PELAKSANAAN PERJANJIAN BERLANGGANAN
SAMBUNGAN TELEPON ANTARA PT. TELKOM DENGAN
PELANGGAN DI KANTOR WILAYAH USAHA
TELEKOMUNIKASI (WITEL)SUMATERA BARAT
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
ELFA SURYA
0810012111334
Bagian Hukum Perdata
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2014
PELAKSANAAN PERJANJIAN BERLANGGANAN SAMBUNGAN TELEPON ANTARA PT. TELKOM DENGAN PELANGGAN DI KANTOR
WILAYAH USAHA TELKOMUNIKASI (WITEL) SUMATERA BARAT
Elfa Surya1.,Yansalzisatry, S.H.,M.H1.,Syafril, S.H.,M.H1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta
Email:[email protected]
Abstract
PT. Telkom are businesses engaged in telecommunications services connection. The problems to be discussed in this paper is a telephone connection between PT. Telkom to customers at the office of West Sumatra, among others: (1) How is the implementation of a telephone line subscription agreement between PT. Telkom to customers?; (2) What is the nature of default is often the case in the implementation of phone subscription agreement between PT. Telkom to customers?; (3) How are the parties to resolve the defaults that occurred in the subscription telephone connection between PT. Telkom with Customer?. In this study the authors use a type of juridical sociological research by conducting field interviews to obtain primary data and library research to obtain secondary data. Based on the results of this study concluded that; (1) although for a new pair of service promised a maximum 7 days, but there are up to 10 days. In prateknya PT. Telkom always provide information about telecom services to customers; (2) The forms of default that happens one of them is customers do not pay phone bills on time and installation time of the phone is not in accordance with the promised telecoms; (3) the efforts of the parties to resolve defaulting with deliberation, if not achieved then it will be finished at the National Indonesia Abitrase Agency (BANI).
Keywords: Implementation,Agreement,PT. Telkom,Customer Latar Belakang
Pesatnya pembangunan dan
perkembangan perekonomian
nasional telah menghasilkan berbagai macam produk barang dan jasa.
Kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan, teknologi komunikasi
dan informatika juga ikut
mendukung perluasan gerak
masyarakat dalam transaksi. Keadaan yang demikian, bermanfaat bagi kepentingan konsumen, karena kebutuhan yang diinginkannya dapat terpenuhi.
Berbagai macam cara dapat dipakai untuk mendapatkan berbagai informasi di dunia saat ini.
Kebutuhan masyarakat atas
kecepatan akses informasi melalui sarana telekomunikasi semakin
tinggi, maka pemerintah
memperbolehkan badan hukum atau
badan usaha lainnya untuk
mengembangkan usaha
seluas-luasnya. Diantara sektor-sektor penting dalam pembangunan di bidang perekonomian terdapat salah
telekomunikasi. Kemajuan dan kelancaran sarana telekomunikasi
akan menunjang pelaksanaan
pembangunan berupa penyebaran kebutuhan informasi ke seluruh pelosok tanah air, misalnya sektor industri, perdagangan, pariwisata dan pendidikan. Dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang dinyatakan bahwa :
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” Dari bunyi Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting di kuasai oleh
Negara termasuk juga
telekomunikasi harus dikuasai oleh negara. Dan oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut pemanfaatan spectrum frekuensi radio dan orbit satelit yang merupakan sumber daya alam yang harus di kuasai oleh Negara.
Untuk melaksanakan
penyelenggaraan telekomunikasi diperlukan suatu badan pengelola, seperti yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk disingkat dengan PT. Telkom, Tbk. PT. Telkom merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Telekomunikasi. PT Telkom ini adalah pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa sambungan telekomunikasi.
Bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan jasa telekomunikasi, khususnya sambungan telepon rumah yang diselenggarakan oleh PT. Telkom, terlebih dahulu harus mengadakan perjanjian dengan PT. Telkom.
Untuk berlangganan sambungan telepon rumah terbilang mudah, dengan hanya memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh PT. Telkom, maka calon pelanggan dapat menjadi pelanggan, ketentuan-ketentuan yang disyaratkan PT. Telkom kepada calon pelanggan adalah :
1. Fotocopy kartu tanda penduduk (KTP)
2. Membayar biaya pasang baru dan biaya instalasi kabel rumah
3. Tidak memiliki tunggakan telepon sebelumnya
4. Jika yang mengajukan bukan
menyertakan surat persetujuan dari pemilik rumah (surat kuasa) Kedudukan pelanggan dalam perjanjian baku seperti perjanjian berlangganan PT. Telkom cenderung lebih lemah dibandingkan kedudukan PT. Telkom. Hal ini dapat dipahami karena pembuat perjanjian adalah pihak PT. Telkom. Biasanya pembuat isi perjanjian baku menyusun perjanjian yang isinya menguntungkan dirinya. Pelanggan hanya tinggal menyetujui dan menandatanganinya. Jika pelanggan merasa keberatan dengan semua persyaratan yang ada dalam perjanjian, maka pelanggan tidak
dapat mengadakan perubahan
perjanjian itu.
Hukum perjanjian menganut azas kebebasan berkontrak, yang berarti
bahwa hukum perjanjian
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada seseorang untuk membuat perjanjian, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum serta kesusilaan. Asas kebebasan berkontrak ini ditafsirkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Perjanjian berlangganan
sambungan telepon ini berisi kaidah-kaidah yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian yaitu berupa hak dan kewajiban masing-masing pihak, yang mengacu pada Keputusan Direksi perusahaan perseroan (persero) PT. Telkomunikasi Indonesia, Tbk. No: KD. 23/
HK.220/KNS-24/2006 tentang
kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi.
Oleh karena itu sebagai
konsekuensinya, para pihak wajib
mentaati dan melaksanakan
kewajiban seperti yang telah di perjanjikan.
Namun dari pelaksanaan kaidah-kaidah perjanjian tersebut baik pelanggan maupun PT. Telkom yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagai pihak penyedia jasa, PT. Telkom sudah semestinya memperoleh hak untuk
menerima pembayaran biaya
berlangganan jasa telekomunikasi yang telah digunakan dari pelanggan, tetapi dalam kenyataannya masih
banyak pihak pelanggan yang sama sekali tidak melakukan pembayaran. Di lain pihak, pengguna jasa sambungan telepon rumah yang diselenggarakan oleh PT. Telkom juga ada yang merasa dirugikan, seperti lambatnya respon dari pihak PT. Telkom dalam menangani keluhan dari pelanggannya terutama yang hanya lewat telepon atau layanan operator 147.
Dari hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Perjanjian PT. Telkom dengan Pelanggan, yang Penulis akan uraikan dalam bentuk skripsi dengan judul:“Pelaksanaan Perjanjian Berlangganan Sambungan Telepon
antara PT. Telkom dengan
Pelanggan di Kantor Wilayah Usaha Telkom (WITEL) Sumatera Barat”
Metodologi
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu merupakan jenis penelitian yang menitik beratkan pada penelitian
dilapangan untuk memperoleh data primer, disamping itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.
2. Sumber dan Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dengan responden dan informan. Yang menjadi responden adalah pelanggan telepon, sedangkan yang menjadi informan adalah Asisten Mananger Unit Pelayanan Pelanggan di Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi (WITEL) Sumatera Barat.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang
diperoleh dari bahan-bahan
kepustakaan hukum yang terdiri dari : 1) Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Primer ialah berupa bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer dalam penelitian ini meliputi :
a) Undang-undang Dasar 1945 b) Kitab Undang-undang Hukum
c) Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1965 tentang Pendirian
Perusahaan Negara
Telekomunikasi;
d) Keputusan Direksi perusahaan
perseroan (persero) PT.
Telkomunikasi Indonesia, Tbk. No: KD.23/HK.220/KNS-24/2006 tentang kontrak berlangganan sambungan telekomunikasi
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya : a) Hasil penelitian hukum.
b) Teori-teori hukum dan pendapat-pendapat sarjana melalui literatur yang dipakai.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu
mempelajari kepustakaan atau literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memeperoleh informasi dengan
bertanya langsung kepada pihak yang diwawancarai yaitu informan dan responden. Yang menjadi informan adalah Asisten Mananger Unit Pelayanan Pelanggan di Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi (WITEL) Sumatera Barat sedangkan yang menjadi responden adalah pelanggan telepon. Alat wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas. 4. Analisa Data
Setelah data primer dan data sekunder didapat, lalu data dianalisis
dengan menggunakan metode
kualitatif, yaitu mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti diambil suatu kesimpulan dan di uraikan dalam bentuk kalimat.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan perjanjian
berlangganan sambungan telepon antara Telkom dengan Pelanggan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan perjanjian berlangganan sambungan telepon baru, masa tunggu pelanggan untuk mendapatkan layanan pasang baru yaitu minimal 3 x 24
jam dan maksimalnya 7 hari, rata-rata pada hari ke-3 pelanggan sudah bisa menikmati layanan telpon dari telkom kalau jaringan
sambungan telepon
didaerah/alamat pelanggan yang mau dipasang sudah penuh maka pihak telkom akan mengambil cabutan jaringan dari pelanggan yang mempunyai tunggakan 6 bulan keatas dan lama menunggu hanya 7 hari sejak pengisian formulir pendaftar pasang baru telepon.
2. Pihak telkom juga berkewajiban memberikan informasi kepada pelanggan mengenai, karaktristik umum layanan, serta besaran tarif
jasa telekomunikasi yang
disediakan oleh telkom, setiap
perubahan yang dilakukan
sehubungan dengan nomor
sambungan telekomunikasi,
layanan besaran tarif jasa telekomunikasi dan lain-lainnya
yang dirasa perlu untuk
memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan.
3. Pihak telkom juga berkewajiban memberitahukan tagihan (info biling) kepada pelanggan melalui nomor layanan khusus (special
service number) yang dapat
diakses oleh pelanggan dan nomor layanan operator 147 . Pihak
telkom harus memberikan
pelayanan yang baik sesuai
dengan ketentuan yang
ditetapkan, apabila pelayanan kepada pelanggan tidak terpenuhi
maka pihak telkom wajib
memberikan kompensasi kepada pelanggan, serta memberikan restitusi pembayaran tagihan kepada pelanggan, apabila terbukti ada kesalahan tagihan pada pelanggan tersebut.
Sedangkan menurut keterangan dari pelanggan sebagai berikut : 1. Pemasangan telepon baru tersebut
memang di janjikan oleh pihak telkom minimal selama 3 x 24 jam dan maksimalnya 7 hari. Pada kenyataan yang dialami oleh pelanggan tersebut lebih dari 10 hari. Dan setelah didatangi oleh pelanggan baru pihak telkom mengakatan jaringan belum tersedia dan sedang mencarikan cambutan jaringan pelanggan yang lama.
2. Apabila terjadi gangguan atau
kerusakan pada sambungan
pelanggan dianjurkan oleh pihak telkom untuk melaporkan pada nomor gangguan 147 atau bisa langsung datang ke kantor telkom. Lama masa tunggu perbaikan yang diberikan oleh pihak telkom adalah 3 x 24 jam, kalau perbaikan lebih dari 3 x 24 jam
maka pihak telkom akan
memberikan kompesasi tagihan
(diskon tagihan) kepada
pelanggan tersebut. Diskon tagihan itu hanya teruntuk untuk bulan itu saja dan bulan selanjutnya pembayaran sudah seperti biasanya.
Pada dasarnya setiap pelanggan maupun pihak PT. Telkom tidak menginginkan terjadinya wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian berlanggan sambungan telepon. Tetapi pada kenyataannya dari pihak pelanggan maupun pihak PT. Telkom juga melakukannya baik disengaja maupun tidak sehingga menimbulkan wanprestasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh pelanggan pada PT. Telkom adalah :
1. Pelanggan tidak melakukan pembayaran rekening telepon pada waktunya.
2. Pelanggan memutuskan atau cabut sambungan telepon secara sepihak tanpa sepengetahuan dari pihak Telkom.
3. Pelanggan memindah atau
menyambungkan sambungan
telekomunikasi keluar persil
pelanggan sesuai alamat
sebagaimana tercantum dalam kontrak berlangganan sambungan telepon.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Telkom terhadap pelanggan adalah :
1. Waktu instalasi pasang baru yang tidak sesuai dengan hari yang telah diperjanjiankan oleh PT. Telkom.
2. Lambatnya respon dari Telkom mengenai keluhan gangguan jaringan pada pelanggan.
3. Tagihan yang tidak sesuai dengan perjanjian yang di tetapkan. 4. Pihak telkom mengangap pihak
pelanggan tidak pernah melapor gangguan, padahal pelanggan sudah menelpon ke nomor layanan operator 147, jadi
pelanggan harus datang langsung ke kantor telkom.
Upaya-upaya untuk menimalsir terjadinya wanprestasi dengan
diberikannya sanksi kepada
pelanggan yaitu sebagai berikut : 1. Telkom berhak mengenakan
sanksi kepada pelanggan berupa denda, pengisoliran sampai dengan pencabutan sambungan telekomunikasi apabila :
a. Pelanggan tidak melakukan pembayaran biaya berlangganan tepat pada waktunya maka dikenakan sanksi berupa denda, pengisoliran sampai dengan pencabutan
b. Pelanggan mengubah, mengalih fungsikan, memindahkan atau
memanfaatkan sambungan
telekomunikasi, dikenakan sanksi berupa pengisoliran yang dapat diikuti dengan pencabutan
2. Apabila pelanggan belum melunasi seluruh kewajiban dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak pencabutan
sambungan telekomunikasi,
telkom berhak untuk melakukan pemutusan kontrak secara sepihak tanpa adanya tuntutan apapun dari pelanggan
3. Pengenaan sanksi pencabutan sambungan telekomunikasi: a. Tidak mengurangi kewajiban
pelanggan, ahli waris atau penggantinya, untuk melunasi seluruh tunggakan termasuk dendanya kepada telkom
b. Tidak mengurangi hak
pelanggan untuk dapat kembali
berlangganan sambungan
telekomunikasi dengan telkom apabila telah melunasi seluruh tunggakan beserta denda apabila ada
Berdasarkan wawancara dengan pelanggan diketahui juga bahwa upaya pihak pelanggan untuk menyelesaikan wanprestasi adalah dengan cara menyelesaiakannya secara musyawarah dengan pihak telkom.
Sedangkan dari pihak telkom,
upaya telkom menyelesai
wanprestasi atau perselisihan dalam penafsiran atau pelaksanaan ketentu-ketentuan antara PT. Telkom dengan pelanggan diselesaikan dengan cara musyawarah oleh kedua belah pihak. Apabila musyawarah tidak tercapai
maka akan diserahkan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka Penulis menarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan perlaksanaan perjanjian berlanggan sambungan telepon, masa tunggu pelanggan untuk mendapatkan layanan pasang baru yaitu minimal 3 x 24 jam dan maksimal 7 hari, pihak telkom berkewajiban untuk memberikan informasi kepada pelanggan mengenai informasi tentang layanan telkom dan pihak
telkom juga berkewajiban
memberitahukan tagihan (info biling) kepada pelanggan melalui nomor layanan khusus (special
service number) yang dapat
diakses oleh pelanggan dan nomor layanan operator 147.
2. Bentuk-bentuk wanprestasi yang sering terjadi dalam pelaksanaan perjanjian berlangganan telepon antara PT. Telkom dengan Pelanggan antara lain pelanggan a. Pelanggan tidak melakukan
pembayaran rekening telepon pada waktunya
b. Pelanggan memutuskan/ cabut sambungan telepon secara sepihak tanpa sepengetahuan dari pihak Telkom
c. Pelanggan memindahkan atau menyambungkan sambungan telekomunikasi keluar persil pelanggan sesuai alamat sebagaimana tercantum dalam kontrak berlanggan sambungan telepon
d. Waktu instalasi pasang baru yang tidak sesuai dengan hari yang telah diperjanjiankan oleh PT. Telkom
e. Lambatnya respon dari Telkom mengenai keluhan gangguan jaringan pada pelanggan
f. Tagihan yang tidak sesuai dengan perjanjian yang di tetapkan oleh pihak Telkom dan
g. Pihak telkom mengangap pihak pelanggan tidak pernah melapor gangguan, padahal pelanggan sudah menelpon ke nomor layanan operator 147, jadi pelanggan harus datang langsung ke kantor telkom. 3. Upaya para pihak dalam
menyelesaiankan wanprestasi yang sering terjadi dalam
pelaksanaan perjanjian berlangganan telepon antara PT. Telkom dengan pelanggan yaitu
PT. Telkom memberikan
peringatan terlebih dahulu kepada pelanggannya apabila pelanggan tersebut melakukan wanprestasi dan apabila peringatan tersebut tidak dihiraukan oleh pelanggan tersebut, maka PT. Telkom baru memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan wanprestasi atau perselisihan
dalam penafsiran atau
pelaksanaan ketentu-ketentuan dari kontrak berlangganan sambungan telepon antara PT.
Telkom dengan pelanggan
diselesaikan dengan cara
musyawarah oleh kedua belah pihak baik pihak Telkom maupun
pihak pelanggan. Apabila
musyawarah tidak tercapai maka
pihak Telkom dan pihak
Pelanggan akan menyerahkan penyelesaiannya kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Daftar Pustaka
Abdulkadir Muhamad, 1990. Hukum
Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2005, Hukum Perlindungan
Konsumen, Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Hardijan Rusli, 1993. Hukum Perjanjian dan Comman Law,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Hartono Hadi Soeprapto, 1989, Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta
J.satrio, 1983. Hukum Perikatan,
Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjan Buku I, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 1983.
KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan, Alumni Bandung,
Bandung
M. Yahya Harahap, 1986. Segi-segi
Hukum Perjanjian, Alumni
Bandung, Bandung
R. Setiawan, 1994. Pokok-pokok
Hukum Perikatan, Bina Cipta,
Bandung.
R. Subekti, 2001. Hukum Perjanjian,
Intermasa, Jakarta
R. Wirjono Prodjodikoro, 1986.
Hukum Perdatatentang
Persetujuan-persetujuan
tertentu, Sumur Bandung,