SUMBER
DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NOMOR 16 JAKARTA 10110 KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELEPON (021) 3519070 (LACAK) FAXIMILE (021) 3520346
LAMAN: www.kkp.go.id/djpsdkp SURAT ELEKTRONIK ditjenpsdkp@kkp.go.id
@kkp.go.id
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020VVVVVVVVV
TENTANG PENYIAPAN PRASARANA
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan perencanaan,
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan, serta monitoring dan evaluasi prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang efektif dan efisien, perlu penyiapan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan tentang Penyiapan Prasarana Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
-2-
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 14 Tahun 2020 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia; 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33
/PERMEN-KP/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1474);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 49/PERMEN-KP/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1521); 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
47/PERMEN-KP/2020 tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1083);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu
Pengertian Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
1. Prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang selanjutnya disebut Prasarana Pengawasan adalah fasilitas yang digunakan untuk mendukung pengawasan yang terdiri dari lahan, pos pengawas, bangunan operator, bangunan penampungan sementara, gudang, tempat penyimpanan benda sitaan negara, gedung serbaguna, dan dermaga.
2. Pos Pengawas adalah tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan administrasi perkantoran, pelayanan, dan dijalankan secara rutin untuk menunjang operasional pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
3. Bangunan Operator adalah adalah tempat tinggal untuk pegawai UPT PSDKP dan/atau Awak Kapal Pengawas.
4. Bangunan penampungan sementara adalah ruang yang berfungsi sebagai hunian sementara untuk mengamankan para pelaku pelanggaran perikanan dan kelautan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan dan penyidikan.
5. Gudang adalah bangunan tertutup untuk menyimpan barang-barang yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan selain benda sitaan negara.
6. Tempat penyimpanan benda sitaan negara adalah ruang terbuka dan/atau tertutup yang digunakan untuk menyimpan benda sitaan pada tahap penyidikan.
7. Gedung Serba Guna adalah tempat yang digunakan untuk melakukan pertemuan, rapat atau hal lain yang berskala besar dan berkaitan dengan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
8. Dermaga adalah tempat yang digunakan untuk menambatkan kapal pengawas perikanan, dan kapal ikan illegal hasil tangkapan.
9. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat UPT PSDKP adalah unit kerja yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ddirektur Jjenderal yang
-4-
menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
Bagian Kedua Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyiapan Prasarana Pengawasan.
(2) Peraturan ini bertujuan agar terwujudnya prasarana pengawasan sesuai dengan perencanaan, pembangunan, dan pemanfaataannya.
Bagian Ketiga Ruang Lingkup
Pasal 3
Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku untuk penyiapan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan lingkup Direktorat Jenderal PSDKP.
BAB II
PERSYARATAN PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN Pasal 4
Penyiapan prasarana pengawasan dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. kebutuhan untuk mendukung operasional pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan;
b. persyaratan keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan; c. efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya; d. serasi dan selaras dengan lingkungan; dan
e. akuntabel.
Pasal 5
Persyaratan penyiapan Prasarana Pengawasan meliputi: a. administratif; dan
b. teknis.
Pasal 6
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi:
a. sertifikat hak atas tanah dan/atau bangunan;
b. bukti izin pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunan dari pemegang hak atau pengelola barang negara atau daerah atas tanah kepada Kementerian atau lembaga dan Organisasi Perangkat Daerah yang bersangkutan; dan
c. Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB).
(2) Bukti izin pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b berupa dokumen pinjam pakai yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis.
(3) Selain IMB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, persyaratan administrasi lainnya dapat dilengkapi dengan:
a. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan penyesuaian; dan/atau
b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Pasal 7
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b harus memenuhi ketentuan spesifikasi komponen bangunan gedung dengan mempertimbangkan persyaratan arsitektur bangunan, struktur bangunan, dan utilitas bangunan.
(2) Ketentuan spesifikasi komponen bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB III
STANDAR IDEAL PRASARANA PENGAWASAN Pasal 8
(1) Standar ideal penyiapan Prasarana Pengawasan terdiri dari: a. Standar ideal tingkat Pangkalan PSDKP;
b. Standar ideal tingkat Stasiun PSDKP; dan c. Standar ideal tingkat Satuan Pengawas.
