• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN

KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN SOLUSIO PLASENTA

DENGAN SOLUSIO PLASENTA

A.

A. Konsep Dasar PenyakitKonsep Dasar Penyakit

I.

I. PengertianPengertian

Solusio

Solusio plasenta plasenta ((abruption plasentaabruption plasenta atau atau accidental haemorageaccidental haemorage)adalah terlepasnya)adalah terlepasnya  plasenta

 plasenta yang yang letaknya letaknya normal normal pada pada korpus korpus uteri setelah uteri setelah kehamilakehamilan n 20 20 minggu minggu atau atau sebelumsebelum  janin l

 janin lahirahir ((file:///file:///H:/lp-dan-askep-H:/lp-dan-askep-solusio-plasentsolusio-plasenta.htmla.html).).

Abdul Bari Saifuddin mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari Abdul Bari Saifuddin mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi  pada

 pada kehamilan kehamilan di di atas atas 22 22 minggu minggu atau atau berat berat janin janin di di atas atas 500500gramgram (http://materi-kuliah- (http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html)

akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html)..

II.

II. EpidemiologiEpidemiologi

Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur lain Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan

500-750 persalinan(11)(11). Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di. Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan diagnosisnya

(2)

Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500  persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi pula  penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan(2). Menurut hasil penelitian

yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi(11). Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi solusio plasenta(13).

Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% a tau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita terlambat datang ke rumah sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya (5).

Sedangkan penelitian yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil Padang dalam  periode 2002-2004 dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan (0,39%)

atau 1 dalam 256 persalinan(14).

III. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :

(3)

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi  pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.

2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

- Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan 3. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan k ejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

4. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.

(4)

Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.

5. Faktor kebiasaan merokok 

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang  perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada

mikrosirkulasinya

6. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah  bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

7. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.

IV. Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau  plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan  pelepasan plasenta dari dinding uterus.

(5)

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi  bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga seb agian dan akhirnya seluruh  plasen ta akan terlepas dari implant asinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke  bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus p ada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang  banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibatpembekuan intravaskuler dimana-mana

(6)

keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

V. Klasifikasi

Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi: a. Solusio plasenta partsialis

Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat p elekatnya.  b. Solusio plasenta totalis

Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatn ya. c. Prolapsus plasenta

Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi : a. Solusio plasenta ringan

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

(7)

Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi  jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian  pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat

c. Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock .Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.

VI. Gejala Klinis

a. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang,  perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan ke matian janin intra uterin.

 b. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

c.  Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

(8)

VII. Pemeriksaan Diagnostik 

a. Pemeriksaan laboratorium

- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.

- Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu  pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.

 b. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : - Terlihat daerah terlepasnya plasenta

- Janin dan kandung kemih ibu - Darah

- Tepian plasenta

c. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

VIII. Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

a. Syok hemoragik 

 b. Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio  plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang

(9)

ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan  pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran  pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia,

secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

c. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.

d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah  perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: 1. Fetal distress

2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan 3. Hipoksia dan anemia

4. Kematian

IX. Penatalaksanaan

(10)

  Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.

 b. Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan I. Pengkajian

a. Identitas klien secara lengkap  b. Keluhan utama

- Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri

- Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang

 berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang. - Perdarahan yang berulang-ulang.

(11)

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit  banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya  pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma,

uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll. d. Riwayat penyakit masa lalu

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus .

e. Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan  penyebabnya.

f. Pemeriksaan fisik  1. Keadaan umum

- Kesadaran : composmetis s/d apatis - Postur tubuh : biasanya gemuk  - Raut wajah : biasanya pucat 2. Tanda-tanda vital

- Tensi : normal sampai turun (syok)

-  Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit) - Suhu : normal / meningkat (> 37o c)

(12)

3. Pemeriksaan cepalo caudal

- Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.

- Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma - Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung - Mata : conjunctiva anemis

- Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal

- Abdomen

Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area pe rut, terlihat linea alba dan ligra Palpasi rahim keras, fundus uteri naik 

Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin. - Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.

- Ekstimitas

Akral dingin, tonus otot menurun. g. Pemeriksaan Penunjang

- Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

- USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin. - Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

(13)

II. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis , akral dingin , Hb turun , muka pucat, dan lemas .

2. Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang . 3.  Nyeri akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus

4. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya . 5. Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan

III. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawa

1. Gangguan perfusi jaringan  b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis , akral dingin , Hb turun , muka  pucat, dan lemas .

Setelah diberikan askep, diharapkan perfusi  jaringan pasien adekuat, dengan kriteria hasil :

Conjunctiva tidakanemis Akral hangat

Hb normal

Muka tidak pucat, dan pasien tidak lemas.

Monitor tanda tand

Observasi tingkat menit

Catat intake dan out

Kolaborasi dalam isotonik 

(14)

Kolaborasi dalam apabila Hb rendah 2. Risiko tinggi terjadinya letal

distress berhubungan dengan  perfusi darah ke plasenta  berkurang .

Setelah diberikan askep, diharapkan tidak terjadi fetal distress, dengan kriteria hasil:

DJJ normal/terdengar  Adanya pergerakan bayi Bayi lahir selamat

Jelaskan risiko  janin/kematian janin Observasi perubah  janin Berikan O2 10-12 terjadi tanda-tanda f  3.  Nyeri akut b.d. kontraksi

uterus ditandai terjadi distress /  pengerasan uterus , nyeri tekan

uterus

Setelah diberikan askep, diharapkan klien dapat  beradaptasi dengan nyeri yang dideritanya,

dengan kriteria hasil :

Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.

Klien kooperatif dengan tindakan yang diberikan

Jelaskan penyebab n

Ajarkan teknik relak 

Berikan posisi yang kanan)

(15)

Berikan teknik rela dan punggung

Libatkan suami da  pengontrolan nyeri

Kolaborasi dalam pe

4. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya

Setelah diberikan askep, diharapkan klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya, dengan kriteria hasil :

Klien melaporkan cemas berkurang Klien tampak tenang dan tidak gelisah

Anjurkan klilen unt yang dicemaskan

Beri penjelasan tent

Beri penjelasan tent

Anjurkan keluarga memberi dukungan

Anjurkan pengg  pernapasan dan latih

5. Risiko terjadinya shock

hemoragik b.d. perdarahan

Setelah diberikan askep, diharapkan shock hipovolemik tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Perdarahan berkurang

Kaji pendarahan seti

(16)

TTV normal

Kesadaran komposmentis

TTV normal, obser  30 menit

Awasi adanya t keringat dingin, dan Kolaborasi dalam pe

IV. Evaluasi

No. Dx Evaluasi

1 Perfusi jaringan pasien adekuat 2 Fetal distress tidak terjadi

(17)

4 Cemas klien berkurang atau hilang 5 Shock hipovolemik tidak terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. (2008). Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD  Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2002-31 Desember 2006 .  (Akses tanggal 16 Oktober

(18)

2010).http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-  plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-januari-2002-31-desember-2006/

Anonimous. (2009). Askep Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010).http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html

Anonimous. (2009). Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010). http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/solusio-plasenta.html#axzz0y6Pwti9X

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Limas, Endri. (2010). Askep dan LP Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober

2010). file:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html

Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC.

 NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007

 – 

 2008, NANDA International, Philadephia.

Referensi

Dokumen terkait

yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang.. berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat

periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh –pembuluh darah

7. Begitu juga perlu perhatian sungguh – sunggguh terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami kasus seperti perdarahan per vaginal, solusio plasenta, nyeri yang

Perdarahan yang bersumber pada kelainan palasenta, yang secara klinis yang biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya, yaitu antara plasenta previa, dan solusio palsenta

4omplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok

Intra cerebral hematom adalah area perdarahan yang homogen dan konfluen yang terdapat didalam parenkim otak. Intra cerebral hematom bukan disebabkan oleh benturan

Ruptur plak ini dianggap sebagai penyebab terbanyak timbulnya angina pectoris tidak stabil akibat terjadinya sumbatan parsial atau total dari pembuluh darah koroner yang menyuplai