketebalan bervariasi antara 0,25-2,4meter, kadang-kadang memperlihatkan struktur crustified,

banded dan comb yang umumnya berasosiasi dengan kehadiran mineral

silica.

Kondisi endapan seperti ini secara genetik sangat dipengaruhi oleh proses

segregation, dimana mineralisasi logam terakumulasi dan terkumpul pada

tempat-tempat tertentu, terutama pada zona rekahan maupun zona-zona lemah lainnya yang terdapat pada tubuh batuan plutonik ataupun pada batuan samping (country rock). Proses segregation pada mineral-mineral logam dapat saja terjadi selama differensiasi magma berlangsung atau saat terjadinya injeksi larutan sisa magma pada kondisi temperatur dan tekanan cukup tinggi. Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi dimana diferensiasi magma berada pada stadium pegmatitis-pneumatolitis.

Kehadiran copper minerals dan minor minerals lainnya yang hadir sebagai

gangue dalam tubuh bijih (ore body) dapat disebabkan oleh proses ubahan

(alteration) ataupun proses penggantian/subsitusi mineral (replacement) yang terjadi selama injeksi larutan sisa magma berlangsung. Pada kondisi tersebut diperkirakan komposisi larutan sisa magma akan semakin asam dengan komponen utama terdiri dari unsur-unsur volatil berupa gas dan uap. Unsur-unsur volatil tersebut akan bergerak menerobos batuan plutonik granit yang telah ada, serta batuan samping di sekitarnya (Serpih dan Riolitik). Unsur-unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi dari gas dan uap yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur

(27)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 27

volatil tersebut dengan batuan yang diterobosnya, termasuk tubuh bijih (ore

body) yang telah terbentuk sebelumnya. Proses sublimasi ataupun reaksi

yang terjadi bisa saja menyebabkan terjadinya mineralisasi atau pembentukan jebakan mineral baru yang disertai dengan terjadinya alteration dan replacement pada mineral-mineral yang telah terbentuk. Jebakan mineral yang terbentuk oleh proses sublimasi dan reaksi unsur volatil (gas dan uap) tersebut dikenal dengan endapan pneumatolitis atau metasomatis kontak. Selain gejala ubahan dan penggantian mineral, indikasi endapan metasomatik kontak pada daerah eksplorasi Tapango dapat teramati dari perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan yang terjadi, khususnya pada aliran lava riolitik yang berumur lebih muda.

Perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan tersebut dijumpai setempat-setempat (sporadis) dan umumnya dijumpai pada zona-zona kontak antara aliran lava riolitik dengan tubuh bijih (ore body). Gejala mineralisasi yang dijumpai umumnya dalam bentuk hamburan (disseminated) ataupun dalam bentuk urat-urat halus (microveinlet), sedang gejala ubahan batuan umumnya dijumpai dalam bentuk batuan tersilisifikasi.

Gejala mineralisasi dan ubahan batuan tersebut diperkirakan sangat berhubungan dengan terjadinya injeksi larutan sisa magma akhir yang kemudian membentuk retas-retas aplite maupun perlite dalam bentuk urat-urat dyke. Retas-retas tersebut umumnya dijumpai memotong secara vertikal. Semua batuan yang telah terbentuk sebelumnya, termasuk batuan Plutonik Granit, aliran Lava Riolitik, maupun Serpih. Tidak dijumpainya gejala mineralisasi logam pada tubuh retas-retas aplite maupun pertite menunjukkan bahwa mineralisasi yang berkembang secara sporadis pada aliran lava riolitik merupakan hasil reaksi yang terjadi antara unsur-unsur volatile dengan tubuh bijih (ore body) yang diterobosnya. Akibat reaksi tersebut, kandungan unsur-unsur logam yang ikut larut bersama unsur-unsur-unsur-unsur volatil akan terus bermigrasi dan kemudian diendapkan dalam tubuh aliran Lava Riolitik yang berada di atasnya. Gejala ini dapat diamati dengan jelas pada setiap zona-zona kontak antara aliran Lava Riolitik dengan jebakan tubuh bijih (ore body), dimana

(28)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 28

mineralisasi dan ubahan batuan dalam bentuk silicified hanya berkembang pada zona-zona kontak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa terbentuknya jebakan mineralisasi Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango sangat dipengaruhi oleh proses diferensiasi dan segregasi selama terjadinya injeksi larutan sisa magma pada stadium pegmatitis-pneumatolitis atau metasomatis

kontak.

