• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP TINDAKAN IGD.xlsx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP TINDAKAN IGD.xlsx"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

REVISI KE:

PROSEDUR TETAP

5. Obat-obatan : xylocard, Digoxin / Cedilanid, preparat nitrat, Isoptin, valium, Morfin, Dopamin / Dobutamin, Streptokinase B. CARA KERJA

4. Pasang monitor EKG terus menerus 5. Rekam serial EKG setiap 12 jam

RSU

PERAWATAN UNIT

CORONER INTENSIF

Suatu bentuk perawatan khusus dengan pemantuan terus menerus, perawat yang telah dididik khusus, dilengkapi dengan DC shock, pacu jantung

Halaman :

sementara dan obat-obatan lengkap.

Tujuan Pengertian

TANGGAL TERBIT

DITETAPKAN DIREKTUR RS

1. Penderita bedrest setengah duduk 2. Pasang oksigen 4 - 6 liter/menit

3. Infus NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% 8 tetes/menit harus paling sedikit seorang perawat.

MONITOR EKG : Tiap tempat tidur harus dilengkapi dengan sebuah monitor EKG dipasang 24 jam setiap hari.

2. RESUSCITATION KIT 3. DC SHOCK

4. Pacu jantung sementara

6. Segera lakukan tindakan atau pengobatan bila terjadi komplikasi

Mengawasi dan segera memberikan pengobatan atau tindakan bila terjadi

A. PERSIAPAN ALAT

1. PERSONALIA ; tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih untuk merawat, serta penderita yang akan dirawat di ICCU. Tiap tempat tidur komplikasi

(2)

PROSEDUR TETAP

jantung

2. Bedside : monitor sistem 3 elektrroda ON, lengkap dengan aksesorisnya, seperti : manset dan kabel tensimeter, saturasi oksigen, elektroda dan 3 buah plat elektod

3. Emergency trolly dekatkan ke pasien yang telah dilengkapi dengan obat emergency, cairan serta alat-alat seperti : terapi oksigen,

defibrilator, resusitator, iv kateter, iv line 4. EKG pertable atau automatic

1. Memenuhi kebutuhan pelayanan dan asuhan keperawatan intensif serta menjamin pemantuan secara berksenambungan.

2. Dapat dilakukan tindakan khusus serta pengobatan yang spesifik

3. Dapat dilakukan deteksi dini, penanggulangan yang cepat dan tepat dengan Halaman : Suatu kegiatan penerimaan pasien baru dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, secara intensif dan

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS

PENERIMAAN PASIEN

5. Tamponade jantung 6. Infeksi jantung / corditis

PERSIAPAN ALAT DAN OBAT : OLEH PERAWAT

1. Bedside / tempat tidur telah disiapkan di dalam pintu masuk unit rawat tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan

1. Telah mendapatkan persetujuan konsulen Interna/Cardiolog 2. Transpotable

3. Persetujuan pasien/keluarga

1. Penyakit jantung koroner akut/AMI

2. Nyeri dada atau disangka penyakit jantung koroner akut 3. Shock cardiogenic

4. Aritmia ganas / malignant

berkesinambungan sesuai dengan tingkat kekritisan penyakit jantung dan pembuluh darah.

pembuluh darah.

4. Memberi tahu per telepon kepada perawat jaga

7. Decompensasi Cordis Berat / NYHA Derajat IV Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Indikasi

5. Syring pump

6. Format catatan medik dan keperawatan Prosedur

(3)

PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PENERIMAAN PASIEN

DIREKTUR RS Halaman :

11. Melaksanaan pengkajian dasar keperawatan 12. Melaksanaan pendokumentasian.

CARA KERJA :

10. Melaksanaan tindakan khusus dan atau pemriksaan khusus sesuai program

1. Nilai respon pasien, meliputi kesadaran, pernapasan, denyut jantung Prosedur

dalam waktu 10-20 detik. Bila stabil segera dipindahkan ke tempat tidur unit rawat jantung

tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan 3. Beri tahu tentang tujuan dan manfaat pemasangan alat-alat unit rawat jantung

4. Pasang monitor, pilih grafik R yang tinggi, ukur tekanan darah dan denyut jantung

5. Pasang oksigen sesuai program

6. Serah terima dengan perawat pengantar pasien tentang kelengkapan catatan medik dan keperawatan, pengobatan yang telah diberikan serta tindakan atau hasil-hasil pemeriksaan.

7. Pasang / pertahankan infus emergency 8. Rekam EKG serial 12 -15 lead

9. Memberikan pengobatan sesuai program medik dengan atau tanpa syring pump

(4)

PROSEDUR TETAP

REVISI KE:

DITETAPKAN

2. Dengan oksigen atau tanpa oksigen sesuai keadaan pasien

3. Serah terima dilakukan oleh perwat unit rawat inap dengan unit rawat C. Pemindahan pasien

1. Dengan kursi roda/brankard/tempat tidur sesuai dengan kondisi pasien pulang ke rumah, tentang obat, diet, rehabilitasi pasien dan lain-lain.

B. Persiapan Administrasi dan Dokumen

1. Pasien dan keluarga diberitahu bahwa tidak memerlukan perwatan intensif

2. Menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang klas perawatan yang dikehendaki, kecuali pasien tidak mampu.

3. Memeriksa keadaan umum dan tanda vital, terakahir sebelum diantar ke rawat inap dicatat dalam perawatan dan surat pindah

4. Menjelaskan hal-hal yang harus dipatuhi selama perawatan sampai 2. Melanjutkan pengobatan dan perawatan berkesinambungan

3. Membantu kelancaran alur pasien

1. Pasien pindah dari unit rawat jantung telah ditetapkan oleh dokter ahli / konsulen SMF Jantung

asuhan keperawatan di rawat inap guna memenuhi pemulihan kesehatan.

4. Memperjelas alur tanggung jawab terhadap pengelolaan perawatan pasien RSU

TANGGAL TERBIT

Pengertian

Tujuan

2. Pasien pindah ke rawat inap diantar oleh perawat unit rawat jantung Kebijakan

3. Memesan tempat di rawat inap, sesuai dengan kesepakatan pasien dan keluarga kaitannya dengan pemilihan klas perawatan.

4. Sertakan hasil pemeriksaan dan tindakan selama di unit rawat jantung. 5. Melapor ke TPP serta melengkapi catatan medil rawat inap yang dituju. lagi dan boleh pindah ke rawat inap.

PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT

JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP

Halaman :

Dilaksanakan oleh perawat/ petugas unit rawat jantung

A. Persiapan pasien dan keluarga

jantung di nurse station, meliputi : kelengkapan catatan medik dan 2. Dilampiri catatan perawatan terakhir

1. Ada surat pindah dari dokter ahli / konsulen, SMF jantung

Pemindahan pasien dari unit rawat jantung ke rawat inap oleh karena pasien tidak memerlukan lagi perawatan intensif, sehingga dapat dilanjutkan

1. Agar pasien terpenuhi pemulihan kesehatan

DIREKTUR RS

(5)

PROSEDUR TETAP

pasien tersebut.

5. selanjutnya perawatan pasien menjadi tanggung jawab dokter dan perawat ruang inap yang ditempati.

Halaman : keperawatan, hasil-hasil suatu tindakan pemeriksaan dan obat-obatan 4. Apabila dalam pelaksanaan mengalami kesulitan sehubungan dengan keterbatasan perawat, kesibukan, tingkat emergency pasien di unit rawat jantung maka pemindahan pasien ini dapat diesepakati bersama-sama melalui penyelia jaga agar ruang rawat ianp yang terkait dapat mengambil

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT

DIREKTUR RS

JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP

Prosedur

(6)

PROSEDUR TETAP

RSU

TANGGAL TERBIT

serta plat atau manset extremitas 2. Kertas EKG

3. Jelly, kertas tissue

Elektrokardiografi adalah ilmu yang memperlajari tentang perubahan potensi listrik jantung

Elektrokardiograf adalah alat galvanometer, dilengkapi dengan radio amplifier, gerakan jarum dan tinta yang dapat mencatat getaran arus listrik melalui permukaan tubuh

Elektrokardiogram adalah grafik yang menggambarkan perubahan potensial listrik pada setiap kontraksi otot jantung yang dihubungkan dengan waktu.

Pemeriksaan / pengkajian diagnostik penyakit jantung

1. penyakit jantung koroner

4. Tempat tidur 5. Spidol/pena

B. Pasien

1. Diberi penjelasan tentang tujuan pemeriksaan

2. Pasien tenang, tidak bergerak, tidak menahan b.a.k / b.a.b 2. gangguan irama jantung / aritmia

A. Alat :

1. Elektrokardiograf satu channel atau tiga channel lengkap dengan elektrode REVISI KE:

DITETAPKAN

PENGGUNAAN EKG

DIREKTUR RS

Halaman :

4. gangguan elektrolite/ kalium dan calsium 5. perikarditis

6. efek dari obat jantung Persiapan : oleh perawat Pengertian

Tujuan

Prodesur

c. Perawat

1. Menyiapkan alat dan pasien, merekam serta mampu interpretasi rekaman EKG pada pasien penyakit jantung koroner

2. Interpretasi EKG dalam keadaan tertentu segera kolaborasi atau melaku

TANGGAL TERBIT 3. Tidur terlentang rileks/ tangan dan tungkai tidak bersentuhan

4. Tidak menyentuh besi tempat tidur

kan pertolongan pertama pada keadaan gawat. 3. hipertrofi atrium dan ventrikel

(7)

PROSEDUR TETAP

10. Jika perlu voltage dibesarkan / dikecilkan dan diberi catatan

RSU

TANGGAL TERBIT 11. Tuliskan pada kertas rekaman EKG : nama pasien, umur, tanggal, jam dan lead masing-masing serta nama yang merekam

12. Catat pada format EKG untuk hasil interpretasi.

selektor dan bila menggunakan satu elektrode dapat memindahkan elektrode ke arah lead V1 s/d V9

9. Setelah selesai merekam seluruhnya dicek voltage dengan kalibrasi lagi. VI s/d V6 / Anterior

V7 s/d V9 / Posterior

V2R s/d V6R / vbetrikuler kanan

a. V1 ruang intercosta IV faris sternum kanan b. V2 Ruang intercosta IV garis sternum kiri c. V3 pertengahan antara V2 dan V4

d. V4 Ruang intercosta V garis mid clavicula kiri e. V5 Horisontal dengan V4 anterior aksilaris kiri f. V6 horisontal V6 mid aksilaris kiri

g. V7 Horisontal V6 Posterior aksilaris h. V8 Horisontal V7 ujung scapula i. V9 Horisontal V8 pinggir vertebra

4. Kabel listrik EKG dihubungkan dengan stop kontak listrik CARA KERJA :

1. Bersihkan lemak kulit pada tempat yang akan ditempel elektrode 2. pasang manset / flat elektrode pada hantaran I, II, II, aVR, aVL, aVF a. Kabel merah / R pasang di tangan kanan / RA

b. Kabel kuning / L pasang di tangan kiri / LA c. Kabel hijau / F pasang di kaki kiri / RL

5. Tekan tombol ON power, tampak lampu menyala pada EKG PROSEDUR

d. kabel hitam / G pasang di tungkai kanan / gronding 3. Pasang elektrode pada Precordial lead

RSU REVISI KE: DITETAPKAN

PENGGUNAAN EKG

DIREKTUR RS Halaman :

6. Cek voltage hingga 1 mv / 10 mm dengan kalibrasi,dial slektor posisi STD 7. Rekam dimulai dari lead I, II, III, aVR, aVL, aVF dengan memutar dial selektor 8. Rekam V1 s/d V6 ,bila menggunakan 6 elektrode dengan memutar dial

(8)

PROSEDUR TETAP

Mengembalikan Aritmia jantung yang ganas dengan hemodinamik yang rendah

C. Pasien :

1. Monitor EKG " Pastikan " VF / VT Non Pols

2. Monitor EKG " Pastikan " VT , PAT , SVT / EKG 12 lead * Paroksismal Atrial takikardi / PAT

* Atrial Fibrilasi Rapid Ventrikular Rate / AFRVR * Atrial Flutter Rapid Ventrikular Rate / AFRV * Paroksismal junction Takikardi

Persiapan

A. Dokter / Perawat : Harus paham tentang :

3. Posisi tidur spine diatas papan resusitasi 4. tidak ada gigi palsu

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE: Defribrilasi :

ventrikular Fibrilasi

Ventrikular takikardi / VT - Tidak ada pols / Non Pols

Cardioversi

Ventrikular Takikardi / VT, Hemodinamik tidak stabil Supra ventrikular takikardi , hemodinamik tidak stabil

Merupakan terapi dengan cara memberi energi listrik ke jantung,melalui electrode/pedal yang ditempatkan pada dinding dada pasien

Defibrilasi :

1. Mencegah ancaman kematian oleh karena ventrikel Fibrilasi

2. Mencegah irama denyut jantung normal sinus dan mengembalikan curah jantung yang hilang oleh karena VT / VT Non pols, mengembalikan oksigenasi dan perfusi jaringan.

Cardioversi: RSU REVISI KE: DITETAPKAN

TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI

DIREKTUR RS Halaman : Pengertian Tujuan

dan atau gagal dengan farmakoterapi Indikasi

Prosedur

1. Interpretasi Rekaman RKG 2. Prinsip-prinsip BCLS dan ACLS

B. Alat :

1. Defibrilator dengan elektrode monitor dan dua paddle / 10 -13 cm 2. Emergency trolly lengkap dengan obat emergency, Resusitator 3. Alat intubasi papan resusitasi

4. Oksigen terapi 5. Jelly

(9)

PROSEDUR TETAP

janyung normal, serta pernapasan adekuat 14. Alat dirapikan, paddle dibersihkan dari sisa jelly

CARA KERJA CARDIOVERSI / SYNCHRONIZE 1. Beri tahu pasien dan keluarga

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN 2. Pasien dalam infus, diberi penenang/ valium dan cukup oksigenasi

3. Hubungkan monitor dengan pasien dan usahakan mencari R yang tinggi dan jelas usahakan gambaran EKG tidak artefak

4. Tekan knop sinchronize, pastikan alat monitor dalam keadaan siap, paddle CARA KERJA DEFIBRILASI / ASINCRONISE

1. Dekatkan defibrilator dengan pasien serta alat-alat yang lain 2. Putar On defibrilator, atur energi diawali 200 joule asyncronise 3. Berikan jelly yang cukup pada seluruh permukaan kedua paddle

4. Tempatkan posisi paddle pada sternum & apex di dada pasien, cek dengan melihat monitor display, dinilai irama jantungnya, pastikan adanya VF / VT 5. Komunikasikan pada anggota tim , Charging defibrilator"

6. Tekan charge,tombol pidal apex dengan tangan kanan atau defibrilator kontrol 7. Bila charge sudah penuh joule, beri tekanan pada paddle ke dinding dada 8. Nyatakan bahwa defibrilasi siap aman terhadap pasien dan penolong

9. Tekan kedua tombol paddle sternum dan apex simultan dan jangan terangkat 10. Perhatikan di monitor display post defibrilasi, berubah atau tidak dari VF / VT

RSU

DITETAPKAN

12. Bila masih tetap VF/VT, dilanjutkan Algoritma VF/VT

13. Bila berhasil pada shock ke 1/2/3, dipertahankan untuk pemulihan irama Prosedur

TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI

DIREKTUR RS

Halaman :

beri jelly

5. Energi diawali dengan 50 joule, dinaikkan bertahap bila belum ada respon 100 joule, 200 joule, 300 joule, 360 joule

6. Observasi monitor EKG terus meneus selama tindakan dan observasi tanda 11. Bila VF/VF tetap, paddle tetap diletakkan pada dinding dada pasien, ulangi sampai ketiga kali dengan menaikkan 200-300 Joule

(10)

PROSEDUR TETAP

PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA

keadaan dimana sebagian miokard mengalami nekrosis seluler irreversible akibat adanya oklusi aliran koroner total yang mendadak. Keadaan ini biasanya sebagai akibat menurunnya alliran darah koroner lama dibawah tingkat krisis

1. Pengawasan terhadap komplikasi terutama aritmia pada hari-hari pertama

1. Perawatan standar ICCU

2. Diagnosis : serial EKG dan enzim jantung CKMB, SGOT,LDH setiap 12 jam 3. Pengobatan : yang datang < 6 jam bila terdapat kontraindikasi dapat diberikan terapi trombolitik (streptokinase), sakit dada dapat diberikan Novalgin IV, Morfin SC atau Pethidin IM, angina pasca infark diberikan preparat nitrat (sublingual transdermal, drip IV). Bila terjadi komplikasi seperti Aritmia, payah jantung,dsb diobati menurut standar pengobatan masing-masing

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN DIREKTUR RS

PERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT

DIREKTUR RS

Halaman : Pengertian

Prosedur

2. segera bisa bertindak untuk mengatasi komplikasi yang sangat berbahaya. Tujuan

(11)

PROSEDUR TETAP Indikasi KONTRA INDIKASI PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA

DIREKTUR RS 6. Streptokinase 1.500.000 unit dilarutkan dalam 100 ml NaCl 0,9% dan diberi kan selama 1 jam

7. Monitor tanda vital tiap 10 - 15 menit. Bila terjadi hipotensi -> head down position. Trombolisis sementara dihentikan. Filling dengan NaCl 0,9 % 100 - 250 ml untuk mengatasi efek vasodilatasi karena trombolisis. Setelah

tekanan darah naik diteruskan lagi. 8. Monitor gambaran EKG jika terjadi aritmia 9. Observasi tanda-tanda alergi

1. Ada persetujuan keluarga

2. Tersedia defibrilator dan trolly emergency

3. Pemeriksaan sebelum trombosis : EKG lengkap, foto thorax, Cardiac enzym, darah lengkap, masa perdarahan, masa pendjedalan APTT dan elektrolit 4. Pasang kateter IV (infus)

5. Premedikasi dengan diphenhydramin hydroclorida 50 mg dan dexamethasone 40 mg IV

PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA

PADA INFARK MIOKARD AKUT

Membatasi luas infark

1. Nyeri dada yang khas lebih dari 20 menit bisa hilang dengan istirahat dan Halaman :

pemberian nitrat

2. Onset kurang dari 12 jam

3. Pada EKG elevasi segmen ST > 2 mm pada dua sadapan atau lebih pada sadapan prekordial atau lebih 1 mm pada dua sadapan atau lebih pada sadapan extermitas.

4. Usia < 70 tahun

1. hipertensi , BP > 200 / 110 mmHg 2. kecurigaan diseksi aorta

3. pasca resusitasi yang traumatic 4. riwayat stroke < 6 bulan

5. riwayat trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial 6. riwayat ulkus peptikum atau hemorroid dengan perdarahan baru.

Prosedur Tujuan

7. riwayat post partum dini atau penderita hamil 8. penderita dengan penyakit-penyakit terminal

9. riwayat pengobatan streptokinase kurang dari satu tahun atau riwayat alergi streptokinase

10. Setelah streptokinase selesai dilanjutkan heparinisasi bolus 5000 unit

10. bila memang diperlukan, dapat menggunakan trombolitik yang non antigenik (urokinase r.TPA)

(12)

TETAP PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS

PROGRAM TERAPI OKSIGEN

heparin drip dengan dosisi awal 1000 unit/jam selama lima hari dengan

menyesuaikan hasil pemriksaan APTT 1,5 - 2 kali kontrol. Harus selalu diawasi tanda-tanda perdarahan selama infus heparin.

bila terjadi perdarahan distop, pengelolaan perdarahan (transfusi k/p dan obat-obatan fibrinotik).

pemeriksaan laboratorium sesudah streptokinase * APTT tiap 12 jam

* enzim jantung tiap 24 jam * EKG lengkap tiap 24 jam

PADA INFARK MIOKARD AKUT

(13)

PROSEDUR TETAP

3. Hubungi dengan outlet sentral/ tabung

4. Pilih kateter nasal/ kenule nasal/ Sungkup muka sederhana, Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / atau sungkup muka dengan kantong rebreathing atau Venturi

5. Hubungkan pada flow meter oksigen

6. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan 7. Pasang ke pasien dengan cara seperti dibawah ini :

Halaman :

PROGRAM TERAPI OKSIGEN

Program terapi oksigen merupakan upaya dalam mempertahankan keseimbangan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh.

a. Memenuhi kebutuhan oksigen pada hipoxia b. Menurunkan kerja pernapasan

c. Menurunkan beban kerja jantung/ miokard d. Pemerikasaan saturasi oksigen rendah

1. Persiapan Alat

b. Flow meter oksigen dan humidifer c. Kateter nasal

d. Kenule nasal

e. Sungkup muka sederhana

f. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM g. sengkup muka dengan kantong rebreathing / RM Pengertian Tujuan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PROGRAM TERAPI OKSIGEN

DIREKTUR RS

Halaman : a. Outlet oksigen sentral / dinding/ tabung

h. sengkup muka dengan Venturi i. Jelly k-y/ untuk pelicin

2. Pasien

a. Diberi tahu manfaat dan tujuan

b. Atur posisi tidur sesuai dengan kondisi pasien

Cara Kerja oleh Perawat

1. Perawat cuci tangan

2. Hubungkan dengan flow meter oksigen Prosedur

(14)

AliranKonsentrasi L/ Mnt (%) 1 - 6 22 - 24 1 - 6 24 - 44 5 - 840 - 60 8 - 1260 - 100 4 - 1330 - 55 s.d.a PROSEDUR TETAP

Akut miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau sehingga menutup rapat dan

nyaman jika perlu memakai kain kasa pada daerah tertekan.

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN DIREKTUR RS Beri pelicin pada ujung/ kedua ujung kenule, masikan kedua ujung kenule kedalam lubang hidung pasien fiksasi

Ukur jarak antara lubang hidung sampai ke ujung daun telinga, beri pelicin/ jelly pada ujung kateter masukan melalui lubang hidung Karakter Nasal

7. Sungkup muka dengan kantong rebreathing / RM 8. Sungkup muka dengan venturi

9. Jelly K-Y / Untuk pelicin

Cara Kerja Jenis Alat

sejauh yang diperkirakan kemudian fiksasi.

Atur tali pengikat sengkup muka,

PENATALAKSANAAN AKUT

MIOKARD INFARK

Pengertian

6. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM

Isi oksigen kedalam kantong dengan menutup lubang antara kantong dengan sungkup. Atur tali

Halaman : PROSEDUR

Perawatan

Sungkup muka rebreathing

1. Outlet oksigen sentral/ dinding/tabung 2. Flow meter oksigen dan humidifer 3. Kateter nasal

4. Kenule nasal

5. Sungkup Muka sederhana

pengikat sungkup sehinga menutup rapat dan nyaman

Nasal Kenule

Sungkup Muka sederhana

Sungkup muka non rebreathing

(15)

Prosedur

PROSEDUR TETAP

DITETAPKAN DIREKTUR RS nekrose otot jantung yang disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya aliran koroner secara tiba-tiba, atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang memadai.

A. Pemeriksaan penunjang

7. Tindakan revaskularisasi koroner : PTCA (percutaneus Transluminae

mobilisasi secara bertahap. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan AMI adalah menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan persediaan oksigen miokard.

1. Bedrest total selama 24 jam pertama 2. Terapi oksigen

3. Infus emergency

4. Bedside cardiac monitoring 5. Monitoring hemodinamik

1. Pemeriksaan EKG serial = Abnormal segmen ST, gelombang T dan Q 2. Pemeriksaan cardiac enzym serial = peningkatan CK-CKMB, LDH, GOT 3. Rontgen Thorax = ada cardiomegali, oedema paru

4. Echocardiografi = disfungsi ventrikel / valve 5. Angiografi koroner = Oklusi arteri koroner 6. Pemeriksaan darah = Lekositosis

serum lipid meningkat AGD mungkin hipoxemia

Coronary Angioplasty) 8. Menenangkan pasien = obat sedative, penyuluhan

9. Diet = Puasa sampai 8 jam pertama setelah serangan, diteruskan diet jantung secara bertahap (Diet jantung I,II,III,IV)

RSU

TANGGAL TERBIT

PENATALAKSANAAN ANGINA PECTORIS

Halaman : Agina pectoris adalah suatu gejala temporer miokardia iskemia yang dirasakan sebagai nyeri dada (Chest pain) atau tidak nyaman (Chest discomfort)

REVISI KE:

Pengertian Pengertian

Menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan persediaan oksigen miokard Tujuan

10. Monitoring balance cairan

11. Rehabilitasi = setelah 24 jam pertama tidak ada komplikasi dimulai 6. Terapi : vasodilator, beta bloker, analgetik, narkotik, antiplatelet, antilipid

(16)

PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

Syok adalah merupakan gangguan dimana perfusi ke jaringan tidak cukup melakukan aktivitas, berupa depresi segmen ST atau gelombang T inverted. b. Cardiac enzym (CK, CKMB, LDH, GOT)

Biasanya normal, meningkat menunjukan infark miokard Pengertian

PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

DIREKTUR RS

Halaman : 10 % biasanya normal, 90% abnormal berupa lesi arteri koroner

Pengertian

Pemeriksaan penunjang :

a). PTCA ( Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty) b).CABG ( Coronary Artery By Pass Graft).

propanolol, atenolol c). Kalsium antagonis

Nifedipin, diltiazem, verapamil d). Anti Agregasi

Aspilet, ascardia e). Anto koagulan Heparin, levonox d. Pengendalian factor resiko e. Tindakan intervensi

e. Serum Lipid ( HDL, LDL, Cholesterol, Triglyserid) Meningkat resiko faktor CAD

Penatalaksanaan :

a. Bedrest, sebaiknya tidur telentang atau semifowler b. Terapi oksigen

c. Obat-obatan a). Nitrat

Nitrat, cedocard, Minitran, isoket b). Beta Bloker

a. EKG

30 % biasanya normal dan 70% abnormal pada episode nyeri dada atau menyelamatkan pasien dari ancaman yang lebih serius yaitu kematian Tujuan

otot jantung (AMI)

Prosedur

jaringan vital jantung , otak, Ginjal dan hati

Agar cepat menentukan sikap dan tindakan yang perlu dilakukan untuk

c. Sters Test / Treadmill

Hasil abnormal EKG : ST depresi atau T inverted, serangan angina saat test d. Angiografi koroner

(17)

PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN Syok kardiogenik adalah jantung tidak dapat mempertahankan Cardiaca output untuk membutuhkan metabolisme tubuh dengan tubuh

# Perfusi ke Organ tergantung dari tekanan arteriaol sistemik dan resistensi atau tekanan vaskuler dari organ.

# Cardiac output adalah strok volume dikalikan Heart Rate.

# Tekanan arterial adalah cardiac output dikalikan resistensi vaskuler sistemik # Resistensi vaskuler tergantung dari radius pembuluh darah yang

Pengertian

Terapi inisial :

1. Terapi oksigen (Dicapai PaO2 : 80 - 120 mmHg) Tujuan

Pemeriksaan penunjang :

Hypoksemia PaO2 < 80 mmHg Asidosis metebolisme pH < 7,35

Alkalosis respiratori PaCO2 < 35 mmHg 3. Foto thoraks

# Jantung sering membesar

4. Ekhokardiografi 5. Hemodinamic monitor

Selain untuk memonitor pemberian cairan juga untuk memonitor LV fungsi mempengaruhi struktur dinding pembuluh darah dan tonus alat polos vaskuler

1. EKG

a). AMI luas : anterior, inferior, posterior kanan yang terjadi ( Perubahan QST). b). Dysritmia : Bradiritmik/ AV Block total.

c). Hypertrofi jantung 2. Laboratorium

a). Enzym jantung meningkat (CKMB,LDH. SGOT, SGPT) b). AGD :

# Oedema Paru / pembendungan paru 1. Memperbaiki kontraksi jantung

2. Menaikan cardiac output 3. Memberikan vasodilatasi

4. Mengatasi asidosis respiratori dan metebolisme

PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

DIREKTUR RS

(18)

PROSEDUR TETAP

kurang dari 70 mmHg (sistolik) untuk meningkatkan kontraksi otot jantung dan cardiac output serta tekanan darah

* Dobutamin ( Dobutrex)

- Efek inotropik, menstimulasi beta reseptor untuk meningkatkan kontraksi dan stroke volume

- Dosis dimulai 2-4 mcg/kgBB/Mnt

Cardiac Arrest dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tidak ada tanda-tanda klinis adanya cardiac output.

- Meningkatkan kontraksi miokard dengan menstimulasi beta reseptor, meningkatktakn tekanan arterial sistemik, meningkatkan kardiak output, dan resistensi vaskuler perifer.

3. Keseimbangan kebutuhan cairan - Perlu pemasangan CVP

- Monitor RAP - Monitor PCWP

- Dengan monitor hemodinamik dapat diobservasi dan dievaluasi terus menerus setiap 10 menit

- Dosis terapi 2-20 mcg/kgBB/Mnt,bila TD sistolik 70 -100 mmHg * Norepinefrin alpa dan beta action

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST

DIREKTUR RS

Halaman : 4. Memenuhi kebutuhan keseimbangan asam basa - pemeliharaan pH = 7,35 (sodium bicarbonat)

5. Tyrah baring, pososi supine, kaki dinaikan 45 derajat 6. IABP ( Intra Aotric Ballon pump)

* Dopamin

- Dosis rendah 2,5 mcg/kgBB/mnt untuk : dilatasi renal, mesenteric, coronary cerebral

* 8 - 10 L/Mnt menggunakan masker /NRM

* Intubasi bila memerlukan terapi oksigen aliran cepat dengan bantuan ventilator bila PaO2 < 50 mmHg 2. Obat adrenergik

- Dosis tinggi 5-20 mcg/KgBB/mnt pada pasien dengan tekanan darah

Mencegah kerusakan cerebral yang menetap yang mungkin akan terjadi bahkan kematian.

Pengertian

(19)

PROSEDUR TETAP

Pengertian Hipertensi terdiri dari hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (95%) tidak diketahui penyebabnya.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu : obesitas, merokok, stress, intake sodium yang berlebihan, serum lipid yang meningkat dalam darah dan alkohol.

Hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI

DIREKTUR RS

Halaman : monitoring EKG pada pasien dengan cardiac arrest.

Penatalaksanaan :

Pasien dengan cardiac arrest harus sesegera mungkin dilakukan Resusitasi CardioPulmonar, yang meliputi :

1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Cardiac Life Support) yang bertujuan untuk mengupayakan kembali oksigenasi jaringan.

2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Cardiac Life Support) yang berguna untuk mempertahankan oksigenasi yang spontan.

Pemeriksaan penunjang

Henti jantung dapat diikuti fenomena listrik antara lain VF, VT, Asistole dan Disosiasi Elektromekanik (PEA) . Oleh karena itu sangat perlu dilakukan Tujuan

PROSEDUR

3. Fase Post resusitasi

4. Tujuan CPR adalah untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi yang adekuat dan untuk menjaga kestabilan irama jantung.

(20)

adalah severe hipertensi tanpa diikuti kerusakan organ target.

Prosedur

PROSEDUR TETAP

b. Laboratorium

Fungsi ginjal : BUN, Ureum Urine Rutin

Asam Urat Darah lengkap Elektrolit c. Radiologi

- edema paru oleh karena gagal jantung kiri

- pembesaran jantung, vaskularisasi aorta yang lebar - pelebaran mediastiunum oleh karena diseksi aorta d. Ekokardiografi

Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik.

terutama ginjal.

Hipertensi krisis (very severe) : sistolik > 210 mmHg dan diastolik > 110 mmHg. Diklasifikasi dalam 2 tipe :

1) hipertensi urgensi

2) Hipertensi emergency

adalah severe hipertensi yang diikuti dengan adanya kerusakan organ target seperti otak, jantung dan ginjal.

1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas.

3. Mencegah komplikasi.

1. Lakukan pemeriksaan penunjang ;

a. EKG

akan didapatkan : * Pembesaran ventrikel kiri * Pembesaran atrium kiri * Penyakit jantung koroner

2. Mempertahankan TD sistolik 140mmHg dan diastolik 90 mmHg

4) Berhenti merokok

5) Menurunkan BB bagi pasien obesitas Tujuan PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI

DIREKTUR RS

Halaman : 2. Penatalaksanaan

a. Pengobatan Non Farmakologi 1) Perubahan cara hidup

2) Mengurangi asupan garam dan lemak 3) Mengurangi asupan alkohol

(21)

PROSEDUR TETAP

Pengertian

energi listrik yang kuat dengan metode sinchron. RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)

DIREKTUR RS

Halaman :

Defibrilatror adalah suatu alat elektrik yang biasanya dilengkapi dengan alat monitor EKG yang digunakan untuk terapi aritmia jantung (defibrilasi atau kardioversi)

Defibrilasi (external) adalah suatu tindakn terapi dengan cara memberikan aliran energi listrik yang kuat dengan mode asinchron ke jantung pasien melalui elektroda (pedal) yang ditempelkan di permukaan dinding dada. Cardiovesi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran - Nitroprusid, yaitu vasodilator arteri dan vena. Dosis 0,25-8ug/KgBB/menit pemberian yang cepat > 15ug/KgBB/menit atau pemberian yang lama > 48 jam dapat menyebabkan terjadinya Thyocinate Toxicity yang ditandai dengan gejala pandangan buram, bingung, tinitus.

6) Meningkatkan aktifitas fisik 7) Olahraga teratur

8) Menghindari ketegangan 9) Istirahat cukup

b. Pengobatan Farmakologi

1) Diuretik : furosemid 0,5-1 mg/KgBB 2) Beta bloker : propanolol

3) Calsium antagonis 4) ACE inhibitor : captopril

5) Alpha adrenergic blocking agent 6) Vasodilator :

PROSEDUR

Obat ini diberikan dengan menggunakan infus pump.

- Nitroglicerine adalah vasodilator untuk vena dengan dosis 5-100ug/menit 7) Morphin : 2-5mg

(22)

PROSEDUR TETAP

PROSEDUR Tujuan

PROSEDUR

3. Matikan pace maker bila terpasang.

4. Lakukan defibrilasi bila dipastikan gambaran EKG VF atau VT non pulse dengan cara sbb:

- Beri jelly yang cukup pada pedal

- Hidupkan defibrilator dan pastikan dalam setelan Asinchron, atur energi yang dipakai

- Letakkan pedal pada dada, agak diputar agar jelly menyebar rata - Pastikan tidak ada orang yang kontak dengan pasien atau bed pasien. - Tekan knop pedal secara bersama-sama dan defibrilator akan

2) Peralatan

a) DC Shock (Defibrilator dengan electrode/pedalnya) b) Jelly

c) Ambu bag dengan face mask d) Oksigen

e) papan resusitasi f) obat-obat emergency 3) Pasien

a) Posisikan supine diatas papan yang rata dan keras (papan RKP) b) Singkirkan semua besi yang menempel langsung pada pasien c) Ambil gigi palsu pada pasien, bila ada.

C. PROSEDUR DEFIBRILASI

1. Pastikan gambaran EKG F pada monitor EKG

2. Siapkan alat-alat defibrilasi (lakukan RJP) bila alat-alat belum tersedia.

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)

DIREKTUR RS

Halaman : a. menghilangkan ancaman kematian karena ancaman jantung b. mengembalikan irama jantung menjadi normal.

c. mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan.

DEFIBRILASI

A. INDIKASI :

1. pasien dengan irama VF (Ventrikel Fibrilasi)

2. Pasien dengan irama VT (Ventrikel Takikardi) non pulse

B. PERSIAPAN DEFIBRILASI 1) Perawat

Harus paham :

- Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler - Interpretasi gambaran EKG

(23)

PROSEDUR TETAP

PROSEDUR PROSEDUR

1. Beritahu pasien dan keluarga (terangkan maksud dan tujuannya) 2. Rekam EKG 12 lead

3. Pasang Infus (bila belum terpasang) 4. Atur posisi pasien terlentang

5. Berikan oksigen dan obat penenang 6. Observasi tanda vital

7. Siapkan alat-alat Cardioversi :

a) hubungkan pasien dengan monitor EKG (usahakan EKG dengan gelombang R yang tinggi dan jelas)

Premediksai dulu dengan valium

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)

DIREKTUR RS

Halaman : C. PROSEDUR CARDIOVERSI

5. Berikan oksigen

6. Perhatikan pada pasien apakah ada luka bakar

CARDIOVERSI

A. INDIKASI :

Dilakukan pada pasien dengan kelainan EKG : * VT : Ventrikel Takikardi

* PAT : Paroksismal Atrial Takikardi * SVT : Supra Ventrikel Takikardi * F : Atrial Takikardi

Yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.

B. CARA CARDIOVERSI : 1. Emergency :

Tidak perlu tindakan (khusus) apa-apa, bila VT langsung cardioversi (harus dengan alay-alat RJP)

2. Elektif :

memberikan kejutan / kontraksi pada pasien

- Nilai gambaran EKG segera jika masih VF, defibrilasi diulangi.

D. PERAWATAN POST DEFIBRILASI 1. Nilai keadaan psien

2. Monitoring gambaran EKG

3. Pasang infus bila belum terpasang

(24)

PROSEDUR TETAP

Persiapan Alat

Mendapatkan jalan napas yang lancar dengan penempatan yang tepat pipa trachea oral

1. Henti jantung

2. Pasien sadar tapi ventali kurang adekuat

3. Pasien tidak dapat mempertahankan jalan napas yang adekuat 4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adekuat dengan cara konvensional

1. Laringoskop, lengkap dengan handle dan blade 2. Pipa Endotrakeal (ETT) dengan ukuran :

a) Perempuan : No. 7,0 ; 7,5 ; 8,0 PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

INTUBASI

DIREKTUR RS Halaman : 10. Nilai gambaran EKG (bila menetap, energi dinaikkan bertahap dan prosedur diulang)

11. Setelah selesai, rapikan alat-alat

12. Catat dan laporkan tindakan Cardioversi. b). Usahakan gambaran EKG tidak artefak c) tekan knop sinchron

d) berikan jelly yang cukup pada pedal

8. Yakinkan lat-alat pada keadaan siap, knop pada posisi sinchron dan berikan enrgi sesuai kebutuhan

9. Lakukan cardioversi

* letakkan pedal pada posisi yang benar * tekan knop pedal secara bersamaan

Tujuan

(25)

PROSEDUR TETAP

sambil memperhatikan perkembangan dada.

12. Bila terdengar suara "gargling" pada lambung dan dada tidak mengembang lepaskan ETT, lakukan hiperventilasi kembali selama 30 detik dengan O2 100% selanjutnya lakukan intubasi kembali.

13. Kembangkan balon "cuff" dengan menggunakan spuit 20 cc atau 10 cc dengan volume secukupnya sampai tidak terdengar suara kebocoran udara di mulut saat dilakukan ventilasi "bagging".

14. Lakukan fixasi ETT dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut. 15. lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100%

prosedur Prosedur

11. Lakukan ventilasi dengan menggunakan "bagging" dan lakukan

auskultasi, pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri pada orang dewasa kedalaman ETT ± 19-23 cm

10. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

INTUBASI

DIREKTUR RS Halaman : 9. bantal

10. Plester dan gunting

11. Mesin Suction (alat penghisap lendir)

1. Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ukuran ETT sesuai dengan kebutuhan 2. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah "cuff"

3. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik (lakukan "Sellick Manuver") 4. Letakkan bantal di Oksiput setinggi ± 10 cm dan kepala tetap extensi 5. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring

6. Buka mulut dengan cara "cross finger" & tangan kiri memegang laringoskop 7. Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi.

8. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 -40 derajat, jangan menggunakan gigi sebagai tumpuan.

9. Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan bagian proximal dar "cuff" ETT melewati pita suara ± 1-2 cm atau b) Laki-laki : No 8,0 ; 8,5 c) Emergency : No 7,5 3. Stilet 4. Mandrin 5. Forsep magil 6. Jeli 7. Spuit 20 cc atau 10 cc 8. Steteskop

(26)

PROSEDUR TETAP

PASIEN DAN PENDERITA

YANG DAPAT DIRAWAT DI ICU

Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU

Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di ICU

Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat ditolong (reversible dan recoverble)

I. INDIKASI UMUM

1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernapasan mekanik atau alat bantuan khusus lainnya.

2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.

II. INDIKASI KHUSUS PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman :

(27)

PROSEDUR TETAP

1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter jaga ICU ke dokter jaga sesuai konsultan jaag kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan : senin-kamis : 14.00

jumat : 11.00 sabtu : 12.30

Minggu / hari libur pagi : 08.00 malam : 20.00

2. Atasi kegawatan -> lakukan program -> konsul Anestesi atau sub bagian RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

TATA CARA

DIREKTUR RS

JAGA ICU

Halaman : Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU

Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU dapat berjalan baik

Dokter jaga ICU melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur * Syok kardiogenik apapun sebabnya.

pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju ke arah terjadinya kegagalan pernapasan.

2. Kelainan pada sistem kardiovaskuler. Syok hipovolemik, kardiogenik,septik.

syok hipovolemik dan septik yang tidak menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi menuju ke arah kegagalan pernapasan. Setiap syok kardiogenik/syok septik maupun penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat hemodinamik.

3. Keracunan

Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan napas mekanik dan syok.

III. PRIORITAS INDIKASI RAWAT ICU

Mengingat terbatasnya tempat/tenaga/sarana makan prioritas indikasi rawat: 1. Kelainan pada saluran pernapasan

Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis, dirawat di ICU apabila : dengan PROSEDUR

SMF lain, HCU, ICCU

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur Unit Terkait

(28)

PROSEDUR TETAP

Obat-obat emergency dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU

Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat.

Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU harus tersedia

1. PERALATAN

A. Alat pembebas jalan nafas 1. Ambu bag : lengkap

2. Masker / Sungkup muka : semua ukuran lengkap 3. Laringoskop dan blade

4. Pipa ET lengkap

5. Pipa nasofaringeal lengkap 6. Pipa Orofaringeal lengkap 7. Pipa Tracheostomi lengkap

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENYEDIAAN OBAT DAN

DIREKTUR RS

PERALATAN KEGAWATAN

Halaman :

lain yang terkait

3. Menulis laporan jaga di MR 4

4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga berikutnya

Prosedur

Unit Terkait

Dokter jaga ICU

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

(29)

PROSEDUR TETAP 7. dilantin 8. digoxin 9. dipenhidramin 10. dopamin 11. dobutamin 12. dextrose 40% 13. furosemid 14. heparin 15. clonidin injeksi 16. lidocain 17. manitol 18. midazolam 19. morfin 20. naloxone 6. diazepam 1. Adrenalin 2. Aminophyllin 3. Atropin sulfas

4. calcium chloride 10% calcium gluconas 10%

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENYEDIAAN OBAT DAN

DIREKTUR RS

PERALATAN KEGAWATAN

Halaman :

5. dexamethasone 10. kateter penghisap B. Transfusi dan Infus 1. Infusion pump 2. Syringe Pump

3. Infus set/Transfusion set/ extension set 4. IV catheter

5. Three way stopcock 6. Umbilical catheter C. Monitor

1. bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif 2. EKG 3. Respirasi 4. Temperatur D. lain-lain 1. NGT (feeding tube) 2. Catheter Urine E. Obat-obatan

8. Masker (non dan reberathing ), T piece 9. Head box

(30)

21. natrium bicarbonat 22. phenytoin

23. phenobarbital F. cairan-cairan A. cairan kristaloid

cairan yang mengandung molekul elektrolit 1. Sodium Chloride (NaCl 0,9%)

2. Rineger lactat

3. maintanance : D5% dengan elektrolit NaCl dan Kcl B. cairan koloid

cairan pengganti plasma sebelum mendapatka transfusi 1. HAES steril 6%, HAES steril 10%

2. Expafusin 3. Albumin 2,5%, 10% PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN

DIREKTUR RS

(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)

Halaman : Penentuan tingkat kedaran dengan metode Glasgow-Pittsburgh Coma Scale

Menyamakan penilaian tingkat kesadaran pasien

Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat.

a. BUKA MATA

Spontan 4 Patuh perintah 3 Pada rangsangan nyeri 2 IGD, ICU, SMF lain

Unit terkait

Pengertian

Tujuan

Tidak ada 1

b. RESPON MOTORIK TERBAIK

Menurut perintah 6 Reaksi setempat 5 Menarik (wihdraws) 4 Flexi abnormal 3 Kebijakan Prosedur

(31)

PROSEDUR TETAP

Extensi 2 Tidak ada 1

C. RESPON VERBAL TERBAIK

Baik (oriented) 5 Pembicaraan kacau 4 Kata-kata tak tersusun 3 Suara 2 Tidak ada 1

D. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA

Normal 5 Lambat 4 Respon tak sama 3 Besar tak sama 2 Tidak ada 1

E. REFLEX SARAF OTAK TERTENTU

Semua ada 5 Reflex bulu mata (-) 4 Reflex Kornea (-) 3

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN

DIREKTUR RS

(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)

Halaman :

semua reflex kranial (-) 1

f. KEJANG Tidak ada 5 Kejang fokal 4 Umum intermitten 3 Umum kontinyu 2 Flaksid 1 g. NAPAS SPONTAN Normal 5 periodik 4 Hiperventilasi sentral 3 Hipoventilasi/ irreguler 2 Apnea 1

IGD, SMF SARAF, ICU Prosedur

Prosedur

(32)

PROSEDUR TETAP Tujuan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman :

KENAIKAN TEKANAN INTRAKRANIAL

Peningkatan volume/jumlah tekanan dari struktur di dalam rongga tengkorak yang terdiri dari otak, otak dan pembuluh darah serta cairan serebrospinal.

Sebagai panduan penanganan kenaikan intrakranial

Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas.

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien.

2. Kenali gejala, tanda penyakit

sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang, penurunan kesadaran, dilatasi pupil.

3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi:

pengukuran tekanan intrakranial, CT Scan kepala, Funduskopi 4. Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya : 1) Endema otak a. Endema vasogenik Unit Terkait Prosedur Pengertian Kebijakan

(33)

PROSEDUR TETAP

Halaman :

Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen Kortikosteroid Monitol 0,5 - 1 gr/kgBB/6-8 jam b. Endema sitotoksik Manitol 0,5-1gr/KgBB/6-8 jam c. Endema interstitial Azetazolamid 25-50 mg/KgBB/hr 2). Hidrosefalus : VP shunting 3). Tumor,perdarahan,SOL

a. Konsul bedah saraf, operatif b. Atasi faktor penyebabnya.

5. Pemantauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan cushing syndrome.

ICU, SMF Saraf, SMF Anak, ICCU Unit Terkait

Prosedur

* Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi. 3. Pemeriksaan penunjang

* Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. * Lumbal pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi)

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

MENINGITIS BAKTERI

DIREKTUR RS Pengertian Tujuan

Sebagai panduan penanganan menigitis bakteri Kebijakan

Prosedur

Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien.

2. Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri.

- sering didahului infeksi saluran nafas atau saluran cerna dengan gejala panas, batuk, pilek, diare dan muntah serta nyeri kepala

- Penurunan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal yang lain, kejang dan defisit neurologis fokal.

(34)

PROSEDUR TETAP

* uji pendengaran * uji penglihatan

Komplikasi penyakit subdural effusion subdural empyema, abses cerebri, hidrocefalus.

MENINGITIS BAKTERI

DIREKTUR RS

Halaman : * uji fungsi hati

* uji fungsi ginjal Cefotaxime Ampicillin

Chloramphenicol

2) Terapi Antibiotik sesuai kultur LCS

5. Pemantauan efek samping pengobatan * pemeriksaan darah tepi

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN 4. Pengobatan Supuratif

Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoxia otak, cegah dekubitus, keratitis Prosedur

ICU, SMF Saraf, SMF Anak unit Terkait

Prosedur

Lama pengobatan : 10-14 hari 3) Kortikosteroid : dexamethasone

4) Bedah : jika ditemukan emyema subdural, abses otak, hidrosefalus. aspirasi, turunkan tekanan inttrakranial yang meningkat

Jika ditemukan endema otak dapat diberikan manitol 0,5-1gr/KgBB setiap 8 jam dan kortikosteroid.

Pengobatan kausatif

(35)

PROSEDUR TETAP

Kebijakan

mortalitas.

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien

Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

TETANUS

DIREKTUR RS Halaman :

Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekauan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran

Sebagai panduan penanganan ketoasidoasis diabetik Pengertian

Tujuan

PROSEDUR

Derajat I (tetanus ringan)

* Trismus ringan sampai sedang * Kekakuan umum

* Kaku kuduk, opistotonus, perut papar. * Tidak dijumpai disfagia ringan

* Tidak dijumpai kejang

* Tidak dijumpai gangguan aspirasi

Derajat II (tetanus sedang) * trismus sedang

* kekakuan jelas

(36)

PROSEDUR TETAP # bronkopneumonia # atelektasis # empisema mediastinal # pneumothorax # sepsis # fraktur vertebra

3. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi

Liquor cerrebrospinal dan biakan kuman anaerobik

4. Terapi dasar tetanus Antibiotik

* Penicillin prokain 50.000 IU/KgBB/Kali IM, tiap 12 jam atau * Ampicillin 150 mg/KgBB/hari IV dibagi 4 dosis atau

* tetrasiklin 25-50 mg/KgBB/Hari PO dibagi 4 dosis (max 2 gram) atau RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

TETANUS

DIREKTUR RS Halaman : * hipertensi berat dan takikardi atau

* hipertensi dan bradikardi

* hipertensi berat atau hipotensi berat

Penyakit pada tetanus # gangguan ventilasi paru # aspirasi pneumonia Derajat III (tetanus berat) * trismus berat

* otot spastis, keajng spontan * takipnea, takikardi

* Apneic spell * disfagia berat

* aktifitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (tetanus stadium terminal) * derajat III ditambah dengan

* gangguan autonom berat PROSEDUR

* dijumpai kejang rangsang * tidak ada keajng spontan * takipnea

(37)

PROSEDUR TETAP

5. Terapi suportif

* bebaskan jalan nafas

* hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien

* perawatan dengan stimulasi minimal

* pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang sonde nasogastrik

* bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum * pemantuan atau monitoring kejang dan tanda penyulit

6. Tetanus ringan dan sedang * terapi dasar tetanus

* perhatian khusus pada keadaan jalan nafas akibat kejang dan aspirasi * pemberian cairan parenteral bila perlu nutrisi secara parenteral.

Tetanus berat

* terapi dasar seperti diatas

* perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan pemakaian ventilator * balans cairan dimonitor secara adekuat

PROSEDUR * dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/KgBB/hari dirawat di ICU * dosis pemerliharaan 8 mg/KgBB/hari PO dibagi 6-8 dosis

perawatan luka atau pot d'entrée

dilakukan setelah diberi antioksidan dan anti konvulsi tiap 6 jam, atau

* eritromisin 40-50 mg/KgBB/hari PO dibagi 4 dosis

(bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin)

Netralisasi toksin :

^ anti tetanus serum (ATS) 50.000 - 100.000 IU setengah dosis diberikan IM dan setengahnya IV dilakukan uji kulit terlebih dahulu.

^ apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU IM

Anti konvulsi

* diazepam0,1-0,3 mg/KgBB/Kali IV tiap 2-4 jam

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

TETANUS

DIREKTUR RS Halaman :

(38)

* apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida

0,02 mg/KgBB/Kali IV diikuti 0,05 mg/KgBB/kali diberikan tiap 2-3 jam * apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan beta bloker seperti propanolol dan labetalol

PROSEDUR TETAP Unit Terkait PROSEDUR

kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar janazah. 8. Dalam hal pasien diapsang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk penentuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis Diagnosa kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan

1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya meninggal.

2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien dipersiapkan menjadi donor cadaver maka harus dibuat oleh minimal oleh 2 orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi.

3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti

4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi pasling sedikit 10 menit atau dipasang alat respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik tersebut tidak ada gunanya.

5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benar-benar meninggal.

7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter dibuatkan surat Kebijakan PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK

DIREKTUR RS

Halaman :

Mati batang otak adalah suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya, sehingga fungsi vitalnya rusak, irreversible dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung

Untuk menyamakan penilaian/diagnosa kematian batang otak. Pengertian

(39)

PROSEDUR TETAP

SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome) :

Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi, trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut: * Hipertermi ( > 38,5 0 C) atau Hipotermi (< 36 0C)

* Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam

keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjang atau rangsangan nyeri atau

bradikardi : HR< persentil 10 sesuai umur tanpa stimulasi vagal external, Bangsal perawatan, ICU, IGD

Unit terkait RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

SEPSIS

DIREKTUR RS Halaman :

Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.

Sebagai panduan penanganan sepsis.

yang bersumber pada konsep "brain stem death is death"

Pengertian

Tujuan PROSEDUR

PROSEDUR Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien

2. kenali definisi, gejala dan tanda sepsis

SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome)

Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi, trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut: * Hipertermi ( > 38,5 0 C)

* Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam

keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjang, atau rangsangan nyeri kenali definisi, gejala dan tanda sepsis

(40)

PROSEDUR TETAP

bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan /test laboratorium ( misalnya pada sel darah putih pada cairan tubuh normal steril perforasi usus, foto ronsen dadamenetap adanya pnemonia, ruam ptekiae atau

* Syok Septik → asam laktat, BAG, LFT, Elektrolit dan EKG

4. Pengelolaan : 1) diagnosis dini

2) Early Goal Directed Therapy (EGDT)

resutansi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obat-obatan inotroprik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah sesudah

purpura atau purpura fulminal). SEPSIS BERAT

sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler/ ARDS atau ≥ 2 disfungsi organ lain.

SYOK SEPTIK

Sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler ( lihat tabel 2)

3.Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : * Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

* GDS, CRP * Studi Koagulasi * Kultur darah berseri

* Hapus darah tepi : lekopenia/ lekositosis , granula toksis, shif to the left * urinalisis * Foto Thoraks TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

SEPSIS

DIREKTUR RS Halaman :

Infeksi disebabkab adanya kuman patogen atau sindrom klinis yang berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi.

pemakaian ß-Bloker, atau penyakit jantung bawaan.

* Takipneu dengan RR > 20 SD diatas normal sesuai umur atau ventilator mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskuler atau penggunaan anastesi umum

* Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun

( yang bukan akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau neurofil imatur > 10% ( Lihat Tabel 1)

SEPSIS

SIRS dengan bikti atau dugaan infeksi sebagai penyebab. PROSEDUR

INFEKSI

Suatu kecurigaan atau bukti ( dugaan kultur positif, pengecatan jaringan/ uji POR)

RSU

(41)

PROSEDUR TETAP

a. Profilaksis stress Ulcers

b. Profilaksis trombosis Vena dalam c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis

d. Penatalaksanaan disfungsi organ paru,saluran cerna, koagulasi, & renal Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur & variabel laboratorium ( batas bawah untuk HR jumlah leukosit & TD sistolik untuk persentil 5 & batas atas untuk frekuensi jantung, laju napas/ hitung leukosit untuk persentil 95) Kelompok Usia Heart rate, X/ Menit Laju napas Σ lekosit Tekanan (mmHg) takikardi brikardi x/Permenit (x 103/mm2 Sistol 0 hari - I > 80 < 100 > 50 > 34 < 65 minggu

1 minggu - 1 bulan > 180 < 100 > 40 >19.5 atau < 5 < 75 1 Bulan - 1 Tahun >180 < 90 > 34 > 17.5 atau < 5 < 100 2- 5 tahun > 140 Not applicable > 22 > 15.5 atau <6 < 94 6- 12 tahun >130 Not applicable > 18 > 13.5 atau , 4.5< 105 13-18 tahu > 110 Not applicable > 14 > 11 atau < 4.5 < 117

12) Intervenous Imunoglobulin (IMG)

Disfungsi Kardiovaskuler

meskipun pemberian bolus cairan intravena isotonis ≥ 40 mg/kg BB dalam 1 jam Tabel 2. Kriteria disfungsi Organ

diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk PICU. 3) Inotropik/ Vasopresor/ Vasodilator

4) Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO) 5) Suplemen Oksigen

6) Koreksi Asidosis 7) terapi antibiotika

8) Eradikasi sumber infeksi 9) Terapi Kortikosteroid 10) Anti - inflamasi

11) Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor ( GMCSF)

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

SEPSIS

DIREKTUR RS Halaman : 13) Transfusi tukar/ hemafiltrasi

14) Terapi suportif

* Penurunan tekanan darah ( hipotensi) < persentil 5 Th. Sesuai usia atau sistolik < 2 SD dibawah normal sesuai usia ATAU

* Membutuhkan obat vasioaktif untuk mencegah tekanan darah dalam rentang normal (dopamin> 5 mg/kg/ menit atau dobutamin epineprin atau norepineprin pada berbagai dosis)

* Dua hari berikut ini : asidosis metabolik yang dapat dijelaskan, defisit basa> 5.0 mEq/L Meningkatnya laktat arteri > 2 kali batas atas atau normal

(42)

PROSEDUR TETAP

Unit Terkait

* Membutuhkan ventilasi mekanik non efektif invasif atau non invasif

RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

SEPSIS

DIREKTUR RS Halaman : Oligori , urine < 0,5 cc/kgBB/jam

Pemanjangan cappilary refill > 5 detik Beda suhu core dan perifer > 3o C

Pernapasan

* PaO2/FiO2 < 300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya ATAU * PaCO2 > 65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU

* dibutuhkan FiSO2 > 50 % untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU

* Glasgow Coma scale ≤ 11

* Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS ≥ 3 poin dari keadaan abnormal

Hematologi

* Hitung Trombosit < 80 mm2 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang dicatat dalam 3 hari terakhir untuk pasien hematologi onkologi kronik ) ATAU

Ginjal

* Serum kreatinin ≥ 2 kali batas atas normal sesuai usia 2 kali lipat peningkatan dari kreatinin awal Hepar

* Bilirubin Total ≥ 4 mg/dl ( tidak untuk neonatus) ATAU * SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia

(43)

PROSEDUR TETAP

5. Tidak sadar

GDS> 100 mg% atau kondisi lain yang memerlukan perawatan di ICU

Management Airway dan breathing RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN

KETOASIDOSIS

DIREKTUR RS Halaman :

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kegawatan penyakit metabolik dan endokrin sebagai komplikasi Diabetes Mellitus tipe karena defisiensi insulin yang ditandai kadar gula darah > 300 mg di ketonimia dan asidosis (pH < 7,32 dan kadar bikarbonat < 15 mEq)

Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik

Intubasi dan pemakaian ventilator mekanik jika perlu. Pengertian

Tujuan

Kebijakan

PROSEDUR

Unit terkait

Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas

1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien

2. Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi beberapa hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai koma.

Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi kadang sampai syok:

Hiperpnea, reflex tendon menurun sampai hilang, adanya reflex Babinski dan hipotermia.

3. Timabang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)

4. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi : gula darah, fungsi ginjal, urinalisa, AGD

(44)

PROSEDUR TETAP

Tujuan

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien.

Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru Indikasi:

1) Henti nafas 2) Henti jantung

Persiapan 1) Alat

a. Alat pelindung diri (masker, handscoen) RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

RESUSITASI JANTUNG PARU

DIREKTUR RS

Halaman :

b. trolly emergency yang berisi:

* Laryngoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa) * Magil force

* Pipa trakhea berbagai ukuruan * trakhea tube berbagai ukuran * Gudel berbagai ukuran * CVP set

* Infus set/blood set * Papan resusitasi * Gunting verban

* bag resusitasi lengkap c. EKG

d. DC shock lengkap 2) Pasien

a. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan b. Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras c. Baju bagian atas pasien dibuka

Pelaksanaan

1. petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen) Pengertian

(45)

PROSEDUR TETAP

1. Evaluasi pernapasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi 2. Lakukan RJP BC sampai :

Hal-hal yang perlu diperhatikan

8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus

9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernapasan

h. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan tehnik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar.

2. mengecek kesadaran pasien dengan cara: memanggil nama

menanyakan keadaannya

menggoyangkan bahu pasien/ mencubit pasien 3. Jika pasien tidak sadar/respon, aktifkan SPGDT

4. Buka jalan nafas dengan head lift chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

RSU

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

RESUSITASI JANTUNG PARU

DIREKTUR RS

Halaman : PROSEDUR

PROSEDUR

timbul napas spontan diambil alih alat/petugas lain dinyatakan meninggal

penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon 3. Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :

a) dewasa

* penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu * penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas processus xyphoideus * kedalaman tekanan 3-5 cm

* frekuensi penekanan 80-100 kali per menit b) anak

*penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan * kedalaman tekanan 2-3 cm

* frekuensi penekanan 80-100 kali per menit c) neonatus

5. Menilai pernafasan dengan cara : melihat pergerakan dada/perut

mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung

merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan 6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara perlahan

7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali

(46)

* jari tangan dan telunjuk tanagn penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting susu 1 cm ke bawah

* kedalaman tekanan 1-2 cm

* perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 :1 PROSEDUR

* punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brachalis sebelah kiri

(47)

PROSEDUR TETAP

Kebijakan

Prosedur

dipakai di loket IGD

SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP

7. Pasien / keluarganya menyelesaikan administrasi IGD dan obat yang

Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK, 5. Dokter dan perawat jaga IGD mendokumentasikan semua tindakan yang sudah dilakukan dalam catatan medik (status pasien)

6. Pasien diobservasidi IGD selama 2-6 jam. Setelah 6 jam, dokter jaga IGD menentukan pasien boleh pulang atau rawat inap.

1. Pasien diterima oleh perawat dan dokter Instalasi Gawat Darurat yang bertugas di ruang tindakan

2. Pasien gawat bedah (trauma) dan atau non trauma yang perlu tindakan misalnya retensi urin, corpus alienum, intoksikasi, langsung dilakukan tindakan life saving oleh dokter jaga atau perawat jaga IGD

3. Lakukan konsultasi untuk penanganan lebih lanjut pada pasien oleh dokter jaga IGD bila perlu ( kasus bedah, kasus medik )

4. Pasien gawat yang memerlukan tindakan bedah cito, langsung disiapkan pelayanan operasinya di IGD. Dan setelah kamar operasi (Instalasi Bedah a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit

c. SK Direktur Rumah Sakit 'Aisyiyah Siti Fatimah tentang pelayanan keperawatan Halaman :

Prosedur yang mengatur tentang proses penerimaan dan penanganan pasien

a. Agar sistem pelayanan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan alur yang ditetapkan

b. sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan pasien di Instalasi Gawat darurat, langkah-langkah mengenai batasan tugas dan dokter dan perawat

RS 'AISYIYAH SITI FATIMAH

TANGGAL TERBIT

REVISI KE:

DITETAPKAN

PENERIMAAN DAN PENANGANAN PASIEN

DIREKTUR RS

DI INSTALASI GAWAT DARURAT

di instalasi gawat darurat.

jaga IGD Tujuan

Pengertian

di Unit Gawat Darurat

Sentral) sudah siap, pasien segera diantar oleh perawat IGD untuk dilakukan operasi di kamar operasi

Referensi

Dokumen terkait

Korelacija između rastvorljivih proteina, slobodne, higroskopne i hemijski vezane (konstitucione) vode tokom nalivanja semena kukuruza poreklom iz četiri populacije i

Shighat akad (ijab dan qobul) merupakan ungkapan yang mencerminkan kehendak masing-masing pihak, jadi substansi dari kehendak berakad adalah al-ridha (rela). Salah

Berdasarkan sebagian banyak pengertian-pengertian yang ada bahwa wasiat diberikan dari si pewaris kepada orang lain yang ia kehendaki, lalu bagaimana apabila yang

(erhitungan kecepatan partikel dan percepatannya didapat menggunakan teori ke 6 Stoke dan intensitas gelombang dari persamaan 4orison. Beban hidrodinamika horisontal

Pada putaran ke 1000 kali menunjukkan bahwa nilai ketahanan aus yang relatif tinggi ditemukan pada baja tahan karat 13Cr AISI 410 yang telah mengalami proses austenisasi pada

Oleh karena produk sabun mandi padat digunakan oleh masyarakat luas, maka produk tersebut harus memiliki standar spesifikasi produk yang sesuai, sehingga dapat

a. Tujuan utama adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Arus kas perusahaan sebenarnya dimiliki oleh pemegang sahamnya. Saat menentukan kebijakan dividen satu kebijakan

Kepemimpinan Partisipatif dalam Kompetensi Pedagogis Guru SMA adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian Sekiranya