• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DAN HARGA DIRI PADA REMAJA AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DAN HARGA DIRI PADA REMAJA AKHIR"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DAN HARGA DIRI

PADA REMAJA AKHIR

OLEH

GABRIELA GRACE SAMBEKA 802014022

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DAN HARGA DIRI

PADA REMAJA AKHIR

Gabriela Grace Sambeka Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan tingkat sibling rivalry pada remaja akhir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling. Subjek penelitian adalah remaja akhir yang diambil di GBI Bethel Area dan Wisma Bukit Soka, sejumlah 93 orang. Variabel sibling rivalry diukur menggunakan skala Sibling Relationship Questionnaire oleh Hambree (1997) yang diadaptasi dari Furman dan Buhrmester. Sedangkan harga diri diukur dengan skala Self-Esteem Inventory yang disusun oleh Coopersmith (1967). Analisis data dengan menggunakan teknik analisis data korelasi Spearman’s Rho dan diperoleh hasil r = -0,402 (r < 0) dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan tingkat sibling rivalry pada remaja akhir

(9)

ii

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between self-esteem and the level of sibling rivalry in late adolescents. The sampling technique used is snowball sampling. The research subjects were the late adolescents taken at the GBI Bethel Area and Wisma Bukit Soka, a total of 93 people. Variable sibling rivalry was measured using the Sibling Relationship Questionnaire scale by Hambree (1997) adapted from Furman and Buhrmester. While self-esteem is measured by the Self-Esteem Inventory scale compiled by Coopersmith (1967). Data analysis using Spearman 's Rho correlation data analysis technique and obtained the results of r = -0.402 (r <0) with a significance of 0.000 (p <0.05). The conclusion that can be drawn from this study is that there is a significant negative relationship between self-esteem and the level of sibling rivalry in late adolescents

(10)

1

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewaasa yang ditandai dengan timbulnya perubahan fisik dan psikis, mencari dan menemukan identitas diri, membentuk kelompok dengan teman sebaya dan sebagainya. Monks (1982) mengemukakan suatu analisa yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagiannya : 1) 12-15 tahun termasuk dalam remaja awal, 2) 12-15 – 10 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan 3) 18 – 21 tahun termasuk remaja akhir.

Salistina (2016) menyatakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dalam jati diri seseorang dan dapat mengekspresikan sikap seseorang adalah harga diri. Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Ditambahkan oleh Widodo & Pratitis (2013) mengatakan harga diri didefinisikan sebagai evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan individi dalam memandang dirinya yang mengekspresikan sikap menerima atau menolak, juga mengindikasikan besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartiannya, kesuksesannya dan keberhargaannya. Menurut Kiracofo (dalam Salistina, 2016) mengatakan bahwa pengalaman awal selama masa kanak-kanak dan usia remaja memiliki pengaruh penting dalam pengembangan harga diri seseorang.

(11)

2

Pada umumnya para ahli psikologi menyepakati bahwa harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya (Nielsen,2004). Salistina (2016) mengatakan pembentukan harga diri terkait erat dengan lingkungan sekitar individu, dalam pembentukan ini informasi dari orang-orang penting di sekitar individu (significant other) sangatlah penting. Coopersmith (1967) mengungkapkan bahwa harga diri individu sangat dipengaruhi khususnya oleh keluarga dalam hal penerimaan, aturan, disiplin yang jelas dan praktek pengasuhan demokratis.

Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah. Jika remaja mengakui bahwa saudara-saudara berbeda dengan dirinya, maka hal ini akan mengurai persaingan antar saudara dan mengurangi pertentangan (Hurlock,1980).

Hakuna (dalam Salistina, 2016) menyatakan sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Menurut Priatna & Yulia (2006), persaingan yang terus menerus dipupuk sejak kecil akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing dan terus mendengki. Menurut Cholid (2004), sibling rivalry termasuk hal yang normal selama individu tidak saling menyakiti satu sama lain. Sibling rivaly menjadi sumber masalah jika rasa permusuhan antar individu semakin dalam.

(12)

3

Sibling rivalry juga dikarenakan oleh rasa cemburu yang seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri (Salistina, 2016). Ditambahkan oleh Cicirelli (1995) sibling rivalry dapat terjadi karena berbagai hal, seperti kurangnya perhatian orang tua, respon orang tua terhadap konflik antar saudara, favoritisme orang tua dan berbagai karakteristik sibling lainnya. Dalam Salistina (2016) sibling rivalry berakibat pada perilaku antisocial (Criss & Shaw, 2005), rendahnya harga diri, dan perasaan kesepian pada diri remaja (Sherman et al., 2006).

