• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah infeksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah infeksi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK 

TUGAS KELOMPOK 

“INFEKSI NEONATUS”

“INFEKSI NEONATUS”

NAMA ANGGOTA

NAMA ANGGOTA

1.

1.

JANETA SATIFA

JANETA SATIFA

2.

2.

WAHYU PAHLAWATI

WAHYU PAHLAWATI

3.

3.

SRI AENUN KAMAL

SRI AENUN KAMAL

PRODI

PRODI DIII

DIII KEBIDANAN

KEBIDANAN

DIPLOMA KESEHATAN

DIPLOMA KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

(2)

2012 / 2013

2012 / 2013

KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada

sa

sayaya, , sesehihinggngga a sasaya ya dapdapat at memeyeyelelesasaikikan an mamakalkalah ah ASASKEKEB B NENEONONATATUS US yayang ng beberjrjuduudul l ““

INFEKSI NEONATUS“. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi

INFEKSI NEONATUS“. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikansalah satu tugas yang diberikan

oleh dosen mata kuliah ibu Linda Meliati S.SiT. Kami harap, dengan membaca makalah ini

oleh dosen mata kuliah ibu Linda Meliati S.SiT. Kami harap, dengan membaca makalah ini

dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai

dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai

Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. Memang makalah ini masih

Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. Memang makalah ini masih

 jauh

 jauh dari dari sempurna, sempurna, maka maka kami kami mengharapkan mengharapkan kritik dan kritik dan saran saran dari Mahasiswa dari Mahasiswa demi demi perbaikanperbaikan

menuju arah yang lebih baik.

menuju arah yang lebih baik.

Mataram, Desember 2012 Mataram, Desember 2012

Penyusun Penyusun

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi  baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dan kemungkinan morbiditas

yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin, 1992). Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10 – 15% dari morbidilitas perinatal.

Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan  pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.

Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik.

Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakah harus dibatasi pada infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, ada pembahasan yang cukup  banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaan perawatan kritis.

2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhahan neonatus tentang sepsis neonatorum sehingga dapat melakukan asuhan terhadap sepsis neonatorum

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi tentang sepsis neonatorum.

b. Untuk mengetahui perjalanan penyakit dari sepsis neonatorum sehingga dapat memunculkan masalah-masalah keperawatan.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan  jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir  yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Sepsis adalah sindrome yang di karakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala- gejala infeksi yang parah, yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Marilynn E. Doenges, 1999).

Sepsis adalah bakteri umum pada aliran darah. (Donna L. Wong, 2003).

Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah  bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004).

Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).

 Neonatus sangat rentan karena respon imun yang belum sempurna. Angka mortalitas telah  berkurang tapi insidennya tidak. Faktor resiko antara lain, prematuritas, prosedur invasif,  penggunaan steroid untuk masalah paru kronis, dan pajanan nosokomial terhadap patogen. Antibodi dalam kolostrum sangant efeektif melawan bakteri gram negatif, oleh sebab itu, menyusui ASI memberi manfaat perlindungan terhadap infeksi.

(5)

2. Etiologi

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti  bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

a) Bakteri escherichia koli  b) Streptococus group B c) Stophylococus aureus d) Enterococus e) Listeria monocytogenes f) Klepsiella g) Entererobacter sp h) Pseudemonas aeruginosa i) Proteus sp  j) Organisme anaerobik 

Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak  terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani  perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum  berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus  jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber  infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya

(6)

akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada  bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

 b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c) Kurangnya perawatan prenatal. d) Ketuban pecah dini (KPD) e) Prosedur selama persalinan. 2. Faktor Neonatatal

a) Prematurius

Berat badan bayi kurang dari 1500 gram merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester  ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.\

 b) Defisiensi imun.

 Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak  terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan  penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

(7)

c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar  dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

a) ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur  invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter  vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme  pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

 b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang  berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir.

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan.

Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik  mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,

(8)

cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.

3. Infeksi paska atau sesudah persalinan.

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi  juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

Tanda dan Gejala

Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:

• Bayi tampak lesu • tidak kuat menghisap

• denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik  • gangguan pernafasan

• kejang

•  jaundice (sakit kuning) • muntah

• diare

•  perut kembung

Faktor Risiko

Sepsis Dini

• Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal • Malnutrisi pada ibu

(9)

Sepsis Nosokomial

• BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun

•  Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang

• Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

3. Patofisiologi

 Neonatus sangat rentan terhadap infeksi sebagai akibat rendahnya imunitas non spesifik  (inflamasi) dan spesifik (humoral), seperti rendahnya fagositosis, keterlambatan respon kemotaksis, minimal atau tidak adanya imunoglobulin A dan imunoglobulin M (IgA dan IgM), dan rendahnya kadar komplemen.

Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh sebelum kelahiran melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.

Sepsis awal (kurang dari 3 hari) didapat dalam periode perinatal, infeksi dapat terjadi dari kontak langsung dengan organisme dari saluran gastrointestinal atau genitourinaria maternal. Organisme yang paling sering menginfeksi adalah streptokokus group B (GBS) dan escherichia coli, yang terdapat di vagina. GBS muncul sebagai mikroorganisme yang sangat virulen pada neonatus, dengan angka kematian tinggi (50%) pada bayi yang terkena Haemophilus influenzae dan stafilokoki koagulasi negatif juga sering terlihat pada awitan awal sepsis pada bayi BBLSR.

Sepsis lanjut (1 sampai 3 minggu setelah lahir) utamanya nosokomial, dan organisme yang menyerang biasanya stafilokoki, klebsiella, enterokoki, dan pseudomonas. Stafilokokus koagulasi negatif, baiasa ditemukan sebagai penyebab septikemia pada bayi BBLR dan BBLSR. Invasi bakterial dapat terjadi melalui tampatseperti puntung tali pusat, kulit, membran mukosa mata, hidung, faring, dan telinga, dan sistem internal seperti sistem respirasi, saraf, perkemihan, dan gastrointestinal.

Infeksi pascanatal didapat dari kontaminasi silang dengan bayi lain, personel, atau benda –   benda dilingkungan. Bakteri sering ditemukan dalam sumber air, alat pelembab, pipa wastafel, mesin penghisap, kebanyakan peralatan respirasi, dan kateter vena dan arteri terpasang yang digunakan untuk infus, pengambilan sampel darah, pemantauan tanda vital. (Donna L. Wong, 2009).

(10)

Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium

 perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskular coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).

Penderita dengan gangguan imun mempunyai peningkatan resiko untuk mendapatkan sepsis nosokomial yang serius. Manifestasi kardiopulmonal pada sepsis gram negatif dapat ditiru dengan injeksi endotoksin atau faktor nekrosis tumor (FNT). Hambatan kerja FNT oleh antibodi monoklonal anti-FNT sangat memperlemah manifestasi syok septik. Bila komponen dinding sel  bakteri dilepaskan dalam aliran darah, sitokin teraktivasi, dan selanjutnya dapat menyebabkan kekacauan fisiologis lebih lanjut.Baik sendirian ataupun dalam kombinasi, produk-produk   bakteri dan sitokin

 proradang memicu respon fisiologis untuk menghentikan penyerbu (invader) mikroba. FNT dan mediator radang lain meningkatkan permeabilitas vaskuler, dan terjadinya ketidakseimbangan tonus vaskuler, dan terjadinya ketidakseimbangan antara perfusi dan kenaikan kebutuhan metabolik jaringan.

Syok didefinisikan dengan tekanan sistolik dibawah persentil ke-5 menurut umur atau didefinisikan dengan ekstremitas dingin. Pengisian kembali kapiler yanng terlambat (>2 detik) dipandang sebagai indikator yang dapat dipercaya pada penurunan perfusi perifer. Tekanan vaskuler perifer pada syok septik (panas) tetapi menjadi sangat naik pada syok yang lebih lanjut (dingin). Pada syok septik pemakaian oksigen jaringan melebihi pasokan oksigen. Ketidakseimbangan ini diakibatkan oleh vasodilatasi perifer pada awalnya, vasokonstriksi pada masa lanjut, depresi miokardium, hipotensi, insufisiensi ventilator, anemia. (Nelson, 1999).

Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh  penggandaan mikroorganisme secara cepat atau zat-zat racunnya, yang dapat mengakibatkan  perubahan psikologis yang sangat besar. Zat-zat patogen dapat berupa bakteri, jamur, virus, maupun riketsia. Penyebab yang paling umum dari septisemia adalah organisme gram negatif. Jika perlindungan tubuh tidak efektif dalam mengontrol invasi mikroorganisme, mungkin dapat terjadi syok septik, yang dikarakteristikkan

(11)

sistem multipel. (Marilynn E. Doenges, 1999).

Pato flow

Melalui Air Ketuban → Bakteri → Infeksi pada Ibu

↓ ↓

Masuk kedalam tubuh janin meningitis,oesteomelitis

↓ ↓

Terjadinya Infeksi awal . resiko infeksi

Infeksi/Kuman menyebar  ↓

Keseluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ pernafasan SistemGastrointestinal

↓ ↓ ↓ ↓

Berespon menghasil Erirtosit banyak G3 sirkulasi O2 Muntah, Diare kan panas tubuh Dilisis CO2 Malas menghisap

↓ ↓ ↓ ↓

Hipertermia Fungsi tidak Bayi akan sesak  Gangguan Volume

Optimal ↓ cairandan elektrolit

↓ Gangguan pola nafas

Hiperbilirubin ↓ Jaundice (ikterif) ↓ Ke Otak  ↓ Enselopati ↓ Kemit ikterik(kejang) ↓ resiko cedera

(12)

4. Manifestasi klinis

a) Umum : panas, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema.

 b) Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia (nafsu makan buruk), muntah, diare, hepatomegali.

c) Saluran nafas : apneu, dispneu, takipneu, retraksi, nafas tidak teratur, merintih, sianosis.

d) Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kutis marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardia, bradikardia.

e) Sistem saraf pusat : iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, aktivitas menurun- letargi, koma, peningkatan atau penurunan tonus, gerakan mata abnormal, ubun- ubun membonjol.

f) Hematologi : pucat, ptekie, purpura, perdarahan, ikterus.

g) Sistem sirkulasi : pucat, sianosis, kulit dingin, hipotensi, edema, denyut jantung tidak   beraturan. (Kapita Selekta, 2000).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

 b) Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

1. Leukositosis (>34.000×109/L)

2. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

3. Netrofil muda 10%

4. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2 5. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

(13)

6. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal Factor-faktor pada masalah hematology: a) Peningkatan kerentaan kapiler 

 b) Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah) c) Perlambatan perkembangansel-sel darah merah

d) Peningkatan hemolisis

e) Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

6. PENATALAKSANAAN

a) Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).

 b) Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto  polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

c) Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

d) Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

e) Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis  pemberian antibiotika minimal 21 hari.

(14)

f) Pengobatan suportif meliputi :

g) Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

7. KOMPLIKASI

a) Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya  b) Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal

c) Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\

d) Sindroma disfungsi multiorgan (MODS) e) Perdarahan

f) Demam yang terjadi pada ibu g) Infeksi pada uterus atau plasenta

h) Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

i) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)  j) Proses kelahiran yang lama dan sulit

8. PENCEGAHAN

a) Pada masa Antenatal :Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara  berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

 b) Pada masa Persalinan :Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

c) Pada masa pasca Persalinan : Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya,  jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

(15)

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA DI RUMAH SAKIT UMUM PROVENSI MATARAM

TANGGAL 19 FEBRUARI 2012

PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 19 Februari 2012 Jam : 12.00 WIB

Tempat : di RSU Mataram  No. Reg : 1208330

S= Data Subyektif 

1. Biodata

 Nama Bayi : Bayi “T” Tanggal lahir : 18 Maret 2012 Umur : 1 hari

Jenis kelamin : Laki-laki Anak ke : 3 (tiga)

 Nama Orang tua

 Nama Ibu : Ny. “T” Nama Ayah : Tn. “A” Umur : 38 tahun Umur : 38 tahun Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SD Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

(16)

2. Keluhan Utama

Bayi lahir di bidan pada tanggal 18 Maret 2012. Bayi tidak langsung menangis

3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan a. Riwayat kehamilan ini

Ibu hamil ke-3, UK 37-38 minggu, ibu periksa hamil ke bidan. Pada: TM I : 1 kali

TM II : 3 kali TM III : 3 kali

Riwayat imunisasi ibu tidak terkaji.  b. Riwayat persalinan ini

Bayi lahir tanggal 18 Maret 2012, spt B, dengan UK 37-38 minggu, jenis kelamin laki-laki, tidak langsung menangis, AS pada 1 menit pertama 1 dan pada 5 menit kedua 3. BBL 2400 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+),Vit. K (+). Riwayat pemberian imunisasi HB0

tidak terkaji.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau sedang menderita  penyakit menular, menurun, maupun menahun seperti kencing manis, jantung, batuk darah, asma, darah tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu mengatakan bahwa dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.

Ibu tidak pernah minum jamu dan tidak pernah pijat oyok.

5. Kebutuhan Dasar  a. Pola Nutrisi

Minum PASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari  b. Pola Eliminasi

BAB : 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau tua/ kehitaman. BAK : 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.

c. Pola Istirahat

(17)

d. Pola aktivitas Bayi bergerak aktif.

e. Personal hygiene

Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.

O = Data Obyektif 

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Composmentis BB : 2300 gram PB : 40 cm Pernapasan : 68 x/menit  Nadi : 120x/ menit Suhu : 360C 2. Pemeriksaan Fisik  a. Inspeksi

Kepala : Simetris, persebaran rambut merata, rambut bersih, berwarna hitam. Muka : simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik maupun sianosis.

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedema. Hidung : Lubang hidung simetris, ada pernafasan cuping hidung.

Mulut : Bibir lembab, bersih, lidah bersih, gigi (-). Telinga : Simetris, tidak ada sekret.

Leher : Tidak tampak adanya benjolan abnormal, bersih. Dada : Bentuk dada normal, ada retraksi dinding dada.

Abdomen : Bentuk kembung, tampak tali pusat terbungkus kassa steril. Genetalia : scorotum (+), tidak tampak hipospaadia atau epispadia. Anus : anus berlubang

Ektremitas atas : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil, tampak terpasang infuse D10 pada tangan kanan.

(18)

bawah : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil.

 b. Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Dada : Tidak ada benjolan abnormal.

Abdomen : Tidak ada benjolan abnormal.

Ekstremitas : Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan kaki.

c. Auskultasi

Dada : Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing. Abdomen : Bising usus normal.

d. Perkusi

Abdomen : Tidak kembung, supel.

3. Pemeriksaan Neurologis a. Reflek Moro : (+)  b. Reflek Menggenggam : (+) c. Reflek roating : (-) d. Reflek Sucking : (-) e. Reflek swallowing : (-) f. Babynski reflek : (-) 4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laborat tanggal 19 Maret 2012 (05.15 WIB)

• Darah lengkap

Jenis Hasil Harga normal Leukosit 19.900 /µl N : 3500 - 10.000 Hemoglobin 17,2 mg/dl N : 11,0 - 16,5 Hematokrit 50,8 % N : 35,0 - 50,0

(19)

• Kimia Darah

Jenis Hasil Harga normal GD Puasa sesaat 25 mg/dl N : < 200 Ureum 12,4 mg/dl N : 10 - 50 Kreatinin 0,90 mg/dl N : 0,7 - 1,5 SGOT 13,2 U/L N : 11 - 41 SGPT 10 U/L N :10 – 41 • Faal hati

Jenis Hasil Harga normal Albumin 3,79 g/dl N : 3,5 - 5,5 CRP kwantitatif 0,12 mg/dl N : < 0,3

• Analisis Elektrolik 

Jenis Hasil Harga normal  Natrium 138 m mol/L N : 136 - 145

Kalium 6,07 m mol/L N : 3,5 - 5,0 Klorida 11,6 m mol/L N : 98 - 106 Kalsium 13,3 mg/dl N : 7,6 - 11,0 Fosfor 3,15 mg/dl N : 2,5 - 7,0

• Blood Gas Analisis (BGA)

Jenis Hasil Harga normal PH 7,474 N : 7,35 - 7,45 PCO2 23,1 mmHg N : 34 - 45

PO2 71,0 mmHg N : 80 - 100

HCO3 17,2 m mol/L N : 21 - 28

O2saturasi arterial 96 % N : >95

Base excess - 6,0 m mol/L N : (-3) – (+3)

A= Analisa

Dx : Bayi “T” Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum

P=Pelaksanaan

Tanggal : 20 Maret 2012

(20)

Pada tali pusat yaitu tali pusat berbau,dan mengeluarkan nanah. 2.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl Subjek Objek Analisa Pelaksanaan 21-3-2012 - k/u cukup, kes. CM,

minum (+), tumpah (-),  panas (-), kejang (-),

sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.

Bayi “T” Usia 3 hari dengan infeksi neonatorum

Observasi TTV S: 364 ºC

 N: 130 x/menit

Memberi minum bayi 8 x 30 cc Memandikan atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.

Memberikan injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.

22-2-2012 - k/u cukup, kes. CM, minum (+), tumpah (-),  panas (-), kejang (-),

sianosis (-), ekstremitas atas tampak terpasang vemflon.

Bayi “T” Usia 4 hari dengan infeksi neonatorum

Observasi TTV S: 368 ºC

 N: 120 x/menit

Memberi minum bayi 8 x 30 cc Memandikan atau menyeka bayi 2 x/hari dan mengganti popok setiap kali basah serta merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril.

Memberikan injeksi ampisilin subaktam 2 x 150 mg.

(21)

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selam empat minggu pertama kehidupan. Penyebabnya dimulai pada infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi postnatal.

Pemeriksaan untuk mendiagnosa adanya sepsis adalah hitung darah lengkap (HDL), trombosit, kultur darah, pungsi lumbal dan sensitivitas cairan serebrospinal (CSS), kultur urin, rontgen dada dilakukan bila ada gejala respirasi.

2. Saran

a) Mencegah lebih baik dari pada mengobati.  b) Hindari infeksi nosokomial

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC. 2. Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC. 3. Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

4. Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan  pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

(23)

DAFTAR ISI HALAMAN

JUDUL……….i

KATA PENGANTAR ………ii

DAFTAR ISI………iii

BAB II PENDAHULUAN………. BAB III TINJAUAN TEORI

1.Pengertian………. 2. Etiologi……… 3.Patofisiologi………. 4.Manifestasi Klinis……… 5.Pemeriksaan Penunjang……… 6.Penatalaksanaan……… 7.Komplikasi……… 8.Pencegahan……… BAB III TINJAUAN KASUS……….. DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

∗ Hepatitis adalah penyakit infeksi sistemik yang menimbulkan efek utama pada organ hati yang disebabkan oleh berbagai virus

Pneumonia yang awalnya infeksi lokal, mengakibatkan aktivasi koagulasi sistemik, ini disebabkan aktivasi lokal dari sistem koagulasi yang terjadi pada pneumonia dengan

Salah satu kelainan peradangan yang paling serius dari system musculoskeletal adalah osteomielitis hematogen akut, infeksi bakteri melalui darah yang berkembang secara cepat

Pneumonia yang awalnya infeksi lokal, mengakibatkan aktivasi koagulasi sistemik, ini disebabkan aktivasi lokal dari sistem koagulasi yang terjadi pada pneumonia dengan

Tuberculosis (TB)adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman Mycobacterium Tuberkulosis sistemik

ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan

Pneumonia yang awalnya infeksi lokal, mengakibatkan aktivasi koagulasi sistemik, ini disebabkan aktivasi lokal dari sistem koagulasi yang terjadi pada pneumonia dengan

Pneumonia yang awalnya infeksi lokal, mengakibatkan aktivasi koagulasi sistemik, ini disebabkan aktivasi lokal dari sistem koagulasi yang terjadi pada pneumonia dengan deposisi