(2) Standar ideal penyiapan Prasarana Pengawasan tingkat Pangkalan PSDKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
-6-
(3) Standar ideal penyiapan Prasarana Pengawasan tingkat Stasiun PSDKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(4) Standar ideal penyiapan Prasarana Pengawasan tingkat Satuan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(5) Dalam hal rentang kendali wilayah kerja UPT PSDKP yang sangat luas sehingga membutuhkan prasarana pengawasan sebagai dukungan operasional pengawasan, dapat dibangun prasarana pengawasan untuk wilayah kerja selain prasarana pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan standar ideal yang tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB IV
TAHAPAN PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN Pasal 9
(1) Tahapan penyiapan prasarana pengawasan terdiri dari: a. perencanaan program dan anggaran;
b. perencanaan teknis;
c. pelaksanaan konstruksi; dan d. pengawasan konstruksi.
(2) Tahapan penyiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
terhadap pembangunan baru, perluasan bangunan, lanjutan
pembangunan bangunan yang belum selesai, atau perawatan yang meliputi rehabilitasi, renovasi, restorasi.
Bagian kesatu
Perencanaan Program dan Anggaran Pasal 10
(1) Perencanaan program dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a disusun oleh UPT PSDKP yang memerlukan Prasarana Pengawasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional.
(2) Perencanaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. kebutuhan Prasarana Pengawasan;
b. kebutuhan luas ruang bangunan; dan
c. jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana.
(3) Perencanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari anggaran:
a. pelaksanaan konstruksi fisik; b. perencanaan teknis;
c. pengawasan konstruksi; dan d. pengelolaan kegiatan.
Pasal 11
(1) kebutuhan Prasarana Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a terdiri dari:
a. Prasarana Pengawasan utama; dan b. Prasarana Pengawasan pendukung
(2) kebutuhan Prasarana Pengawasan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain:
a. lahan;
b. bangunan fungsional; c. bangunan operator;
d. bangunan penampungan sementara; e. gudang;
f. tempat penyimpanan benda sitaan negara; g. gedung serba guna; dan
h. dermaga.
(3) kebutuhan Prasarana Pengawasan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain:
a. gedung ibadah; b. garasi speedboat; c. rumah genset;
d. penampungan air bersih; e. jalan lingkungan; f. pos jaga; g. lapangan upacara; h. lapangan olahraga; i. tempat parkir; j. pagar lingkungan; k. taman; dan l. drainase.
-8- Pasal 12
(1) Kebutuhan luas ruang bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b sesuai standar ideal Prasarana Pengawasan.
(2) Luas ruang bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyesuaikan dengan kondisi tertentu yang terdiri dari:
a. ketersediaan lahan;
b. status kepemilikan lahan; dan c. ketersediaan anggaran.
Pasal 13
Jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan Prasarana Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c terdiri dari:
a. jadwal penyiapan; b. jadwal perencanaan;
c. jadwal pembangunan; dan d. jadwal pengawasan.
Pasal 14
Penyusunan kebutuhan anggaran sebagaimana dalam Pasal 10 ayat (3) harus dilengkapi dengan data dukung perhitungan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 15
(1) Perencanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dimulai dengan penyusunan anggaran pelaksanaan konstruksi fisik.
(2) Anggaran perencanaan teknis, pengawasan konstruksi, dan pengelolaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b, huruf c, dan huruf d dihitung berdasarkan prosentase terhadap anggaran pelaksanaan konstruksi fisik.
(3) Pengelolaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf d antara lain:
a. pelaksanaan rapat;
b. pembayaran honorarium; c. perjalanan dinas;
d. proses pengadaan barang dan jasa;
e. bahan dan alat kerja atau alat tulis kantor; f. penyusunan laporan;
g. dokumentasi; dan
(4) Presentase anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang bangunan gedung negara.
Bagian kedua Perencanaan Teknis
Pasal 16
Kegiatan perencanaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang bangunan gedung negara.
Bagian ketiga Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 17
(1) Pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c dilakukan oleh penyedia jasa yang dipilih dalam pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan perundang undangan.
(2) Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas antara lain:
a. melaksanakan persiapan pekerjaan sesuai dengan kontrak; b. menyusun gambar pelaksanaan atau shop drawings;
c. melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan kontrak;
d. memberikan laporan pekerjaan;
e. membuat gambar sesuai pelaksanaan di lapangan atau as built
drawings;
f. melaksanakan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi di masa pemeliharaan konstruksi.
(3) Pelaksanaan persiapan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui pertemuan kesiapan penyedia jasa dengan membahas antara lain:
a. struktur organisasi proyek; b. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
c. jadwal pengadaan bahan dan material; d. jadwal mobilisasi peralatan dan personil;
e. penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan; dan
-10-
f. pendekatan afirmasi masyarakat dan pemerintah daerah setempat. (4) Pembuatan as built drawings sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf e
diserahkan sebelum Provisional Hand Over yang disetujui oleh konsultan
pengawas konstruksi dan diketahui oleh konsultan perencana konstruksi. Bagian keempat
Pengawasan Konstruksi Pasal 18
(1) Pengawasan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d terdiri dari:
a. pemeriksaan dokumen;
b. pengawasan pelaksanaan kerja; dan c. pelaporan pengawasan.
(2) Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan mempelajari dokumen kontrak penyedia jasa konstruksi sebagai dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
(3) Pengawasan pelaksanaan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pengawasan terhadap:
a. kualitas dan kuantitas bahan dan material; b. penggunaan peralatan kerja;
c. metode pelaksanaan;
d. ketepatan waktu dalam pencapaian volume atau realisasi fisik; e. pembiayaan; dan
f. kesesuaian antara shop drawings dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
(4) Pelaporan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. laporan harian; b. laporan mingguan; c. laporan bulanan; dan d. laporan akhir.
BAB V
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
PRASARANA PENGAWASAN BERUPA BANGUNAN Pasal 19
Untuk mewujudkan prasarana pengawasan berupa bangunan yang laik fungsi, UPT PSDKP wajib melakukan:
a. pemeliharaan; dan b. perawatan.
Pasal 20
(1) Pembagian lingkup pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a yaitu:
a. arsitektural; b. struktural; c. mekanikal; d. elektrikal;
e. tata ruang luar; dan f. tata graha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran 6.
Pasal 21
Biaya pemeliharaan prasarana pengawasan dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang bangunan gedung negara.
Pasal 22
(1) Pembagian lingkup perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b yaitu:
a. rehabilitasi; b. renovasi; dan c. restorasi.
(2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara memperbaiki prasarana pengawasan yang telah rusak sebagian, dengan mempertahankan fungsi, arsitektur, dan struktur bangunan seperti semula, sedangkan utilitas dapat berubah.
(3) Renovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara memperbaiki prasarana pengawasan yang telah rusak sebagian, dimana fungsi, arsitektur, struktur bangunan, dan utilitas dapat berubah. (4) Restorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara memperbaiki prasarana pengawasan yang telah rusak sebagian, dengan mempertahankan arsitektur, sedangkan fungsi, struktur bangunan, dan utilitas dapat berubah.
-12- Pasal 23
(1) Kategori kerusakan bangunan prasarana pengawasan terdiri dari: a. kerusakan ringan;
b. kerusakan sedang; dan c. kerusakan berat.
(2) Kategori kerusakan ringan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a ditentukan apabila terjadi kerusakan pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit- langit, penutup lantai dan dinding pengisi. (3) Kategori kerusakan sedang sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
ditentukan apabila terjadi kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan/atau komponen struktural seperti struktur atap dan lantai.
(4) Kategori kerusakan berat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c ditentukan apabila terjadi kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural.
(5) Kategori kerusakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh instansi teknis yang bertanggung jawab terhadap pembinaan bangunan gedung.
Pasal 24
Biaya perawatan prasarana pengawasan berupa bangunan sesuai dengan kategori kerusakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang bangunan gedung negara.
BAB VI
EVALUASI PRASARANA PENGAWASAN BERUPA BANGUNAN Pasal 25
(1) Evaluasi prasarana pengawasan berupa bangunan dilaksanakan untuk menilai hasil pelaksanaan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi, sampai dengan penyelesaian pembangunan fisik dan pemeliharaannya.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja eselon II yang memiliki tugas dan fungsi di bidang infrastruktur pengawasan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan uraian kerja sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 26
(1) Pemerintah Daerah dapat melaksanakan penyiapan prasarana pengawasan yang menjadi kewenangannya dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal ini setelah sebelumnya melaksanakan konsultasi dengan unit kerja eselon II yang memiliki tugas dan fungsi di bidang infrastruktur pengawasan.
(2) Prasarana pengawasan yang telah dibangun sebelum ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal ini tidak diwajibkan untuk menyesuaikan dengan standar ideal sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB VIII PENUTUP
Pasal 27
Pada saat peraturan Direktur Jenderal ini berlaku, Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor 384/DJPSDKP/2013 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Infrastruktur Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Jakarta, 1 Desember 2020
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
ttd.
-14-
KETENTUAN SPESIFIKASI KOMPONEN BANGUNAN GEDUNG LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 1/PER-DJPSDKP/2020 TENTANG PENYIAPAN PRASARANA
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
-22-
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd.
STANDAR IDEAL PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN PANGKALAN PSDKP
No Penyiapan Prasarana Ukuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan >1 Ha
2 Dermaga 100 m' Dilengkapi dengan fasilitas listrik, air bersih, lampu penerangan dan tempat sampah.
3 Pos Pengawasan 800 m² Bangunan dapat dibangun 1 lantai atau 2 lantai menyesuaikan luas lahan. Ruangan
sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang Kepala yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, di depan ruang kepala terdapat ruang sekretaris dan ruang tunggu tamu, 2) Ruang Koordinator Keuangan, 3) Ruang Bendahara, 4) Ruang Koordinator Sarana dan Prasarana, 5) Ruang Koordinator Pengawasan, 6) Ruang Kerja Pejabat Fungsional, 7) Ruang Pelayanan yang dilengkapi dengan ruang petugas layanan, ruang tunggu, dan ruang laktasi, 8) Ruang Monitoring, 9) Ruang Pemeriksaan dan Penyidikan yang dilengkapi dengan ruang tunggu, ruang periksa, akses keluar masuk orang yang diperiksa, dimintakan keterangan terpisah dari pintu masuk pegawai, 10) Ruang Rapat, 11) Lobby dan Ruang Tamu, 12) Gudang, 13) Pantry, 14) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020
TENTANG PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN
-24- 4 Rumah Penampungan
Sementara
625 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang penampungan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 30 orang, 2) Ruang pengamanan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 10 orang yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, 3) Ruang isolasi, 4) Dapur, 5) Kamar mandi dan toilet, 6) Area terbuka.
5 Gudang > 100 m² Bangunan tertutup dengan ruang di dalamnya tanpa sekat
6 Tempat Penyimpanan Benda Sitaan Negara
> 100 m² Ruang terbuka dan/atau tertutup untuk menyimpan benda sitaan pada tahap penyidikan.
7 Gedung Serba Guna 300 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang utama, 2) Ruang
monitoring/kontrol, 3) Ruang penyimpanan, 4) Pantry, 5) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
8 Gedung Ibadah 75 m² Menyesuaikan luas lahan
9 Bangunan Operator ≥ 36 m² Bangunan dapat berupa rumah deret atau wisma, yang sekurang-kurangnya
ruangan terdiri dari; 1) Teras depan, 2) Ruang tamu, 3) Ruang tidur, 4) Ruang keluarga, 5) Dapur, 6) Kamar mandi dilengkapi toilet, dan 7) Ruang cuci dan jemur pakaian.
10 Garasi Kapal Pengawas Kelas VI (Speedboat, Searider, Rubber Boat)
100 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Kolam labuh yang dilengkapi dengan atap, 2) Ruang jaga yang dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi, 3) Ruang
penyimpanan barang.
11 Rumah Genset 16 m² Bangunan tertutup yang dilengkapi dengan ventilasi udara
12 Penampungan Air Bersih kapasitas + 500 m3
13 Jalan Lingkungan Lebar
minimal 2,5 meter
Jalan yang menghubungkan antar bangunan yang satu dengan bangunan yang lain di lingkungan Pangkalan. Dilengkapi dengan drainase, lampu penerangan dan penunjuk arah.
14 Pos Jaga 6 - 9 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang jaga dan 2) Toilet
15 Lapangan upacara Luas menyesuaikan lahan, dilengkapi dengan tiang bendera. Lapangan upacara
dapat menyatu dengan garasi kendaraan.
16 Garasi Kendaraan Garasi kendaraan terpisah atau menyatu dengan lapangan upacara.
17 Pagar lingkungan dibangun pada sekeliling lahan dan diutamakan menggunakan pagar dinding.
18 Taman (Landscape) menyesuaikan luas lahan
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN ttd.
-26-
STANDAR IDEAL PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN STASIUN PSDKP
No Penyiapan Prasarana Ukuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 2500 - 10.000 m²
2 Dermaga 100 m' Dilengkapi dengan fasilitas listrik, air bersih, lampu penerangan dan tempat
sampah.