Fenomena yang terjadi adalah sibling rivalry cukup mempengaruhi harga diri seroang individu. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah satu subjek, yaitu ketika subjek merasa bahwa kelahiran saudara kandungnya sangat mengganggunya, seperti semua perhatian keluarga tertuju pada saudara kandungnya, subjek harus berbagi mainan dan makanan dengan saudara kandungnya dan subjek merasa menjadi individu yang selalu dalam keadaan ditola, inilah yang menyebabkan individu kemudian memiliki komunikasi yang sangat buruk dengan lingkungannya, contohnya seperti subjek harus beradaptasi lama dalam menjalin hubungan dengan orang diluar keluarganya karena ada perasaan takut ditolak. Penelitian yang dilakukan oleh Marotta (2015) menunjukkan bahwa sibling rivalry berhubungan negatif secara signifikan dengan harga diri. Sibling rivalry yang tinggi dikaitkan dengan harga diri yang rendah atau sebaliknya, dengan varians sebesar 1,0% untuk harga diri. Hubungan sibling rivalry yang dirasakan oleh remaja awal

(13)

4

akan memberikan dampak yang kurang baik untuk harga dirinya. Jika sibling rivalry yang dirasakan membuat individu memiliki harga diri yang rendah maka secara bersamaan akan mempengaruhi harga dirinya menjadi negatif. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara harga diri dengan sibling rivalry pada remaja akhir.

TINJAUAN PUSTAKA Harga Diri

(14)

5

1. Definisi Harga Diri

Harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, dimana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith ; dalam Hartini dan Wangge, 2013). Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri.

2. Aspek-Aspek Harga Diri

Menurut Cooppersmith (dalam Dewi, 2009) aspek-aspek harga diri meliputi:

a. Power adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan mengkontrol orang lain dan mengkontrol dirinya sendiri. Dalam beberapa situasi tertentu kebutuhan ini ditunjukan dengan penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang mempunyai aspek ini biasanya menunjukkan sikap asertif.

b. Virtue adalah ketaatan pada nilai norma, etika dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Aspek ini menunjukkan bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah berdasarkan moral, norma dan etika yang berlaku di dalam lingkungan interaksinya.

c. Significance adalah keberartian individu dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan dan perhatian dari lingkungan interaksinya. Semakin banyak eskpresi kasih sayang yang diterima

(15)

6

individu,individu akan semakin berarti. Tetapi bila individu tidak atau jarang mendapat stimulus positif dari orang lain, maka individu akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri dari pergaulannya.

d. Competence adalah kemampuan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau diharapkan. Aspek ini berhubungan dengan kemapuan yang dimiliki individu, dengan adanya kemampuan yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapinya. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga diri

Menurut Burn (1993) ada 4 faktor yang mempengaruhi harga diri, yaitu :

a. Pengalaman, merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu.

b. Pola asuh, merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya.

c. Lingkungan, lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan baik antara remaja dengan orangtua, saudara, teman sebaya dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya.

(16)

7

d. Sosial ekonomi, merupakan salah satu hal penting yang mendasari perbuatan seseoranguntuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial dan pengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari.

Sibling Rivalry

1. Definisi Sibling Rivalry

Sibling rivalry adalah konflik hubungan antar saudara yang terjadi karena keterlibatan keluarga khususnya orang tua. Keterlibatan orang tua didalam sebuah hubungan persaudaraan dapat memicu timbulnya konflik pada saat anak menganggap ada ketidak adilan yang terdapat pada keterlibatan orang tuanya (Furman dan Buhrmester 1985).

2. Aspek Sibling Rivalry

Menurut Hembree (1997) ada 4 aspek sibling rivalry yaitu : a. Aspek kecemburuan

Kecemburuan dialami oleh saudara kandung karena perdebatan-perdebatan yang saling tidak menyetujui pendapat satu sama lain, merasa diri lebih baik dari saudara kandung.

b. Aspek agresifitas

Agresifitas terjadi saat saudara kandung saling mulai mengejek satu dengan yang lain dan mulai memukuli.

(17)

8

Adanya tindakan menghormati kakak yang lebih tua dan saling mencintai serta mengagumi satu sama lain antar saudara kandung. d. Aspek persahabatan

Memperlakukan saudara kandung dengan sangat baik, dimana satu sama lain saling berpengertian, sering menghabiskan waktu bersama dan berbagi layaknya sahabat.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi sibling rivalry

Menurut Hurlock (2007) faktor-faktor yang memperngaruhi sibling rivalry adalah :

a. Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan atau permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik.

b. Urutan posisi

Semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan kepadanya, semua berjalan dengan baik. Tetapi peran itu peran yang diberikan, bukan peran yang dipilih sendiri, maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali.

(18)

9

c. Jenis kelamin saudara kandung

Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki atau perempuan, misalnya dalam kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati daripada dalam kombinasi laki-perempuan atau laki-laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya daripada adik lelakinya.

d. Perbedaan usia

Perbedaan usia antar saudara kandung mempengaruhi cara mereka bereaksi satu terhadap yang lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Bila perbedaan usia antar saudara itu jauh, anak berjenis kelamin sama maupun berlainan, hubungan mereka lebih ramah, koperatif, dan kasih mengasihi terjalin daripada bila usia mereka berdekatan.

e. Jumlah saudara

Jumlah saudara yang sedikit cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang banyak. Bila anak banyak saudara, disiplin cenderung otoriter.

f. Jenis disiplin

Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan

(19)

10

keluarga yang mengikuti pola permisif. Disiplin demokratis menciptakan hubungan yang lebih menyenangkan dan sehat. Dengan sistem demokratis anak belajar memberi dan menerima atas dasar kerja sama, sedangkan pada sistem otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci.

g. Pengaruh orang luar

Tiga cara orang luar keluarga langsung mempengaruhi hubungan antar saudara, yaitu kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga, dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar. Hal ini mungkin sekali menimbulkan perselisihan baru atau memperhebat perselisihan antar saudara yang sudah ada.

Remaja Akhir

Menurut Hurlock (1997), adolescence yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Pertumbuhan dan perkembangan dramatis yang menandai masa remaja ini diikuti oleh perubahan emosi dan intelektual dan pemikiran sebab akibat dari konkrit abstrak. Masa ini dipenuhi dengan paradox : remaja menghadapi situasi dimana mereka bukan lagi anak namun belum lagi dewasa. Mereka merasakan kebutuhan akan kemerdekaan tetapi masih bergantung pada orang tua dalam pemenuhan kebutuhan materialnya. Sa’id (2015) menjelaskan bahwa remaja askhir berada pada rentang usia 18 hingga 21 tahun. Pada usia ini umumnya tengah berada pada usia pendidikan di

(20)

11

perguruan tinggi, atau bagi remaja yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka bekerja dan mulai membantu menafkahi anggota keluarga.

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara sibling rivalry dan harga diri. Semakin tinggi sibling rivalry maka harga diri semakin rendah atau semakin rendah sibling rivalry maka harga diri semakin tinggi.

H0 : Tidak ada hubungan antara sibling rivalry dan harga diri pada remaja akhir.

H1 : Ada hubungan antara sibling rivalry dan harga diri pada remaja akhir.

(21)

12

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian adalah : 1. Variabel bebas (X) : Sibling Rivalry 2. Variabel Terikat (Y) : Harga Diri

Partisipan

Remaja akhir dengan usia 18 – 21 tahun dan memiliki saudara kandung. Jumlah partisipan adalah 93 orang. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan 23 dan 24 Juni 2018 di GBI Bethel Area dan Wisma Bukit Soka. Menggunakan teknik snowball sampling.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan skala jenis likert. Dalam penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu: Pertama, skala tentang sibling rivalry, 38 aitem sikap diri terhadap saudara kandung yang disusun oleh Hembre (1997) yang mengadaptasi Sibling Relationship Questionnaire dari kuisioner yang dibuat Furman dan Buhrmester yang kemudian disesuaikan dengan anak. Sibling Relationship Questionnaire terdiri dari 44 item yang telah diubah menjadi 38 item yang disesuaikan dengan anak.

(22)

13

Tabel 1

Blueprint Sibling Rivalry

Kedua, skala tentang harga diri, 58 aitem Self-Esteem Inventory yang disusun oleh Coopersmith (1967). Dibawah ini merupakan tabel blueprint harga diri.

Tabel 2

Blueprint Harga Diri

Teknik Pengumpulan Data

No. Aspek Favorable Unfavorable Total 1. Agresifitas 1, 5, 17, 20 - 4 2. Kecemburuan 3, 11, 7, 9, 18, 14, 26, 21, - 8 3. Persahabatan - 2, 27, 6, 29, 32, 35, 22, 38, 10, 12, 33, 15, 36, 37, 34, 28, 25, 30, 31 19 4. Afeksi - 16, 23, 19, 24, 8, 13, 4 7 Total 38

No. Aspek Favorable Unfavorable Total 1. Power 1, 35, 27, 6, 57, 10, 52, 16, 38, 19 9, 21, 23, 20, 36, 28, 29, 2, 11, 41, 49,50, 24, 30,3 25 2. Virtue 12, 4, 7, 22 37, 18, 55 7 3. Significance 17, 31, 40, 51, 25, 48, 45, 14 5, 42, 58, 47, 39, 32, 54, 8, 43, 53, 13, 26 20 4. Competence 33 15, 34, 44, 56, 46 6 TOTAL 58

(23)

14

Untuk pengolahan data dan menganalisis apakah ada hubungan antara harga diri dengan tingkat sibling rivalry pada remaja akhir, peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows release 16.0. Namun sebelum menghitung korelasi, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu.

(24)

15

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif

Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari “sangat tinggi” hingga “sangat rendah” menggunakan rumus kategorisasi.

Skala harga diri memiliki 58 aitem, setelah melakukan pengujian pertama terdapat 22 aitem gugur, kemudian dilakukan pengujian kedua terdapat 1 aitem gugur dan pengujian ketiga tidak ada aitem gugur. Jadi ada 35 aitem valid dengan reliabilitas 0,903. Berdasarkan data yang didapatkan dari 93 orang, harga diri diperoleh 52 orang (56%) memiliki harga diri yang sedang, 26 orang (28%) memiliki harga diri yang rendah, 14 orang (15%) memiliki harga diri yang tinggi, dan 1 orang (1%) memiliki harga diri yang sangat rendah. Harga diri rata-rata subjek berada pada kategori sedang dengan mean 80,51 dan standar deviasi sebesar 9,20.

Tabel 3

Kategorisasi Harga Diri

Kategori Interval N % Mean SD

Sangat tinggi 119 ≤ x ≤ 140 0 0% 80,51 9,20 Tinggi 98 ≤ x < 119 14 15% Sedang 77 ≤ x < 98 52 56% Rendah 56 ≤ x < 77 26 28% Sangat rendah 35 ≤ x < 56 1 1% Total 93 100%

(25)

16

Skala sibling rivalry memiliki 38 aitem, setelah melakukan pengujian pertama terdapat 8 aitem gugur, pada pengujian kedua terdapat 3 aitem gugur, pengujian ketiga terdapat 2 aitem gugur dan pengujian keempat tidak ada aitem gugur. Jadi sibling rivalry memiliki 25 aitem valid dengan reliabilitas 0,922. Berdasarkan data yang didapat dari 93 orang, sibling rivalry diperoleh 75 orang (81%) memiliki sibling yang sangat rendah dan 18 orang (19%) memiliki sibling rivalry yang rendah. Sibling rivalry rata-rata subjek berada pada kategori sangat rendah dengan mean 46,65 dan standar deviasi 9,56.

Tabel 4

Kategorisasi Sibling Rivalry

Kategori Interval N % Mean SD

Sangat tinggi 85 ≤ x ≤ 100 0 0% 46,65 9,56 Tinggi 70 ≤ x < 85 0 0% Sedang 55 ≤ x < 70 0 0% Rendah 40 ≤ x < 55 18 19% Sangat rendah 25 ≤ x < 40 75 81% Total 93 100%

(26)

17 B. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Tabel 5 Uji Normalitas Harga Diri Sibling Rivalry N 93 93

Normal Parametersa Mean 80.51 46.65

Std. Deviation 9.195 9.563 Most Extreme Differences Absolute .081 .058 Positive .081 .058 Negative -.069 -.054 Kolmogorov-Smirnov Z .777 .564

Asymp. Sig. (2-tailed) .581 .7908 a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test,variabel harga diri memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,777 dengan signifikansi sebesar 0,581 (p>0,05). Sedangkan variabel sibling rivalry memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,564 dengan signifikansi sebesar 0,908 (p>0,05).

Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka variabel harga diri dinyatakan berdistribusi normal dan variabel sibling rivalry dinyatakan berdistribusi normal.

(27)

18

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut.

Tabel 6 Uji Linearitas Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Harga diri * sibling rivalry Between Groups (Combined) 3833.018 30 127.767 1.729 .035 Linearity 1358.049 1 1358.049 18.38 3 .000 Deviation from Linearity 2474.969 29 85.344 1.155 .311 Within Groups 4580.272 62 73.875 Total 8413.290 92

Berdasarkan nilai signifikansi deviation from linearity diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,311 (P>0,05) maka kedua variabel dapat dikatakan linier.

(28)

19 3. Uji Korelasi Tabel 7 Uji Korelasi Harga Diri Sibling Rivalry Sibling rivalry Pearson Correlation -.402** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 93 93

Harga Diri Pearson Correlation 1 -.402** Sig. (2-tailed) .000

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Pearson Correlation diperoleh nilai r sebesar -0,402 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikansi antara sibling rivalry dengan harga diri pada remaja akhir.

(29)

20

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data ditemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara sibling rivalry dan harga diri pada remaja akhir artinya semakin tinggi sibling rivalry maka harga diri semakin rendah, sebaliknya jika sibling rivalry rendah maka harga diri tinggi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Stocker, Lanthier Dan Furman (1997) bahwa, secara khusus individu dengan fungsi psikologis yang sehat dan harga diri yang tinggi memiliki hubungan saudara yang lebih hangat dan individu dengan fungsi psikologis yang buruk dan harga diri yang lebih rendah memiliki hubungan yang lebih kontroversial dan konfliktual dengan saudara kandung mereka. Alkema (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ditemukan bahwa adanya hubungan antara hubungan saudara kandung dengan tingkat harga diri seseorang.

Dari analisis deskriptif, dihasilkan persentase variabel harga diri sebagian besar partisipan penelitian berada pada kategori sedang yaitu 56%. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata partisipan dapat menghargai diri sendiri, memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan serta dapat mengevaluasi dirinya. Sedangkan hasil presentase untuk variabel sibling rivalry pada kategori sangat rendah 81%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata partisipan memiliki hubungan yang baik dengan saudara kandungnya.

(30)

21

Oktaviany (2016) memberi kesimpulan dalam penelitiannya bahwa sibling rivalry dapat berdampak dengan hilangnya harga diri pada anak dan hal ini dapat memunculkan rasa dendam dan kebencian terhadap saudaranya yang bisa terus tertanam hingga mereka dewasa, selain itu munculnya regresi pada anak. Dunn, Slomkowski, Beardsall, & Rende (dalam Klanderman dan Dihoff, 2010) mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan saudara yang negatif ditemukan memiliki tingkat kecemasan, depresi, harga diri dan sekolah yang rendah penyesuaian.

Sumbangan efektif yang diberikan sibling rivalry terhadap harga diri sebesar 16,16%. Hal ini berarti masih ada 83,84% pengaruh dari faktor-faktor diluar dari sibling rivalry yang memperngaruhi harga diri seperti pola asuh orangtua, sosial ekonomi dan pengalaman individu.

(31)

22

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah ditunjukan di atas, maka kesimpilan yang didapat peneliti adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara sibling rivalry dan harga diri pada remaja akhir, artinya semakin tinggi sibling rivalry maka harga diri semakin rendah, sebaliknya jika sibling rivalry semakin rendah maka harga diri semakin tinggi.

2. Sibling rivalry bukan satu-satunya faktor dan bukan faktor dominan yang mempengaruhi harga diri seseorang. Ada pengaruh dari faktor-faktor diluar dari sibling rivalry yang memperngaruhi harga diri seperti pola asuh orangtua, sosial ekonomi dan pengalaman individu.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpilan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut

1. Kepada subjek (remaja akhir) agar dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengevaluasi diri sendiri untuk menemukan penghargaan atas diri sendiri serta menjaga komunikasi yang baik dengan saudara kandung.

2. Kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel lain yang erat hubungannya dengan sibling rivalry seperti peran keluarga, urutan kelahiran dan sebagainya. Dalam pengumpulan data diharapkan menggunakan kalimat yang lebih mudah dimengerti oleh subjek.

(32)

23

DAFTAR PUSTAKA

Alkema, L.N. (2013). Associations Between Sibling Relationship Quality And

Emotional Competence In Middle Childhood. A Thesis. Presented to the faculty of the Department of Child Development California State University, Sacramento.

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.

Dewi, E. (2009). Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal. Skripsi. Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Furman. W, Lanthier. P.R, Stocker, M.C. (1997). Sibling Relationships in Early Adulthood. Journalcof Family Psychology 1997, Vol. 11, No. 2,210-221. Hurlock, E.B. (1997). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hartini, N., & Wangge, B.D.R. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dengan harga diri pada remaja pasca perceraian orang tua. Jurnal psikologi kepribadian dan sosial. 2(1).

Hanum, L.A & Hidayat, A.A.A. (2015). Faktor dominan pada kejadian sibling rivalry pada anak usia prasekolah. The Sun Volume.2(2). Juni 2015. Program studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Jafar, N. (2005). Pertumbuhan remaja. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Mőnks, F. J., Knoers, A. M., & Haditono, S. R. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mustikasari, S., & Idayanti, T. (2014). Hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Jurnal keperawatan dan kebinanan Stikes Dian Husada Mojokerto.

Nielsen, D. M. (2004), Parental Behavior and Adolescent Self Esteem in Clinical and Nonclinical Adolescence. Journal of Adolescence, vol. 32, No. 13, hal 40-44 Nugraheny, E , Ashari, A.M , Idoliana, M. (2014). Persaing saudara kandung (sibling

rivalry) pada anak usia prasekolah. Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul.

(33)

24

Oktaviany, D.M. (2016). Perbedaan tingkat sibling rivalry pada remaja ditinjau dari pola asuh orang tua. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Papilia, W. E, Olds, S. W & Feldman.R. D. (2009). Human Development Edisi 10. Penerjemah : Verawati & Wahyu. Jakarta : Salemba Humanika.

Priatna, C. & Yulia, A. (2006). Mengatasi persaingan antar saudara kandung pada Anak-anak. Jakarta: P.T. Elek Media Komputindo.

Sa’id, M. A. (2015). Mendidik remaja nakal: panduan praktis seni mendidik dan berinteraksi dengan remaja.Yogyakarta: Semesta Hikmah.

Salistina, D. (2016). Hubungan antara favoritisme orangtua dan sibling rivalry dengan harga diri remaja. Jurnal Tarbiyah. 23(1).

Sari, M (2012). Hubungan penyebab dan dampak psikologis persaingan antar saudara kandung pada mahasiswa yang tinggal satu kost. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan.

Widodo, S.A & Pratitis, T.N. (2013). Harga diri dan interaksi sosial ditinjau dari Status sosial ekonomi orang tua. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 2(2). Yanti, E. (2013). Harga diri remaja yang mengalamai sibling rivary. Skripsi. Fakultas

Psikologi Universitas Medan Area Medan.

Yati, J.W. & Mangunsong, F.M. (2008). Hubungan antara sibling rivalry dan

motivasi berprestasi pada Anak kembar. Jurnal penelitian vol.2 edisi 13 Universitas Indonesia.

Yusmadani, V. (2016). Hubungan sibling rivalry dengan perilaku delinkuen pada remaja di SMA PAB 8 Saentis. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

Gambar

Tabel 6  Uji Linearitas  Sum of  Squares  Df  Mean  Square  F  Sig.  Harga  diri *  sibling  rivalry  Between Groups  (Combined)  3833.018  30  127.767  1.729  .035 Linearity 1358.049 1 1358.049 18.383 .000  Deviation  from  Linearity  2474.969  29  85.344

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Probiotik Asam Laktat dalam Air minum terhadap Berat Badan Akhir dan Persentase Karkas pada Ayam Broiler Strain Hubbard Umur 35 hari.. Improving Feed Convertion in Broiler :

Dari hasil analisa perhitungan Studi Evaluasi Perencanaan Struktur Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Tahan Gempa pada Ijen Suites

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: pertama, pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor: 57/Pid.Sus/2016/PN.Srl tentangTraditional Gold Mining didasarkan pada peraturan

NKRI sesuai dengan ajaran Islam dan sudah final tidak bisa di rubah kembali. Peraturan Negara Peraturan negara dan pemerintah masih belum mencerminkan wajah Islam

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Kandungan Bakteri Escherichiacoli, Dan Coliform Pada Air Minum Isi Ulang Di Pondok

Dipandang dari perhitungan kekritisan sel dapat diketahui bahwa sel yang terdiri dari 6 elemen bakar yang ditempatkan rapat akan menghasilkan faktor multiplikasi neutron yang

Jadi kategori miskin yang dinyatakan kepala SDN Bandar II adalah kategori yang didasarkan pada pendapat mazhab Syafi‟i, karena menurut pernyataan Pak Nur Ahmad