3.6 Sumber Daya Bijih Besi 3.6.1 Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan hasil pemetaan geologi Bijih Besi yang dijumpai di lapangan, geomagnet, pendugaan dan pemboran inti. Perhitungan cadangan berdasarkan hasil geologi adalah berdasarkan hasil pengukuran endapan yang berupa ketebalan tersingkap dan penyebarannya ke arah lateral. Sedangkan perhitungan cadangan berdasarkan hasil pendugaan geomagnet, geolistrik dan pemboran ditentukan berdasarkan hasil endapan yang terletak di permukaan dan di bawah permukaan (berdasarkan penampang bawah permukaan).

Hasil pemetaan geologi dan pengukuran topografi menunjukkan bahwa luas sebaran endapan pada wilayah Reamambu (yang kemudian dikenal sebagai zona 1) dan sekitarnya mencapai luas ± 127,3Ha, dihitung dari batas utara wilayah Kuasa Pertambangan (KP) ke arah selatan selebar 2.282,8meter, dan panjang 2.853,5meter. Sedangkan endapan Bijih Besi yang tersingkap di lereng selatan zona 1 ketebalannya mencapai 1-4,5meter, dengan arah penyebaran N950E (relatif timur-barat). Sedangkan endapan lain yang dijumpai di permukaan diperkirakan sebagai bongkah-bongkah hasil pelengseran dari urat bijih yang tersingkap di permukaan. Berdasarkan data tersebut, maka cadangan endapan Bijih Besi pada wilayah eksplorasi mencapai ± 5.000.000ton.

(29)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 29

Hasil pendugaan geomagnetic, dapat disimpulkan bahwa secara geologi terdapat 2 (dua) zona keterdapatan Bijih Besi, yaitu zona 1 dan zona 2 dengan keterangan sebagai berikut:

Zona-1:

Terdiri dari 2 lapisan/layer:

o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 4,5meter o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter

 Perkiraan panjang total adalah ± 900meter membentang dari timur ke barat

 Perkiraan kedalaman > 200meter Zona-2:

Terdiri dari 2 lapisan/layer:

o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,2meter

Gambar 3.2

Hasil Studi Geologi PT. ISCO Polman Resources Keterdapatan Zona 1 dan Zona 2

(30)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 30

Zona pertama terletak di wilayah Reamambu dengan luas penyebaran mencapai ± 114,91Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4meter. Dengan demikian jumlah cadangan pada zona ini mencapai ± 3.447.205ton. Pada zona kedua terletak pada wilayah Talise (yang kemudian dikenal sebagai zona 2) bagian tengah yang prospek dengan luas penyebaran mencapai 115,02Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4,9meter. Dengan demikian jumlah cadangan pada zona ini adalah sebesar ± 1.552.795,03ton (berat jenis Bijih Besi – 4,5-5,3).

Hasil pemboran diperoleh data bentuk endapan di bawah permukaan. Pemboran ini sampai dengan kedalaman 130m. Lubang bor yang menunjukkan tubuh Bijih Besi seperti dalam tabel berikut.

Untuk keperluan perhitungan cadangan, maka di buat penampang dari titik bor tersebut, seperti terlihat di bawah ini.

Dari perhitungan cadangan dengan menggunakan metode penampang, maka didapat jumlah cadangan sebesar 2.916.160,52ton dengan berat jenis 4,5-5,3.

3.6.2 Cadangan Bijih Besi Tertambang (Mineable Reserves)

Perhitungan cadangan tertambang menggunakan sistem penampang dengan jarak antar penampang 50 dan elevasi ke arah dow dip yang dihitung sampai -30m. Berdasarkan kajian lapangan di daerah prospek diketemukan beberapa endapan Bijih Besi yang tidak dapat dieksploitasi karena faktor lingkungan, keamanan, dan ada pula yang disebabkan oleh karena faktor kurang ekonomis. Oleh karena itu, jumlah perhitungan cadangan Bijih Besi terukur perlu direvisi. Adapun cadangan Bijih Besi yang tidak termasuk dalam rencana penambangan berjumlah 357.819,09ton sehingga cadangan Bijih Besi yang telah terkoreksi sebanyak 2.558.341,40ton. Cadangan Bijih Besi ini akan dijadikan acuan utama untuk keperluan sebagai proses pengkajian teknis dan non-teknis.

(31)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 31

3.7 Rencana Penambangan

Berbagai kajian dan aspek teknis geologi memberikan gambaran tentang kondisi Bijih Besi yang akan ditambang. Direncanakan areal yang akan dibuka adalah seluas 229,93Ha dengan jumlah block sebanyak 8 block dengan pembagian tiap block menjadi jenjang-jenjang. Ketinggian tiap panjang 10 meter dan lebar 10meter. Kemiringan sudut lereng overall 39.5°, permukaan atap (top) dan permukaan bawah (floor) dianggap horizontal, sehingga bentuknya seperti prisma terpancung (terbalik). Luas permukaan atas dan luas permukaan bawah dari masing-masing block adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Luas Bukaan Tambang

No. Tahun Block Luas Bukaan (Ha)

1. 2011 1 1,862 2. 2012 2 2,042 3. 2013 3 2,185 4. 2014 4 2,400 5. 2015 5 2,724 Total 11,213

Dari keterangan tersebut di atas, maka wilayah yang akan mengalami perubahan secara ekologis adalah seluas 11,213Ha. Cadangan Bijih Besi yang akan dieksploitasi sebanyak ± 5.000.000ton dengan tanah penutup (overburden) sejumlah 7.239.130,42BCM. Rencana produksi tahun pertama yaitu akhir tahun 2011.

3.8 Kualitas Bijih Besi

Kajian kualitas Bijih Besi didasarkan pada hasil-hasil analisis laboratorium terhadap beberapa parameter kualitas Bijih Besi. Parameter kualitas yang dianalisis adalah analisis Fe total, Fe2O3, Al2O3, SiO2, TiO2, V2O5, MgO, CaO,

(32)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 32

3.9 Kajian Hidrogeologi

Kajian hidrogeologi bertujuan mengindentifikasikan lapisan aquifer atau lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan penambangan. Analisis tentang kondisi hidrogeologi daerah tambang didasarkan pada data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi.

Diasumsikan lapisan-lapisan batuan adalah berjajar dengan kemiringan rata-rata 15° ke arah selatan. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa diantara batuan-batuan tersebut hanya batu pasir memiliki porositas 13-14%, Diperkirakan batu pasir di wilayah ini bertindak sebagai aquifer, akan tetapi ia memiliki kuat tekan antara 6-27MPa. Karena pit-pit di gali ke arah jurus lapisan, maka lereng pit yang memiliki lapisan batu pasir akan selalu basah karena rembesan air.

Lapisan-lapisan ini kemiringannya ke arah barat sehingga dampak rembesan air sangat berpeluang di bagian dinding pit sebelah timur. Untuk menangani rembesan air tanah tersebut disarankan untuk membuat penyaluran pada lereng-lereng galian.

3.10 Curah Hujan

Untuk memahami karakteristik curah hujan di daerah kajian akan digunakan data hasil pengukuran hujan dari berbagai stasiun hujan yang terletak di sekitar daerah kajian.

Berdasarkan dari data tersebut dapat disimpulkan karakteristik curah hujan sebagai berikut:

 Curah hujan tahunan antara 12mm sampai 579mm dengan hari hujan berkisar antara 4 hari sampai 17 hari.

 Curah hujan tahunan rata-rata adalah 168,5mm. Bulan Januari - Maret dan Nopember - Desember merupakan bulan-bulan basah dengan curah hujan di atas 200mm.

Karakteristik hujan di atas akan digunakan sebagai masukan dalam perencanaan tambang terbuka.

(33)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 33

3.11 Intensitas Hujan

Sarana penyaliran tambang pada dasarnya berfungsi mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh hujan jangka pendek, atau oleh suatu kejadian hujan yang akan mempengaruhi kegiatan penambangan.

Oleh karena itu sarana penyaliran tambang dirancang untuk dapat mengatasi kondisi ekstrim yang mungkin terjadi selama umur sarana tersebut. Curah hujan jangka pendek dinyatakan sebagai intensitas hujan. Di wilayah penyelidikan, seperti umumnya daerah tropis, jenis hujan yang terjadi pada umumnya adalah hujan konvektif yang mempunyai ciri intensitas tinggi dan durasi hujan pendek. Penentuan intensitas hujan ekstrim yang dapat digunakan sebagai intensitas hujan rencana (design rainfall intensity) untuk sarana penyaliran tambang, diperlukan data hasil pengukuran dengan alat pengukur otomatis. Jika hal ini tidak tersedia, maka penentuan intensitas hujan rencana diperkirakan dari data curah hujan harian.

Berdasarkan data intensitas hujan untuk bulan Januari mencapai 379mm dan untuk bulan Desember mencapai 261mm dengan pertimbangan bahwa kedua bulan tersebut dapat mewakili bulan-bulan basah, maka untuk keperluan perancangan digunakan intensitas hujan, rencana sebesar 60mm/jam dengan durasi hujan 30-60menit.

3.12 Penyaliran Tambang

Tambang Bijih Besi akan membentuk cekungan (pit), maka operasi penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat berupa air tanah, air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan tergenang air, maka alat-alat akan sulit beroperasi dengan baik, demikian pula kemantapan lereng juga akan terganggu bila lereng selalu dalam keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem penyaliran yang baik.

Berdasarkan kajian hidrogeologi diketahui bahwa air tanah tidak akan mempengaruhi daerah penambangan. Air hujan dan air dari aliran sungai

(34)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 34

akan ditangani dengan cara mengalihkan aliran yang mungkin masuk ke tambang ke lokasi lain yang lebih rendah.

Masalah air hujan ditangani dua cara yaitu:

a. Air hujan yang jatuh di luar pit di usahakan semaksimal mungkin tidak mengalir ke dalam pit dengan membuat paritan atau saluran sekeliling

pit atau di lereng pit untuk mengalirkan air ke daerah yang lebih rendah.

b. Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistem penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan membuat sumuran (sump) di elevasi terendah daerah penambangan (lantai tambang), kemudian air dalam sumuran dialirkan ke luar pit. Tempat penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan di dekat jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah genangan air di daerah jenjang. Paritan dan sumuran bersifat sementara yang berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan penambangan. Agar daerah penggalian tidak tergenang air maka elevasi sumuran dibuat lebih rendah dari elevasi daerah penggalian sehingga semua air akan mengalir ke dalam sumuran. Selain itu agar kemantapan lereng tidak terganggu, maka lantai jenjang di buat miring dan pada sisi jenjang di buat paritan. Paritan ini akan mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Semua air dari aktifitas penambangan akan dialirkan ke dalam kolam pengendap sebelum dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang.

Perhitungan debit air yang masuk daerah tambang dilakukan dengan metode rasional dengan menggunakan rumus:

Q = 0,278 x C x I x A Keterangan :

Q = Debit limpasan (m3/det)

C = Koefisien limpasan (untuk daerah tambang = 0,9) I = Intensitas hujan (mm/jam, 60mm/jam)

(35)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 35

Dengan perhitungan tersebut, maka kebutuhan penyaliran dan volume penggalian yang perlu dilakukan setiap tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Tahun 1 Block I) Iterasi Kecepatan Aliran pada Saluran (V~m/dt) 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 T 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 I 25,431 25,431 25,431 25,431 25,431 Qr= 0,0034 I 0,0244 0,0244 0,0244 0,0244 0,0244 y = (0,56137. V)3/2 0,0376 0,0691 0,1064 0,1487 0,1955 QS= V. y2 3 0,0005 0,0025 0,0078 0,0192 0,0397

Rechecking : Qr = Qs No! No ! No! No! = 0k!

Tabel 3.3

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Tahun 2 Block 2) Iterasi Kecepatan Aliran pada Saluran (V~m/dt) 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 T 1,1500 I 25,4313 25,4313 25,4313 25,4313 25,4313 Qr= 0,0034 I 0,0396 0,0396 0,0396 0,0396 0,0396 y = (0,56137. V)3/2 0,1487 0,1955 0,2463 0,3010 0,3591 QS= V. y2 3 0,0192 0,0397 0,0736 0,1255 0,2010

Rechecking : Qr = Qs No! No ! No! No! = 0k!

Tabel 3.4

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Pit 5 Block I) Iterasi kecepatan aliran pada saluran (V~m/dt) 0,50 0,60 0,70 0,80 1,1952 T 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 I 25,431 25,431 25,431 25,431 25,431 Qr= 0,0034 I 0,0488 0,0488 0,0488 0,0488 0,0488 y = (0,56137. V)3/2 0,1487 0,1955 0,2463 0,3010 0,3591 QS= V. y2 3 0,0192 0,0397 0,0736 0,1255 0,2010 Rechecking : Qr = Qs No! No ! No ! No ! No !

(36)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 36

3.13 Geoteknik Tambang

Penyelidikan geoteknik untuk mendukung kegiatan operasional penambangan Bijih Besi dengan sistem penambangan terbuka (open pit) bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng galian yang dapat meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding galian. Data yang diperlukan untuk penyelidikan ini adalah sebagai berikut:

A. Data Lapangan

1) Susunan batuan

Susunan batuan pembentuk Iereng yang didapat dari data hasil pemboran inti.

2) Struktur lapisan batuan

Struktur lapisan batuan agak kompak akibat pengaruh tektonik namun ada beberapa memiliki rekahan-rekahan dan kekar yang disebabkan oleh patahan dan sesar.

B. Hasil Pengamatan Bor dan Sampel Untuk Uji Laboratorium

1) Pemboran

Jumlah pemboran geoteknik untuk saat ini sebanyak 3 titik. 2) Jumlah sampel untuk uji laboratorium

Pengujian kondisi fisik, mekanik dan analisis batuan dilakukan dengan mengacu kepada standar baku yang diakui secara umum. Jumlah sampel yang dianalisis di laboratorium sebanyak 3 sampel yang terdiri dari tanah dan Granit.

C. Hasil Uji Coba dan Analisis Laboratorium

1) Hasil Uji Sifat Fisik

Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium, meliputi uji sifat dasar dan sifat keteknikan. Sifat dasar atau indeks digunakan untuk menentukan klasifikasi dan perilaku tanah atau batuan. Adapun rincian jenis pengujian tersebut, adalah sebagai berikut:

Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara lain: kadar air (water content), berat isi asli (bulk density), berat isi kering

(37)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 37

(dry density), berat isi jenuh (saturated density), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan (saturated).

Pengujian sifat indeks/perilaku (index properties), diperlukan untuk menentukan batas-batas Atterberg (consistensy) dan distribusi butir (grain size).

2) Hasil Uji Sifat Mekanik

Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui ketahanan tanah atau batuan di bawah tekanan statik atau dinamik. Untuk tekanan searah atau 1 (satu) dimensi digunakan uji kuat tekan atau Unconfined Compressive Strength. Untuk dua dimensi adalah uji geser langsung dan tegangan tiga dimensi adalah uji triaxial. Untuk uji geser langsung akan menghasilkan nilai c (kohesi) dan  (sudut geser dalam).

3) Hasil Uji Analisis Kekuatan Batuan

Kekuatan batuan (rock strenght) mencerminkan kekerasan batuan tersebut menerima tekanan atau beban. Nilai kekuatan batuan diperoleh dari hasil uji kuat tekan (unconfined compression strenght), dinyatakan dalam satuan kg/cm2.

(38)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 38

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Laboratorium Terhadap Contoh Batuan Data Parameter Hasil Uji Sifat-Sifat Fisik

Parameter Nilai

DH-2

Kadar Air, w (%) 37,21

Berat Jenis (gram/cm2) 2,52

Berat Isi Basah. y (gram/cm5) 1,42

Berat Isi Kering, yet (gram/cm3) 1,04

Angka Pori (-) 1,17 Porositas, n (%) 53,98 Derajat Kejenuhan, S (%) 0,99 Batas Cair, (WL) (%) 58,00 Batas Plastis. (WP) (%) 52,54 Indeks Plastis (lp) (%) 5,46 DH-5 Kadar Air, w(%) 32,74

Berat Jenis (gram/cm2) 3,22

Berat Isi Basah, y (ton/m3) 1,33

Berat Isi Kering, yd (ton/m3) 1,00

Angka pori (-) 0,97 Porasitas, n {%) 49,35 Derajat Kejenuhan, S (%) 0,88 Batas Cair, (WL) (% 55,50 Batas Plastis, (WP) (%) 47,43 Indeks Plastis (lp) (%) 8,07 3.14 Geometri Tambang

Seperti yang telah diketahui, kajian geoteknik diperlukan untuk menentukan desain tambang yang mencakup tinggi dan sudut lereng yang dianggap. Secara umum geometri lereng dinding bukaan tambang Bijih Besi di bagi dalam dua kategori, yakni lereng keseluruhan atau total (overall slope) dan lereng jenjang atau individu (bench / individual slope). Selain menghitung dimensi kedua jenis lereng, dalam laporan ini juga disertakan perhitungan terhadap lereng timbunan (dumping area).

Analisis dan perhitungan kemantapan lereng dilakukan pada setiap lokasi titik pemboran yang mewakili daerah sekitarnya dan dibatasi sampai kedalaman maksimun dari setiap lubang bor.

(39)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 39

3.14.1 Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng

Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang tambang yang aman diperlukan analisis perhitungan kemantapan lereng (slope stability) secara empirik. Dengan kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil sehingga tidak berbahaya untuk keselamatan dan kehidupan.

Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng adalah menentukan nilai Faktor Keamanan (safety factor). Faktor Keamanan (FK) adalah nilai empirik yang diperoleh dari gaya penahan dibagi oleh gaya pendorong, yang dinyatakan sebagai persamaan :

FK =

Selanjutnya, nilai FK (Bowles, 1981) dinyatakan sebagai berikut :

 FK < 1,0 : Lereng longsor

 FK 1, 0 - 1.2 : Lereng kondisi kritis

 FK > 1,2 : Lereng dianggap aman (stabil)

3.14.2 Kondisi Lereng

Gaya Pendorong maupun gaya penahan yang bekerja pada sebuah lereng, setidaknya dipengaruhi 2 (dua) faktor utama yang saling berkaitan yaitu faktor dalam dan faktor luar.

Faktor dalam (internal) adalah gaya-gaya yang bekerja pada lereng tersebut, yaitu gaya pendorong dan gaya penahan. Besaran atau nilai dari gaya - gaya tersebut di atas dalam aspek keteknikan dinyatakan sebagai nilai sifat fisik dan mekaniknya, seperti berat isi (density), sudut geser dalam (internal friction

angle) dan kohesi dari setiap lapisan sub-struktur yang menyusun lereng

tersebut.

Faktor luar (eksternal) adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, seperti : dimensi tambang (sudut dan tinggi lereng), kondisi geologi (struktur, kemiringan lapisan, kegempaan), kondisi hidrologi (pengaruh tekanan air atau

(40)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 40

hydrostatic pressure dan banjir), dan getaran yang disebabkan aktivitas atau

kegiatan penambangan seperti penggunaan alat-alat berat atau getaran akibat peledakan (blasting).

Kedua faktor di atas, dapat diperoleh dari hasil penyelidikan di lapangan maupun uji di laboratorium penyelidikan lapangan berupa pemboran inti, merupakan aspek yang sangat penting untuk mengidentifikasi keadaan/ karakteristik sub-struktur bawah permukaan, dari hasil pemboran inti (coring) contoh tanah dan batuan tak terganggu diambil untuk uji laboratorium.

3.14.3 Parameter Untuk Analisis Kemantapan Lereng

Adapun parameter yang diperlukan untuk menghitung analisis kemantapan lereng adalah:

a. Sifat fisik, khususnya berat isi (bulk and dry density), dinyatakan dengan: y dan ysat

b. Sifat mekanik, yaitu kohesi dan sudut geser dalam, dinyatakan dengan dan c

c. Tekanan pori atau tekanan hidrostat

d. Percepatan atau akselarasi (getaran, gempa, peledakan atau pergerakan alat-alat berat)

Nilai parameter yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium dari hasil pemboran (kohesi dan sudut geser dalam masing-masing total dan efektif). Selain parameter di atas, diperlukan juga data pendukung seperti:

a. Data makro dan mikro struktur (termasuk bidang diskontinu)

b. Sifat indeks (perilaku) yang dinyatakan dalam nilai konsistensi dan distribusi butir (khusus untuk tanah dan batuan sedimen klastik)

c. Nilai kekerasan atau kuat tekan

3.15 Longsoran

Longsoran merupakan sebuah fenomena alam yang umum terjadi, akibat perubahan keseimbangan terhadap kemantapan lereng. Ditinjau dari aspek

(41)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 41

keteknikan, longsoran terjadi disebabkan oleh gaya dorong lebih besar dari gaya penahan sehingga nilai F < 1 (terjadi longsor).

Longsoran dianggap berbahaya bila telah memakan korban jiwa dan merusak harta maupun benda. Dikaitkan dengan bukaan tambang, longsoran termasuk berbahaya karena adanya aktivitas di tempat tersebut. Akibat longsoran, selain membahayakan juga menghambat aktivitas kegiatan penambangan, dan selanjutnya akan menghambat produksi tambang. Secara umum terdapat 4 (empat) jenis longsoran yang terjadi pada area tambang terbuka, yaitu:

- Longsoran blok atau bidang (Plane Failure) - Longsoran baji atau gunting (Wedge Failure)

- Longsoran memutar atau tak memutar (Circuit Circular Failure) - Longsoran guling atau rebah (Toppling Failure)

Perbedaan jenis longsoran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jenis batuan, struktur (makro) dan kondisi geologi daerah yang akan ditambang. Longsoran memutar (rotasi) dan tak memutar, bidang (translasi), longsoran baji umumnya terjadi pada batuan sedimen, sedangkan longsoran rebah (jungkiran), umumnya terjadi pada batuan beku atau batuan-batuan sedimen yang lapisannya relatif tegak.

Longsoran bidang dan baji timbul karena struktur kekar yang terpola (joint

pattern), arah dan kemiringan lapisan sejajar dan terpotong oleh bidang

lereng (cut slope). Longsoran memutar dan tak memutar sangat umum terjadi dibandingkan jenis longsoran lainnya. Longsoran ini timbul karena struktur yang tak beraturan (chaotic), dan lapisan batuan sedimen relatif belum terkonsolidasi baik.

Untuk menghitung analisis kemantapan lereng yang ditujukan untuk tipe longsoran memutar digunakan rumus persamaan (Bishop, 1955), sebagai berikut:

(42)

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 42

     sin , / ) , 1 ( , cos 1 } , tan ) ( , , {( W FK ta b W b c f        Dimana : FK = Faktor Keamanan c = Kohesi

b = Lebar Irisan longsoran

W = Berat Massa (luas + berat asli/jenuh)

, = Sudut Gelincir Bidang Longsor

1 = Sudut Geser Dalam

P = Tekanan Hidrostatis (berat isi air x tinggi)

Mengingat data curah hujan cukup tinggi dan didukung hasil pengamatan mikrostruktur di lapangan, maka perhitungan analisis kemantapan lereng total diintensikan pada jenis longsoran memutar. Walaupun demikian untuk perhitungannya, masih diperlukan beberapa asumsi tambahan, yakni:

a. Perhitungan untuk lereng total menggunakan nilai FK > 1,3 dengan ketinggian mat (muka air tanah), sesuai dengan hasil pengukuran. Untuk teras jenjang menggunakan nilai FK > 1,5 dengan kondisi dianggap jenuh dan batuan dianggap homogen.

b. Dimensi longsoran ditentukan melalui daerah paling lemah (lapisan batu-lempung) atau melalui bidang rekah yang terdeteksi.

c. Perhitungan longsoran memutar diasumsikan, bagian mahkota longsoran terletak pada puncak datar, yakni beberapa meter dari ujung.

3.15.1 Perhitungan Secara Grafis Hoek & Bray

Analisis kemantapan lereng secara grafis dengan menggunakan metode Hoek dan Bray dapat dilakukan lebih cepat karena menggunakan diagram (chart). Adapun cara dan langkah perhitungan dalam menggunakan diagram yang dibuat oleh Hoek and Bray, dengan langkah sebagai berikut:

1. Tentukan kondisi air tanah untuk memperoleh ketinggian seperti pada gambar 3.4 yang dimaksud.

Gambar

Gambar 3.1   Peta Geologi Regional  3.4  Struktur Geologi
Gambar 4.1  Desain Pit
Gambar 7.2   Struktur Organisasi K-3

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Peta Cekungan Air Tanah Kepulauan Maluku Skala 1 : 250.000 Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral Direktorat

2) Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. 4. Urusan Energi dan Sumber

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Departemen

Sumber daya mineral dan energi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat.. diperbaharui (unrenewable

Kondisi dasar pantai Kabupaten Banyuwangi yang diukur oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, diperoleh

• Selain pembangunan PLTS Rooftop juga diadakan pelatihan Pemerintah Jawa Tengah melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Sumber Daya

Makalah disampaikan pada Seminar nasional rehabilitasi lahan tambang Departemen energi dan sumber daya mineral.. Status penelitian dan pemanfaatan cendawan Mikoriza arbuskula dan

M 1 2 3 4 Produk Riset Nasional Produk Inovasi Nasional 7 5 6 Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Perguruan Tinggi, Badan Usaha 2.3 Manajemen Energi, Teknologi