3 Bangunan Fungsional 500 m² Bangunan dapat dibangun 1 lantai atau 2 lantai menyesuaikan luas lahan. Ruangan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang Kepala yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, di depan ruang kepala terdapat ruang sekretaris dan ruang tunggu tamu, 2) Ruang Koordinator Keuangan, 3) Ruang Bendahara, 4) Ruang Koordinator Sarana dan Prasarana, 5) Ruang Koordinator Pengawasan, 6) Ruang Kerja Pejabat Fungsional, 7) Ruang Pelayanan yang dilengkapi dengan ruang petugas layanan, ruang tunggu, dan ruang laktasi, 8) Ruang Monitoring, 9) Ruang Pemeriksaan dan Penyidikan yang dilengkapi dengan ruang tunggu, ruang periksa, akses keluar masuk orang yang diperiksa, dimintakan keterangan terpisah dari pintu masuk pegawai, 10) Ruang Rapat, 11) Lobby dan Ruang Tamu, 12) Gudang, 13) Pantry, 14) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 1/PER-DJPSDKP/2020 TENTANG PENYIAPAN PRASARANA
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
4 Rumah Penampungan
Sementara 625 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang penampungan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 30 orang, 2) Ruang pengamanan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 10 orang yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, 3) Ruang isolasi, 4) Dapur, 5) Kamar mandi dan toilet, 6) Area terbuka.
5 Gudang 100 m² Bangunan tertutup dengan ruang di dalamnya tanpa sekat
6 Tempat Penyimpanan
Benda Sitaan Negara 100 m²
Ruang terbuka dan/atau tertutup untuk menyimpan benda sitaan pada tahap penyidikan.
7 Gedung Serba Guna 200 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang utama, 2) Ruang
monitoring/kontrol, 3) Ruang penyimpanan, 4) Pantry, 5) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
8 Gedung Ibadah 75 m² Menyesuaikan luas lahan
9 Bangunan Operator ≥ 36 m² Bangunan dapat berupa rumah deret atau wisma, yang sekurang-kurangnya
ruangan terdiri dari; 1) Teras depan, 2) Ruang tamu, 3) Ruang tidur, 4) Ruang keluarga, 5) Dapur, 6) Kamar mandi dilengkapi toilet, dan 7) Ruang cuci dan jemur pakaian.
10 Garasi Kapal Pengawas Kelas VI (Speedboat,
Searider, Rubber Boat)
100 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Kolam labuh yang dilengkapi dengan atap, 2) Ruang jaga yang dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi, 3) Ruang penyimpanan barang.
11 Rumah Genset 16 m² Bangunan dilengkapi dengan ventilasi udara
12 Penampungan Air
-28- 13 Jalan Lingkungan Lebar minimal 2,5
meter Jalan yang menghubungkan antar bangunan yang satu dengan bangunan yang lain di lingkungan Pangkalan. Dilengkapi dengan drainase, lampu penerangan dan penunjuk arah.
14 Pos Jaga 6 - 9 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang jaga dan 2) Toilet
15 Lapangan upacara Luas menyesuaikan lahan, dilengkapi dengan tiang bendera. Lapangan upacara
dapat menyatu dengan garasi kendaraan.
16 Garasi Kendaraan Garasi kendaraan terpisah atau menyatu dengan lapangan upacara.
17 Pagar lingkungan dibangun pada sekeliling lahan dan diutamakan menggunakan pagar dinding.
18 Taman (Landscape) menyesuaikan luas lahan
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN ttd.
STANDAR IDEAL PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN SATUAN PENGAWAS
No Penyiapan Prasarana Ukuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 500 - 2500 m²
2 Dermaga 50 m Dibangun sesuai dengan kebutuhan di Satwas. Dilengkapi dengan fasilitas listrik,
air bersih, lampu penerangan dan tempat sampah.
3 Pos Pengawas 144-200 m² Bangunan dapat dibangun 1 lantai atau 2 lantai menyesuaikan luas lahan.
Ruangan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang Koordinator yang dilengkapi dengan toilet, 2) Ruang Kerja Pejabat Fungsional, 3) Ruang Pelayanan yang dilengkapi ruang petugas layanan, ruang tunggu, dan ruang laktasi, 4) Ruang Rapat, 5) Lobby dan Ruang Tunggu, 6) Gudang, 7) Ruang Ibadah, 8) Pantry, 9) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
4 Rumah Penampungan
Sementara
100-625 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang penampungan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 30 orang, 2) Ruang pengamanan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 10 orang yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, 3) Ruang isolasi, 4) Dapur, 5) Kamar mandi dan toilet, 6) Area terbuka.
