• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 07, Nomor 01, Juni 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 07, Nomor 01, Juni 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Surat Pendek dengan

Menggunakan Metode Cooperative Scripting di Kelas V Madrasah

Ibtidaiyah AL-Hidayah Margorejo Surabaya

 

Abstrak: Dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits materi menghafal surat

pendek terutama surat Al-Alaq, guru sering menggunakan metode penugasan sehingga siswa terlihat kurang aktif. Untuk itu peneliti menggunakan metode cooperative scripting karena metode ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang menarik dan menyenangkan, serta membangkitkan sikap kerja sama yang bagus. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan metode cooperative scripting dalam materi surat pendek dan bagaimana peningkatan kemampuan menghafal dengan mengunakan metode

cooperative scripting. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari beberapa tahap, antara lain: tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. PTK ini dilakukan hanya dengan satu siklus dikarenakan pada siklus I tersebut sudah berhasil. Sasaran penilitian ini adalah siswa kelas V di MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes lisan (pre-test dan post-test), lembar observasi guru dan siswa. Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa ketuntasan belajar (kemampuan menghafal) secara klasikal meningkat dari 0% (pre-test pada pra-siklus) ke 80% (post-test siklus I). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode cooperative scripting dapat berpengaruh positif.

Kata Kunci: Kemampuan Menghafal, Surat Pendek, Metode Cooperative

Scripting.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses pembelajaran mendewasakan manusia. Pendidikan dapat mengubah pola pikir, perilaku, sikap, serta perbuatan seseorang. Sebagaimana sabda Rosulullah. “Menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap orang Islam”

(2)

(HR. Ibnu Barri). (Mucthar, 2012: 1) Pendidikan Mencakup banyak aspek, salah

satunya Pendidikan Agama Islam.

Pada pendidikan formal, pendidikan Agama Islam terdiri dari dua lingkup, disekolah dasar meliputi aspek Al-Qur’an Hadits, Keimanan, Akhlak, dan Muamalah/Ibadah, dan Tarikh/Sejarah umat Islam. Semua aspek tersebut dimasukkan dalam satu komponen mata pelajaran. Sedangkan di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran PAI atau menjadi mata pelajaran tersendiri, diantaranya mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). (Muhaimin, 2007: 140).

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuh-kan dan meningkatmenumbuh-kan keimanan melalui pemberian dan pengetahuan, penghayat-an, pengamalpenghayat-an, dan pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2012: 16-17).

Salah satu mata pelajaran yang berada di Madrasah Ibtidaiyah adalah Al-Qur’an Hadits. Al-Al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan (Mudlofir, 2011: 171-17).

Pelajaran Al-Qur’an Hadits sangatlah penting bagi kehidupan sehari-hari siswa, terutama hafalan surat pendek. Selain itu pemahaman isi kandungan dari surat-surat pendek juga sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan siswa. Hafalan surat pendek menjadi yang utama dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits, karena hal tersebut adalah sebagai bentuk penanaman kecintaannya terhadap Al-Qur’an.

Pada kenyatannya dari hasil yang dilakukan peneliti bahwa anak-anak sekolah dasar kelas V di MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya tidak dapat menghafal surat pendek terutama surat Al-Alaq dengan baik dan hasil belajar di bawah nilai ketuntasan minimal. Menurut hasil wawancara dari guru oleh peneliti, kelas V MI Al-Hidayah Maregorejo bahwa kemampuan menghafal mata pelajaran Al-Qur’an Hadits rata-rata 40% yang memilki ketuntasan dalam materi menghafal surat Al-Alaq dan yang belum tuntas mencapai rata-rata 60%. Artinya dari 10 siswa hanya 4 siswa yang mampu menghafal surat Al-Alaq, dan 6 siswa lainnya belum mampu menghafal surat Alaq dengan baik dan benar.Rata-rata siswa kelas V di MI Al-Hidayah ini merupakan siswa yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, pendidikan yang keras, yatim piatu, broken home, dan orang tua banyak yang merantau sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Kondisi ini berpengaruh pada kemampuan menghafal siswa. Sehingga siswa hanya mengandalkan pelajaran disekolah tanpa ada kegiatan lain yang dapat mendukung

(3)

siswa tersebut mampu menghafal seperti ikut TPQ atau les privat. Selain itu, motivasi yang dimiliki oleh siswa ini termasuk motivasi kategori rendah karena sebenarnya dari guru sudah menyampaikan berbagai motivasi, akan tetapi orang tua tidak memberi penguatan atau kurang memberikan perhatian.

Berdasarkan hasil penelitian di MI Al-Hidayah ini bahwa metode yang digunakan oleh guru ketika proses pembelajaran, guru hanya menggunakan metode modeling dan penugasan. Dikarenakan guru tersebut belum mengenal banyak metode. Hal ini yang membuat siswa-siswi menjadi bosan dan tertekan. Pada akhirnya situasi belajar di kelas berjalan kurang efektif dan hasilnya tidak mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan menghafal siswa terhadap materi Al-Qur’an Hadits, dikarenakan kurangnya dukungan lingkungan sekolah dan kelas yang menyebabkan terciptanya suasana yang kurang nyaman dan membosankan. Selain itu proses pembelajarannya juga kurang sesuai dan kurang menarik perhatian siswa, terutama dalam hal guru menggunakan metode dalam proses pembelajaran tersebut.

Berdasarkan analisis peneliti di atas, maka masalah untuk meningkatkan kemampuan menghafal siswa terhadap materi Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode cooperative scripting dalam proses pembelajarannya. Metode cooperative scripting merupakan sebuah metode yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode cooperative scripting karena selama proses pembelajaran berlangsung siswa aktif menghafal dengan bantuan pasangannya, sehingga diantara mereka ada yang membantu dalam menemukan kesalahan dan membetulkan serta membantu mengingat-ingat.

Berdasarkan permasalahan yang di paparkan di atas, maka peneliti mencoba meningkatkan kemampuan menghafal surat pendek yaitu surat Al-Alaq siswa kelas V MI Al-Hidayah Maregorejo dengan menggunakan metode Cooperative Scripting. Diharapkan dengan menggunakan metode ini siswa-siswa akan lebih cepat menghafalkan surat pendek terutama surat Al-Alaq. Dari latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Surat Pendek Dengan Menggunakan Metode Cooperative Scripting Di Kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan metode

cooperative scripting dalam meningkatkan kemampuan menghafal materi surat pendek

di kelas V MI Al-Hidayah Maregorejo? Dan bagaimana peningkatan kemampuan menghafal siswa kelas V MI Al-Hidayah Margorejo melalui penerapan metode

cooperative scripting?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui

penerapan metode cooperative scripting dalam meningkatkan kemampuan menghafal materi surat pendek di kelas V MI Al-Hidayah Margorejo, 2) mengetahui

(4)

peningkatan kemampuan menghafal siswa kelas V MI Al-Hidayah Margorejo melalui penerapan metode cooperative scripting.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah secara umum: dapat meningkatkan kemampuan menghafal peserta didik pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan materi surat Al-Alaq, bagi peneliti dapat meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah. Secara spesifik bagi sekolah: dapat memberikan kontribusi dalam hal meningkatan mutu tenaga pendidik, dan peserta didik. Bagi guru dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau variasi metode di dalam proses pembelajaran serta dapat memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas serta untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Bagi peserta didik: dapat meningkatkan motivasi dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dalam proses KBM berlangsung, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan bagi peneliti: Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, refleksi peneliti ketika menjadi tenaga pendidik dan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada tempat, kelas, setingan, metode yang berbeda.

KERANGKA KONSEPTUAL Kemampuan Menghafal

Tahfidz berasal dari Bahasa Arab ( اًظْف ِح ُظَفْحَي َظِفَح) yang berarti menghafal, sedangkan kata “menghafal” berasal dari kata “hafal” yang memiliki dua arti : telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Adapun arti “menghafal” adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. (Poerwadarminta, 2002: 381).

Menurut Ahmad Warson Munawwir, kata “menghafal” dalam bahasa Arab adalah “hifzh”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja): hafizha – yahfazhu – hifzhan. Jika dikatakan, hafizha asysyai’a, artinya menjaga (jangan sampai rusak), memelihara dan melindungi. Namun jika dikatakan, hafizha as-sirra, artinya katamahu (menyimpan). Dan jika dikatakan, hafizha ad-darsa, artinya istazhharahu (menghafal). (Munawir, 1997: 297) Dari sini, dapat diketahui bahwa kata hafizha – yahfazhu – hifzhan dalam bahasa Indonesia artinya adalah “menghafal”.

Dalam kamus Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat (Anwar, 2003: 318).

Pada periode awal perkembangan anak sebelum ia belajar membaca dan menulis, biasanya anak diajarkan untuk menghafalkan hal-hal tertentu termasuk surat-surat pendek. Dalam kenyataannya hafalan Al-Qur’an adalah syarat ilmu yang

(5)

penting bagi orang Islam. Hal ini disebabkan karena mereka terpengaruh pada sejarah yang panjang dalam perkembangan umat Islam, dimana orang berpegang lebih banyak kepada hafalan dari pada tulisan (Ubbiyati, 1998: 146-147).

Kemampuan menghafal Al-Qur’an dapat ditingkatkan dengan membiasakan anak untuk selalu membaca, menulis dan memahami tentang Al-Qur’an. Hafalan yang disertai pengertian dapat memasukkan nilai-nilai Qur’ani dalam diri anak sehingga akan diwujudkan melalui perbuatan atau tingkah laku yang tidak menyimpang dari Al-Qur’an.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas menghafal, berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain: kondisi emosi, keyakinan (belief), kebiasaan (habit), dan cara memproses stimulus. Sedangkan faktor eksternal antara lain: lingkungan belajar, dan nutrisi tubuh. (Putra, 2010: 16).

Manfaat menghafal antara lain: 1) hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap keilmuan seseorang. Orang yang mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan pengembangan pemikiran secara lebih luas, 2) Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa langsung menarik kembali ilmu setiap saat, dimanapun, dan kapanpun, 3) siswa yang menghafal dapat menangkap dengan cepat pelajaran yang diajarkan, apalagi kalau hubungannya dengan teori matematika, IPA, Al-Qur’an Hadits, Bahasa Inggris dan sebagainya, 4) aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengendapkan ilmu dan mengkristalkan dalam pikiran dan hati, kemudian meningkatkannya secara akseleratif dan massif, 5) dalam konteks PAKEM, hafalan menjadi fondasi utama dalam mengadakan komunikasi interaktif dalam bentuk diskusi, debat, dan sebagainya, 6) dapat membantu penguasaan, pemeliharaan dan pengembangan ilmu. Pelajar yang cerdas serta mampu memahami pelajaran dengan cepat, jika ia tidak mempunyai perhatian terhadap hafalan, maka ia bagaikan pedagang permata yang tidak bias memelihara permata tersebut dengan baik. Seringkali, kegagalan yang dialami para pelajar yang cerdas disebabkan oleh sikap menggantungkan pada pemahaman tanpa adanya hafalan, 7) dengan model hafalan, pemahaman bias dibangun dan analisis bisa dikembangkan dengan akurat dan intensif (Asmani, 2011: 128-130).

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Secara etimologi Al-Qur’an artinya bacaan. Kata dasarnya qara’a yang artinya membaca. Adapun pengertian Al-Qur’an dari segi istilah, para ahli memberikan definisi sebagai berikut: 1) menurut Manna Al-Qaththan, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan membacanya adalah ibadah, 2) menurut Abdul Wahhab Khalaf, Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Nabi Muhammad melalu Malaikat Jibril dengan menggunakan lafal bahasa Arab dan makna yang benar sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya (Alim, 2011: 171-172).

(6)

Dalam buku metodologi pengajaran agama juga terdapat beberapa pendapat tentang Qur’an, diantaranya: 1) K.H Munawar Khalil menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat dengan sebuah surat dari padanya yang beribadah bagi yang membacanya, 2) Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditilawatkan dengan lisan dan penulisannya secara mutawatir, 3) Fazlur Rahman mengartikan Al-Qur’an merupakan sumber yang mampu menjawab semua persoalan (Thoha, 1994: 24).

Menurut etimologi kata Al-Hadits mempunyai banyak pengertian, yaitu jalan atau tuntunan, setiap apa yang dikatakan, jadid berarti baru sebagai lawan dari

al-qadim yang berarti terdahulu atau lama. Sedangkan pengertian hadits secara

terminology, para ulama’ hadits pada umumnya memberikan definisi bahwa hadits disamakan pengertiannya dengan al-sunnah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Sedangkan Ulama’ Ushul Fiqih memandang Nabi sebagai pembuat undang-undang di samping Allah SWT. Oleh sebab itu mereka mendefinisikan hadits Nabi adalah perkataan-perkataan, perbuatan dan taqrir Rasul Allah SWT sebagai petunjuk dan perundang-undangan (Suryani, 2012: 3-4).

Berdasarkan buku metodologi pengajaran agama, menurut muhadissin bahwasannya hadits adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta hal ihwal Nabi SAW. Sedangkan ahli ushul fiqih mengatakan hadits adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta taqrir-taqrir Nabi yang berkaitan dengan bidang hokum. Ahli ushul fiqih lain mengatakan bahwa hadits adaah perkataan-perkataan Nabi SAW yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hokum syara’.

Dari rumusan pengertian menurut ahli ushul fiqih di atas, maka yang dikatakan hadits adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta taqrir-taqrir Nabi khususnya yang berkaitan dengan penetapan hukum syara’ (Thoha, 1994: 61-63).

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits bertujuan agar peserta didik gemar untuk membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan benar serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenaran, mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. Fungsi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah sebagai berikut: 1) pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang cara membaca dan menulis Al-Qur’an serta kandungan Al-Qur’an dan Hadits, 2) sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, 3) pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam, 4) perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, 5)

(7)

pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain (Mudlofir, 2011: 47).

Ruang Lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 1) pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, 2) hafalan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, 3) pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturrahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, cirri-ciri orang munafik, dan amal salih.

Metode Cooperative Scripting

Pembelajaran kooperatif sering disebut juga dengan kelompok pembelajaran

(Group Learning), yang merupakan istilah generik bagi bermacam prosedur

intruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif. Siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. (Hariyanto, 2012: 161-162) Model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. (A’la, 2011: 97) Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin, 1994: 175).

Stuktur cooperative Scripting ini merupakan modifikasi dari stuktur cooperative

Script. Pengembangan sesuai dengan yang dikutip Slavin adalah Spurlin, Dansereau

dan brooks. Esensi aktivitas dan implikasi terhadap pengaturan kelas tetap sama (Hariyanto, 2012: 205).

Langkah-langkah metode Cooperative Scripting sebagai berikut: a) Siswa duduk berpasangan, b) guru membagi wacana atau materi kepada siswa untuk dibaca dan diringkas, c) pasangan siswa dibagi dalam dua peran, yang pertama sebagai peringkas dan pengingat (The Recaller) dan yang kedua sebagai pendengar (The Listener), d) pasangan siswa menetapkan siapa yang akan bertugas sebagai pembuat ringkasan/ikhtisar dan pengingat (The Recaller) terlebih dulu dengan cara melempar koin. Di Indonesia, para siswa biasanya melakukan suit untuk melakukan siapa pemenangnya, e) mereka kemudian bersama-sama membaca dalam hati bagian pertama dari buku atau majalah atau makalah yang harus dibaca, biasanya terdiri dari 500-600 kata. Setelah seksi / bagian pertama dari tugas baca ini sudah selesai dibaca, mereka harus berhenti membaca dan tidak boleh melanjutkan kebagian selanjutnya, f) the Recaller tanpa melihat bacaan (dan memang tidak boleh), meringkas isi bacaan dengan membacanya secara nyaring dan selengkap mungkin. Dalam membuat ringkasan ini, The Recaller mencoba memberikan penekanan terhadap

(8)

gagasan-gagasan yang penting yang ada dalam bacaan serta fakta-fakta yang relevan. Pendengar tidak boleh menyelah sama sekali pada saat the recaller berbicara, g) setelah the recaller selesai dengan tugasnya maka berlangsung hal-hal sebagai berikut: h) sambil melihat kepada tugas bacaan, si pendengar menambahkan berbagai informasi yang terlewatkan oleh the recaller, serta membetulkan berbagai informasi yang salah. Kedua pasangan tersebut mendiskusikan setiap perbedaan pendapat untuk memperbaiki pemahaman mereka terhadap isi dan esensi bacaan, i) pasangan ini kemudian berunding untuk mencari dan menentukan berbagai kiat untuk mengingat bahan bacaan ini dengan baik, mungkin mereka akan menemukan sistem cantol (pengging) atau membuat jembatan keledai (mneumonik) atau membuat peta konsep, menggambar sesuatu, membuat bagan dan lain sebagainya, j) the recaller dalam kesempatan ini juga membantu si pendengar dalam membetulkan kesalahan yang dilakukan serta bagaimana cara mengingat-ingat isi dan esensi bacaan dengan baik, k) bila sudah selesai dengan bagian pertama dari tugas bacaan, sekarang para siswa bertukar peran, the recaller menjadi pendengar dan sebaliknya, serta melanjutkan tugas baca ke bagian selanjutnya, l) langkah-langkah d sampai f diulang-ulang sampai seluruh tugas bacaan selesai dikerjakan (Hariyanto, 2012: 205).

Metode pembelajaran cooperative scripting ini memiliki konsep dari the aclerated

learning, active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model

pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada metode pembelajaran

cooperative learning, prinsip-prinsipnya yaitu: 1) siswa harus memiliki persepsi bahwa

mereka tenggelam dan berenag bersama, 2) siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, 3) siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota kelompok, 5) siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar, 7) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif (Mahisa, 2002: 210).

Kelebihan model pembelajaran cooperative scripting diantanya adalah: melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. Setiap siswa mendapatkan peran. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Adapun kelemahan model pembelajaran cooperative scripting diantanya adalah: hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, dan hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut) (A’la, 2011: 98).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Dalam hal

(9)

ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti secara langsung pada saat guru melakukan proses pembelajaran. Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan mengunakan bentuk kolaboratif, dimana guru sebagai mitra kerja peneliti. Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan atau observasi (observing) dan refleksi (reflecting) (Badrujaman, 2010: 20).

Tempat penelitian ini bertempat di MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya tahun pelajaran 2014/2015. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada 04 Mei semester genap 2014/2015. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V sebanyak 10 orang pada pokok bahasan surat Al-Alaq.

Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kurt Lewin. Model Kurt Lewin adalah berbentuk spiral yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan tidak hanya sekali namun berulang. Pada rencana tindakan peneliti memilih dan menggunakan model dari Kurt Lewin yakni 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Jika penerapan metode cooperative scripting masih terdapat kekurangan, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Jika pada penerapan metode cooperative scripting pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin

Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa bahwa dalam tahap perencanan: peneliti menyusun rencana pembelajaran mengenai surat Al-Alaq dengan mengunakan metode cooperative scripting, mempersiapkan instrumen untuk penialain serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana prasaran yang dibutuhkan. Pada tahap pelaksanaan:

(10)

peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi surat Al-Alaq dengan menerapakan metode cooperative scripting sesuai dengan RPP. Pada tahap pengamatan: peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode

cooperative scripting pada kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya. Pada tahap

refleksi: peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus I seperti apakah kegiatan siklus I dapat meningkatkan kemampuan menghafal siswa kelas V pada materi surat Al-Alaq.

Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes lisan

(pre-test dan post-(pre-test) dan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ketika proses

pembelajaran berlangsung. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Pengamatan Aktivitas Guru, Lembar Pengamatan Aktvfitas Siswa.

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data.

Untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode cooperative learning dalam meningkatkan kemampuan mengahafal siswa adalah apabila RPP dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru dan dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang ada serta siswa dapat menunjukkan respon yang positif terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan RPP.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes lisan (pre-test dan post-test) pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk ketuntasan belajar. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila telah mencapai KKM yaitu nilai 75 dan yang mendapatkan nilai tersebut mencapai 75%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar (kemampuan menghafal) digunakan rumus sebagai berikut:

P ∑ siswa yang tuntas belajar x100%

(11)

Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 40%-75%. Kondisi setelah penilaian diharapkan tingkat kemampuan menghafal siswa dalam materi surat Al-Alaq meningkat dari rata-rata 45 menjadi 75 dan di atasnya.

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain; Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan kemampuan menghafal siswa pada materi surat Al-Alaq meningkat. Diukur dari presentase peningkatan kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode cooperative scripting. Selain itu, diharapkan siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 75 meningkat menjadi 75%.

ANALISIS DATA PENELITIAN Siklus 1

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan alat-alat pelajaran yang mendukung.

Tahap Kegiatan Dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 04 Mei di kelas V dengan jumlah siswa 10 siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Sementara guru bertindak sebagai observer.

Pada akhir pembelajaran siswa diberi post-test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Hasil Post Test

No Jumlah Siswa Nilai Keterangan

1 2 67 Tidak tuntas 2 1 75 Tuntas 3 3 83 tuntas 4 4 91 tuntas Jumlah 822 Nilai rata-rata 82.2

(12)

Dari tabel hasil data di atas diperoleh nilai rata-rata kemampuan menghafal siswa adalah 82%. Dan ketuntasan belajar mencapai 80% atau seluruh siswa sudah tuntas belajar (kemampuan menghafal). Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan kemampuan menghafal secara klasikal telah mengalami peningkatan yang lebih baik daripada pra-siklus. Adanya peningkatan kemampuan menghafal ini karena siswa lebih termotivasi untuk menghafal terutama dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative scripting. Selain itu dengan menggunakan metode cooperative scripting ini siswa menjadi antusias untuk mempelajari materi ini bersama teman sekelompoknya sehingga mereka lebih cepat menghafal materi. Tahap Pengamatan

Tahap ini guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran Qur’an Hadits materi “Surat Al-Alaq“ dengan menerapkan metode cooperative scripting di kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya untuk pengumpulan data proses belajar mengajar yang akan dianalisis dan diolah. Hal yang dilakukan guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ini adalah: Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru dan siswa. Dalam pengamatan atau observasi tersebut, guru menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan saat proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini diisi oleh guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung.

Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut: siswa cukup merespon apersepsi atau motivasi yang diberikan, siswa mendengarkan ketika tujuan pembelajaran disampaikan, siswa memusatkan perhatian pada materi ketika proses pembelajaran, siswa kurang dalam meringkas (menulis kembali) setiap ayat nya, siswa sangat baik ketika membaca ayat yang sudah diringkas, siswa cukup dalam memberikan tanggapan ketika guru mengecek pemahaman, siswa sangat baik dalam mengerjakan dan tertib ketika dilaksanakan tes evaluasi individu, siswa cukup dalam merespon kesimpulan materi pembelajaran yang diberikan.

Dari analisis di atas diperoleh nilai terhadap pengamatan aktivitas siswa adalah 79% sehingga antusias atau keaktifan siswa ketika proses pembelajaran materi surat Al-Alaq dengan menerapkan metode cooperative scripting dikategorikan baik sekali. Dari hasil data observasi guru yang diperoleh dari pengamatan aktivitas guru ketika mengajar adalah bahwa guru telah melaksanakan semua pembelajaran sesuai RPP yang telah disiapkan.

Tahap Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode

(13)

1. Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa dari pra-siklus ke siklus I telah mengalami peningkatan yang sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah diharapkan.

Akan tetapi dalam selama proses pembelajaran masih ada kendala seperti: ketika diskusi (dalam membaca atau menghafal surat) berlangsung siswa terlalu ramai dan ketika proses evaluasi (post test) berlangsung siswa yang menunggu giliran menghafal juga sering ramai bahkan meninggalkan tempat duduk, tetapi hal itu tidak menjadi kendala yang dapat berpengaruh tehadap keberhasilan pembelajaran.

PEMBAHASAN

Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Menerapkan Metode Cooperative Scripting

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa pada siklus I bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode

cooperative scripting keaktifan siswa tergolong bagus sekali, mereka antusias sekali

ketika belajar dengan teman sebangkunya untuk menghafal materi. Berbeda sekali ketika pra-siklus, berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, keaktifan siswa sangat kurang, mereka sering mengeluh ketika diberi tugas oleh guru.

Sedangkan mengenai aktivitas guru, guru telah melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan RPP dan melaksanakan langkah-langkah metode cooperative

scripting dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan tes (pre-test dan

post-test), memberikan umpan balik atau evaluasi atau tanya jawab. Dan artinya, metode cooperative scripting ini tidak sulit untuk diterapkan di MI.

Peningkatan Kemampuan Menghafal Siswa

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa penerapan metode cooperative scripting ini bernilai positif dalam meningkatkan kemampuan menghafal siswa. Hal ini dilihat dari meningkatnya kemampuan pemahaman siswa rata-rata dari pra-siklus ke siklus I yaitu masing-masing 49.4 ke 82.2. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu dari 0% ke 80%.

(14)

PENUTUP Kesimpulan

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits materi Surat Al-Alaq dengan menerapkan metode cooperative scripting dapat meningkatkan ketuntasan belajar (kemampuan menghafal) siswa dari pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 40% (pra-siklus) ke 80% (siklus I). Jadi peningkatan secara klasikal dari pra-siklus ke siklus I adalah sebanyak 80%.

Penerapan metode cooperative scripting dalam materi surat Al-Alaq berdampak positif terhadap aktivitas siswa, hal tersebut dilihat dari keaktifan siswa yang meningkat dari pra-siklus ke siklus I.

Saran

Sebagai seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Metode cooperative scripting merupakan salah satu solusi yang baik dan tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal siswa di kelas V MI Al-Hidayah ini. Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran seharusnya memilih dan menerapkannya agar tujuan pembelajaran berhasil dengan maksimal.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk penelitian ini, karena penelitian ini hanya dilakukan dalam 1 minggu atau 1 siklus, sehingga di dalamnya tentu masih belum sempurna atau masih banyak kekurangan. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan dan penyempurnaan agar diperoleh hasil yang lebih baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Achmad Rois Jazuli. 2006. Qur’an Hadits Bahan Ajar Untuk MI Kelas 5. Surabaya: PT Je Press Media Utama.

Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka Progressif.

Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat. 2010. Cara mudah Penelitian Tindakan

Kelas untuk guru mata pelajaran. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Ali Mudlofir. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lo.

(15)

Chabib Thoha, et al. 1994. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Desy anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia. cet. 1.

Heri Jauhari Mucthar. 2012. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jamal Ma’mur Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: DIVA Press

(Anggota KAPI).

Miftahul, A’la. 2011. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva press.

Muhaimin. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad Alim. 2011. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nur Ubbiyati. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Duta Rakyat.

Putra, Yovan P dan Bayu Issetyadi. 2010. Lejitkan Memori 1000%. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Third Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Suryani. 2012. Hadits Tarbawi: Analisis Paedagofis Hadits-haadits Nabi. Yogyakarta: Teras.

Warsono, Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin
Tabel 1: Hasil  Post Test

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Menurut

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Kita perlu menginstall beberapa library yang nantinya akan digunakan untuk disimpan dalam database MySQL sehingga kita bisa melihat, pencarian, dan profil peristiwa. Untuk

(1) Selain Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, untuk memperkaya Kebudayaan Nasional Indonesia, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah memberikan

Keefektifan tersebut berdasarkan hasil analisis data menggunakan sign test (tes tanda) menunjukkan hasil pengujian p= 0,031 lebih kecil dari p =0,05. Hasil tersebut

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor