LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI AKUT
10 Februari 2015
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI AKUT
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Nyeri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan yang tidak nyaman dalam berespon terhadap stimulus yang berbahaya.
(Lynda Juall, Carpenitto Edisi 10. Hal 49)
Nyeri adalah suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan penderitaan yang dirasakan mengerikan dan mengancam.
(George l Angle)
Nyeri adalah suatu refee untuk menghindari rangsangan dari luar tubuh untuk melindungi tubuh dari bahaya.
(Sastra Negara )
Berdasarkan waktu kejadiannya nyeri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Nyeri akut : keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6 bulan atau kurang.
(Lynda Juall, Carpenito Edisi 10 hal. 53)
b. Nyeri kronis : keadaan ketika seorang imdividu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari 6 bulan
Skala Nyeri
Tidak nyeri sedikit nyeri sedang parah/berat
Tidak nyeri nyeri ringan tidak nyaman mengganggu sangat mengganggu 0 : tidak nyeri 0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan 1 : sedikit nyeri 2 : tidak nyaman 2 : sedang 3 : mengganggu 3 : parah
4 : sangat mengganggu 4 : sangat parah
2. Etiologi
a. Intensitas teori
b. Pattern Teori
Persepsi nyeri akibat intensitas stimulasi (waktu dan jumlah rangsangan yang terlibat)
Faktor -faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : a. Arti Nyeri
b. Persepsi Nyeri c. Toleransi Nyeri
d. Lingkungan : kebisingan, kesendirian, cahaya sangat kurang e. Umur
3. Proses Terjadi
Respon Nyeri timbul apabila suatu stimulus nyeri mengaktifkan reseptor nyeri.
Informasi dari reseptor nyeri mencapai sistem saraf sentral melalui serabut desenden. Bila informasi telah sampai di hipotalamus, maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensori serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan stimulus. Bila informasi telah sampai di korteks serebri maka seseorang menjadi lebih terlibat dengan sensori nyeri mencoba menginterprestasikan arti nyeri dan mencari jalan untuk menghindari sensori nyeri lebih lanjut.
4. Manifestasi Klinis
a. Mayor
(Simon, Nolan dan Bauman 1995)
Pengungkapan tentang descriptor nyeri (individu akan melaporkan bahwa nyeri masih terasa)
b. Minor
– Mengatpkan rahang atau mengepalkan tangan – Ansietas
Metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan pasien pada hal – hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
b. Relaksasi
kemudian dihembuskan sambil dibiarkan tubuh kendor c. Kompres hangat atau dingin
d. Stimulasi kulit
Stimulasi dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin, balsam, analgetik, dan stimulasi kontra lateral (menstimulasi kulit pada arah yang berlawanan)
e. Placebo
Suatu bentuk tindakan misalnya pengobatan atau tindakan keperawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti pada kandungan fsik atau kimianya. f. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik.
B. Konsep Dasar Askep
1. Berhubungan dengan aktivitas lingkungan ? 2. Menurut klien apa penyebab nyeri ?
3. Serangan tiba-tiba atau perlahan ? b. Q (quality)
1. Bagaimana klien menggambarkan rasa nyeri ? 2. Seperti ditusuk – tusuk , di iris-iris, digigit semut, dll c. R (Region)
1. Localiced pain : nyeri terbakar pada area 2. Projected pain : nyeri sepanjang saraf 3. Rediating pain : nyeri menyebar sekitar 4. Refered pain : nyeri dirasakan jauh d. S (Severity/Skala)
1. Faktor yang membuat nyeri berat 2. Apa nyeri mengganggu aktivitas 3. Aktivitas hidup terganggu
e. T (timing) Durasi
Data Subjektif
– Pasien mengeluh atau mengatakan tidak nyaman – Pasien mengeluh nyeri atau sakit
Data Objektif
2 Diagnosa yang mungkin muncul (Lynda Juall, Carpenito) Nyeri akut berhubungan dengan
a. Kontraksi uterus selama persalinan
b. Trauma pada perineum selama persalinan dan kelahiran c. Inovasi uterus dan pembengkakan payudara
d. Trauma jaringan dan refee spasme otot sekunder terhadap fraktur kontraktur e. Infamasi dari saraf, tendon, sendi dan otot
f. Keletihan, Malaise dan atau pruritus sekunder terhadap penyakit menular (cacar air, hepatitis dan pankreatis )
g. Pengaruh dari kanker pada keadaan khusus
h. Kram abdomen, diare . muntah-muntah sekunder terhadap gastroenteritis, infuenza,ulkus, gastrikum.
i. Infamasi dari spasme otot polos sekunder terhadap batu ginjal infeksi gastrointestinal j. Kerusakan integritas kulit.
3. Perencanaan
a. Tujuan yang diharapkan :
1. Pasien tidak menunjukkan tanda nyeri 2. Pasien tidak nyeri
b. Kriteria hasil :
1. Skala Nyeri pasien mengecil atau menurun atau berkurang 2. Pasien tidak mersa nyeri
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital
R= Untuk mengetahui kondisi pasien sehingga dapat menentukan rencana selanjutnya 2. Kaji skala nyeri
R= Untuk mengukur skala nyeri pasien 3. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur R= istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri 4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
R= posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri
5. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
R= relaksasi mengurangi ketegangan dam membuat perasaan lebih nyaman 6. Anjurkan metode distraksi
R= menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami
7. Beri kompres hangat atau dingin
R= Metode untuk menghilangkan nyeri dengan memberikan sensasi yang menenangkan
8. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
R= analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman 4.Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5.Evaluasi
Daftar Pustaka :
Lynda Juall, Carpenito Edisi 10 , Jakarta : EGC
2.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN NYERI
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN NYERI
by : Mas Irul
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
1. DEFINISI
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya.
Nyeri → Perasaan atau keadaan emosi yang tidak menyenangkan karena potensial kerusakan jaringan atau jaringan rusak.
Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya
Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yg menimbulkan ketegangan
Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut bereaksi utk menghilangkan nyeri
2. ETIOLOGI
1. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini terbagi menjadi :
1. Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
2. Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
3. Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau pun basa kuat.
4. Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :
Neoplasma Jinak.
Neoplasma Ganas.
3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Contohnya adalah nyeri karena abses. 5. Trauma psikologis.
Tanda dan gejala
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI
A. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superfcial)
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
Peningkatan heart rate
Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
Peningkatan nilai gula darah
Diaphoresis
Peningkatan kekuatan otot Dilatasi pupil
Penurunan motilitas GI
B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
Muka pucat
Otot mengeras
Penurunan HR dan BP
Nafas cepat dan irreguler
Nausea dan vomitus
Kelelahan dan keletihan
Meinhart & McCaferr mendiskripsikan 3 fase pengalaman nreri:
Fase antisipasi---terjadi sebelum nyeri diterima
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
Fase sensasi---terjadi saat nyeri terasa.
akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
Fase akibat (aftermath)---terjadi ketika nreri berkurang atau berhenti Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri dibedakan menjadi :
1. Menurut Tempat Nyeri.
1. Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan (superfisial pain), nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2. Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.
3. Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
4. Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama.
Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap selama 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya Nyeri.
1. Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
2. Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi psikologis.
3. Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi. 4. Menurut Waktu Serangan.
1. Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor.
2. Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan
4. PATOFISIOLOGI NYERI
Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut : Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat. Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau
traktus paleospinotalamikus (Corwin, 2000 : 225).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat-serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan nyeri (Corwin, 2000 : 225).
FISIOLOGIS NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk
memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
1. RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium Nosiseptor Impuls syaraf Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medula spinalis Neurotransmiter (substansi P) Pusat syaraf di
otak Respon reflek protektif
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf
kemudian akan timbul respon refek protektif.
Contoh:
juga melakukan refek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
Trauma
Obat-obatan
Pertumbuhan tumor
Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)
Tipe serabut saraf perifer : a. Serabut saraf A-delta :
Merupakan serabut bermyelin
Mengirimkan pesan secara cepat
Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll
Biasanya sering ada pada injury akut
Diameternya besar
b. Serabut saraf C
Tidak bermyelin
Diameternya sangat kecil
Lambat dalam menghantarkan impuls
Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten
Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus
Reseptor terletak distruktur permukaan.
NEUROREGULATOR Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri
Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran
spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator
Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf. contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin
Neuromodulator memodifkasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi
stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps. Contoh: endorphin, bradikinin
Teori gate control
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada
bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifkasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.
Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang tertutup
Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien
Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P.
Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.
2. PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus nyeri Medula spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak Persepsi
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.
REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fsioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfsial
menimbulkan reaksi ”fight atau fght”, yang merupakan sindrom adaptasi umum Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fsiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan
bereaksi
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon fsiologis & perilaku
Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fsiologis dan akan muncul perilaku.
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA NYERI
1. Usia. Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry (1993). Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
2. Jenis Kelamin. Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidakBOLEH menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
3. Budaya. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
4. Keluarga dan Support Sosial. Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
6. Pola koping. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
6. PENATALAKSANAAN NYERI
NSAID (Non Steroid Anti-Ifamasion Drugs)
1. NON FARMAKOLOGIS
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang
SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA ANALOG VISUAL
SKALA WAJAH
SKALA OUCHER
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri : PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif.
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor psikologis, fisiologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni:
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri : PENGKAJIAN
Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI Karakteristik Nyeri (PQRST)
P (Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri Hal-hal yang perlu dikaji :
1. Lokasi
2. Intensitas nyeri Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk menetukan intensitas nyeri pasien.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5. Faktor presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh, aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.
Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, napsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas diwaktu senggang serta status emosional.
Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama atau budaya. Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat, dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak factor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada klien.
Respon non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah.
Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir bagian bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri.
Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi (misalnya erangan, menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (misalnya menendang-nendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur), dll.
Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi nyeri.
Pada awal awitan nyeri akut, respon fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan, diaphoresis, srta dilatasi pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatis.
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama, dan saraf simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respon fisiolodis sebab bisa jadi respon tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri.
PENETAPAN DIAGNOSIS
Menurut NANDA ( 2009-2011 ), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri:
Nyeri akut
Nyeri kronis
Diagnosa
Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan Nyeri kronik b.d proses keganasan§
Cemas b.d nyeri yang dirasakan§
Koping individu tidak efektif b.d nyeri kronik§
Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri muskuloskeletal§ Resiko injuri b.d kekurangan persepsi terhadap nyeri§ Perubahan pola tidur b.d low back pain§
o Perencanaan
Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan dario diagnosa yang telah dibuat. Perawat dan klien secara bersama-sama mendiskusikan harapan yang realistis dari tindakan mengatasi nyeri, derajat pemulihan nyeri yang diharapkan, dan efek-efek yang harus diantisipasi pada gaya hidup dan fungsi klien. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan keperawatan diseleksi berdasarkan diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Secara umum tujuan asuhan keperawatan klien dengan nyeri adalah sebagai berikut:
Klien merasakan sehat dan nyaman§
Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri§ Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini§ Klien menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan nyeri§
Klien menggunakan terapi yang diberikan dengan aman di rumah§ Contoh rencana perawatan (Renpra):
1.Nyeri akut b.d injuri fisik (pembedahan) Kriteria hasil
Pain level, pain control dan comfort level dengan kriteria hasil:
Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi nyeri yang dirasakan§ Mendiskripsikan cara memanajemen nyeri§
Mengungkapkan kemampuan tidur dan istirahat§
Mendiskripsikan terapi nonfarmakologi untuk mengontrol nyeri§ TTV dalam batas normal§
Rencana tindakan Manajemen nyeri:
Kaji nyeri yang dialami klien (meliputi PQRST)§
Observasi ketidaknyamanan nonverbal terhadap nyeri§ Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap nyeri§ Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien§ Kolaborasi pemberian analgetik§
Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri§ Dst (lihat lebih lengkap di NIC)§
o Intervensi
Manajemen nyeri terdiri dari:
a.Farmakologis (kolaborasi)---penggunaan analgetik
Mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan interpretasinya dengan menekan fungsi talamus & kortek serebri.
b. Non farmakologi (mandiri) Sentuhan terapeutik§
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi dari perawat ke klien.
Akupresur§
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri Guided imagery§
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami
kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.
Distraksi§
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihatTV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Anticipatory guidence§
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.
Hipnotis§
Biofeedback§
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
Stimulasi§ kutaneus Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
Peran perawat dalam mengatasi nyeri:
Mengidentifikasi penyebab nyeri
Kolaborasi dengan tim kes lain untuk pengobatan nyeri
Memberikan intervensi pereda nyeri
Mengevaluasi efektivitas pereda nyeri
Bertindak sebagai advokat jika pereda nyeri tidak efektif
Sebagai pendidik keluarga§ & pasien tentang manajemen nyeri
3.
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN Ny.M
DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)
Di Bangsal BAKUNG RSUD WONOSARI
(Minggu ke-1 PKK KDM III)
Tugas Mandiri PKK KDM III
Disusun Oleh:
Tia Ramadhan (2520142562)
Kelas II C
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis,
pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu
dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.
B.
Tujuan
a.
Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia
khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri).
b.
Tujuan khusus
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi
atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3
bulan (NANDA, 2012).
b.
Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
B.
Etiologi nyeri
Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
c.
Trauma psikologis
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah:
1.
Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di
pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2.
Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari seseorang yang
merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3.
Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4.
Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi
nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia, dan lain-lain.
D.
Patofisiologi
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
(Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
E.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b.
Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c.
Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.
Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
F.
Komplikasi
Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang)
Kompres hangat
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula,
larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.
H.
Pengkajian focus
a.
Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi,
menggigit bibir bawah, dll.
b.
Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba.
d.
Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan skala
dari 0-10.
e.
Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga
interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
f.
Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
I.
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1.
Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a.
Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman nyaman, mual, kram otot)
b.
Menyeringai
a.
Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
i.
Gelisah
j.
Berfokus pada diri sendiri
k.
Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi tubuh)
l.
Perubahan berat badan
-
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
-
Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
-
Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
NIC:
-
Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
-
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat bebas secara aman
dan efektif
-
Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien
2.
Diagnose: nyeri kronis
NOC:
-
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
-
Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat dengan peristiwa
hidup
-
Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk meminimalkan melankolia dan
mempertahankan minat dengan peristiwa hidup
-
Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif dan emosi yang dapat
diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
-
Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
-
Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan,
-
Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan
efektif
-
Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan
pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam
perasaan
-
Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat yang lebih nyaman
yang dapat ditoleransi oleh pasien
-
Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang menekankan perubahan
perilaku bersama
-
Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi pengendalian pemberian dan
pengaturan analgesic oleh pasien
-
Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate OfElsefer.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
4.
LP nyeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.
Tanda dan gejala :
1. Insomnia
2. Gelisah
3. Gerakan tidak teratur
4. Pikiran tidak terarah
6. Gerakan berhati - hati pada daerah nyeri
7. Pucat
8. Keringat berlebih
Asuhan Keperawatan merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (A. Aziz Alimun.hidayat,2005).
B. Tujuan Penulisan
` 1. Tujuan Umum
Mahasiswa di harapakan mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien nyeri akut.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan defnisi nyeri
b. Mampu menyebutkan etiologi nyeri
c. Mampu menjelaskan patofologi dan pathway nyeri d. Mampu menyebutkan manisfestasi klinis nyeri
e. Mampu menyebutkan penatalaksanaan nyeri (Medis dan Keperawatan) g. Mampu menyebutkan komplikasi nyeri
h. Mampu menjelaskan pengkajian keperawatan yang digunakan pada klien dengan nyeri
i. Mampu menjelaskan rencana keperawatan yang digunakan pada klien dengan nyeri
j. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Defnisi
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson 2002).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
2. Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1.Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera 2. Iskemik jaringan,
3. Spasmus Otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Infamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tek anan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya. 5.post operasi setelah dilakukan pembedahan
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007)
4. Manifestasi Klinis 1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri 3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat 7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi,frustasi
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Non farmakologi
a. Distraksi,mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu Contoh : membaca,menontonTV , mendengarkan musik dan bermain c. Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Kompres dingin
Counteriritan, seperti plester hangat.
Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
2. Farmakologi
A. Nyeri ringan 1 (farmakologi 1)
Asetaminofet 325 - 650 mg 4 - 6 jam sekali
a. Nyeri ringan (farmakologi II)
Ibuprofen 200 mg 4 - 6 jam sekali
Sodium awalan 440 mg selanjutnya 220 mg 8 - 12 Jam sekali
Ketoproten 12, 5 mg 4 - 6 jam sekali
B. Nyeri Sedang ( farmakologi tingkat III)
Asetaminofen 4 - 6 jam sekali
Ibuprofen 4 - 6 jam sekali
Sodium Naproksen 8 - 12 jam sekali
a. Nyeri Sedang (farmakologi tingkat VI)
Tramadol 50 - 100 mg 4 - 6 jam sekali
C. Nyeri Berat (farmakologi tingkat VII) Indikasi:
Morfn bila terapi non narkotik tidak efektif
Dan ada riwayat terapi narkotik untuk nyeri.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
7. Komplikasi
3. Masalah Mobilisasi 4. Hipertensi
Pathtway
Stimulasi Nyeri
Kerusakan adanya tumor spasme otot Iskemik
Jaringan integrumen
Nosiseptor
Impuls nyeri diteruskan ke konsus dorsalis pada bagian medulla spinalis melalui saraf perifer
Thalamus
Nye ri
Perubahan nafsu
makan Krisis situasional
Keterbatasan ruang
gerak
Resiko
ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Ansiet as Gangguan
mobilitas fsik
Sumber : A. aziz alimun, Hidayat, 2005. 1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian ( Nanda, 2005 )
I. Nyeri akut
i. Mengkaji perasaan klien
ii. Menetapkan respon fsiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
iii. Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri II. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji respon nyeri yang di alami pasien :
i. Penentu ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya ketika pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka.
ii. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T yaitu: a. P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
b. Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul dan lain-lain. c. R (Region)
Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka post operasi,dan lain-lain. d. S (Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri. e. T (Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir.
iii. Respon fsiologis a. Respon simpatik
- peningkatan frekuensi pernafasan - dilatasi saluran bronkiolus
- peningkatan frekuensi denyut jantung - dilatasi pupil
- penurunan mobilitas saluran cerna
b. Respon parasimpatik - pucat
- ketegangan otot
- penuru nan denyut jantung - mual dan muntah
- kelemahan dan kelelahan
iv. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis.
v. Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam melakuk an pengkajian terhadap pasien dengan gangguan nyeri.
b. Pengkajian pola fungsi gordon Pola kognitif dan perceptual
a.nyeri (kualitas,intensitas,durasi,skala,cara mengurangi nyeri
b. Skala nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri hebat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d cidera fsik
b. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
c. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyaman fsik d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang e. Defsit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fsik
f. Ansietas b.d krisis situasional 3. Intervensi
a. Nreri akut b.d cidera fsik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3e24 jam,masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
a.adanya penurunan intensitas nyeri b. ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c.tidak menunjukan tanda-tanda fsik dan perilaku dalam nyeri akut
Intervensi :
- Kaji nyeri
Rasional : mengetahui daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri
dirasakan,faktor pencetus,berat ringannya nyeri yang dirasakan. - Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan pasien apa bila nyeri timbul - Berikan analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri - Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
b. Nreri kronis b.d cidera fsik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3e24jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
a.tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah b.tidak ada posisi tubuh yang melindungi
c.tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
e.frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan
Intervensi :
-kaji KU,PQRST,TTV serta efek-efek penggunaan pengobatan jangka panjang
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien, : mengetahui daerah
nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,faktor pencetus,berat ringannya nyeri yang dirasakan serta mengetahui efek penggunaan obat secara jangka panjang
-Bantu pasien mengidentifkasi tingkat nyeri Rasional : utk mengetahui tingkat nyeri pasien
-Ajarkan pola istirahat/tidur yang adekuat
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri secara adekuat -kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
c. Intoleransi Aktiftas b.d kelelahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3e24 jam,masalah dapat teratasi dengan KH sebagai berikut:
-Pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri -Pasien tidak lemas
Intervensi :
-Kaji aktivitas dan mobilitas pasien
Rasional : untuk bisa mengetahui perkembangan dari pasien -Bantu aktiftas pasien
Rasional : untuk memperlancar aktivitas pasien -Berikan terapi sesuai program
Rasional : untuk memberikan pengobatan
d. Gangguan pola tidur b.d perubahan lingkungan(hospitalisasi)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3e24 jam,kebutuhan tidur tercukupi dengan KH sebagai berikut :
- Kebutuhan tidur tercukupi - Pasien tampak segar
- Tidak sering terbangun pada saat tidur
Intervensi :
- Kaji pola tidur pasien
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien setiap hari - Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang
- Batasi pengunjung
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d perubahan nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3e24 jam,kebutuhan nutrisi pasien tercukupi dengan KH sebagai berikut :
- Nafsu makan bertambah - Pasien tampak lemas
Intervensi :
- Kaji nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien - Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya nutrisi tubuh
Rasional : membantu pasien dalam memperluas pengetahuan tentang nutrisi - Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : untuk mengetahui gizi yang seimbang 4. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi pasien maka diharapakan :
a. pasien menunjukan wajah rileks b.pasien dapat tidur atau beristirahat
c. pasien mengatakan skala nyerinya berkurang
5.
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI
A.DEFINISI NYERI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan (Jual, 1998).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Wilkinson, 2002).
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana eksistensinya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya (Coffery, 1979)
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan nyeri yang bisda menimbulkan ketegangan (Firest, 1974).
Nyeri adalah suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan yang sedang dirusak dean menyebabkan individu tersebut bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri (Cuvton, 1983).
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI NYERI
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
1.Reseptor A delta: Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan 2.Serabut C: Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
C.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
1.Usia: Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
1.Jenis kelamin: Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanitaBOLEH mengeluh nyeri).
2.Kultur: Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
3.Makna nyeri: Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
4.Perhatian: Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
5.Ansietas: Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. 6.Pengalaman masa lalu: Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
7.Pola koping: Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
8.Support keluarga dan sosial: Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
D.KLASIFIKASI NYERI 1.Nyeri Akut
a.Awitan: timbulnya mendadak.
b.Tujuan: mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi c.Intensitas : ringan sampai dengan berat
d.Durasi: durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan) 2.Nyeri Kronik
E.TANDA DAN GEJALA NYERI
Nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis (tusuk, tembak, potong), listrik, termal (panas) atau kimia.
G.SKALA NYERI 1.Tidak nyeri (0)
2.Nyeri ringan: Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik (1-3).
3.Nyeri sedang: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik (4-6).
4.Nyeri berat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi (7-9).
5.Nyeri sangat berat: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi (10).
H.PENATALAKSANAAN NYERI
1.Akut: terutama pemberian analgesik dan hilangkan penyebab 2.Kronik: (pilih sesuai gejala individual):
a.Medikasi: analgesik, antidepresan, trankuiliser,antikonvulsan, steroid, anestesi lokal. b.Pembedahan: bedah spinal, operasi eksplorasi, potong saraf, lesi radiofrekuensi. c.Injeksi: anestesi lokal, steroid, dan fenol.
d.Pompa obat spinal.
e.Fisioterapi: fisioterapi pasif, fisioterapi aktif.
f.Stimulasi: TENS, akupunctur, stimulasi kolumna dorsalis g.Tx psikologik: hipnosis, relaksasi, tx kognitif / perilaku
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Hidayat ,A. Aziz Alimun. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit chayatin, N. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika Priharjo. 1993. Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta: EGC Shone. 1995. Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta: Arcan
Ramali. 2000. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta: Djambatan. Syaifuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta: EGC Tamsuri. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC
6.
Laporan Pendahuluan Nyeri
Pengertian nyeri
Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
a) Konsep Dasar Nyeri
1) Pengertian Nyeri
2) Nyeri merupakan tanda terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan. Dimana seseorang dalam hal
penanganannya disesuaikan pasien dan patologinya. Oleh karena itu pengertian nyeri meliputi :
a. Secara khusus
(1) Menurut Mc. Coffery (1979)
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana eksistensinya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya.
(2) Menurut Wolf, Firest (1974)
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan nyeri yang bisda menimbulkan ketegangan.
(3) Menurut Arthur C. Cuvton (1983)
Nyeri adalah suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan yang sedang dirusak dean menyebabkan individu tersebut bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri.
Jadi nyeri merupakan tanda penting terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan.
Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :