• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI ACHIEVEMENT DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA KOMUNITAS PUNK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI ACHIEVEMENT DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA KOMUNITAS PUNK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

85 Oleh:

ADLINA AZZIYATI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas punk. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja. Semakin tercapai pencapaian status identitas diri achievement, maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dari anggota komunitas punk di Genuk Semarang, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Sampling.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan 2 skala yaitu Skala Pencapaian Status Identitas Diri Achievement dan Skala Kenakalan Remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan Kenakalan Remaja yang ditunjukkan dengan nilai rxy= -0,849 p(0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini di terima.

Kata Kunci : Kenakalan Remaja, Pencapaian Status Identitas Diri Achievement, Komunitas Punk.

CORRELATION BETWEEN ACHIEVEMENT OF SELF IDENTITY AND JUVENILE DELINQUENCY IN PUNK COMMUNITIES

ABSTRACT

The aims of this research were to determine empirically correlation between achievement of self identity and juvenile delinquency in punk communities. Hypothesis in this research used there was a negative correlation between achievement of self identity and juvenile delinquency. The most accomplished achievement of self identity, the rate lower of juvenile delinquency. Subjects in this research were 50 members of the punk communities in Genuk Semarang, the technique sampling in this research used incidental sampling.

The data were collected using two scales, namely Achievement of self identity Scale and Juvenile Delinquency Scale. The analysis data was performed using Technique of Product Moment Correlation. The results showed that there was a significant negative the correlation between the achievement of self identity and juvenile delinquency in punk communities as indicated by the value of rxy = -0.849 p (0.01), so the hypothesis in this study received.

Keywords: Juvenile Delinquency, The Achievement of Self Identity, Punk Communities.

(2)

86 PENDAHULUAN

Remaja merupakan sosok yang selalu menarik untuk diteliti. Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, remaja dimulai dari umur 12-20 tahun, dan diumur 17-20 tahun ini remaja memasuki tahap remaja akhir, posisi sebagai remaja akhir ini merupakan masa transisi yang menyebabkan remaja menjadi labil, dan mudah terpengaruh dengan isu positif maupun negatif, Surbakti (2008: 14). Remaja sering mengalami kecenderungan melakukan perilaku menyimpang, dan penyimpangan perilaku yang melanggar aturan serta norma dimasyarakat biasanya disebut dengan kenakalan remaja, Sarwono (2005: 209).

Berbagai fenomena perilaku remaja yang semakin mencemaskan masyarakat terjadi di berbagai kota besar. Seperti fenomena yang terjadi di kota Semarang, ada sekelompok anak tanggung bergerombol di sejumlah jalan-jalan atau traffic light Terminal Terboyo, dan pertigaan Genuk. Pakaiannya serba hitam, kaos ketat, celana sepertiga atau celana

pipa ketat, jaket kulit, beberapa diantaranya beranting atau berkalung, dengan potongan rambut

mohawk. Mereka adalah anak- anak

yang mengikuti komunitas punk atau disebut dengan punker. Terminal Terboyo dan Pertigaan Genuk kerap menjadi persinggahan pertama para

punkers karena merupakan daerah

strategis untuk menuju tempat diadakannya konser yang biasanya diadakan di Gedung Marabunta atau masyarakat Semarang lebih mengenal dengan sebutan Gedung Semut di Kota Lama.

Pemberitaan di media massa berikut ini merupakan kasus yang dilakukan oleh anak punk : Dimulai dari kasus perkelahian antara sekelompok anak punk dengan geng motor terjadi di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2011). Akibatnya tiga anak punk mengalami cedera (Riz, 2011), disusul pemberitaan mengenai anak punk yang memalak pelajar di Boyolali (Bhawono, 2011). Kemudian 5 anak

punk terjaring razia petugas satpol pp

karena nongkrong di traffic light, (Meteor Solo, edisi 21 juli 2011), Ada pula kasus puluhan anak punk

(3)

87 menggelar aksi unjuk rasa di jalan

Pahlawan, Semarang. Aksi ini terkait penangkapan rekan-rekannya di Aceh yang ditangkap oleh Aparat Kepolisian saat menggelar konser amal untuk anak yatim “”Punk for

Aceh” pada Selasa, 27 Desember

2011 yang lalu, Tercatat 65 anak

punk ditangkap, enam diantaranya

perempuan dan dua diantaranya masih dalam kategori anak-anak (Harian Republika, edisi 27 desember 2011).

Kenakalan remaja yang dilakukan oleh remaja punk biasanya cenderung kearah penyimpangan perilaku, seperti : pergi dari rumah tanpa seijin orang tua, membolos,

minum-minuman keras,

mengkonsumsi narkotika, berkelahi, mengamen, memakai anting pada remaja laki-laki, mencari tumpangan dijalan raya, dan merusak fasilitas umum, mencorat-coret dinding, dsb (Hasil Wawancara peneliti, 15 November 2011).

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian punk dalam

philosophy of punk, menurut Craig

O’Hara (dalam Widya, 2010: 118)

disebutkan ada tiga. Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik, punk sebagai pemula yang punya keberanian memberontak, memperjuangkan kebebasan, dan melakukan perubahan, punk sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri. Punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia seni/kesenian. Punk sebenarnya bukanlah musik atau fashion melainkan suatu attitude yang lahir daripada sifat memberontak, tidak puas hati, marah dan benci pada sifat-sifat inilah maka lahirnya punk. Erickson (dalam Santrock, 2003: 523) percaya bahwa kenakalan remaja ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integritas yang melibatkan berbagai aspek-aspek peran identitas diri. Faktor-faktor yang memengaruhi kenakalan remaja menurut Santrock, (2003: 522) adalah: identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, serta proses keluarga.

Pencapaian status identitas diri achievement menurut Marcia

(4)

88 (dalam Santrock, 2003: 345) adalah

remaja telah melewati krisis dan telah menetapkan komitmen. Remaja yang berhasil memperoleh identitas diri yang sehat, maka akan mencapai suatu kelegaan karena dapat mengenal diri mereka, tempat mereka dalam masyarakat dan kontribusi macam apa yang bisa disumbangkan untuk masyarakat. Sebaliknya, remaja yang gagal memiliki suatu identitas diri akan gelisah karena tidak jelasnya identitas diri mereka, dampaknya mereka memilih hidup sendiri bahkan ketika ada di tengah masyarakat.

Kenakalan remaja adalah perilaku remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Harapan remaja bergabung dalam komunitas punk ini, mereka dapat berbagi minat yang sama dalam hal jenis musik, dalam hal pemahaman ideologi punk,

memperoleh rasa nyaman bergabung dengan teman sebayanya, dapat berubah kearah yang lebih baik, serta

dapat menetapkan komitmen atas apa yang sudah diyakininya. Namun hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada, karena bergabungnya remaja komunitas punk biasanya cenderung kearah penyimpangan perilaku, seperti : pergi dari rumah tanpa seijin orang tua, membolos, minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika, berkelahi, mengamen, memakai anting pada remaja laki-laki, mencari tumpangan dijalan raya, dan merusak fasilitas umum, mencorat-coret dinding, dsb.

Ketika remaja

mengeksplorasi dirinya dengan bergabung dalam komunitas punk, mereka hanya ingin mendapatkan apa yang mereka cari yaitu untuk mencapai identitas dirinya, mereka ingin berusaha menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti apakah ada hubungan antara pencapaian status identitas diri

Achievement dengan kenakalan

remaja pada anggota komunitas punk di Genuk, Semarang?

(5)

89 HIPOTESIS

Terdapat hubungan yang negatif antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas

punk di Genuk, Semarang. Dimana

semakin tercapai status identitas diri

achievement, maka semakin rendah

perilaku kenakalan remaja komunitas

punk, dan sebaliknya.

METODE PENELITIAN

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencapaian status identitas diri Achievement, sedangkan variabel tergantungnya adalah Kenakalan remaja. Penelitian dilakukan dengan study korelasi, populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota komunitas punk di Genuk, Semarang. Adapun dasar pengambilan karakteristik yang digunakan dalam menetapkan sampel penelitian adalah:

a. Anggota komunitas punk yang berada disekitar Genuk, Semarang karena daerah ini dianggap strategis untuk berkumpul para punker’s.

b. Usia 17 – 20 tahun, karena pada usia remaja akhir anak punk dianggap telah dapat mencapai identitas diri achievementnya dan dalam proses tersebut biasanya masih disertai dengan perilaku kenakalan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu incidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010: 82).

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala pencapaian status identitas diri

achievement dan Skala kenakalan

remaja

Teknik analisis data yang digunakan teknik Korelasi Tata

Jenjang dari Spearman. Korelasi Tata Jenjang dari Spearman ini suatu

teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan satu variabel bebas dan satu variabel tergantung.

(6)

90 PEMBAHASAN

Pengambilan data dilakukan satu kali pada tanggal 3-5 agustus 2012 terhadap 50 subjek remaja komunitas punk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan pencapaian status identitas diri achievement pada komunitas punk. Hal ini sesuai dengan pendapat Erikson dalam Santrock (2003 : 523) bahwa delinkuensi pada remaja ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu

upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa kenakalan remaja dipengaruhi oleh adanya pencapaian status identitas

achievement. Identitas diri akan

menjadikan remaja mampu memahami sesuatu yang baik dan buruk. Remaja dengan identitas diri yang jelas akan memiliki kematangan kepribadian. Hal ini sejalan dengan pendapat Erikson (dalam Dariyo, 2004 : 113), individu yang berhasil mencapai identitas akan memiliki kematangan kepribadian, ditandai dengan selalu berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang lebih luas. Untuk itulah pencapaian status identitas diri achievement sangat penting bagi setiap individu untuk melanjutkan tahap perkembangan menuju kedewasaan.

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel kenakalan diperoleh Mean Empirik sebesar 39,89. Mean Hipotetiknya sebesar 52,5 dan Standart Deviasi Hipotetiknya sebesar 10,5. Mean pada area antara (-) 1 SD sampai

(7)

91 dengan (-) 2 SD. Hal ini

mengindikasikan kenakalan remaja

punk berada pada kategori rendah.

Kenakalan remaja yang tergolong rendah berarti menunjukkan bahwa anak punk tidak selalu berperilaku menyimpang. Penilaian masyarakat yang menganggap bahwa anak punk selalu melakukan tindakan kriminal adalah salah.

Pada variabel pencapaian status identitas diri achievement diperoleh Mean Empirik sebesar 69,62. Mean Hipotetiknya sebesar 55 dan Standart Deviasi Hipotetiknya sebesar 11. Mean pada area antara (+) 1 SD sampai dengan (+) 2 SD. Hal ini mengindikasikan pencapaian status identitas diri achievement tergolong pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja punk dapat mengerti mengenai gambaran diri serta apa yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan kehidupan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sumbangan efektif variabel pencapaian status identitas diri

achievement terhadap kenakalan

remaja sebesar 72 % sisanya 28 % dari variabel lain, seperti faktor

pengaruh teman sebaya, konflik keluarga, konformitas, dsb.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah dalam skala penelitian, peneliti mencantumkan nama sebagai identitas subjek, sehingga subjek kurang berani mengisi sesuai dengan apa yang yang biasa dilakukan sehari-hari. Hal ini yang memungkinkan skala kenakalan remaja dalam uji normalitas menjadi tidak normal. Hasi dari penelitian ini hanya berlaku pada komunitas punk di wilayah Genuk saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh komunitas punk.

PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas

punk.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan simpulan

(8)

92 yang telah dikemukakan adalah

sebagai berikut :

1. Bagi remaja anggota komunitas punk

Remaja punk hendaknya terus mengembangkan kegiatan-kegiatan positif seperti kegiatan karang taruna, remaja masjid, maupun kerja bakti lingkungan serta bakti sosial guna mengurangi intensitas perilaku kenakalan seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika dsb. Remaja punk hendaknya mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan selama ini sebagai bagian dari perubahan hidup menuju arah yang lebih baik.

2. Bagi Orangtua

Orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan pemberian bekal agama yang kuat serta pendampingan kepada anaknya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak sehingga anak dapat merasakan kenyamanan berada di dalam keluarga tanpa harus merasa tertekan dan mencari pelarian dengan melakukan kegiatan yang negatif.

3. Bagi penelitian sejenis

Bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti tentang komunitas punk ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan kerangka fikir guna mempertimbangkan kesesuaian konteks penelitian. Peneliti lain juga memiliki semangat, antusias, dan empati agar tidak menyerah saat memasuki lapangan, karena image negatif dari para punker’s dapat mengakibatkan peneliti menjadi tidak berani untuk melakukan penelitian sejenis. Selain itu diharapkan menggunakan teknik pengambilan sampel lain seperti :

snowball sampling, dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Anak punk demo, tuntut hentikan kebrutalan polisi. Harian

Republika. Edisi 27

Desember 2011.

Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala

Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Baihaqi, M.I.F. 2008. Psikologi

Pertumbuhan. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya. Dariyo, A. 2004. Psikologi

Perkembangan Remaja.

(9)

93 . Psikologi Perkembangan

Dewasa Muda. Jakarta :

Grasindo.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung :

Rosda.

Hadi, S. 2000. Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Kartono, K. 2003. Patologi Sosial:

Kenakalan Remaja. Jakarta :

Raja Grafindo Persada. Lima anak punk terjaring razia

petugas satpol pp. Harian

meteor solo. Edisi 25 Juli

2011.

Monks, F. J. & Knoers, A.M.P.

2002. Psikologi

Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Papalia, D. E. & Olds, S. W. 2008.

Human Development. USA

: Mc Graw - Hill, Inc. Sari, D.M. Indriana, Y & Indrawati,

E.S. 2009. Identitas Diri

Anggota Punk Di Bandung.

Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Santrock, J. W. 2003. Adolesence :

Perkembangan remaja.

Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S. W. 2005. Psikologi

Remaja. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Shaffer, D.R. 2009. Social and

Personality Development.

USA : Wadsworth.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh

Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Jakarta:

CV. Sagung Seto.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk

Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Surbakti, E. B. 2008. Kenakalan

Orang Tua Penyebab

Kenakalan Remaja. Jakarta:

PT. Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia.

Underwood, M.K, & Rosen, L.S. 2011. Social Development. USA : Guildford Press. Yusuf, S. 2009. Psikologi

Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Widya, 2010. Punk Ideologi yang

Disalah Pahami.

Yogyakarta: Garasi house of book.

Referensi

Dokumen terkait

Radiograf arah pandang left laterolateral menunjukan gambaran radiografi jantung dan pengukuran VHS yang dilakukan pada kelinci New Zealand White (Gambar 9).. Dari

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 8 orang mahasiswa semester IV program studi D III kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Kemampuan membaca Al- Qur’an anak TK adalah kemampuan membaca huruf-huruf hijaiyah, dalam metode ini menggunakan buku Kibar A yaitu dimulai dari huruf yang hampir

Bddrliro,jurhr e nrra jo,a

[r]

ift^ Parhtdhab Y,abu{aten i,ebong Tahun ingg;Bnn 2014 mengumumkan Penyedia.. WBarang,

[r]

[r]