• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Evaluation, CIPP, Raskin, Raskinda PENDAHULUAN. commit to user (BPS, 2011). Kondisi ketahanan. mengkonsumsi beras sebagai pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Evaluation, CIPP, Raskin, Raskinda PENDAHULUAN. commit to user (BPS, 2011). Kondisi ketahanan. mengkonsumsi beras sebagai pangan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EVALUASI PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI

KELURAHAN SEMANGGI (Studi Komparatif Program Raskin Pemerintah Pusat dan Program Raskinda Kota Surakarta)

Evaluation of Poverty Alleviation Program in Semanggi (Comparative Study Central Government Rice for The Poor Program and Local Government of

Surakarta Rice for The Poor Program) Insyirah Anwari

Department of Administration Study, Major of Public Administration, Faculty of Social and Political Science, University of Sebelas Maret Surakarta

Program evaluation benefits all stakeholders especially decision makers and those directly dealing with and responsible for the program. The result of the evaluation is useful as feedback and consideration for decision making. The aim of this research is to evaluate both Central Government Rice for The Poor Program (Raskin) and Local Government of Surakarta Rice for The Poor Program (Raskinda) by using CIPP (Context, Input, Process, Product) evaluation model. This research was comparative descriptive study. The location of this research was in Semanggi. The data collection used are interview, documentation, and observation. Subject of the study was determined with using purposive sampling meanwhile the data was analyzed by using interactive analysis model scheme consists of data reduction, data display, and conclusion. Based on CIPP model, the result of this research in context aspect found that both Raskin and Raskinda have been clearly explained about the unfulfilled-need and the goals of the program. For input aspect, the quality of rice and human resources have not meet the standard requirement for the program to run well but in Raskinda Program had better quality in rice and human resources. Then the process aspect, Raskin Program did not work as written in General Guideline but Raskinda Program has been running according based on Technical Guideline. The aspect of the product both programs are already slightly reduce the expenses of the poor. Until this research was done The Central Government still not have decision whether implement Raskin next period meanwhile Surakarta Government promises that will implement Raskinda Program in the next year.

Keywords: Evaluation, CIPP, Raskin, Raskinda PENDAHULUAN

Sekitar 95% dari jumlah penduduk di Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan

utama dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS, 2011). Kondisi ketahanan

(2)

commit to user pangan di Indonesia juga masih

memprihatinkan. Pada tahun 2009 BPS mengumumkan bahwa jumlah penduduk sangat rawan pangan yaitu dengan asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal per orang per hari mencapai 14,47%. Angka ini meningkat dibanding pada tahun 2008 yaitu 11,07%1. Melihat permasalahan tersebut kemudian Pemerintah Pusat mengeluarkan Program Beras Miskin (Raskin). Program ini merupakan implementasi dari Inpres Nomor 8 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan.

Tetapi sayangnya, dalam pelaksanaan raskin di lapangan masih belum dilakukan secara maksimal sesuai dengan harapan. Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan Program Raskin dari Pemerintah Pusat ini, Pemerintah Kota Surakarta kemudian mengeluarkan Program Raskin Daerah (Raskinda). Dalam pelaksanaan Program Raskin yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Kota

1

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015

Surakarta diperlukan suatu evaluasi agar program yang dijalankan bisa mencapai tujuan. Melalui skripsi ini, peneliti ingin melakukan evaluasi komparasi antara Program Raskin yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dengan Program Raskinda Kota Surakarta.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahannya adalah:

1. Bagaimana Program Raskin Pemerintah Pusat di Kelurahan Semanggi berdasarkan metode evaluasi CIPP?

2. Bagaimana Program Raskinda Kota Surakarta di Kelurahan Semanggi berdasarkan metode evaluasi CIPP?

3. Bagaimana perbandingan Program Raskin Pemerintah Pusat dengan Program Raskinda Kota Surakarta di Kelurahan Semanggi?

TINJAUAN PUSTAKA

Jones mengemukakan bahwa kajian evaluasi adalah kegiatan yang

(3)

commit to user dilakukan untuk meninjau kembali

pelaksanaan suatu kebijakan guna mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan2. Hasil dari evaluasi itu dapat mempengaruhi keputusan pemerintah terhadap kebijakan tersebut. Untuk menilai evaluasi pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan, peneliti akan menggunakan model CIPP untuk menilai evaluasi pelaksanaan program-program tersebut.

Model evaluasi CIPP atau kepanjangan dari Context, Input, Process, Product merupakan model evaluasi yang dikembangkan pada tahun 1960an oleh Daniel L. Stuffelbeam. Ada tiga kunci definisi yang mendasari model evaluasi CIPP. Secara lebih jelas lagi, berikut penjelasan masing-masing dimensi dari model evaluasi CIPP ini:

1. Evaluasi Konteks (context) Dalam konteks ini membantu para pembuat kebijakan untuk merencanakan suatu kebijakan atau keputusan kemudian menentukan kebutuhan yang

2 Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi.

Yogyakarta: Yayasan

Pembaruan Administrasi Publik., hlm 25

akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. 2. Evaluasi Masukan (input)

Pada tahap ini menyediakan data untuk menetukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program.

3. Evaluasi Proses (process)

Pada tahap ini yang dinilai adalah seberapa jauh suatu program yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya, bagaimana sumber daya yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan suatu program. Selain itu, dilihat pula hambatan apa saja selama proses pelaksanaan dan bagaimana jika program dilanjutkan.

4. Evaluasi Produk (product)

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan adanya suatu perubahan yang terjadi dari berbagai masukan.

Kemiskinan

Definisi kemiskinan menurut BPS berdasarkan pada garis kemiskinan (poverty line). Nilai garis

(4)

commit to user kemiskinan yang digunakan untuk

menentukan kemiskinan tersebut mengacu pada kebutuhan minimum yang dibutuhkan oleh seseorang, yaitu 2100 kalori per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimum non-makan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi papan, sandang, sekolah, transportasi serta kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasarinya3. Dengan demikian seorang individu dikatakan miskin apabila pengeluarannya di bawah garis kemiskinan.

Di dalam Program Raskin ini, pemerintah menggunakan definisi dari BPS untuk mendefinisikan mengenai kemiskinan. Masyarakat miskin adalah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Sedangkan untuk Program Raskinda, Pemerintah Kota Surakarta menggunakan indikator BPS ditambah beberapa indikator lokal untuk mendefinisikan kemiskinan.

3 Purwanto. Op.Cit., hlm 300

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semanggi Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan skema model analisis interaktif yang terdiri dari tahap reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada evaluasi Program Raskin dan Program Raskinda dengan menggunakan metode CIPP dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari kedua program tersebut. Hasil evaluasi dan perbandingan program yang dilakukan dengan metode CIPP menunjukkan hasil sebagai berikut: a. Dari sisi konteks, hasil penelitian

menunjukkan bahwa konteks dari masing-masing program sudah sesuai dengan yang diharapkan. Kebutuhan yang belum terpenuhi adalah kebutuhan beras bagi warga miskin. Tujuan dari

(5)

commit to user adanya kedua program tersebut

yaitu untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin melalui pemenuhan kebutuhan pangan berupa beras juga sudah menunjukkan upaya Indonesia untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan.

b. Dari sisi input, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan program. Sumber daya finansial untuk Program Raskin diambil dari dana APBN, sedangkan sumber daya finansial Program Raskinda diambil dari dana APBD. Program Raskin memiliki sumber daya yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Beras yang merupakan produk utama dalam program ini tidak sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Sedangkan Program Raskinda kualitas sumber daya telah memenuhi seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan. Kedua program tersebut memiliki kuantitas sumber daya manusia yang memadai Prosedur yang dilakukan untuk mencapai

tujuan sudah disusun dengan baik.

c. Dari sisi proses, pelaksanaan Program Raskin masih belum sesuai dengan yang diharapkan. penanggung jawab dalam program ini cenderung hanya menjalankan perintah saja tetapi tidak memahami program ini secara menyeluruh. Di dalam implementasinya masih ada permasalahan di lapangan seperti salah sasaran, beras yang tidak diterima utuh oleh RTS-PM, tidak adanya sosialisasi program, tidak adanya kegiatan monev. Sedangkan dalam Program Raskinda staff pelaksana lebih paham mengenai program ini dan dalam implementasinya lebih baik daripada Program Raskin. Untuk pemanfaatan sarana dan prasarana, kedua program ini memanfaatkan gudang kelurahan untuk menyimpan beras sebelum didistribusikan ke RTS-PM. d. Dari sisi produk, Program

Raskinda dianggap lebih berdampak daripada Program Raskin. Tetapi sayangnya

(6)

commit to user ketergantungan akan adanya

kedua program ini sehingga masih sulit untuk mengurangi angka kemiskinan melalui program ini. Masyarakat menjadi tidak mandiri dan mengharapkan bantuan dari pemerintah.

Dengan demikian, secara umum berdasarkan analisis CIPP dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Raskin ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan. sedangkan Program Raskinda sudah berjalan dengan baik seperti yang sudah direncanakan. Dengan demikian diharapkan Program Raskin bisa berjalan lebih baik ke depannya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemenuhan kebutuhan pangan.

KESIMPULAN

Dari hasil evaluasi yang dilakukan dengan analisis CIPP terlihat bahwa dari sisi context pada Program Raskin dan Program Raskinda sudah dijabarkan dengan jelas mengenai kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan program.

Dari sisi input pada pelaksanaan Program Raskin masih terdapat permasalahan pada kualitas beras dan SDM sedangkan pada Program Raskinda memiliki kualitas beras dan SDM yang lebih baik.Pada sisi process Program Raskin belum berjalan sesuai dengan Pedoman Umum, sedangkan Program Raskinda sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pada sisi product terlihat bahwa kedua program ini sudah mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin. Tetapi pada Program Raskin, pemerintah belum mengambil keputusan apakah akan tetap menjalankan program tersebut. Sedangkan pada Program Raskinda, Pemerintah Kota Surakarta menetapkan bahwa program ini akan tetap dilaksanakan pada periode berikutnya.

SARAN

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah: 1. Dalam pelaksanaan program

tahun selanjutnya sebaiknya melibatkan pihak RT atau RW untuk melakukan pendataan.

(7)

commit to user 2. Dilakukan updating data

RTS-PM untuk Program Raskin maupun Program Raskinda minimal setahun sekali untuk mendapatkan data yang valid. 3. Untuk pelaksanaan Program

Raskin berikutnya diharapkan memberikan beras yang disesuaikan dengan harga pasaran dan merupaka layak dikonsumsi.

4. Perlu dibuat jadwal khusus untuk melakukan monitoring dan evaluasi dengan turun langsung ke RTS-PM atau mengadakan rapat

5. Sebelum pelaksanaan Program Raskin maupun Program Raskinda perlu dilakukan sosialisasi ke masyarakat.

6. Sebelum pelaksanaan Program Raskin dan Program Raskinda perlu dilakukan transfer informasi dari Pemerintah Pusat ke pelaksana daerah.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan

Publik. Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safrudin Abdul. 2008.

Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara

Dunn, William N. 2000. Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada Press

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar

Metodologi Riset Sosial.

Bandung: Penerbit Mandar Maju

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta: TP Elex Media Komputindo

____________. 2013. Metode

Penelitian Kebijakan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Parsons, Wayne. 2006. Public

Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana

Sajogyo. 1996. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum

Pangan. Yogyakarta:

Yayasan Agro Ekonomika Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sutopo, H.B. 2002. Metode

(8)

commit to user Surakarta: Sebelas Maret

University Press

Suyanto, Bagong dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Kencana

Stufflebeam, Daniel L. 2003. International Handbook of

Educational Evaluation.

United Kingdom: Kluwer Academic Publisher

Stufflebeam, Daniel L. dan Shinkfield, Anthony J. 2007. Evaluation Theory, Models

and Applications. San

Fransisco: Jossey-Bass Subarsono, AG. 2005. Analisis

Kebijakan Publik (Konsep,

Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi

Program Pendidikan Luar

Sekolah. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sumodiningrat, Gunawan dkk. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta

dan Kebijakan. Jakarta:

IMPAC

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003.

Kebijakan Publik yang

Membumi. Yogyakarta:

Lukman Offset

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta

United Nation Develompent Programme. 2006. Poverty

in Focus. Brazil:

International Poverty Center Winarno, Budi. 2012. Kebijakan

Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: PT. Buku Seru

Jurnal

Andrida, Rini dkk. 2011. Analisis Kepuasan Rumah Tangga Penerima Manfaat Raskin di DKI Jakarta. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 8. No. 11 (2011)

Jamhari. 2012. Efektivitas Distribusi Raskin di Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 13. No. 1 (2012)

Jha, Raghbendra dkk. 2013. Food Subsidy, Income Transfer and the Poor: A Comparative Analysis of the Public Distribution System in India’s State. Journal of Policy Modelling. Vol. 35, Issue 6 (2013)

Nyasulu, Gerald. 2010. Revisting the Definition of Poverty.

Journal of Sustainable

Development in Africa. Vol. 12. No. 7 (2010)

Purwanto. Erwan Agus. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 10, No. 3 Maret (2007) Racha, Ramadan dan Alban,

Thomas. 2011. Evaluating the Impact of Reforming the Food Subsidy Program in Egypt: A Mixed Demand Approach. Food Policy Journal. Vol. 36. Issue 5 (2011)

(9)

commit to user Dokumen dan Undang-Undang

Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014

Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II 2010-2014

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 470/5-H/1/2013 tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2012

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Beras Miskin Daerah Kota Surakarta Tahun 2013 Pedoman Umum Raskin 2014

Keputusan Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Surakarta Nomor 511/02.2/I/2014 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Teknis Program Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Program Raskin) Kota Surakarta Tahun 2014 Peraturan Walikota Surakarta Nomor

1-B Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Beras Miskin Daerah Kota Surakarta Tahun 2014

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2-B Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Subsidi Beras

Bagi Masyarakat

Berpendapatan Rendah Kota Surakarta Tahun 2014 Peraturan Walikota Surakarta Nomor

460.05/2-B/1/2014 tentang Tim Pelaksana dan Penerima Manfaat Beras Miskin Daerah Tahun Anggaran 2014

Internet

Badan Ketahanan Pangan. Buku

Dasawarsa BKP dalam

http://bkp.pertanian.go.id diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 16:58

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Pidato

Kenegaraan Presiden

Republik Indonesia dan

Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang

tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2007 Serta

Nota Keuangannya di

Depan Sidang DPR dalam www.bappenas.go.id/

diakses pada 26 September 2014 pukul 18:05

Bank Dunia. Pangan Untuk

Indonesia dalam

www.siteresources.worldban k.org diakses pada 28 September 2014 pukul 17:14 Hanan, Nuhfil AR. 2009. Pengertian

(10)

commit to user www.nuhfil.lecture. ub.ac.id

diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 17:42

Haryana, Arif. Konsep dan

Implementasi Strategi

Nasional Pengentasan

Kemiskinan: Upaya

Mendorong Terpenuhinya

Hak Rakyat Atas Pangan dalam www.bappenas.go.id diakses pada 26 September 2014 pukul 15:00

Hukum Online. 2014. Banyak

Penyelewengan, Program

Raskin Sebaiknya Distop

Sementara dalam

www.hukumonline.com diakses pada 29 September 2014 pukul 17:03

Irfan. 2011. Problematika Beras Miskin (Raskin) di Kota

Surakarta dalam

www.soloraya.net diakses pada 29 September 2009 pukul 18:23

Munawir, Rokhmad. 2012. Program Raskin di Solo Dinilai Masih

Bermasalah dalam

www.soloraya.net diakses pada 22 September 2014 pukul 08:29

Pasaribu, Rowland B.F. Ketahanan

Pangan Nasional dalam

www.rowland_pasaribu. staff.gunadarma.ac.id

diakses pada 15 Oktober 2014 pukul 13:57

Prakoso, Taufiq Sidik. 2013. Penggratisan Raskinda Solo Masih Tanya Tanya dalam www.solopos.com diakses

pada 23 September 2014 pukul 18:08

Solo Kota Kita. 2010. Kelurahan

Semanggi dalam

http://solokotakita.org diakses pada 5 November 2014 pukul 17: 20

Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan

Pangan di Indonesia:

Mengidentifikasi Beberapa

Penyebab dalam

http://www.kadin-indonesia.or.id/ diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 17:50

Welianto, Ari. 2012. Jatah Raskin Naik, Warga Solo Bingung dalam www.edisicetak. joglosemar.co diakses pada 22 September 2014 pukul 08:26

Widodo, Joko. 2013. Surakarta Wacanakan Raskin Premium dalam

www.antarajateng.com diakses pada 23 September 2014 pukul 18:19

World Health Organization. Food Security dalam www.who.int diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 17:06

Referensi

Dokumen terkait

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Perencanaan Proses Belajar Menagajr dengan Menggunakan KIT IPA SD Pada Siswa Kelas IV.. Perencanan

Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut... ADAPTASI TERHADAF

berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama ( SKB) tentang kekaryawanan dan Undang - Undang tenaga kerja maka saya yang bertanda tangan dibawah ini.. No

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah

Penambahan fasilitas dan sungai sebagai potensi yang direncanakan pada lokasi Istana Maimun tentunya diharapkan dapat lebih "merangkul" dalam segi jumlah

Segala biaya akomodasi dan transportasi penyedia jasa yang berkaitan dengan rapat pembuktian kualifikasi ini ditanggung oleh penyedia jasa itu sendiri. Apabila pihak Penyedia Jasa

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dari kelima karakteristik kewirausahaan yang telah dijelaskan di awal, ternyata dua perolehan tertinggi yang dipilih oleh