5 Gudang 25-100 m² Bangunan tertutup dengan ruang di dalamnya tanpa sekat
6 Tempat Penyimpanan
Benda Sitaan Negara
25-100 m² Ruang terbuka dan/atau tertutup untuk menyimpan benda sitaan pada tahap penyidikan.
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020 TENTANG PENYIAPAN PRASARANA
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
-30-
7 Bangunan Operator ≥ 36 m² Bangunan dapat berupa rumah deret atau wisma, yang sekurang-kurangnya
ruangan terdiri dari; 1) Teras depan, 2) Ruang tamu, 3) Ruang tidur, 4) Ruang keluarga, 5) Dapur, 6) Kamar mandi dilengkapi toilet, dan 7) Ruang cuci dan jemur pakaian.
8 Garasi Kapal Pengawas Kelas VI (Speedboat, Searider, Rubber Boat)
100 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Kolam labuh yang dilengkapi dengan atap, 2) Ruang jaga yang dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi, 3) Ruang penyimpanan barang.
9 Jalan Lingkungan Lebar minimal 2,5
meter
Jalan yang menghubungkan antar bangunan yang satu dengan bangunan yang lain di lingkungan Pangkalan. Dilengkapi dengan drainase, lampu penerangan dan penunjuk arah.
10 Penampungan Air
Bersih
kapasitas + 500 m3
Lokasi penampungan dapat menyesuaikan lahan yang tersedia
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd.
STANDAR IDEAL PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN PADA WILAYAH KERJA UPT PSDKP
No Penyiapan Prasarana Ukuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 500 - 2500 m²
2 Dermaga 50 m Dibangun sesuai dengan kebutuhan di wilayah kerja. Dilengkapi dengan fasilitas
listrik, air bersih, lampu penerangan dan tempat sampah.
3 Pos Pengawas 144-200 m² Bangunan dapat dibangun 1 lantai atau 2 lantai menyesuaikan luas lahan.
Ruangan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang Koordinator yang dilengkapi dengan toilet, 2) Ruang Kerja Pejabat Fungsional, 3) Ruang Pelayanan yang dilengkapi ruang petugas layanan, ruang tunggu, dan ruang laktasi, 4) Ruang Rapat, 5) Lobby dan Ruang Tunggu, 6) Gudang, 7) Ruang Ibadah, 8) Pantry, 9) Toilet dengan ruang pria dan wanita terpisah.
4 Rumah Penampungan
Sementara
100-625 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Ruang penampungan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 30 orang, 2) Ruang pengamanan awak kapal dan non awak kapal kapasitas 10 orang yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, 3) Ruang isolasi, 4) Dapur, 5) Kamar mandi dan toilet, 6) Area terbuka.
5 Gudang 25-100 m² Bangunan tertutup dengan ruang di dalamnya tanpa sekat
6 Tempat Penyimpanan
Benda Sitaan Negara
25-100 m² Ruang terbuka dan/atau tertutup untuk menyimpan benda sitaan pada tahap penyidikan.
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020
TENTANG PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
-32-
7 Bangunan Operator ≥ 36 m² Bangunan dapat berupa rumah deret atau wisma, yang sekurang-kurangnya
ruangan terdiri dari; 1) Teras depan, 2) Ruang tamu, 3) Ruang tidur, 4) Ruang keluarga, 5) Dapur, 6) Kamar mandi dilengkapi toilet, dan 7) Ruang cuci dan jemur pakaian.
8 Garasi Kapal Pengawas Kelas VI (Speedboat, Searider, Rubber Boat)
100 m² Bangunan sekurang-kurangnya terdiri dari; 1) Kolam labuh yang dilengkapi dengan atap, 2) Ruang jaga yang dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi, 3) Ruang penyimpanan barang.
9 Jalan Lingkungan Lebar minimal 2,5
meter
Jalan yang menghubungkan antar bangunan yang satu dengan bangunan yang lain di lingkungan Pangkalan. Dilengkapi dengan drainase, lampu penerangan dan penunjuk arah.
10 Penampungan Air
Bersih
kapasitas +500 m3 lokasi penampungan dapat menyesuaikan lahan yang tersedia
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd.
TATA CARA PEMELIHARAAN 1. Arsitektural
a. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan;
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan sehingga tetap rapih dan bersih;
c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang serta perlengkapannya;
d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan berfungsi secara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja (tools); dan
e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi dibidangnya. 2. Struktural
a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di luar batas kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya;
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur;
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan preventif (preventive maintenance);
d. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan yang menyebabkan meningkatnya beban yang bekerja pada bangunan gedung, di luar batas beban yang direncanakan;
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya; dan f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan yang
direncanakan. 3. Mekanikal
a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara;
b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah; dan
DAN PERIKANAN
NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020 TENTANG
PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
-34-
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam gedung, baik berupa lift, eskalator, travelator, tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya.
4. Elektrikal
a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan;
b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangkal petir;
c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan;
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara dan komunikasi (telepon) serta data; dan
e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahaya dan alarm.
5. Tata Ruang Luar
a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah dan/atau halaman luar bangunan gedung;
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan di dalam bangunan gedung, seperti vegetasi (landscape), bidang perkerasan (hardscape), perlengkapan ruang luar (landscape furniture), saluran pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar, serta pos/gardu jaga;
c. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan lingkungannya; dan
d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
6. Tata Graha
Meliputi seluruh kegiatan housekeeping yang membahas hal-hal terkait dengan sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di antaranya mengenai
Cleaning Service, Landscape, Pest Control, General Cleaning mulai dari persiapan
pekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir.
a. Pemeliharaan Kebersihan (Cleaning Service). Program kerja pemeliharaan gedung meliputi program kerja harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan pengembangan infrastruktur yang meliputi kebersihan ‘Public Area’, ‘Office Area’ dan ‘Toilet Area’ serta kelengkapannya;
b. Pemeliharaan dan Perawatan Hygiene Service. Program kerja ‘Hygiene
Service meliputi program pemeliharaan dan perawatan untuk pengharum
ruangan dan anti septik yang memberikan kesan bersih, harum, sehat meliputi ruang kantor, ruang rapat maupun toilet yang disesuaikan dengan fungsi dan keadaan ruangan;
c. Pemeliharaan Pest Control. Program kerja pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ‘Pest Control’ bisa dilakukan setiap tiga bulan atau enam bulan dengan pola kerja bersifat umum, berdasarkan volume pengembangan infrastruktur secara keseluruhan dengan tujuan untuk menghilangkan
hama tikus, serangga dan dengan cara penggunaan pestisida, penyemprotan, pengasapan (fogging) atau fumigasi, baik ‘indoor’ maupun ‘outdoor’ untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna gedung;
d. Program General Cleaning. Program pemeliharaan kebersihan yang dilakukan secara umum untuk pengembangan infrastruktur dilakukan untuk tetap menjaga keindahan, kenyamanan maupun performance pengembangan infrastruktur yang dikerjakan pada hari hari tertentu atau pada hari libur yang bertujuan untuk mengangkat atau mengupas kotoran pada suatu objek tertentu, misalnya lantai, kaca bagian dalam, dinding, toilet dan perlengkapan kantor.
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ttd.
-36-
URAIAN KERJA EVALUASI PENILAIAN HASIL PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
No Prasarana Pengawasan Uraian Kerja
1 Pos Pengawas Evaluasi terhadap ruangan yang memenuhi
kebutuhan operasional sesuai dengan standar bangunan
2 Bangunan Operator Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapat memenuhi kenyamanan, ketenangan, keamanan untuk tempat tinggal
3 Bangunan Pemeriksaan dan Penyidikan
Evaluasi terhadap fungsi ruang yang
mengkondisikan untuk proses pemeriksaan dan penyidikan
4 Bangunan penampungan sementara
Evaluasi terhadap daya tampung dan fungsi ruang untuk menjamin keamanan agar tidak melarikan diri dan memenuhi persyaratan yang tidak
bertentangan dengan HAM
5 Gudang Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang
yang dapat menjamin keamanan kondisi barang yang disimpan, terutama barang bukti
6 Gedung Serba Guna Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapat digunakan untuk pertemuan
7 Dermaga Evaluasi terhadap kapasitas tampungan dermaga
dan kondisi fisik dermaga, terhadap segi manuver kapal pengawas yang berlabuh terhadap area
operasional, pendangkalan dan keamanan dermaga pengawas dari area umum
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd.
Tb. HAERU RAHAYU
LAMPIRAN VII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 10/PER-DJPSDKP/2020 TENTANG
PENYIAPAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN