• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Audit Lingkungan (Training Auditor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Audit Lingkungan (Training Auditor)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HOME

                     

(2)

Disclaimer

Laporan audit ini didasarkan atas bukti-bukti yang terverifikasi, pada waktu (tanggal, bulan, tahun) audit dilakukan.Jika di kemudian hari ada sanggahan, tidak berkaitan dengan isi laporan audit ini.

Halaman Pengesahan Laporan Audit Oleh Klien

(3)

Pernyataan Kerahasiaan

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa semua informasi yang ada dalam laporan audit lingkungan ini tidak boleh dibuka/diketahui oleh pihak manapun, kecuali oleh pihak-pihak yang mendapat persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup, atau apabila Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa laporan audit lingkungan ini dinyatakan terbuka untuk public.

Kami akan menjaga kerahasiaan laporan audit ini, dan apabila kami telah melakukan pelanggaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

Auditor Utama :……….... Tanda Tangan:………..

Auditor : ……… Tanda Tangan:………..

(4)

KATA PENGANTAR

Ucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kemurahan hati-NYa, kelompok I dari peserta pelatihan Auditor Lingkungan yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gajah Mada (UGM) sudah berhasil menyusun laporan audit lingkungan yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 November 2013 di rumah sakit panti Rapih Yogyakarta.

Audit Lingkungan dilaksanakan sebagai proses evaluasi terhadap system pengelolaan lingkungan yang diterapkan oleh RS. Panti Rapih Yogyakarta sebagai salah satu Rumah Sakit swasta yg sudah lama beroperasi semenjak tahun 1929. Proses pelaksanaan audit tentu saja tidak terlepas dari partisipasi aktif dari pihak rumah sakit sebagai pihak yang diaudit. Perlunya dilaksanaan evaluasi/audit secara berkala terhadap system yang diterapkan oleh rumah sakit sangat diperlukan guna melihat efektitas suatu system dijalankan dan memberikan rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk perbaikan pengelolaan rumah sakit dalam bidang lingkungan.

Kepada pihak rumah sakit, PSLH UGM dan tim audit mengucapkan terimakasih selama proses audit berlangsung maupun dalam masa pelatihan auditor lingkungan.

Salam,

(5)

DAFTAR ISI

Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih ... 5 

1. PENDAHULUAN ... 8 

1.1 Latar Belakang ... 8 

Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih ... 9 

1.2 Tujuan dan Lingkup Audit ... 9 

1.3 Kriteria Audit ... 9 

1.4 Identitas Klien, Auditi dan Auditor ... 11 

1.5 Waktu dan Lamanya Audit ... 11 

2. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN ... 11 

3. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN ... 12 

4. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR ... 13 

4.1 Pengantar ... 13 

4.2 Kriteria Audit ... 14 

4.3 Temuan Audit ... 15 

5. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA ... 20 

5.1 Pengantar ... 20 

5.2 Kriteria audit ... 21 

(6)

6. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ... 27  6.1 Pengantar ... 27  6.2 Kriteria Audit ... 33  6.3  Temuan Audit ... 34  7.  KESIMPULAN ... 43  8.  REKOMENDASI ... 44  DAFTAR GAMBAR/FOTO  

Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih

Gambar 2. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah Gambar 3. Flow meter di IPAL A

Gambar 4. SOP tidak ada pada information board di area IPAL

Gambar 5. TPS Limbah B3 RS panti Rapih

Gambar 6. Pencatatan Volume limbah yang masuk dan keluar Gambar 7. Timbangan di TPS untuk memantau volume limbah

(7)

Tiga

Gambar 9. Nota Pekerjaan Pengangkutan Limbah B3 ke PT. ARAH ENVIRONMENTAL Gambar 10. Tempat Pencucian Botol-botol bekas obat dan Tempat Sampah

Gambar 11. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3] Gambar 12. Pengangkutan Limbah B3

Gambar 13. Petugas Pengangkut Limbah B3

Gambar 14. Pemakaian kembali kemasan betadine tanpa pelabelan

Gambar 15. Bin penampung kebocoran solar tidak seragam dan tanpa label

Gambar 16. Bin Limbah B3 belum terdapat label B3

Gambar 17. Penempatan drum pelumas tidak pada tempatnya

Gambar 18. Penataan Limbah Palbot kurang rapih

Gambar 19. Sarung tangan dibuang sembarangan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pemantauan kadar dan parameter pencemar limbah cair Tabel 2. Baku Tingkat kebisingan

(8)

RINGKASAN

Rumah Sakit Panti Rapih di resmikan pada tanggal 14 September 1929 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen" dimana pada saat penjajahan Jepang berganti nama menjadi Rumah Sakit Panti Rapih.

Pengelolaan lingkungan rumah sakit dalam lingkup meminimalisir potensi cemaran lingkungan kegiatan sudah dilakukan oleh rumah sakit Panti Rapih dengan melakukan pengelolaan terhadap sumber pencemar; pengelolaan limbah cair, pengelolaan pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3. Dokumen lingkungan, perizinan, persyaratan teknis, pelaporan pemantuan, pengecekan fisik merupakan bagian proses audit yang sudah dilakukan oleh tim di rumah sakit Panti Rapih. Hasil audit lingkungan di RS Panti Rapih mendapatkan 8 temuan tidak taat dan 15 temuan dengan status observasi. Temuan tidak taat agar disiapkan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan temuan tersebut

(9)

terhadap pengelolaan sumber pencemaran dari limbah cair, pencemaran udara, pengelolaan limbah B3.

Perbaikan terhadap pengelolaan lingkungan berdasarkan temuan audit lingkungan akan meningkatkan efektitas dan efisiensi dalam pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Panti Rapih di resmikan pada tanggal 14 September 1929 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen"

Pada masa penjajahan jepang, berubah menjadi Rumah Sakit Panti Rapih, yang berarti Rumah Penyembuhan.

Lokasi Rumah sakit Panti Rapih terletak pada jalan Cik Di Tiro, seperti gambar terlampir. 

(10)

Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih 1.2 Tujuan dan Lingkup Audit

Berisi uraian tentang tujuan dan lingkup audit secara jelas.

1. Tujuan Audit dapat ditetapkan (namun tidak membatasi), misalnya:

1. Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menelusuri

2. Lingkup Audit

Berisi uraian secara jelas lingkup audit yang harus dicakup, misalnya ..

1.3 Kriteria Audit

Dalam melakukan Audit pencemaran air, Auditor merujuk pada :

1. Undang Undang No. 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(11)

2. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

3. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999, Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

4. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996, Tentang Pedoman Penerapan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995, Tentang Baku Mutu limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 1 Tahun 1995, Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 2 Tahun 1995, Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

9. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 3 Tahun 1995, Tentang Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

10. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata

11. Keputusan Gubernur DIY no. 65 Tahun 1999, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan

12. Keputusan Gubernur DIY no. 169 Tahun 2003, Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

13. Keputusan Gubernur DIY no. 153 Tahun 2003, Tentang Baku Mutu Udara Ambien

(12)

Buang Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor

15. Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Jogjakarta No. 188/1107/Kep/X/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3

1.4 Identitas Klien, Auditi dan Auditor

Klien : RS. Panti Rapih

Jl. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta

Instansi : Rumah Sakit

Auditi : (1) Wara Astuti

(2) Edy

(3) Eko

(4) Agnes

1.5 Waktu dan Lamanya Audit

Pelaksanaan waktu audit yaitu tanggal 15 November tahun 2013, waktu audit

dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang.

 

2. DESKRIPSI SINGKAT USAHA/KEGIATAN

Rumah Sakit Panti Rapih merupakan Rumah Sakit swasta tipe B non pendidikan, dengan luas bangunan 25,777 m2, dan luas tanah 36,737 m2.Kapasitas tempat tidur yang ada di rumah Sakit yaitu: 371 Bed.

(13)

1. Ruang perawatan : 371 bed

Ruang perawatan terbagi dalam beberapa kelas layanan, yaitu:

Kelas VVIP

(Bangsal Maria Yosep) : 1 bed

Kelas VIP

(Bangsal Maria Yosep , Carolus ) : 22 bed

Kelas 1A

(Bangsal Maria Yosep, Carolus) : 75 bed

Kelas 1B

(Bangsal Carolus) : 19 bed

Kelas 1C

(Bangsal Lukas) : 42 bed

Kelas 2

(Bangsal Elisabeth, Carolus) : 85 bed

Kelas 3

(Bangsal Elisabeth) : 136 bed

2. Ruang Dapur

3. Kantor dan Ruang meeting/pertemuan

4. Genset Room : 1. Genset Kapasitas 500 KVa : 2 Buah

2. Genset Kapasitas 1000 KVa : 1 buah

5. Boiler room : Kapasitas 5000 lt : 2 buah

6. Incinerator : (sudah tidak difungsikan)

7. Laundry Room/Linen

8. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) : kapasitas 300 – 350 m3 ( IPAL A dan B)

3. DESKRIPSI SINGKAT RONA LINGKUNGAN

Rumah Sakit Panti Rapih terletak di jalan Cik Di Tiro no. 30

Batas Rumah Sakit Panti Rapih yaitu:

(14)

Sebelah Barat: Universitas

Sebelah Selatan: Pemukiman Penduduk

Sebelah Timur: SMK Bopkri 1 Jogjakarta

4. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

4.1 Pengantar

Pada area Rumah Sakit Panti Rapih telah dilakukan pengolahan terhadap limbah yang berupa limbah air hasil dari kamar pasien dan laundry dengan melewatkan pada Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) tipe Biodetox aerobic bioreactor. Terdapat 2 (dua) buah IPAL, yang pertama di operasikan tahun 1997dengan kapasitas 300 m3/hari, dan yang kedua di operasikan tahun 2006 dengan kapasitas 150 m3/hari. Pengolaan Limbah di Kedua IPAL tersebut menggunakan system tertutup dengan kedalaman kolam 4 meter dan kedalaman air 3.6 meter.

Kapasitas dari kedua IPAL memadai, dari keterangan Auditi Kapasitas Air keluaran untuk produksi sekitar 300-350 m3/hari, walaupun hanya kapasitas untuk penggunaan laundry yang terpantau yaitu sebesar 85 m3/hari.

Dari catatan laporan debit keluaran sekitar 250 m3/hari yang didapat dari 2 buah flow meter yang dipasang di kedua IPAL tersebut.

(15)

Gambar 2. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah 4.2 Kriteria Audit

Dalam melakukan Audit pencemaran air, Auditor merujuk pada : 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995,

Pasal 7 : Setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib : a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga

mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan;

c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini kepada laboratorium yang berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;

(16)

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata

Pasal 4.d:

Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair.

4. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri,  Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata  Pasal 4.e:  Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana tercantum dalam Lampiran I,  Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV Peraturan ini secara periodik sekurang‐kurangnya 1  (satu) kali dalam sebulan, atas biaya penanggung jawab kegiatan.  5. Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri,  Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata  Pasal 4.g:  Memasang hasil pemeriksaan kualitas limbahnya pada tempat yang mudah untuk dilihat.    4.3 Temuan Audit

1. Temuan Audit: berdasarkan PerGub DIY No. 7 tahun 2010 pasal 4 poin d, yaitu:

Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair. Flow meter telah dipasang pada kedua outlet IPAL Rumah Sakit, tetapi tidak tersedia pada Inlet IPAL. Ketiadaan Flow meter pada inlet IPAL terkendala oleh harga barang yg cukup mahal.

Kategori temuan: Observasi

Rekomendasi: Dalam jangka waktu 1 bulan harus terpasang flow meter pada inlet

(17)

jika terjadi rembesan dalam kolam IPAL.

Gambar 3. Flow meter di IPAL A

2. Temuan Audit: Tidak terdapat data tentang kalibrasi flow meter

Kategori temuan: Observasi

Rekomendasi: Perlu dilakukan Kalibrasi setiap 6 bulan sekali untuk melihat

akurasi laju limbah cair yang masuk maupun yang keluar dari IPAL.

3. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I poin 3.3.8 PerMenaKer No. 5 tahun1996, Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat

kejadian yang sebenarnya. Standard Operation Procedure (SOP) keadaan darurat tidak tersedia di tempat yang mudah dilihat. SOP tersebut disimpan di ruang

(18)

administrasi yang letaknya jauh dari lokasi IPAL.

4. Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Dalam waktu 1 minggu SOP keadaan darurat harus sudah

diletakkan pada tempat yang mudah dilihat.

Gambar 4. SOP tidak ada pada information board di area IPAL

5. Temuan Audit: Dalam SOP tidak tersedia nomor kontak penting sebagai

penanggung jawab utama pada saat situasi darurat.

Kategori Temuan: Observasi

(19)

dalam SOP keadaan darurat.

6. Temuan Audit: Personel yang dilatih untuk merespon keadaan darurat hanya satu

orang, hal ini dikarenakan baru 1 (satu) personel yang ditugaskan menangani IPAL.

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Diperlukan tambahan personel untuk menangani IPAL dalam 2

(dua) bulan ke depan untuk mengantisipasi kemungkinan personel yang sudah ada berhalangan hadir, karena jam kerja IPAL adalah 24 jam non stop.

7. Temuan Audit: Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah  Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata Pasal 4.e: Memeriksakan kadar  parameter baku mutu limbah cair sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III,  dan Lampiran IV Peraturan ini secara periodik sekurang‐kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan, atas  biaya penanggung jawab kegiatan. 

Parameter PO4 dan NH3 melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam PerGub diatas.

Kategori: Tidak Taat

Rekomendasi: Memisahkan atau memilah limbah domestic dan limbah non

domestic untuk di treatment sebelum dibuang ke Riol, terutama pada area yang penggunaan sabun dan deterjen yang tinggi semisal laundry room.

(20)

Tabel 1. Hasil pemantauan kadar dan parameter pencemar limbah cair.

8. Temuan Audit: Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa pariwisata Pasal 4.d :Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair.

Pihak rumah sakit belum memiliki neraca air, kebutuhan air yang baru tercatat hanya untuk laundry sebesar 85 m3/hari, sedangkan kebutuhan untuk bagian lain This image cannot currently be displayed.

(21)

m3/hari.

Kategori: Tidak taat

Rekomendasi: dalam waktu 1 (satu) bulan perlu didata secara lengkap

penggunaan air pada setiap bagian rumah sakit.

9. Temuan Audit: Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2010, Tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata Pasal 4.g:Memasang hasil pemeriksaan kualitas limbahnya pada tempat yang mudah untuk dilihat.

Hasil analisis air limbah tiap bulan belum dipasang di IPAL, namun disimpan di kantor (ruang administrasi).

Kategori temuan: Tidak Taat

Rekomendasi: Dalam waktu 1 (satu) minggu hasil analisis air limbah sudah harus

terpasang di sekitar IPAL sebagaimana yang dipersyaratkan.

5. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

5.1 Pengantar

Rumah Sakit panti rapih memiliki fasilitas pendukung pelayanan seperti Genset Room, Boiler room dan Dapur umum. Dimana dari ketiga bagian tersebut, genset room dan boiler room memiliki potensi pencemaran udara sebagai akibat dari produksi.

Potensi pencemar dari genset dan boiler adalah hasil sisa pembakaran minyak solar sebagai bahan bakar utama kedua mesin.

Denah rumah sakit dan fasilitas taman yang besar memungkinkan adanya reduksi pencemaran udara didalam area rumah sakit itu sendiri, tetapi disaat yang

bersamaan, lokasi rumah sakit yang tepat di depan jalan Cik Di Tiro membuat tingkat kebisingan akibat kendaraan bermotor lumayan tinggi dibandingkan dengan area yang berbatasan dengan perumahan.

(22)

5.2 Kriteria audit

1. PP no.41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Pasal 16 :

Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta

penanggulangan keadaan darurat

2. PP no.41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pasal 20

Huruf a : Cukup jelas

Huruf b: Penetapan kebijaksanaan dalam jangka pencegahan pencemaran udara, misalnya penggunaan bahan bakar bersih, peningkatan peran masyarakat, penetapan pola pemasyarakatan program dan pnetapan kebijaksanaan yang lain yang strategis.

3. Keputusan Kepala Bapedal No.205 tahun 1996, tentang Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

LAMPIRAN I

1.2 Periode Pemantauan

1.3 Penetapan Lokasi Pemantauan

(23)

Cerobong udara harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara yang didasarkan pada lokasi dan tinggi cerobong. Pertimbangan kondisi meteorologis dan tata guna tanah merupakan salah satu pertimbangan untuk mendapatkan lokasi dan tinggi cerobong yang tepat, dimana dengan perhitungan modelling pencemaran udara akan dapat ditentukan dispersi udara, dari cerobong terhadap kondisi udara sekitarnya. Dari dispersi udara, dapat ditentukan konsentrasi udara di atas permukaan tanah yang sesuai dengan standar kualitas udara ambien. Rancang bangun atau disain cerobong disesuaikan kondisi pabrik dengan pertimbangan emisi yang akan dikeluarkan tidak melebih baku mutu emisi yang ditetapkan.

Disamping itu beberapa persyaratan perencanaan cerobong secara umum seperti berikut:

1. Tinggi cerobong sebaiknya 2 - 2 1/2 kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.

2. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar dari turbulensi. 3. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi

kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah akan menjadi tinggi.

4. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas-gas (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali tinggi cerobong downwind.

5. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1% dari konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.

6. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan cerobong yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan akan berbanding terbalik dengan kuadrat tinggi cerobong efektif.

7. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.

8. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.

9. Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri menganggap perlu untuk memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka penutup berbentuk segitiga terbalik (terbuka ke atas).

(24)

10. Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri. Disamping itu di sekitar cerobong sebaiknya dilengkapi dengan tempat parkir sehingga kendaraan sampling dapat sedekat mungkin dengan lubang sampling.

Apabila cerobong tidak sesuai dengan ketentuan di atas (untuk industri yang beroperasi sebelum dan sejak tahun 1995), maka perlu dilakukan modifikasi perlakuan gas buang. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah kecepatan serta temperatur gas, sehingga akan diperoleh tinggi cerobong efektif yang lebih tinggi.

3.2 Persyaratan Lubang Pengambilan Sampel

Untuk pengambilan sampel, maka diperlukan pembuatan lubang pengambilan sampel dengan persyaratan:

1. Lubang pengambilan sampel yang mampu mendapatkan data yang akurat dan ekonomis, dengan persyaratan sebagai berikut:

1. lokasi lubang pengambilan sampel sebaiknya pada posisi dua bagian dari ujung bawah dan delapan bagian dari bawah;

2. diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya sepuluh sentimeter; 2. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat flange yang dilengkapi dengan baut.

3. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.  

5.3Temuan audit

1. Temuan Audit: PP No.41 tahun 1999, pasal 16, tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

Harus tersedia SOP untuk penanggulangan keadaan gawat darurat

RS. Panti Rapih telah memiliki perijinan untuk boiler dan genset. Namun SOP penanggulangan keadaan gawat darurat khususnya penanganan kebakaran di ruang genset belum sempurna.

(25)

Genset selambat-lambatnya 2 (dua) minggu kedepan.

2. Temuan Audit: Lampiran I, KepGUb DIY no.176 tahun 2003, tentang Baku

Mutu Tingkat Kebisingan menetapkan bahwa tingkat kebisingan rumah sakit adalah 45dBA.

Tabel 2. Baku Tingkat kebisingan

Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada 4 area menunjukan bahwa kebisingan pada area tersebut berada di atas Baku Mutu yang disyaratkan yaitu 45 dBA, dengan data sebagai berikut :

1. Area Parkir Selatan RS. Panti Rapih : 98,44dBA 2. Area Parkir Utara RS. Panti Rapih : 56,2 dBA 3. Area Parkir Barat RS. Panti Rapih : 62,6dBA

4. Area Parkir Taman Selatan RS. Panti Rapih : 58,8 dBA This image cannot currently be displayed.

(26)

Tabel 3. Laporan pengujian udara

Kategori Temuan: Tidak Taat

Rekomendasi: Perlu penentuan waktu pemantauan yang optimal dalam suatu

wilayah, dengan pengambilan data dari berbagai waktu (pagi, siang dan sore) agar didapatkan rerata tingkat kebisingan perhari.

3. Temuan Audit: PP No.41 tahun 1999, pasal 20, tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

Pasal 20

Huruf a : Cukup jelas This image cannot currently be displayed.

(27)

Huruf b : Penetapan kebijaksanaan dalam jangka pencegahan pencemaran udara, misalnya penggunaan bahan bakar bersih, peningkatan peran masyarakat, penetapan pola pemasyarakatan program dan penetapan kebijaksanaan lain yang strategis.

RS. Panti Rapih belum memiliki kebijakan mengenai pengendalian pencemaran udara.

 

Kategori Temuan: Tidak taat

Rekomendasi: perlu diadakan kebijakan penggunaan bahan bakar alternative

yang hemat dan bersih lingkungan selambat-lambatnya 6 bulan.                                  

(28)

6. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

6.1 Pengantar

Limbah B3 dan limbah infeksius dari sumber limbah yang didapat dari ruang rawat inap, ruang periksa, ruang operasi, dan ruang kebidanan dikumpulkan di TPS rumah sakit. Limbah dari setiap bagian/ruangan di rumah sakit ditimbang terlebih dahulu agar diketahui secara pasti produksi limbah senyatanya setiap hari.

Gambar 5. TPS Limbah B3 RS panti Rapih   This image cannot currently be displayed.

  This image cannot currently be displayed.

(29)

Gambar 6. Pencatatan Volume limbah yang masuk dan keluar

Gambar 7. Timbangan di TPS untuk memantau volume limbah This image cannot currently be displayed.

(30)

Dikarenakan incinerator yang terdapat di RS. Panti Rapih tidak difungsikan lagi, maka pengelolaan Limbah B3 dilakukan oleh Pihak ke tiga, PT. ARAH ENVIRONMENTAL INDONESIA. Limbah tersebut di bawa ke TPS Piyungan, Yogyakarta dan untuk kemudian di bawa ke Jakarta untuk dikelola.

  This image cannot currently be displayed.

Gambar 8. Pendataan dan Penulisan Nota Pekerjaan Pengangkutan Limbah B3 ke Pihak ke Tiga

(31)

Botol-botol bekas obat infus dicuci dan dicacah kasar sebelum di angkut oleh Pihak ketiga.

Demikian juga dengan tempat sampah yang telah digunakan. Sebelum tempat sampah tersebut digunakan kembali, terlebih dahulu di cuci dan dibersihkan dengan larutan desinfektan. Air bekas cuci di alirkan ke IPAL untuk dikelola.

(32)

Pengambilan limbah B3 dilakukan setiap pagi hari, pada pukul 09:00 – 10:00 WIB. Sampah-sampah di tempatkan di dalam bin berlabel, diangkut dengan menggunakan truck box yang dilengkapi dengan label keselamatan.

(33)

   

 

   

Petugas pengelola Limbah telah dilengkapi oleh APD                

Gambar 12. Pengangkutan Limbah B3  

(34)

     

Gambar 13. Petugas Pengangkut Limbah B3                             6.2 Kriteria Audit

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

4) PerMen LH Nomor 18 Tahun 2009 Tatacara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (menggantikan KepKa Bapedal no 68 / 1994) 5) PerMen LH Nomor 30 Tahun 2009 Tatacara Perizinan Limbah Bahan

(35)

Berbahaya dan Beracun oleh Pemda

6) KepKa Bapedal Nomor 03 Tahun 1998 Tentang Penetapan Kemitraan Dalam Pengolahan Limbah B3

7) KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

8) KepKa Bapedal Nomor 02 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah B3 9) KepKa Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis

Pengelolaan Limbah B3

10) KepKa Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 Tentang Simbol dan Label Limbah B3 11) SOP NO: RSPR/11.S5/SPO.007

12) Ijin Pengangkutan LB3 Lampiran Surat No. B 3479/Dept. IV/PDAL/03/2003 dan SOP

13) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Jogjakarta No.

188/1107/Kep/x/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3 Diktum kedua no.7 : Memperhatikan ketentuan tentang Keselamatam dan kesehatan kerja (K3), khususnya tentang peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum (standar) harus dimiliki oleh penanggungjawab kegiatan, termasuk Antara lain alarm, peralatan pemadam kebakaran, pancuran air (safety

shower/eye wash) dan fasilitas tanggap darurat.

1. Temuan Audit

1. Temuan Audit: Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota

Jogjakarta No. 188/1107/Kep/X/2012 tentang ijin penyimpanan sementara limbah B3 Diktum kedua no.7 yaitu: memperhatikan ketentuan tentang Keselamatam dan

kesehatan kerja (K3), khususnya tentang peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum (standar) harus dimiliki oleh penanggungjawab kegiatan, termasuk Antara lain alarm, peralatan pemadam kebakaran, pancuran air (safety shower/eye wash) dan fasilitas tanggap darurat.

(36)

Tidak tersedia eye wash atau pancuran air di TPS Limbah B3

Kategori Temuan: Tidak Taat

Rekomendasi: Diperlukan penempatan pancuran air (eye wash) pada area

penyimpanan Limbah B3 sebagai upaya pencegahan dini yang disyaratkan selambat-lambatnya 1 bulan ke depan.

2. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 pasal 2.1.a. 8 yaitu: Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

a). sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau

b). saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.

Ditemukan botol bekas betadine yang digunakan kembali untuk menyimpan disinfektan.

Kategori Audit: Observasi

Rekomendasi: Melepas label dari wadah yang lama dan memberi label dan atau

(37)

Gambar 14. Pemakaian kembali kemasan betadine tanpa pelabelan

3. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Pasal 4.3.e : tentang Peralatan penanganan tumpahan

butir 1. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran atau tumpahan limbah B3.

Tidak terdapat spill kit didalam ruangan boiler dimana terdapat 2 (dua) tangki solar, selama ini pihak rumah sakit menggunakan kain rags untuk membersihkan

(38)

ceceran solar.

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: dalam waktu 1 (satu) minggu perlu disiapkan bin khusus/spill kit di

ruang boiler terutama dibawah tangki solar dan dibawah blower.

Gambar 15. Bin penampung kebocoran solar tidak seragam dan tanpa label

4. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Pasal 2.1.a.6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus: ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai

penandaan pada kemasan limbah B3;

a). ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;

Tempat sampah khusus untuk Limbah B3di ruang boiler belum diberi label khusus limbah B3.

Kategori Temuan: Tidak taat

(39)

sampah khusus limbah B3 yang sudah dilengkapi dengan standar pelabelan.

Gambar 16. Bin Limbah B3 belum terdapat label B3

5. Temuan Audit: Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 7 (1) Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

(40)

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Simpan limbah amalgam dalam kotak penyimpan tertutup dan pisahkan dari limbah yang lain serta kirimkan amalgam sisa ini untuk didaur ulang ke perusahaan yang dapat dipercaya.

6. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 pasal 2.1.a. 8 yaitu: Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

a). sama dengan limbah B3 sebelumnya,

Terdapat drum yang berisi minyak pelumas yang ditempatkan di tangga ruang genset.

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Perlu dibangun tempat penyimpanan untuk drum di dekat genset

room paling lambat dalam waktu 2 (dua) bulan.

(41)

7. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Pasal 2.1.b butir 2 yaitu: Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3

disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

Limbah medis yang disimpan di TPS B3 No.01 tidak tertata dengan rapih, pada saat pintu dibuka, limbah terbuang keluar (pintu sulit ditutup).

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Perlu pengadaan bin atau drum selain kantong plastik agar

penataan limbah medis lebih rapih dan mudah untuk di tumpuk. Diharapkan dalam waktu 2 (dua) minggu sudah ada penataan ruang limbah medis.

(42)

Gambar 18. Penataan Limbah Palbot kurang rapih

8. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Banyak sarung tangan bekas operator TPS yang dibuang sembarangan

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: diharapkan dalam waktu 1 (satu) minggu sudah terdapat tempat

sampah khusus untuk menyimpan limbah yang terkontaminasi limbah B3.

(43)

9. Temuan Audit: Berdasarkan Lampiran I KepKa Bapedal Nomor 01 Tahun 1995

Tentang Tata cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Ditemukan beberapa Bin Limbah B3 infeksius yang hendak dikirim ke pihak ketiga, tidak diberi label dan symbol yang sesuai.

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist

kelengkapan dan persyaratan pengiriman limbah B3 dapat terpenuhi.

10. Temuan Audit: Berdasarkan SOP No. RSPR/11.S5/SPO.007, SOP pengelolaan

Limbah B3 masih tercantum untuk penanganan limbah B3 pada jenis obat farmasi dimusnahkan dengan incinerator.

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Perlu dilakukan perubahan SOP yang ada menyesuaikan dengan

keadaan lapangan sekarang selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu.

11. Temuan Audit: Berdasarkan Ijin pengangkutan Limbah B3. Lamp. Surat No.

B.3479/Dept.IV/PDAL/03/2003, Transportasi yang digunakan untuk mengangkut limbah B3 tida sesuai dengan perijinan yang berlaku.

Kategori Temuan: Tidak Taat

Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist

kelengkapan dan persyaratan pengiriman limbah B3 dapat terpenuhi.

12. Temuan Audit: Berdasarkan Ijin pengangkutan Limbah B3. Lamp. Surat No.

B.3479/Dept.IV/PDAL/03/2003 dan SOP, petugas yang melakukan pengangkutan limbah B3 tidak melengkapi diri dengan APD yang diwajibkan (tidak menggunakan celemek)

Kategori Temuan: Observasi

Rekomendasi: Dalam waktu 2 (dua) minggu diharapkan semua checklist

(44)

7. KESIMPULAN

Rumah sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit yang sudah ada sejak jaman Belanda yang berada di Propinsi daerah istimewa Yogyakarta. Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit Panti rapih mempunyai dampak pencemaran lingkungan akibat sisa hasil produksi/pelayanan medis yang dijalankan . Sebagai penanggungjawab kegiatan, managemen rumah sakit berkewajiban untuk meminimalisir segala jenis kegiatan di area rumah sakit yang memiliki dampak negative terhadap lingkungan.

Dari kegiatan rumah sakit ada 3 sumber pokok potensi pencemaran yang biasanya dihasilkan oleh rumah sakit; yaitu: 1. Pencemarann limbah cair; 2. Pencemaran pencemaran udara; 3. Pencemaran limbah B3.

Dalam pelaksanan audit lingkungan, tim yang merupakan peserta pelatihan auditor lingkungan di Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada Yogyakarta telah menyelesaikan satu hari kegiatan audit yang meliputi pengelolaan terhadap potensi pencemaran seperti yang disebutkan di atas.

Rumah sakit Panti Rapih telah melakukan pengelolaan hasil dari kegiatan yaitu pengelolaan limbah cair; dengan melengkapi persyaratan seperti yang disebutkan dalam peraturan penelolaan limbah cair, baik persyaratan teknis, perizinan, pemantauan dan pelaporan ke instansi terkait.

Pengelolaan pencemaran udara sudah dilakukan dengan pemantauan sumber emisi dan kualitas udara ambien. Persyaratan teknis, perizinan dan pelaporan sudah dilaksanakan sebagai bagian dari penaaatan terhadap peraturan yang berlaku.

Limbah B3 sudah dikelola dengan baik dengan menempatkan di tempat penyimpan sementara dan telah ditempatkan sesuai dengan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan.

Secara keseluruhan rumah sakit Panti Rapih sudah melakukan pengelolaan lingkungan rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Temuan-temuan laporan, hal teknis dan perizinan perlu ditindak lanjuti sebagai ketaatan dalam pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan peraturan.

Dengan memenuhinya berarti rumah sakit sudah mempunyai itikad baik dalam pengelolaan lingkungan secara efektif dan efisien.

(45)

     

8. REKOMENDASI

Dari temuan-temuan di lapangan yang telah dipaparkan pada pengelolaan limbah cair, pengelolaan pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3 ada beberapa hal yang menjadi perhatian auditor.

Auditor melihat bahwa masih ada kekurangan pemenuhan syarat-syarat yang tercantum dalam peraturan yang berlaku, dari hal tersebut Auditor meghimbau agar melengkapi syarat-syarat yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga di kemudian hari seluruh kegiatan telah sesuai dengan peraturan tersebut.

Untuk meningkatkan kinerja perusahaan terkait dengan lingkungan perlu diadakan penambahan personel dan pelatihan/training agar dapat meningkatkan soft skill dean pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan hidup sebagai keharusan, bukan hanya pemenuhan kewajiban.

Selain itu perlu adanya partisipasi dari seluruh karyawan mengenai pengenalan sumber dan resiko bahaya yang ada di area rumah sakit serta usaha-usaha pencegahannya.

(46)

Gambar

Gambar 1. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih  1.2 Tujuan dan Lingkup Audit
Gambar 2. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah  4.2 Kriteria Audit
Gambar 3. Flow meter di IPAL A
Gambar 4. SOP tidak ada pada information board di area IPAL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prototipe pengaman pintu otomatis menggunakan mikrokontroller AT89S52 merupakan ide yang timbul untuk mememenuhi sistem keamanan yang diaplikasikan pada pintu rumah,

1) Dua garis tersebut akan berpotongan, maka himpunan penyelesaiaanya tunggal. 2) Dua garis tersebut akan saling berimpit, maka himpunan penyelesaiannya tak hingga. 3) Dua

Dalam penelitian ini, Beritagar.id termasuk dalam bentuk blog aggregators. Media ini menggunakan konten pihak ketiga untuk membuat blog tentang suatu topik

Konsep dasar perancangan tata ruang dalam pada bangunan Auto Mall adalah menciptakan bentuk ruang promosi yang bernuansa modern didukung aspek pencahayaan buatan yang

Merupakan suatu fakta, konsep, dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum

Indeks keanekaragaman (H’) dengan nilai sedang .Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanaman kedelai (Glycine max L.) dengan pola penanaman dan waktu pencabutan

Saat ini para penyuluh dan pendamping petani pengelola hutan rakyat lestari (sertifikasi) di Gunung Kidul dan Wonogiri, maupun institusi pembinanya masih cenderung lebih