• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Cancer Prostat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Cancer Prostat"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUHAN LAPORAN PENDAHULUHAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA PROSTAT ASUHAN KEPERAWATAN CA PROSTAT

A.

A. PENGERTIANPENGERTIAN

Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar 

Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar 

 prostat, tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan

 prostat, tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak merusak 

 jaringan sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara k

 jaringan sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara keganasan sistemeganasan sistem

urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yangberumur di atas 50 tahun,

urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yangberumur di atas 50 tahun,

diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80

diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80

tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun

tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun

Kanker prostate adalah kanker yang paling umum pada pria (selain kanker kulit Kanker prostate adalah kanker yang paling umum pada pria (selain kanker kulit nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat nonmelanoma) dan merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat kanker pada pria Amerika yang berusia lebih dari

kanker pada pria Amerika yang berusia lebih dari 55 tahun.55 tahun.

Kanker prostate adalah kanker yang paling prevalen secara keseluruhan Kanker prostate adalah kanker yang paling prevalen secara keseluruhan insidennya hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian sekitar tiga insidennya hampir dua kali lipat dari populasi umum dan angka kematian sekitar tiga kali lebih tinggi.

kali lebih tinggi.

B.

B. ETIOLOGIETIOLOGI

Penyebab kanker prostate tidak diketahui, walaupun faktor genetik dan Penyebab kanker prostate tidak diketahui, walaupun faktor genetik dan lingkungan keduanya diperkirakan berperan. Risiko kanker prostate meningkat pada lingkungan keduanya diperkirakan berperan. Risiko kanker prostate meningkat pada  pria

 pria yang yang keluarga keluarga dekatnya dekatnya (first-degree (first-degree elatives) elatives) mengidap mengidap penyakit penyakit ini, ini, pada pada priapria Amerika keturunan Afrika dan pada pria yang terpajan ke toksin-toksin okupasional Amerika keturunan Afrika dan pada pria yang terpajan ke toksin-toksin okupasional atau lingkungan tertentu, misalnya kadmium. Kanker prostate tampaknya berkaitan atau lingkungan tertentu, misalnya kadmium. Kanker prostate tampaknya berkaitan dengan kadar testoteron yang menetap seumur hidup. Kanker prostate bersifat dengan kadar testoteron yang menetap seumur hidup. Kanker prostate bersifat dependen testoteron sampai pada tahap akhir perjalanan penyakit.

(2)

C.

C. MANIFESTMANIFESTASI ASI KLINIK KLINIK 

Kanker prostate pada tahap awalnya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang Kanker prostate pada tahap awalnya jarang menimbulkan gejala. Gejala yang terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut. Jika terjadi akibat obstruksi urinarius terjadi saat penyakit berada pada tahap lanjut. Jika neoplasma cukup besar untuk menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan neoplasma cukup besar untuk menyumbat kolum kandung kemih, maka gejala dan tanda obstruksi urinarius terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urin, tanda obstruksi urinarius terjadi, seperti kesulitan dan sering berkemih, retensi urin, dan penurunan ukuran serta kekuatan aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan dan penurunan ukuran serta kekuatan aliran urin. Gejala-gejala yang berhubungan dengan metastasis mencakup sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada dengan metastasis mencakup sakit pinggang, nyeri panggul, rasa tidak nyaman pada  perineal

 perineal dan dan rektal, rektal, anemia, anemia, penurunan penurunan berat berat badan, badan, kelemahan, kelemahan, mual mual dan dan oliguriaoliguria (penurunan keluaran urin). Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang (penurunan keluaran urin). Hematuria dapat terjadi akibat kanker yang menyerang uretra atau kandung kemih atau keduanya. Sayangnya, hal ini mungkin menjadi uretra atau kandung kemih atau keduanya. Sayangnya, hal ini mungkin menjadi indikasi pertama yang jelas dari kanker prostate.

indikasi pertama yang jelas dari kanker prostate. 1.

1. Mengalami kesulitan dalam buang air kecilMengalami kesulitan dalam buang air kecil 2.

2. Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari.malam hari. 3.

3. Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni .Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni . 4.

4. Mengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air sMengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air senieni 5.

5. Pancaran aliran air seni lemahPancaran aliran air seni lemah 6.

6. Merasa kandung kencing tidak kosong sempurnaMerasa kandung kencing tidak kosong sempurna 7.

7. Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktuJika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktu mengeluarkan air mani selesai bersetubuh.

mengeluarkan air mani selesai bersetubuh. 8.

8. Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri.Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri. 9.

9. Makin ada darah di dalam air seni atau air maniMakin ada darah di dalam air seni atau air mani 10.

10. Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai :Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai : 11.

11. Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang.Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang. 12.

12. Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis.Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis. 13.

(3)

14. Mungkin air seni berdarah.

D. GAMBARAN KLINIK 

Penderita kanker prostat gejala bervariasi,tetapi prinsipnya ada :

1. Blader out flow obstruktion(BOO) seperti : frekuensi, hesistensi, pancaran lemah. 2. ekstensi lokal dari tumor.

Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat : 1. Ca prostat yang masih terlokalisr :

a. asimptomatic  b.  peningkatan PSA

c.  pancaran lemah d. sensasi sisa urin e. frekunsi

f. urgensi

2. Ca prostat lokal lanjut a. Hematuri

 b. Disuri

c.  Nyeri suprapubik dan perineal d. Impotence

e. Incontinence f. gejala gagal ginjal g. haemospermia.

3. Ca prostat yang sudah metastasis a.  Nyeri tulang atau isialgia  b.  paraplegi

(4)

d. anuri

e. letargi (anemia,uremia)

f.  berat badan turun dan caceksia g.  perdarahan pada usus dan kulit

E. PATOFISIOLOGI

Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker,  penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)

Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase  penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot

(5)

detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk   berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Price, 1995).

Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar  melalui jalur hematogen yaitu tulang  – tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000)

Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. (Purnomo,2000)

F. DETEKSI DINI

Jika kanker prostate dideteksi pada tahap dini, kemungkinan sembuhnya tinggi. Setiap pria yang berusia di atas 40 tahun harus menjalani pemeriksaan rectal digital (DRE) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tahunannya. Palpasi rectal  berulang yang rutin pada kelenjar prostate (lebih baik oleh pemeriksa yang sama) adalah penting karena kanker dini mungkin teraba sebagai nodul di dalam substansi kelenjar atau sebagai suatu pengemusan yang meluas dalam lobus posterior. Lesi yang lebih lanjut adalah sekeras batu dan terikat. Pemeriksaan rectal digital juga

(6)

memberikan informasi klinik yang penting tentang rectum, sfingter ani dan kualitas feses.

G. PENATALAKSANAAN

1. Pemeriksaan diagnostik 

a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli  penuh / kosong )

 b. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan

―Ballottement‖.

c. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup. 2. Colok dubur.

Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat  jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas

atas dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : a. Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.

 b. Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram. c. Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram. 3. Laboratorium.

a. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita .

 b. Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).

(7)

c. Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .

d. Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infe ksi atau inflamasi pada saluran kemih .

e. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang

menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap  beberapa anti mikroba yang diujikan.

4. Flowmetri :

Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.

Penilaian :

a. Fmak <10ml/detik  ——– àobstruktif   b. Fmak 10-15 ml/detik  —– àborderline

c. Fmak >15 ml/detik  —— -ànonobstruktif  5. Radiologi.

a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

 b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect

(8)

6. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat <  pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan

keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur   besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat  pula dilakukan dengan USG suprapubik.

7. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu

radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi  besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan  prostat kedalam uretra.

8. Kateterisasi: Menguk ur ―rest urine ― Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat .

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan menggunakan radiasimaupun pembedahan berupa :- Gangguan ereksi (impotensi)- Perdarahan post operasi- Anastomosi striktur pada perineal prostatectomy- Urocutaneus fistula (perineal prostatectomy)- Hernia perineal (Perineal prostatectomy).dll

(9)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA PROSTAT

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola  pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan

diagnosis keperawatan.

Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan  penkajian post operasi prostatektomi

1. Pengkaj i an pr e oper asi prostatektomi 

Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi : a. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,  pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.  b. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.

c. Riwayat penyakit dahulu .

Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK  (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat  penyakit DM dan hipertensi.

(10)

d. Riwayat penyakit keluarga.

Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita  penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi. e. Riwayat psikososial

1) Intra personal

Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.

2) Inter personal

Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat. f. Pola fungsi kesehatan

g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat

h. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.

i. Pola eliminasi

Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes  –  netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan

(11)

system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.

 j. Pola tidur dan istirahat

Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.

k. Pola aktifitas.

Klien ditanya aktifitasnya sehari  –  hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari  – hari sendiri.

l. Pola hubungan dan peran

Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,  perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat  berperan sebagai mana seharusnya.

m. Pola persepsi dan konsep diri

Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.

(12)

n. Pola sensori dan kognitif 

Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini. o. Pola reproduksi seksual

Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.

 p. Pola penanggulangan stress

Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme  penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor   positif atau negatif.

q. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.

2. Pemer ik saan fisik 

a. Status kesehatan umum

Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.

 b. Kulit

Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi,  bagaimana keadaan rambut dan kuku klien.

(13)

c. Kepala

Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala.

d. Muka

Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya,  begitu pula bagaimana otot mukanya.

e. Mata

Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.

f. Telinga

Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.

h. Hidung

Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.

i. Mulut dan faring

Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.

 j. Leher 

Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe. k. Thoraks

(14)

l. Paru

Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan  bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,

wheezing atau egofoni. m. Jantung

Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.

n. Abdomen

Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada  penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya  bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal

teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. o. Genitalia dan anus

Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.  p. Ekstrimitas dan tulang belakang

Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari  –  jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda  –  tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.

3. Pemer iksaan diagnostik 

Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar. Pengkajian post operasi prostatektomi

(15)

a. Keluhan utama

Keluhan pada klien berbeda  –  beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya  bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan

ungkapan dari klien sendiri.  b. Keadaan umum

Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara. c. Sistem respirasi

Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.

d. Sistem sirkulasi

Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor   jantung ( EKG ).

e. Sistem gastrointestinal

Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.

f. Sistem neurology

Hal yang dikaji : keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala. g. Sistem muskuloskleletal

Bagaimana aktifitas klien sehari  –  hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.

(16)

h. Sistem eliminasi

Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda  –  tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.

i. Terapi yang diberikan setelah operasi

Infus yang terpasang, obat – obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa sebelum operasi

a. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat.

 b.  prostat. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder  terhadap pelebaran

c. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder  terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia.

2. Diagnosa setelah operasi

a.  Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada  prostatektomi

 b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari  prostatektomi bekuan darah odema .

c. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

(17)

d. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang informasi . e. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri.

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi  berhubungan dengan obstruksi mekanik :  pembesaran  prostat. Tujuan: Pola eliminasi normal . Kriteria hasil : Klien dapat  berkemih dalam umlah normal, tidak teraba distensi kandung kemih Residu pasca  berkemih kurang dari 50 ml Klien dapat  berkemih volunter  Urinalisa dan kultur hasilnya negatif  Hasil laboratorium fungsi ginjal normal

Jelaskan pada klien tentang perubahan dari  pola eliminasi.

Dorong klien untuk   berkemih tiap 2 – 4

am dan bila dirasakan .

Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan

Perkusi / palpasi area supra pubik.

Observasi aliran dan kekuatan urine, ukur  residu urine pasca  berkemih. Jika volume

residu urine lebih

Meningkatkan

 pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam

tindakan keperawatan. Meminimalkan retensi urine, distensi yang

 berlebihan pada kandung kemih

Peningkatan aliran cairan, mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.

Distensi kandung kemih dapat dirasakan di area supra pubik.

Observasi aliran dan kekuatan urine untuk  mengevaluasi adanya obstruksi

(18)

 besar dari 100 cc maka jadwalkan  program kateterisasi intermiten. 2. prostat. Nyeri  berhubungan dengan  penyumbatan saluran kencing sekunder  terhadap  pelebaran Tujuan : Klien menunjukan bebas dari ketidaknyamanan Kriteria hasil : - Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol - Ekspresi wajah klien rileks - Klien mampu untuk istirahat dengan cukup - Tanda-tanda vital dalam batas normal

Kaji nyeri,  perhatikan lokasi, intensitas ( skala 1-10 ), dan lamanya. Beri tindakan kenyamanan, contoh: membantu klien

melakukan posisi yang nyaman, mendorong  penggunaan relaksasi /

latihan nafas dalam. Beri kateter jika diinstruksikan untuk  retensi urine yang akut : mengeluh ingin

kencing tapi tidak   bisa.

Observasi tanda –  tanda vital.

Kolaborasi dengan dokter untuk memberi

Memberi informasi untuk  membantu dalam

menentukan pilihan Intervensi

Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali  perhatian dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

Retensi urine

menyebabkan infeksi

saluran kemih, hidro ureter  dan hidro nefrosis

Mengetahui

(19)

obat sesuai indikasi, contoh: eperidin ( Dumerol )

Untuk menghilangkan nyeri hebat / berat, memberikan relaksasi mental dan fisik. 3. Gangguan tidur  dan istirahat  berhubungan dengan sering terbangun sekunder  terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia. Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil: Klien mampu istirahat / tidur  dengan waktu yang cukup.

Klien

mengungkapkan sudah bisa tidur. Klien mampu menjelaskan faktor   penghambat tidur.

Jelaskan pada klien dan keluarga

 penyebab gangguan tidur / istirahat dan kemungkinan cara untuk  menghindarinya. Ciptakan suasana yang mendukung dengan mengurangi kebisingan. Batasi masukan minuman yang mengandung kafein. Meningkatkan

 pengetahuan klien sehingga klien mau kooperatif 

terhadap tindakan keperawatan.

Suasana yang tenang akan mendukung istirahat klien.

Menentukan rencana untuk mengatasi gangguan. 4. Nyeri  berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada  prostatektomi Tujuan: Nyeri  berkurang atau hilang. Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri  berkurang / hilang.

Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih.

Pemantauan klien  pada interval yang

teratur selama 48 jam,

Kien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih.

sehingga obat – obatan  bisa diberikan.

(20)

Ekspresi wajah klien tenang. Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.

Klien akan tidur  / istirahat dengan tepat.

Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Keluarnya urine melalui sekitar  kateter sedikit.

untuk mengenal gejala  – gejala dini dari

spasmus kandung kemih.

Jelaskan pada klien  bahwa intensitas dan

frekuensi akan  berkurang dalam 24

sampai 48 jam. Beri penyuluhan  pada klien agar tidak   berkemih ke seputar 

kateter.

Anjurkan pada klien untuk tidak duduk  dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P.

Ajarkan penggunaan teknik relaksasi,

termasuk latihan nafas dalam, visualisasi.

Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk 

klien bahwa

ketidaknyamanan hanya temporer 

Mengurang kemungkinan spasmus.

Mengurangi tekanan pada luka insisi

Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali  perhatian dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah

(21)

mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter 

ika terlihat bekuan  pada selang.

Observasi tanda –  tanda vital.

Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat – obatan (

analgesik atau anti spasmodik )

dapat menyebabkan distensi kandung kemih dengan  peningkatan spasme.

Mengetahui

 perkembangan lebih lanjut nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.

5. Perubahan eliminasi urine  berhubungan dengan obstruksi sekunder dari  prostatektomi  bekuan darah odema . Tujuan: Eliminasi urine normal dan tidak terjadi retensi urine. Kriteria hasil: Klien akan  berkemih dalam umlah normal tanpa retensi. Klien akan menunjukan  perilaku yang meningkatkan Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24

am pertama

Pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter. Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi. Setalah kateter  diangkat, pantau waktu, jumlah urine

Mencegah retensi pada saat dini.

dapat menghambat aliran urine.

Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine.

(22)

kontrol kandung kemih.

Tidak terdapat  bekuan darah

sehingga urine

lancar lewat kateter.

dan ukuran aliran. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih,

ketidakmampuan

 berkemih, urgensi atau gejala – gejala retensi. 6. Potensial infeksi  berhubungan dengan prosedur  invasif : alat selama  pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

Tujuan: Klien tidak  menunjukkan tanda  – tanda infeksi . Kriteria hasil: Klien tidak  mengalami infeksi. Dapat mencapai waktu  penyembuhan. Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak  ada tanda – tanda shock.

Pertahankan sistem kateter steril, berikan  perawatan kateter 

dengan steril. Anjurkan intake cairan yang cukup ( 2500 – 3000 ) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi. Pertahankan posisi urobag dibawah. Observasi tanda –  tanda vital, laporkan tanda – tanda shock  dan demam.

Mencegah pemasukan  bakteri dan infeksi.

Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan

mempertahankan fungsi ginjal.

Menghindari refleks balik  urine yang dapat

memasukkan bakteri ke kandung kemih.

Mencegah sebelum terjadi shock.

(23)

Observasi urine: warna, jumlah, bau.

Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik.

Mengidentifikasi adanya infeksi.

Untuk mencegah infeksi dan membantu proses  penyembuhan 7. Kurang  pengetahuan: tentang  prostatektomi sehubungan dengan kurang informasi .

Tujuan: Klien dapat menguraikan  pantangan kegiatan serta kebutuhan  berobat lanjutan . Kriteria hasil: Klien akan melakukan  perubahan perilaku. Klien  berpartisipasi dalam program  pengobatan. Klien akan mengatakan  pemahaman pada  pantangan kegiatan dan kebutuhan  berobat lanjutan . Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu . Pemasukan cairan sekurang – kurangnya 2500-3000 ml/hari. Kosongkan kandung kemih apabila

kandung kemih sudah  penuh .

Dapat menimbulkan  perdarahan .

Mengedan bisa

menimbulkan perdarahan,  pelunak tinja bisa

mengurangi kebutuhan mengedan pada waktu BAB

Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .

(24)

dan istirahat  berhubungan dengan nyeri.

tidur dan istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil: - Klien mampu  beristirahat / tidur 

dalam waktu yang cukup.

- Klien

mengungkapan sudah bisa tidur . - Klien mampu menjelaskan faktor   penghambat tidur . dan keluarga  penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan . Beri kesempatan klien untuk  mengungkapkan  penyebab gangguan tidur. Kolaborasi dengan dokter untuk 

 pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri ( analgesik ).

 pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam

tindakan perawatan .

Suasana tenang akan mendukung istirahat .

Menentukan rencana mengatasi gangguan .

Mengurangi nyeri

sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit  buku kedokteran, EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa  Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan  Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,volume 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses

keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Lap / UPF Ilmu Bedah. 1994.  Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Airlangga.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Price, S. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar 

 – 

dasar urologi.Malang: CV Infomedika.

Sjamsuhidayat, R (et.al). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Warna-warni bromeliad disukai di tanahair karena dapat bertahan lama tanpa perawatan khusus Tillandsia sp, jenis yang digemari di Amerika.. misalnya, jutaan biji bromeliad

Analisis Strategi Bersaing Pada Rumah Makan Mang Didin Asgar di Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh panjang pipa isap terhadap volume penggelontoran adalah salah satu faktor yang

Meskipun di Desa Tanjung Pasir sudah memiliki fasilitas pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama, tetapi masyarakat di desa tersebut merasa masih belum

Penelitian ini dengan “Studi Fenomenologi Konstruksi Makna Perempuan Pergerakan Bagi KOPRI di Kabupaten Karawang” ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan

Faktor sosioekonomi ini juga merupakan penyebab dari peningkatan prevalensi Kebutaan akibat Trauma mata oleh karena rendahnya penghasilan masyarakat setempat yang pada

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi

Pada tahap ini peneliti menentukan subjek dan waktu penelitian. Adapun subjek penelitian yaitu siswa kelas XI-H/IPA SMA Negeri 5 Bandung. Pada tahap ini pula peneliti melakukan